• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinggi tanaman, panjang dan jumlah akar, serta bobot kering akar dan tajuk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tinggi tanaman, panjang dan jumlah akar, serta bobot kering akar dan tajuk."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

h j c i a g f e d b tinggi tanaman, panjang dan jumlah akar,

serta bobot kering akar dan tajuk.

Pengamatan Mikroskopis Akar

Tanaman Padi.

Metode Pewarnaan. Pengamatan dilakukan

pada hari ke-15 setelah inokulasi dengan metode reducing tetrazolium (Patriquin & Doberainer 1978). Akar padi dibersihkan dengan aquades steril, direndam dalam chloramine T 1% selama satu jam sambil dikocok, dibilas air steril, dan direndam kembali dalam tetrazolium bufer fosfat selama satu malam. Irisan melintang akar selanjutnya diletakkan pada gelas objek yang telah ditetesi gliserin 50% dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x10.

Metode SEM. Akar padi direndam dalam

bufer caccodylate selama 2 jam, diagitasi dalam Ultrasonic cleaner selama 5 menit, lalu dipisahkan untuk setiap bagian akar. Setelah itu sampel direndam dalam larutan glutaraldehyde 2.5% sampai 2 hari. Sampel selanjutnya difiksasi dengan asam tannat 2% selama 6 jam dan dicuci dengan caccodylate sebanyak 4 kali selama 5 menit. Sampel yang telah difiksasi kemudian didehidrasi dalam alkohol 50% selama 5 menit sebanyak 4 kali, direndam dalam alkohol 70, 80, dan 95% selama 20 menit, dan direndam dalam alkohol absolut selama 10 menit sebanyak 2 kali. Proses pengeringan sampel dilakukan dengan perendaman sampel dalam tert butanol selama 10 menit sebanyak 2 kali, dibekukan dalam freezer, lalu dimasukkan ke dalam freeze dryer untuk proses pengeringan dan diamati dengan Scanning Electron Micrographs (SEM) JSM-5000.

Perancangan Percobaan. Percobaan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu aplikasi IAA (dalam bentuk supernatan aktinomiset), dibandingkan dengan kontrol terhadap tanaman sebanyak enam ulangan, dan diuji dengan uji Duncan.

HASIL

Peremajaan Isolat Aktinomiset Endofit.

Kesepuluh isolat aktinomiset endofit yang telah diremajakan, enam diantaranya yaitu AB131-1, AB131-2, AB131-3, A Fat, Impara 6-A, dan Membramo-A merupakan aktinomiset endofit asal tanaman padi, sedangkan empat lainnya yaitu SSW 02, LBR 02, LSW 05 dan PS4-16 merupakan isolat aktinomiset asal tanah. Isolat AB131-2, PS4-16 dan Impara 6A diremajakan dalam media

OM sedangkan isolat AB131-1, AB131-3, A-Fat, Membramo A, LSW-05, LBR-02, dan SSW-02 diremajakan dalam media ISP2. Isolat rata-rata membentuk miselia yang berwarna putih. Namun terdapat beberapa isolat yang memiliki warna miselia yang berbeda setelah koloni isolat mencapai dewasa, seperti AB131-1 dan SSW-02 dengan miselia berwarna agak keabuan, AB131-2 dengan miselia berwarna hijau tua, serta AB131-3 dan LBR-02 dengan miselia berwarna coklat muda (Gambar 1). Warna yang terbentuk pada koloni tersebut merupakan hasil pigmentasi dari miselium aerial isolat dan menjadi warna karateristik dari aktinomiset dewasa (Nurkanto 2007).

Gambar 1 Pertumbuhan isolat aktinomiset umur 14 hari pada suhu ruang dalam medium ISP 2; (a) PS4-16, (b) AB131-2, (c) Impara-6A. Dalam medium OM; (d) AB131-3, (e) LBR 02, (f) SSW 02, (g) Membramo A, (h) AB131-1, (i) A fat, (j) LSW 05.

Bioesei IAA Aktinomiset Endofit.

Pengujian aktivitas produksi IAA pada kesepuluh isolat aktinomiset endofit berumur 10 hari dalam media ISP 2 cair dengan penambahan 0.2 ml L-triptofan 0.2% menunjukkan bahwa seluruh isolat mampu memproduksi IAA dengan kisaran konsentrasi

(2)

11-99 ppm (Gambar 2). Berdasarkan hasil analisis supernatan diperoleh tiga isolat yang menghasilkan IAA tinggi, yaitu AB131-1 (99.2 ppm), AB131-2 (99.2 ppm), dan PS4-16 (93.4 ppm).

Gambar 2 Produksi IAA oleh aktinomiset endofit umur 10 hari dalam media ISP 2 cair.

Penentuan Waktu Optimum Produksi

IAA dan Pengukuran Biomassa

Aktinomiset. Pengukuran produksi IAA

ketiga isolat terpilih AB131-1, AB131-2, dan PS4-16 yang ditumbuhkan dalam media ISP 2 cair dengan penambahan 0.4 ml L-triptofan 0.2%, menunjukkan konsentrasi IAA tertinggi umumnya diproduksi pada usia kultur mencapai 15 hari yaitu masing-masing sebesar 105 ppm, 99 ppm dan 82 ppm (Lampiran 6a). Pada hari inkubasi ke-5 IAA yang dihasilkan ketiga isolat masih rendah kemudian meningkat dihari 10 sampai pada hari ke-15 lalu mengalami penurunan pada hari ke-20 (Gambar 3a).

Hasil pengukuran biomassa ketiga isolat menunjukkan biomassa tertinggi untuk ketiga isolat dihasilkan pada hari ke-15 yaitu AB131-1 sebesar 0.46 g, AB131-2 sebesar 0.45 g dan PS4-16 sebesar 0.41 g (Lampiran 6b). Biomassa ketiga isolat kemudian menurun pada hari ke-20 (Gambar 3b). Penurunan biomassa yang terjadi diduga karena isolat sudah mencapai fase kematian. Jika dihubungkan dengan kurva produksi IAA maka biomassa yang dihasilkan sebanding dengan IAA yang dihasilkan ketiga isolat. Hal ini menunjukkan bahwa biomassa yang tinggi dari masing-masing isolat mempengaruhi produksi IAA yang dihasilkan.

(a)

(b)

Gambar 3 Hubungan antara produksi IAA dengan biomassa (a) Produksi IAA aktinomiset endofit dalam medium ISP2 cair, (b) Biomassa aktinomiset endofit

.

Uji Potensi Aktinomiset Endofit secara

in planta pada Tanaman Padi. Uji

efektivitas ketiga isolat aktinomiset endofit secara in planta menunjukkan bahwa ketiga isolat mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Perlakuan IAA sintetik sebagai kontrol positif dilakukan untuk mengetahui konsentrasi IAA sintetik yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi. Perlakuan ketiga konsentrasi IAA sintetik (1, 0.1 dan 0.01 ppm) menunjukkan bahwa perlakuan 0.1 ppm merupakan perlakuan yang paling berpengaruh nyata lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman padi jika dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi IAA sintetik 1 dan 0.01 ppm (Tabel 1; Gambar 4a). Berdasarkan hasil tersebut maka IAA sintetik konsentrasi 0.1 ppm dapat dijadikan kontrol positif yang selanjutnya dibandingkan dengan hasil perlakuan ketiga isolat terpilih.

Tanaman padi yang ditumbuhkan selama 20 hari dalam pouches dengan perlakuan

(3)

supernatan ketiga isolat mampu meningkatkan tinggi tanaman jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Seluruh perlakuan supernatan pada isolat AB131-1 mampu mempengaruhi tinggi tanaman. Akan tetapi perlakuan supernatan konsentrasi 1.05 ppm memberikan pengaruh yang nyata lebih besar terhadap tinggi tanaman sebesar 26% (19.75 cm) jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil tersebut lebih besar dari pengaruh perlakuan IAA sintetik 0.1 ppm yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi sebesar 24.2% (19.47 cm) (Tabel 1 & 2; Gambar 4b). Perlakuan supernatan AB131-2 konsentrasi 0.99 ppm mampu berpengaruh nyata lebih besar terhadap tinggi tanaman sebesar 18.5% (18.58 cm) jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol negatif. Sedangkan pada isolat PS4-14 perlakuan supernatan konsentrasi 82 ppm yang berpengaruh nyata lebih besar terhadap tinggi tanaman sebesar 11.8% (17.53 cm) jika dibandingkan kontrol negatif (Tabel 1 & 2).

Perlakuan pemberian supernatan isolat rata-rata mampu meningkatkan panjang akar dan jumlah akar tanaman padi dengan respon yang berbeda-beda jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan supernatan AB131-1 konsentrasi 1.05 ppm berpengaruh nyata lebih besar terhadap panjang akar sebesar 33.4% (17.07 cm) dan jumlah akar sebesar 4.8% (6.50), sedangkan perlakuan supernatan AB131-2 konsentrasi 0.99 ppm berpengaruh nyata terhadap panjang akar sebesar 23.7% (15.83 cm) dan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar jika dibandingkan kontrol. Sama halnya dengan PS4-16 konsentrasi 82 ppm yang berpengaruh nyata terhadap panjang akar sebesar 22.5% (15.68 cm) namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar (Tabel 1& 2).

Bobot kering tajuk dan akar tanaman menunjukkan beda nyata pada setiap perlakuan. Perlakuan supernatan AB131-1 konsentrasi 1.05 ppm berpengaruh paling nyata lebih besar terhadap bobot kering tajuk sebesar 109.3% (162 mg) dan akar sebesar 96.7% (77.3 mg) jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol negatif dan IAA sintetik 0.1 ppm. Sedangkan perlakuan supernatan AB131-2 konsentrasi 0.99 ppm berpengaruh nyata lebih besar terhadap berat kering tajuk sebesar 49.9% (115.8 mg) dan akar sebesar 69.75 (66.7 mg) jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Perlakuan supernatan PS4-16 konsentrasi 82 ppm berpengaruh nyata lebih

besar terhadap bobot kering tajuk sebesar 28.8% (99.7 mg) dan akar sebesar 87.8% (73.8 mg) jika dibandingkan dengan kontrol negatif (Tabel 1 & 2).

Pengamatan Mikroskopis Akar

Tanaman Padi. Pengamatan mikrokopis

jaringan akar padi melalui metode pewarnaan dan SEM dilakukan untuk menunjukkan adanya penetrasi aktinomiset endofit pada permukaan akar tanaman padi. Pengamatan mikroskopis dilakukan pada dua isolat yaitu AB131-1 dan PS4-16. Hasil pengamatan kedua isolat dengan metode pewarnaan menunjukkan bahwa koloni berwarna merah yang terlihat di permukaan akar diduga merupakan sel-sel hidup kedua isolat (Gambar 3b & 3c). Pengamatan dengan metode SEM menunjukkan bahwa bentuk koloni yang terlihat panjang agak spiral, seperti kait, menggembung, dan berbuku-buku diduga merupakan spora kedua isolat yang berpenetrasi pada permukaan padi (Gambar 3e & 3f).

(4)

Tabel 1 Pengaruh aplikasi aktinomiset endofit terhadap pertumbuhan tanaman padi umur 20 hari

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (=0.05).

(a) (b)

Gambar 4 Respon pertumbuhan tanaman padi terhadap perlakuan aktinomiset jika dibandingkan dengan perlakuan IAA sintetik, tanaman 20 hari; (a) Perlakuan supernatan AB131-1 (105 ppm IAA) dengan berbagai pengenceran (100, 10-1, 10-2, 10-3, dan 10-4), (b) Perlakuan IAA sintetik dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol media.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Panjang Akar (cm)

Jumlah Akar Bobot Kering Akar (mg) Bobot KeringTajuk (mg) Kontrol negatif 15.68 cd 12.80cd 6.17def 39.3de 77.4b Medium ISP 2 cair 12.72 b 10.67b 5.17abc 29.3ab 67.8a IAA 1 ppm 0.1 ppm 0.01 ppm 11.33a 19.47h 16.93def 7.33a 16.80jk 14.13cdefg 5.50abcde 7.00g 5.83bcdef 25.3a 79.8m 44.7fg 78.2b 139.1h 91.3cde AB131-1 105 ppm 10,5 ppm 1,05 ppm 0,105 ppm 0,0105 ppm 17.88fg 17.92fg 19.75h 16.63cdef 16.45cdef 15.68hijk 14.80efghi 17.07j 15.00fghi 15.05fghi 5.33abcd 5.33abcd 6.50fg 5.00ab 5.17abc 70.8jklm 48.7g 77.3lm 49.3gh 32.7bc 97.3de 117.6g 162.0i 106.5f 78.9b AB131-2 99 ppm 9,9 ppm 0,99 ppm 0,099 ppm 0,0099 ppm 15.75cd 17.33efg 18.58gh 16.13cde 16.67cde 12.42c 15.32ghij 15.83ijk 13.77cdef 13.93cdefg 5.83bcdef 6.33defg 6.17def 6.00cdef 6.00cdef 35.5cd 58.8j 66.7k 37.2cde 38.8de 97.2de 96.0de 115.8g 79.8b 83.7bc PS4-16 82 ppm 8,2 ppm 0,82 ppm 0,082 ppm 0,0082 ppm 17.53efg 17.88fg 15.60cd 16.63cdef 15.10c 15.68hijk 15.40ghij 13.55cdef 14.85fghi 13.28cde 6.00cdef 5.67abcdef 4.83a 5.83bcdef 6.00cdef 73.8kl 42.0ef 37.8cde 54.0hi 39.2de 99.7ef 64.6a 65.8a 90.2cd 92.7de

(5)

Tabel 2 Persentase peningkatan pertumbuhan tanaman padi umur 20 hari setelah diberi perlakuan aktinomiset endofit dibandingkan dengan kontrol

Gambar 5 Penetrasi aktinomiset endofit pada akar padi. Metode pewarnaan; (a) tanpa perlakuan, (b) AB131-1 (c) PS4-16, Metode SEM; (d) tanpa perlakuan (e) AB131-1, (f) PS4-16.

PEMBAHASAN

Sebanyak 10 isolat aktinomiset endofit yang diuji dalam percobaan ini terbukti mampu memproduksi IAA dalam media ISP 2 cair dengan penambahan 0.2 ml L-triptofan 0.2% dengan masa inkubasi 10 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh isolat mampu menghasilkan IAA dengan kisaran konsentrasi 11-99 ppm. Isolat yang menghasilkan IAA tinggi yaitu AB131-1 (99.2 ppm), AB131-2 (99.2 ppm) dan PS4-16 (93.4 ppm). Hasil ini masih jauh lebih besar dari penelitian Susilowati et al. (2003) yang melaporkan bahwa isolat bakteri endofit dari batang padi yang ditumbuhkan dalam media menghasilkan IAA tertinggi sebesar 8.29 ppm selama 5-7 hari inkubasi dengan penambahan 1 mg L-triptofan 5 Mml. Khamna et al. (2010) melaporkan S. viridis asal tanah rizosfer

tanaman obat menghasilkan IAA tertinggi sebesar 144 ppm, sedangkan Shrivastava et al. (2008) melaporkan Kitasatospora sp. menghasilkan IAA pada kisaran 0.8-1.8 ppm selama 4-6 hari inkubasi dengan penambahan L-triptofan sebanyak 0.5 g. Perbedaan produksi IAA dari berbagai bakteri ini dapat dipengaruhi oleh jenis isolat serta kemampuannya dalam mengkonversi L-triptofan yang terkandung dalam media menjadi IAA (Patten & Glick 2002). L-triptofan merupakan asam amino yang berperan sebagai prekursor dalam pembentukan IAA. Ketersedian prekursor yang cocok adalah salah satu faktor primer sekresi metabolit sekunder dari mikroba. Mannulis et al. (1994) melaporkan beberapa spesies dari Streptomyces diantaranya S. violaceus, S. scabies, S. griseus, S. exfoliates, Inokulan Tinggi Perningkatan pertumbuhan tanaman (%)

tanaman Panjang akar Jumlah akar kering akarBobot Bobot kering tajuk IAA (0.1 ppm) AB131-1 (1.05 ppm) AB131-2 (0.99 ppm) PS4-16 (82 ppm) 24.2 26 18.5 11.8 31.3 33.4 23.7 22.5 12.9 4.8 0 0 103 96.7 69.7 87.8 79.7 109.3 49.9 28.8

a

4x10

d

20 kv x500

c

4x10

e

20 kv x350

f

20 kv x750

b

4x10

(6)

S. coelicolor dan S. lividans mampu memproduksi IAA ketika diberikan L-triptofan.

Penentuan waktu produksi IAA dilakukan untuk mengetahui waktu optimum isolat aktinomiset endofit dalam memproduksi IAA. Kurva produksi IAA ketiga isolat menunjukkan produksi IAA pada hari ke 5, masih rendah lalu meningkat pada hari ke 10 hingga hari ke 15 kemudian menurun kembali pada hari ke 20. Produksi IAA optimum dari ketiga isolat dihasilkan pada waktu umur isolat 15 hari yaitu AB131-1 sebesar (105 ppm), AB131-2 (99 ppm), dan PS4-16 (82 ppm). Jika dihubungkan dengan kurva biomassa aktinomiset maka diperoleh hasil sebanding dengan produksi IAA aktinomiset. Hasil tersebut menunjukkan bahwa biomassa yang tinggi dapat mempengaruhi produksi IAA yang tinggi. Menurut Lestari et al. (2007) bahwa pada awal inkubasi, sumber nutrisi tinggi sehingga produksi IAA tinggi dan terus meningkat secara signifikan sampai akhir inkubasi. Waktu produksi IAA maksimun ini selanjutnya akan digunakan dalam pengujian aplikasi IAA aktinomiset endofit terpilih pada tanaman padi di lapangan.

IAA merupakan hormon kunci bagi peningkatan pertumbuhan tanaman sehingga sintesisnya oleh jenis mikroba tertentu merupakan salah satu alasan terjadinya peningkatan pertumbuhan tanaman yang di uji (Aryantha et al. 2006). IAA dapat disintesis oleh mikroba melalui asosiasinya dengan tanaman. Asosiasi tanaman dengan mikroba dapat berpengaruh terhadap keseimbangan hormon didalam tanaman (Berg 2009). Kemampuan produksi IAA dari ketiga isolat aktinomiset endofit yang terpilih merupakan dasar pengkajian potensi aktinomiset endofit dalam peningkatan pertumbuhan tanaman padi.

Penentuan konsentrasi IAA yang sesuai bagi tanaman padi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi IAA yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Berdasarkan hasil pengamatan, IAA konsentrasi 0.1 ppm berpengaruh nyata lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi IAA 1 ppm dan 0.01 ppm. Perlakuan IAA dengan konsentrasi 1 ppm justru menghambat pertumbuhan tanaman padi (Gambar 4a). Efek pemberian IAA yang tinggi dapat memicu terbentuknya hormon lain seperti etilen yang akan menghambat pertumbuhan tanaman (Salisbury & Ross 1995).

Berdasarkan uji in planta terbukti bahwa IAA yang dihasilkan aktinomiset endofit

mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi yang ditumbuhkan dalam pouches. Aplikasi supernatan AB131-2 konsentrasi 0.99 ppm dan PS4-16 konsentrasi 82 ppm masing-masing berpengaruh nyata lebih besar terhadap tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering akar dan tajuk jika dibandingkan dengan kontrol negatif (Tabel 1 & 2). Aplikasi supernatan AB131-1 konsentrasi 1.05 ppm merupakan aplikasi yang berpengaruh paling besar terhadap pertumbuhan tanaman padi karena mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 26% (19.75 cm), panjang akar 33.4% (17.07 cm), dan bobot kering tajuk 109.3% (162 mg) jika dibandingkan dengan kontrol serta lebih tinggi dari respon kontrol positif IAA sintetik 0.1 ppm (Tabel 1 & 2; Gambar 4b).

Adhikari et al. (2001) melaporkan strain S20 dan S21 bakteri endofit yang diisolasi dari akar padi mampu meningkatkan tinggi tanaman padi yang ditumbuhkan dalam pouches sebesar 4-10%. Penelitian Khamna et al. (2010) melaporkan bahwa perlakuan S. vidis mampu meningkatkan panjang akar tanaman jagung sebesar 18.5 cm dan kacang polong sebesar 4.7 cm. Aryantha et al. (2004) melaporkan bahwa produk cair aktinomiset galur LC mampu meningkatkan jumlah cabang akar tanaman kacang hijau. Pertumbuhan yang pesat dari akar baik dengan pemanjangan akar utama maupun penambahan jumlah percabangan akar lateral dan akar adventif memberikan keuntungan bagi tanaman dalam pelekatan diri pada tanah dan penyerapan air serta nutrisi dari lingkungan, dan akhirnya akan meningkatkan peluang kelangsungan hidup tanaman (Patten & Glick 2002).

Bobot kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang terjadi pada tumbuhan. Bobot kering tajuk dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi tanaman sehingga kemampuan menangkap cahaya matahari untuk berfotosintesis akan lebih tinggi sehingga dapat menghasilkan bobot kering tanaman yang lebih tinggi pula. Bobot kering akar yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan akar dalam penyerapan nutrisi. Jumlah total antara bobot kering tajuk dan bobot kering akar yang tinggi menunjukkan bahwa tanaman mampu berfotosintesis dan menyerap nutrisi dalam tanah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Rina & Iswandi 2004). Aplikasi perlakuan AB131-1 konsentrasi 1.05 ppm berpengaruh

(7)

nyata lebih kecil terhadap bobot kering akar tanaman padi jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol IAA sintetik 0.1 ppm. Namun jika dilihat dari bobot kering total tanaman, perlakuan AB131-1 konsentrasi 1.05 ppm (206%) berpengaruh nyata lebih besar dibandingkan IAA 0.1 ppm (182.7%). Adhikari et al. (2001) melaporkan bahwa perlakuan bakteri endofit strain S20 dan S21 dengan metode pencelupan benih padi mampu meningkatkan bobot kering total tanaman padi sebesar 12%-50%.

Pengamatan mikroskopis akar padi yang diberi perlakuan AB131-1 dan PS4-16 dengan metode pewarnaan tetrazolium masing-masing menunjukkan adanya penetrasi pada akar padi. Koloni berwana merah yang terdapat di permukaan akar padi diduga merupakan aktinomiset endofit yang sedang melakukan penetrasi (Gambar 5b). Larutan tetrazolium digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan proses biologi yang terjadi di dalam sel hidup. Senyawa tersebut diimbibisi oleh sel, dan di dalam jaringan sel hidup akan bereaksi dengan proses reduksi dalam respirasi. Aktivitas enzim dehidrogenase akan melepas H+ dan bereaksi dengan tetrazolium membentuk endapan formazan yang berwarna merah, stabil dan tidak larut air (Dina et al. 2006). Pengamatan penetrasi aktinomiset endofit isolat AB131-1 dan PS4-16 dengan metode SEM ditunjukkan dengan koloni yang berbentuk seperti kait, panjang agak spiral, berbuku-buku dan menggembung. Sardi et al. (1992) mengamati hifa Streptomyces sp. pada bagian kortikal jaringan akar tomat. Coombs dan Franco (2003) mengamati hifa aerial Streptomyces yang berbentuk panjang agak spiral dan menggembung pada permukaan akar tanaman gandum yang steril.

Berdasarkan data-data diatas terbukti bahwa isolat aktinomiset endofit mampu menghasilkan IAA yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Aplikasi AB131-1 konsentrasi AB131-1.05 ppm merupakan aplikasi yang paling besar berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi.

SIMPULAN

Sebanyak 10 isolat aktinomiset endofit yang diuji secara in vitro menunjukkan kemampuan dalam menghasilkan hormon IAA dengan konsentrasi yang beragam yaitu dengan kisaran 11-99 ppm pada saat kultur berumur 10 hari. Isolat yang menghasilkan IAA tinggi yaitu, AB131-1 (99.2 ppm), AB131-2 (99.2 ppm) dan PS4-16 (93.4 ppm). Aplikasi in planta yang paling berperngaruh

besar terhadap pertumbuhan tanaman padi yaitu supernatan AB131-1 dengan konsentrasi 1.05 ppm karena dapat meningkatkan persentase pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 26%, panjang akar 33.4% dan bobot kering total tanaman 206% melebihi pengaruh penambahan IAA sintetik 0.1 ppm. Hasil pengamatan secara mikroskopis pada isolat AB131-1 dan PS4-16 mengindikasikan bahwa kedua isolat merupakan isolat aktinomiset endofit yang mampu melakukan penetrasi pada akar padi. Data-data tersebut menunjukkan bahwa aplikasi aktinomiset endofit dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikari TB, Joseph CM, Yang G, Donal AP, Nelsom LM. 2001. Evaluation of bacteria isolated from rice for plant growth promotion and biological rice. Can J Microbiol 47 916-924.

Aryantha INP, Lestari DP, Pangesti NPD. 2004. Potensi isolat bakteri penghasil IAA dalam peningkatan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada kondisi hidroponik. J Mikrobiol Indones 9 (2) 43-46.

Berg G. 2009. Plant microbe interactions promoting plant growth and health: perpectives for controlled use of microorganisms in agriculture. Appl Microbiol Biotechnol 84: 11-18. Coombs JT, Franco CM. 2003. Isolation and

identification of Actinobacteria from surface sterilized wheat roots. Appl Environ Microbiol 69(9): 5603-5608. Dina, Widyati E, Wirawan B, Ilyas S. 2007.

Pola Topografi Pewarnaan Tetrazolium Sebagai Tolak ukur Viabilitas dan Vigor Benih Kedelai (Gycine max L. Merr.) untuk Pendugaan Pertumbuhan Tanaman di Lapangan. Bul Agron 35 (2): 88-95.

Forni C, Riov J, Caiola G, Tel-Or E. 1992. Indole-3-Acetid-Acid (IAA) production by Arthrobacter species isolated from Azolla. J Gen Microbiol 138: 377-381.

Hallmann J, Quadt-Hallmann, Mahaffee WF, Kloepper JW. 1997. Bacterial endophytes in agricultural crops. Can J Microbiol 43: 895-914.

Hasegawa S, Meguro A, Shimizu M, Nishimura T, Kunoh H. 2006. Endophytic actinomycetes and their

Gambar

Gambar  1 Pertumbuhan  isolat  aktinomiset  umur  14  hari  pada  suhu  ruang  dalam medium ISP 2; (a) PS4-16,  (b)  AB131-2,  (c)  Impara-6A
Gambar  2  Produksi  IAA  oleh  aktinomiset endofit umur 10 hari dalam media  ISP 2 cair.
Tabel 1 Pengaruh aplikasi aktinomiset endofit terhadap pertumbuhan tanaman padi umur 20 hari
Tabel 2    Persentase peningkatan pertumbuhan tanaman padi umur 20 hari setelah diberi perlakuan                aktinomiset endofit dibandingkan dengan kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Apabila telah didapat sebab-sebabnya, dasar Level air Apabila telah didapat sebab-sebabnya, dasar Level air pada Boiler harus didapat kembali ( diCheck ), dan pada Boiler harus

Berpotensi Mengancam Hidup Kondisi pasien dapat berlanjut ke kehidupan atau mengancam ekstremitas, atau dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan, jika penilaian

Batasan wilayah yang menjadi tempat penelitian adalah wilayah tanah pilih Pusako Betuah kota Jambi, karena wilayah inilah yang banyak terjadi perubahan didalam norma adat

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) berdasarkan analisis kurikulum, proses pembelajaran sains-kimia SMP menuntut adanya pendekatan kontekstual yang

menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi. Peningkatan kompleksitas Organisasi. Semakin besar organisasi semakin

Pelaksanaan kurikulum integratif madrasah-pesantren di MAN 1 Malang dan Madrasah Terpadu MAN 3 Malang dilakukan dengan cara: a mengintegraskan program pelaksanaan kurikulum,

Didasari dengan nilai tersebut perancangan perangkat lunak untuk sistem pengendalian suhu menggunakan software pada Arduino ATmega2560 dapat bekerja dengan baik

Penelitian- penelitian terkini berkaitan dengan operator Carleman antara lain oleh (1994) memberikan representasi integral dari operator-operator linear menggunakan kernel mulus