• Tidak ada hasil yang ditemukan

III PEMBELAJARAN EKONOMI KELUARGA B A B 10 TAHUN YAYASAN DAMANDIRI MENGABDI TANPA HENTI 8 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III PEMBELAJARAN EKONOMI KELUARGA B A B 10 TAHUN YAYASAN DAMANDIRI MENGABDI TANPA HENTI 8 7"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

P E M B E L A J A R A N

EKONOMI KELUARGA

III

(2)
(3)

ASA Warsa. Hari Minggu Pahing, tanggal 15 Januari 2006 Yayasan Damandiri genap berusia 10 (sepuluh) tahun. Diusianya yang semakin dewasa untuk sebuah organisasi kemasyarakatan atau kelembagaan yang berbentuk yayasan, Damandiri tetap setia mengabdi untuk bangsanya. Pengabdian selama sepuluh tahun tanpa henti menjadi bukti Yayasan Damandiri tetap konsisten kepada misi kelahirannya yaitu membantu upaya pemberdayaan keluarga dan sekaligus pengentasan kemiskinan secara mandiri di negeri tercinta Indonesia.

Api semangat mengabdi untuk bangsa utamanya mengangkat kualitas sumber daya manusia keluarga-keluarga Indonesia melalui upaya pemberdayaan adalah sumber kekuatan yang mampu mendorong semakin meluasnya bidang kegiatan yang harus ditangani.

YAYASAN DAMANDIRI

MENGABDI TANPA HENTI

(4)

Dalam hal tersebut tidak terlepas dari pengalaman panjang dengan segala keberhasilan program maupun kegiatan yang perlu diperbaiki merupakan guru untuk lebih bermakna kedepan.

Berbekal pengalaman “tangkar modal” dan semangat pemberdayaan keluarga-keluarga Indonesia termasuk didalamnya penyiapan Sumber Daya Manusia menatap masa depan, program kegiatan Yayasan Damandiri dari tahun ke tahun semakin marak. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut program-program yang telah dirintis sebelumnya.

Inovasi-inovasi baru berkembang seiring tuntutan jaman yang semakin maju. Untuk itu unggulan kegiatan program juga berkembang menarik menerobos berbagai aspek kehidupan.

(5)

Sesuai dengan tujuan didirikannya Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, yaitu sebagai wadah bagi masyarakat untuk bergotong royong guna mewujudkan tingkat kesejahteraan sejati dan taraf hidup mandiri dari para keluarga yang tergolong pra Sejahtera dan Sejahtera I, maka program yang dilakukan atau yang didukung oleh Yayasan adalah program-program yang ada kaitannya dengan upaya membantu pemberdayaan keluarga sejahtera secara mandiri, atau program-program yang terkait erat dengan usaha membantu mengentaskan kemiskinan.

Sejak didirikannya, Bapak HM Soeharto, baik selaku Presiden Republik Indonesia, atau selaku Ketua Yayasan, menggariskan bahwa musuh utama masyarakat adalah kemiskinan. Karena itu para pelaku ekonomi skala besar mempunyai tanggung jawab sosial untuk mendukung gerakan penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan Keluarga Sejahtera, seperti tercantum dalam kesepakatan kemitraan.

Untuk itu, program pemberdayaan keluarga yang dikembangkan meliputi program-program di bidang ekonomi dan penyiapan sumber daya manusia anggota keluarga keluarga Indonesia tertinggal. Antara lain memberikan dukungan upaya peningkatan pendidikan bagi anak-anak keluarga kurang mampu.

Sasaran utama Pembangunan Keluarga Sejahtera yang difokuskan pada upaya penanggulangan kemiskinan ialah keluarga-keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I di desa yang tidak memperoleh program Inpres Desa Tertinggal (IDT), dan keluarga miskin di seluruh Indonesia dengan alasan ekonomi pada umumnya.

(6)

Tertingal” yang apabila tidak mendapat bantuan pemberdayaan dengan mudah mereka itu terjerumus ke dalam jurang kemiskinan. Kehidupan mereka harus segera ditingkatkan, baik untuk kedua orang tuanya yang memang sudah miskin atau dengan cara meningkatkan mutu anak-anak mereka. Upaya pengentasan kemiskinan bagi keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I harus dilakukan secara berkelanjutan agar tujuan pemberdayaan keluarga tercapai dengan baik.

Dengan latar belakang tujuan itu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri mempunyai beberapa program pembinaan, pendampingan dan skim kredit untuk keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I atau keluarga kurang mampu, atau keluarga mampu yang bisa membantu mengentaskan keluarga kurang mampu dengan mengangkatnya menjadi karyawan atau sanggup mengangkat anggota keluarga kurang mampu menjadi anak asuh dan

(7)

binaannya dalam usaha yang sifatnya mandiri dan menguntungkan. Program-program yang dilakukan atau mendapat dukungan Yayasan Damandiri antara lain adalah Takesra - Kukesra, KPKU dan KPTTG Taskin, Pundi, Sudara Dan Kukesra Mandiri, Kredit Mikro Banking, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Bantuan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bantuan Untuk Tesis/Disertasi, Pemberdayaan Keluarga Di Lingkungan Kampus, GGSM - Hipprada, Bantuan Kredit Untuk Bidan, program sekolah unggul dan program bantuan lainnya.

Bantuan Pembinaan dan Dukungan Kredit Tahun 1995/1996 – 2002 – TAKUKESRA.

Program ini merupakan bantuan pembinaan keluarga pra sejahera dan keluarga sejahtera I yang tergabung dalam kelompok-kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Kelompok-kelompok ini mendapat pembinaan secara berkelanjutan dari BKKBN. Yayasan Damandiri memberikan dukungan dana untuk pembinaan dan skim kredit yang diberikan kepada kelompok dan anggotanya.

Bantuan pinjaman dalam skim kredit itu adalah untuk modal kerja bagi keluarga-keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang dikenal dengan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA), dimana para nasabah diwajibkan untuk menabung dalam tabungan yang dikenal dengan nama Tabungan Keluarga Sejahtera (TAKESRA).

Untuk memulai program Takesra tersebut Bapak H.M. Soeharto (saat itu Presiden RI), baik selaku Pimpinan Badan Pendiri Yayasan maupun selaku pribadi, mengajak para pengusaha yang menjadi pengurus inti untuk

(8)

menyumbang bagi Gerakan Keluarga Sadar Menabung.

Ajakan itu diikuti dengan baik dan terkumpullah dana sebesar Rp 23 milyar yang langsung disalurkan kepada sekitar 11,6 juta keluarga miskin sebagai tabungan awal masing-masing Rp 2.000. Tabungan Keluarga

Sejahtera yang dimulai dengan Rp 2.000, itu pada akhir bulan September 2002 telah berkembang menjadi Rp 209 milyar dan tersimpan atas nama masing-masing penabung pada Bank BNI di seluruh Indonesia.

Untuk Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera), pinjaman untuk modal kerja diberikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan wirausaha kelompok dan anggotanya, yaitu mulai dari tahapan I sebesar Rp 20.000, sampai tahapan V sebesar Rp 320.000.

(9)

Pinjaman yang diberikan secara bertahap itu semua kebutuhan dananya disediakan oleh Yayasan Damandiri sebesar Rp 753,982 milyar dan penyalurannya dilakukan oleh Bank BNI dengan dibantu oleh PT Pos Indonesia dengan sistem chanelling tanpa agunan. Sistem chanelling adalah suatu sistem yang para pesertanya tidak diharuskan memenuhi syarat kelayakan (yang biasa dianut perbankan).

Kredit tanpa agunan itu dikenakan bunga sebesar 6 persen, yaitu 3 persen untuk pembinaan oleh BKKBN dan 3 persen untuk ongkos administrasi Bank BNI dan PT Posindo. Yayasan tidak menerima bunga apapun. Skim itu telah berhasil bergulir dengan baik sampai tahun 1998, tunggakan relatif sangat kecil berkat pembinaan yang baik. Biarpun relatip lamban, program itu tetap diteruskan sampai lima tahun sesuai perjanjian yang ada. Sampai dengan akhir bulan September tahun 2002 jumlah peminjam telah mencapai sekitar 10,3 juta keluarga dengan jumlah pinjaman kumulatip sebesar Rp 1,7 trilliun;

Setelah berhasil dengan usahanya dan bisa membayar pinjamannya, keluarga yang bersangkutan bisa dianggap lulus dan boleh mengikuti skim lain yang tersedia dengan sistem executing, artinya dilihat kelayakan usahanya dan setiap peserta harus menyediakan agunan berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak.

Penyerapan TAKESRA dan KUKESRA

Penyerapan Takesra-Kukesra berdasarkan data BNI dan PT. Pos Indonesia, sebagai penyalur kredit tersebut, terus bergerak naik. Tahun pertama pada 30 Juni 1996 tercatat, dana Takesra dan Kukesra yang didrop di BNI/Kantor Pos, masing masing berjumlah Rp 22,92 milyar dan Rp 32,28

(10)

milyar. Empat bulan pertama, penyerapannya sebesar 16,08 persen pada Takesra dan 1,59 persen untuk Kukesra.

Pada bulan berikutnya penyerapan bertambah cepat. Data pada 31 Juli 1996, menunjukkan untuk Takesra sebesar 26,86 persen dan Kukesra 20,5 persen. Pada Agustus. meningkat lagi mencapai 36.2 persen dan 20,5 persen. Penyerapan Takesra-Kukesra terus meningkat semakin cepat, sejalan dengan semakin banyaknya kelembagaan keluarga-keluarga Indonesia yang tertinggal dibentuk.

Optimisme terhadap keberhasilan program pemberdayaan keluarga-keluarga Indonesia, pantas dikedepankan. Apalagi melihat kesungguhan para konglomerat dalam “menyetorkan” bantuannya, yang pada awal 1997, setelah setahun berjalan – sudah mencapai Rp 360 milyar dan dihimpun oleh YDSM. Dana yang disalurkan kepada sekitar 3 juta keluarga-keluarga Indonesia, pada periode itu sudah mencapai Rp 150 milyar. Sampai dengan tahun 2002 dana yang terkumpul dari bantuan wajib pajak berpenghasilan lebih dari Rp 100 juta per tahun, telah disalurkan oleh Bank BNI dan PT Pos Indonesia.

Program Takesra dan Kukesra juga menyentuh desa-desa di Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan NON IDT. Di desa NON IDT, dari 11,5 juta keluarga yang mengikuti Takesra, sebanyak 8,3 juta keluarga (73,9 %) telah memanfaatkan penyaluran Kukesra. Untuk desa IDT, dari jumlah 79.332 keluarga yang memperoleh Takesra, 23.892 keluarga diantaranya telah mendapat fasilitas kredit Kukesra.

Total jumlah dana yang telah disalurkan oleh Yayasan Damandiri kepada keluarga Pra Sejahtera dan KS I melalui Bank BNI dan PT Pos

(11)

Indonesia adalah bantuan tabungan awal TAKESRA di daerah non IDT Rp 22.922.512.000, bantuan tabungan awal TAKESRA di daerah IDT Rp 12.613.082.000, dana KUKESRA di non IDT Rp 396.741.780.000 dan Dana KUKESRA di IDT Rp 63.065.240.000.

Program Tabungan Keluarga Sejahtera (TAKESRA) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA) yang kemudian biasa disebut TAKUKESRA pada intinya merupakan pembelajaran bagi keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang tergabung dalam kelompok-kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Proses pembelajaran ini berlangsung dari tahun 1995 - 2002. Manakala proses pembelajaran dipandang cukup, keluarga-keluarga Indonesia yang telah lulus ditingkatkan kemandiriannya. Maka Yayasan Damandiri meluncurkan program-program lanjutan untuk memacu tumbuhnya pengusaha-pengusaha baru itu menjadi pengusaha yang lebih mandiri.

KPKU dan KPTTG TASKIN. Tahun 1998 – 1999

Skim ini disediakan untuk beberapa kelompok dan keluarga yang sangat berhasil. Mereka membutuhkan jumlah dana yang lebih besar dari Rp 320.000 per keluarga untuk melanjutkan usahanya dengan lebih besar dan mengangkat anggota keluarga lain menjadi binaannya karena keluarga yang bersangkutan belum berhasil berusaha secara mandiri.

Melihat perkembangan yang terjadi di lapangan itu, Yayasan Damandiri memandang perlu untuk memberi kesempatan kepada kelompok

(12)

dan keluarga tersebut bantuan atau pinjaman yang lebih besar.

Atas dasar latar belakang itu kemudian dikembangkan skim baru yang pembinaannya diharapkan datang dari para pengusaha yang berpengalaman. Kreditnya akan didukung dengan dana oleh Yayasan Damandiri dan dana yang ditempatkan oleh BUMN pada Bank-Bank Pemerintah. Skim ini dinamakan Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha (KPKU) yang memberikan pinjaman untuk modal kerja dengan dana yang lebih besar.

Bersamaan dengan program KPKU, yayasan Damandiri meluncurkan Skim baru dengan kemungkinan penyertaan tehnologi tepat guna yang bisa dipilih oleh para nasabah dari tehnologi sederhana yang ada di sekitar desa masing-masing atau dari hasil penelitian berbagai instansi terkait.

Unsur dukungan pemerintah dalam skim ini sangat kuat, sehingga Yayasan Damandiri dan Yayasan Dakab bersedia memberi dukungan untuk skim kredit ini secara channelling yang dilakukan oleh Bank mitra kerja Damandfiri. Skim itu disebut skim Kredit Pengembangan Teknologi Tepat Guna untuk Pengentasan Kemiskinan (KPTTG-Taskin) yang dana pinjamannya bisa dipergunakan untuk modal investasi. Jumlah dana yang disediakan oleh Yayasan Damandiri sebesar Rp 170,523 milyar disalurkan melalui Bank BNI, Bank BRI dan beberapa BPD.

(13)

EMBELAJARAN ekonomi melalui Gerakan Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) maupun Kredit Keluarga Sejahtera (Kukesra). Telah membangkitkan gairah keluarga kurang mampu untuk meningkatkan kualitas keluarganya.

Komitmen seluruh warga bangsa menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Terlebih lagi diberbagai kesempatan keluarga-keluarga Indonesia selalu diarahkan para pemimpin peduli pengentasan kemiskinan termasuk para ulama, pemuka masyarakat maupun pembina di daerahnya.

Ditingkat nasional semangat membangun keluarga sejahtera tanpa henti ditumbuh kembangkan. Tri Soetrisno (Jenderal Purnawirawan-saat itu Wakil Presiden) dalam pertemuannya dengan Akseptor Lestari Teladan

P E M B E R D A Y A A N E K O N O M I

KELUARGA INDONESIA

(14)

Nasional tahun 1997, wanti-wanti mengingatkan “Sumber Daya Manusia Indonesia Berkualitas hanya dapat diperoleh dari bibit yang baik, yaitu dari pasangan suami isteri yang sehat jasmani dan rokhaninya, serta sejahtera dan bahagia hidupnya.

Untuk itu pasangan peserta KB lestari khususnya keluarga-keluarga yang telah mencapai peringkat keluarga sejahtera lebih tinggi, diharapkan dapat membantu keluarga-keluarga tertinggal di lingkungannya, melalui berbagai kegiatan pendidikan ketrampilan dan usaha ekonomi produktif, dengan memanfaatkan program Takesra dan Kukesra”.

Pak Tri Soetrisno juga mengharapkan agar keluarga yang sudah mampu bersedia menjadi orang tua asuh bagi anak-anak dari Keluarga Tertinggal serta turut menaruh kepeduliannya dalam kegiatan Tabungan

(15)

Keluarga Sejahtera untuk Biaya Pendidikan (TAKESRA BIDIK). Ikut menyemarakkan gerakan sadar menabung ini BKKBN bekerjasaama dengan PT Bank BRI meluncuran Voucer bernilai Rp10.000, yang dapat dimanfaatkan untuk membuka rekening di bank tersebut.

Kerja keras seluruh warga bangsa mulai membuahkan hasil. Namun krisis ekonomi yang melanda dunia termasuk Indonesia meluluh lantakan tunas-tunas yang baru saja tumbuh.

KREDIT MIKRO BANKING Tahun 2002 sampai dengan sekarang

Program lain yang dikembangkan adalah kelanjutan dari Kukesra dalam bentuk Kukesra Mandiri dan Kredit Mikro Banking dimana cara dan bunga banknya mengikuti sistem penyaluran yang lebih aman, yaitu dengan sistem executing.

Program Kukesra Mandiri ini pembinaannya dilakukan oleh BKKBN dan jajarannya. Sedangkan penyaluran dananya dilakukan oleh Bank BNI dan Bank Bukopin di 12 provinsi terpilih. Program Kredit Mikro Banking bekerjasama dengan Bank BNI dalam penyalurannya di seluruh Indonesia.

PUNDI, SUDARA dan KUKESRA MANDIRI Tahun 1999 sampai dengan sekarang

Untuk membantu kelompok atau keluarga-keluarga Indonesia yang mulai berhasil dalam membangun ekonomi produktif, agar mereka tidak kembali jatuh miskin, sesuai dengan arahan dari Wakil Presiden RI (saat itu Ibu Megawati Soekarnoputri) Yayasan Damandiri melanjutkan upaya

(16)

pemberdayaan keluarga-keluarga Indonesia utamanya Kawasan Timur Indonesia.

Arahan itu juga menggariskan bahwa Yayasan diminta melaksanakan program dan kegiatannya secara mandiri dengan mitra kerja yang dianggap tepat. Memperhatikan arahan tersebut Yayasan Dana Sejahtera Mandiri atau Damandiri yang diketuai Bapak HM.Soeharto bekerjasama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Bukopin, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga Keuangan Mikro lainnya, mengembangkan sistem untuk mendukung para keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, atau keluarga kurang mampu, atau keluarga miskin yang sudah mempunyai usaha ekonomi produktip untuk membina, mengembangkan atau memperluas usahanya.

Bentuk kegiatan yang kemudian dikembangkan adalah meperkenalkan skim baru yang dinamakan Pembinaan Usaha Mandiri atau PUNDI. “Program ini meliputi kegiatan pembinaan dan skim kredit mandiri dengan bunga pasar.Upaya ini sekaligus dimaksudkan untuk mencegah keluarga yang mulai bangkit dan sudah bisa mengatasi kesulitannya itu untuk tidak kembali mengalami keterpurukan,” kata Prof Dr Haryono Suyono, Wakil Ketua I Yayasan Damandiri.

Untuk itu bimbingan kepada mereka perlu dilanjutkan agar bisa menjadi pengusaha kecil, menengah, menjadi anggota koperasi yang potensial, atau bahkan menjadi pengusaha besar yang mandiri. Upaya mengembangkan usaha yang dapat mendorong kemandirian keluarga dan masyarakatnya itu perlu bimbingan lanjutan dan dukungan permodalan yang mudah diperoleh agar pengembangan usaha yang sedang bangkit dapat dilakukan sesuai dengan kesempatan yang terbuka.

(17)

Pantas diingat, selama hampir tujuh tahun terakhir Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Yayasan Damandiri) bersama BKKBN dan Bank BNI serta PT Pos Indonesia telah berusaha keras membantu pemberdayaan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I karena alasan ekonomi atau keluarga kurang mampu atau keluarga miskin melalui Takesra dan Kukesra. Melalui Program Pembinaan Usaha Mandiri (PUNDI) Damandiri ingin membantu mereka yang berhasil untuk melanjutkan usahanya dalam kelompok-kelompok kerjasama antar warga atau koperasi di desa masing-masing.

Untuk mencoba apakah skim ini dapat dilaksanakan sesuai petunjuk Wakil Presiden, Yayasan menggalang kerjasama dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba dengan tugas membantu pembinaan kelompok atau keluarga secara langsung dengan sistem kredit dengan bunga pasar dan

“menjemput bola”. Sistem menjemput bola itu adalah para nasabah di kunjungi di tempat usahanya dan dibantu untuk mempersiapkan diri bagaimana cara mendapat kredit dan melakukan usahanya dengan baik.

Percobaan itu berhasil dengan baik dan dilanjutkan dengan percobaan lain yaitu bekerjasama dengan BPR Artha Huda Abadi dan BPR Yekti Insan Sembada (YIS), dengan Koperasi Swamitra yang berada dibawah binaan Bank Bukopin serta pengembangan warung dengan Koperasi Warung Jembatan Kesejahteraan ( Koperasi Warung JK), PD. Bank Pasar Daerah seperti di Karang Anyar Jawa Tengah, Bantul DI Yogyakarta dan lain-lain. Dana yang disediakan untuk Warung JK sebesar Rp 18 milyar. Untuk Bank Bukopin sebesar Rp 150 milyar dan untuk kegiatan melalui BPR Artha Huda Abadi adalah sebesar Rp 7,5 milyar, BPR YIS sebesar Rp 6 milyar dan BPR Nusamba sebesar Rp 23 milyar.

(18)

Dengan keberhasilan upaya awal itu, sekaligus dengan maraknya pelaksanaan otonomi daerah, Yayasan Damandiri mulai menggalang kerjasama dengan Bank Pembangunan Daerah, yaitu dengan Bank Pembangunan Daerah di Jatim, Jateng, DI Yogyakarta, Bali, NTB,NTT, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan lain-lain. Keberhasilan pengembangan PUNDI di daerah itu umumnya menangani masalah industri kecil atau usaha pertanian di pedesaan.

Dirut Bank Jatim

Seperti dikatakan Drs. Agus Sulaksono, MBA, untuk Kredit Pundikencana yang sudah terealisir per November 2005 sebesar Rp 42,5 miliar atau baru mencapai 55% anggaran Triwulan IV 2005. Namun, nasabah yang telah menikmati fasilitas Pundi kencana sebanyak 5600 orang nasabah, sedang sektor yang dibiayai paling besar berturut-turut pada sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa dan lainnya.

Hambatan penyaluran Kredit Pundi Kencana relatif tidak ada, karena potensi pasarnya masih terbuka luas. Tetapi realisasi kredit yang diberikan saat ini masih belum mencapai target yaitu untuk tahun 2005 sebesar Rp 42,8 miliar. Belum tercapainya target tersebut semata-mata Bank Jatim masih tetap memegang prinsip kehati-hatian dan tetap berpedoman pada aturan bank teknis sehingga Pundi Kencana diberikan kepada nasabah yang benar-benar memenuhi kriteria bankable, sehingga tujuan pemberiannya mencapai sasaran menjadi pengusaha kecil yang mandiri.

Bank yang memiliki slogan Banknya Masyarakat Jawa Timur dan memiliki motto Bank Jatim aman terpercaya ini sesungguhnya telah

(19)

berupaya memberikan kemudahan aturan dengan tujuan memenuhi kebutuhan nasabah antara lain berupa penurunan suku bunga menjadi 14% per efektif dan tidak diadakan penyesuaian kenaikan suku bunga saat ini yang berkisar 19%. Kemudahan lainnya adalah adanya kenaikan plafond dari Rp 25 juta menjadi Rp 50 juta per nasabah, insentif/fee bagi pembina kelompok nasabah sebesar 5% bunga tertagih setiap bulannya dan penyederhanaan syarat administratif.

Di Jawa Tengah

Seperti dikatakan Dirut Bank Jateng Drs. Hariyono, program PUNDI sudah berjalan baik keseluruh daerah di Jawa Tengah Sedangkan bidan baru sebagian kecil. Demikian juga dengan kredit terkait Program Pemberdayaan Masyarakat sekitar kampus.

Mengenai perguliran kredit PUNDI, Dirut Bank Jateng Drs. Hariyono,MM selanjutnya menjelaskan bahwa per 30 Nopember 2005 telah menyerap dana sekitar Rp 67,8 milyar, dan sudah tersalurkan Rp 56,7 milyar, dengan jumlah debitur 5.332 debitur. Tingkat kemacetannya relatif kecil, yakni di bawah satu persen.

Menurut Dirut Bank Jateng Program PUNDI Yayasan Damandiri yang bermitra dengan Bank Jateng mampu menumbuhkan gelora pemberdayaan ekonomi kecil, mikro dan menegah. Sehingga semakin menumbuhkan perubahan kondisi kesejahteraan keluarga-keluarga dan masyarakat menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya manfaat besar ini, maka Gubernur Jawa Tengah pun menanggapinya sangat baik. Bahkan mendukung agar bisa pula dikembangkan untuk UKM-UKM lain melalui BPR-BPR di Jawa Tengah.

(20)

Di Semarang

Jawa Tengah pelaksanaan Program Kredit PUNDI Yayasan Damandiri yang sudah disalurkan di eks Karesidenan Semarang yang meliputi Kabupaten Kota Semarang, Kabupaten Ungaran dan Salatiga berjalan menarik. Manajer Bisnis Bank Bukopin Cabang Semarang Afrizal, SE., AVP., MM berkata kredit ini sangat bermanfaat.” Yang lebih menarik bagi usaha mikro utamanya koperasi karena bunganya cukup bersaing dengan bunga pasar. Mereka rata-rata mengambil untuk jangka waktu sampai dua tahun. Kebutuhannya untuk modal kerja,” tuturnya.

Dana Kredit PUNDI Yayasan Damandiri yang ditempatkan di Bank Bukopin ini meski diperuntukan bagi pengusaha mikro, tapi cukup aman. Dan kredit yang disalurkan menggunakan dana Yayasan Damandiri ini rata-rata tidak ada yang macet. Seandainyai pun ada yang macet dapat diatasi. Angka kemactan kecil. Karena apabila ada kredit macet yang bertang-gungjawab itu Bank Bukopin. Dalam istilah perbankan itu namanya

executingbukan chanelling.

Kiatnya, kita berikan kredit itu dalam jangka pendek, kemudian kita melakukan collection setiap minggu. Jadi setiap minggu Swamitra itu harus menandatangi nasabahnya untuk collection. Sehingga mereka dapat memonitor ada bermasalah atau tidak. Kalau mereka menemukan masalah segera didiskusikan bersama untuk mencarikan jalan keluarnya. Dengan adanya dana kredit yang ditempatkan di Bukopin sangat besar sekali pengaruhnya di masyarakat, karena bunganya relatif nurah.

Disebutkan penyaluran Kredit Pundi untuk wilayah Semarang ini cukup besar. Belum lama ini kami sudah mengajukan ke pusat itu hampir

(21)

Rp 5 milyar, ada juga yang disalurkan melalui Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) yang kita usulkan sekitar Rp 4 milyar. Jadi kurang lebih dana yang kita ajukan untuk tahun 2005/2006 sekitar Rp 10 milyar.

Para pelaku usaha mikro pemanfaat Kredit PUNDI itu umumnya menjalankan bisnisnya di tingkat lokal, belum bicara ke tingkat nasional maupun internasional. Sebab yang dimaksud usaha mikro disini meliputi pedagang pasar los, pedagang kelontong, industri rumah tangga. Untuk membantu usaha mikro yang mulai bangkit diharapkan dukungan dana– dana dari Yayasan Damandiri dapat berlanjut, sehingga dana-dana yang kami salurkan kepada pengusaha mikro melalui Swamitra itu bisa bermanfaat bagi para pengusaha tingkat mikro yang bearti Bank Bukopin melalui SWAMITRA semakin memasyarakat.

Di Solo

Bank Bukopin Cabang Solo terus mengembangkan kemitraanya dengan masyarakat. Berbagai skim kredit digulirkan, termasuk kredit Pundi dan Kredit Sudara. Melalui terobosan baru para petani, sopir taksi, pengusaha kecil di pedesaan pun dibiayai. Begitu besarkah perhatian Bank Bukopin Solo.

Ir. Suroso, AVP, Manager UKM Bank Bukopin Solo, Jawa Tengah menjelaskan Bank Bukopin bekerjasama dengan Yayasan Damandiri sejak Pebruari 2001 hingga sekarang. Pada awal kerja sama Bank Bukopin diberi tugas menyalurkan Bantuan Biaya Pendidikan- BBP (bukan beasiswa) bagi mahasiswa berprestasi asal keluarga kurang mampu yang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di seluruh Indonesia. Dari tahun 2001-2005 Bank Bukopin menyalurkan terus dana tersebut, untuk setiap semester rata-rata Rp 1,2

(22)

milyar. Kata Ir. Suroso yang sejak awal bertugas untuk menangani bidang tersebut di Bukopin Pusat, Jakarta.

Setelah mengetahui kinerja Bank Bukopin yang mampu mengemban amanah tersebut dengan baik, selanjutnya Yayasan Damandiri memberi kepercayaan untuk bekerjasama menjalankan program kredit. Yang lagi-lagi kembali membuat heran, karena Yayasan ternyata peduli juga terhadap upaya membantu peningkatan ekonomi pengusaha kecil dan mikro atau dikenal dengan pengusaha eknomi lemah.

Program kredit yang dikerjasamakan itu Kredit Pundi yang benar-benar diperuntukan bagi pengusaha yang berpenghasilan rendah. Program ini dilaunching Bank Bukopin di seluruh Indonesia, baik di Jakarta maupun Cabang-cabang dari Merauke hingga Kupang.

(23)

Terkait perkembangan kantornya, untuk Bukopin Cabang Solo sudah menyalurkan outstanding per 2005 sebesar Rp 26,9 milyar untuk Kredit Pundi. Yaitu digunakan untuk membiayai para petani tebu, dan pada skim ini para petani tidak perlu memberikan jaminan atau agunan, karena Bank Bukopin sudah bekerjsama dengan Pabrik Gula. Pabrik gula itulah yang akan menjamin kelancaran angsurannya. Pada saat mereka panen tebu dan tebu itu digiling di Pabrik gula, itu dibagi, yaitu bagian untuk Bank Bukopin dan petani. Di Bank Bukopin namanya plus sistem. Ini merupakan satu konsep yang sama-sama menguntungkan petani dan Bank Bukopin.

Yang kedua, untuk penyaluran kredit ke sopir-sopir taksi di Solo. Dalam hal ini Bank Bukopin bekerjasama dengan Pusat Koperasi Angkatan Udara (Puskopau) untuk membiayai pembelian taksi. Kredit ini benar-benar untuk sopir, jadi bukan untuk koperasinya. Kredit ini berjumlah Rp 2,5 milyar untuk membiayai pembelian 50 unit taksi.

Ketiga melalui Swamitra, Bank Bukopin dapat melayani permintaan dukungan ana bagi masyarakat di sekitar wilayah eks Karesidenan Surakarta. Untuk Swamitra ini sektor yang dibiayai meliputi pedagang kecil dan menengah dengan kredit antara Rp 500 ribu hingga Rp 50 juta, kemudian sektor petanian, peternakan, angkutan, termasuk ojek. Semua sektor di pedesaan dibiayai Swamitra Bank Bukopin dan terealisasi Rp 4,9 milyar.

Kredit Pundi di Bank Bukopin Cabang Solo itu sangat membantu. Sekarang tingkat suku bunga trend naik, tapi konsistensi dari Yayasan Damandiri yang peduli kepada masyarakat ekonomi lemah sehingga pada posisi yang tidak mengikuti trend, karena orientasinya memang bukan semata-mata mencari pengembalian daripada bunga tetapi ada miisi khusus dan mulia untuk membantu masyarakat ekonomi lemah.

(24)

Di era otonomi daerah Bank Bukopin juga berencana akan membuka semacam etalase. Sehingga ketika orang melihat di setiap lingkungan desa sudah ada etalase Bank Bukopin melalui Swamitra. Program seperti ini akan ilakukan kerja sama dengan Pemda Kabupaten Wonogiri yang memiliki koperasi di setiap lingkungan rukun tetangga (RT). Ini nanti yang akan kami bina, karena memang cukup prospektif.

Dihaharapkan kedepan bahwa kiranya Yayasan Damandiri tidak melakukan trend bunga pasar yang cenderung naik, karena bagaimana pun juga harus tetap memegang teguh komiten awal pada tujuan mulia yang peduli membantu masyarakat kecil guna pengentasan kemiskinan. Sebab, tentu sangat memberatkan jika bunga dinaikkan dan tujuan awalnya pun akan menjadi bergeser pada orientasi bisnis.

Bank Bukopin percaya Yayasan Damandiri sebagai Yayasan yang sangat peduli tentu akan memegang teguh setiap komitmen awal demi membangun kesejahteraan keluarga-keuarga dan masyarakat miskin sesuai tujuan daripada didirikannya Yayasan tersebut.

Di Surabaya

Bukopin mulai menyalurkan bantuan kepada usaha-usaha kecil menengah (UKM) sejak tahun 2002. Melalui koperasi-koperarasi yang dikelola Bukopin, kini telah ada 10 koperasi yang terkait dengan penyaluran kredit Pundi dan kredit Sudara. Berdasar kriteria hasil kerjasama dengan Yayasan Damandiri, jumlah plafon masing-masing penerima skim kredit berbeda. Untuk kredit pundi, masing-masing nasabah mendapat pinjaman maksimal 50 juta dan jumlah plafond kredit Sudara maksimal Rp 5 juta.

(25)

Pinjaman berbentuk kredit ini ungkap Masrukhil Hidayat Manager Bisnis UKM Bank Bukopin Cabang Surabaya, langsung diserahkan bank Bukopin kepada koperasi. Saat ini, jangkauan koperasi yang menjadi nasabah Bank Bukopim Surabaya masih sekitar Surabaya dan Sidoarjo, sedang wilayah Bank Bukopin Jawa Timur sebenarnya sudah mencapai Gresik, Mojokerto dan Malang.

Selain menyalurkan kredit kepada sejumlah koperasi, Bank Bukopin juga melakukan pembinaan langsung ke anggota-anggota melalui kunjungan terkait dengan fasilitas kredit itu sendiri seperti pengembalian pinjaman dan peningkatan usaha.

Sementara ituYayasan Damandiri juga melihat bahwa Yayasan INDRA telah mengembangkan usaha warung untuk pedagang kecil dengan baik bersama Bank Bukopin di Surakarta dan Semarang. Pengalaman Yayasan INDRA itu dimanfaatkan oleh Yayasan Damandiri untuk menggalang kerjasama lebih luas bersama Bank Bukopin. Melalui kesepakatan bersama antara Yayasan Damandiri, Yayasan INDRA dan Bank Bukopin, kemudian dikembangkan suatu skim yang disebut Warung Sudara.

Dalam program ini Yayasan INDRA menyediakan pengalamannya untuk dikembangkan, Yayasan Damandiri menyediakan dana pendukung untuk mitra keja bank dalam hal ini Bank Bukopin sebagai bank pelaksana yang menyalurkan skim kredit Warung Sudara melalui sistem executing yang lebih aman.

Dana untuk kegiatan Yayasan Indra tidak diberikan kepada Yayasan Indra tetapi digabungkan dengan kegiatan Bank Bukopin. Sedangkan

(26)

Yayasan Indra hanya bertindak sebagai advokator dan penyusun strategi operasionalnya.

Sebagian besar para pengusaha kecil yang mengambil kredit skim ini umumnya mempekerjakan para anggota keluarga kurang mampu, sehingga kredit dalam jumlah kecil yang disalurkan melalui Koperasi Swamitra binaan Bank Bukopin tersebut akhirnya menguntungkan karyawan yang tak lain merupakan anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Pati, Jawa Tengah

Direktur Utama BPR Artha Huda Abadi PATI, Ahmad Nadjib Zabidi, SH berkata Kredit Pundi yang dikucurkan kepada nasabah BPR Artha Huda Abadi Pati merupakan kredit yang sangat diminati oleh nasabah, terbukti outstanding yang diberikan kepada nasabah BPR Artha Huda melebihi dana ditempatkan Yayasan Damandiri. Pelaksanaan kredit Pundi lancar, dengan tingkat kemacetan di bawah 2%. Skim kredit ini sangat membantu upaya pengentasan kemiskinan sebagai upaya membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan keluarga. Melalui kredit KPTTG (Kredit Pengembangan Teknologi Tepat Guna) dan Kredit Pundi kerjasama Yayasan Damandiri dan BPR Artha Huda Abadi para nasabah yang umumnya berasal dari petani, pedagang kecil, dan industri rumah tangga mampu mengembangkan usahanya.

Dijelaskan BPR Artha Huda Abadi pada Juni 2000 menerima menerima dana Rp 3,5 milyar dari Yayasan Damandiri. Dari dana itulah BPR ini menggerakkan ekonomi mikro, memberikan kredit untuk pengentasan kemiskinan melalui Kredit Pundi kepada para petani, pedagang, berikut pengusaha kelas menengah bawah.

(27)

Perkembangan nasabahnya menarik. Jika awal berdiri nasabah hanya sekitar seribu orang, di akhir tahun 2005 berjumlah sepuluh ribuan, termasuk debitur dan kreditur. Tepatnya total seluruh nasabah BPR Artha Huda sampai tahun 2004 lalu mencapai 7.600 lebih nasabah, dan meningkat pada akhir 2005 menjadi 10.490 orang terdiri dari nasabah peminjam, nasabah penabung dan nasabah deposito. Mereka umumnya nasabah kelas menengah bawah.

Di Boyolali, Jawa Tengah

Realisasi penyaluran pinjaman kepada pengusaha micro melalui PT. Bank Perkreditan Rakyat Yekti Insan Sembada (YIS) berjalan dengan baik. Sesuai Perjanjian Kerjasama Program”PUNDI” antara Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, PT. BPR Yekti Insan Sembada dengan Koperasi Swadaya Masyarakat Yekti Insan Sejahtera. Tahun 2002 dan 2004, jumlah dana ditempatkan (deposito Yayasan Damandiri) per 28 Nopember 2005 di BPR YIS adalah untuk Progran SUDARA jumlah dana ditempatkan sebesar Rp 3 milyar Sedang untuk Program PUNDI jumlah dana ditempatkan sebesar Rp 1 milyar.

Direktur Utama PT. BPR Yekti Insan Sembada (YIS) H.M.Khusnan Sofwan,SH.,SE lebih jauh menjelaskan bahwa jumlah peminjam per 28 Nopember 2005 sebanyak 9.858 nasabah terdiri dari 2.791 nasabah perorangan dan 7.067 anggota kelompok, dengan jumlah plafond keseluruhan sebesar Rp 21.621.325.250.00.

Di Kendal

Perkembangan dan penerapan kredit Pundi melalui BPR Nusamba Jawa Tengah cukup baik. Contohnya saja di BPR Nusamba Cepiring, Kendal

(28)

ada 2.806 nasabah per Nopember 2005. Dari data outstanding Pundi di BPR Nusamba Cepiring sebanyak 107 nasabah atau Rp 880.528.000 dan 95 nasabah kredit Sudara. Dana ang sudah disalurkan kepada masyarakat sampai saat ini pun untuk kredit Pundi kini sudah menggunakan dana sendiri. Karena, angka kemacetan sangat kecil, sekitar 1, 95% untuk kredit Pundi dan 0,83% kredit Sudara.

Bambang Susanto, SE, MM Dirut BPR Nusamba Group Cepiring, Kendal, Jateng, menjelaskan keberhasilan nasabah kredit Pundi dan Sudara di BPR Nusamba Cepiring bisa dianalogikan sekitar 90%. Kunci dari keberhasilan ini disebabkan adanya dua cara yang ditempuh BPR Nusamba. Pertama, kredit pasar, kredit harian ini memungkinkan nasabah bertemu tiap hari hingga terjalin hubungan yang semakin erat. Ada semacam keengganan pindah ke lain hati, karena menginginkan proses binaan yang

(29)

berkelanjutan. Kunci kedua, kredit bulanan. Sistem jemput bola yang diterapkan oleh pegawai BPR Nusamba bisa mewakili kesibukan nasabah yang sedang berjualan atau mengurus barang dagangan tidak bisa datang ke bank sehingga harus ditemui di lokasi usahanya.

Dari binaan-binaan secara tidak langsung inilah terjalin keakraban, sehingga tak mengherankan bila akhirnya secara suka rela mereka menjadi marketing BPR Nusamba untuk memasarkan ke lingkungannya, saudara, teman, tetangga dan kerabat lainnya.

Bunga yang diterapkan BPR Nusamba Cepiring diberikan secara bertingkat sekitar 15 – 22 %. BPR Nusamba tidak bisa memberikan bunga lebih rendah lagi, karena untuk cost kredit pasar saja biayanya sudah cukup tinggi, tapi dibanding pesaing yang ada di pasar itu bunga BPR Nusamba jauh lebih murah.

Di Sulawesi Selatan

Direktur Pemasaran BPD Sulawesi Selatan Drs. H. Nur Salim Imran, MM berkata bahwa sejak sekitar tahun 2000, penandatanganan kerja sama sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama mendapat kucuran dana Yayasan Damandiri Rp 10 milyar, kedua Rp 5 milyar, dan ketiga Rp 15 milyar. Jadi, dana yang tersimpan di sini Rp 30 milyar, dengan deposito jangka waktu 5 tahun.

Semua dana itu sudah disalurkan kepada para nasabah melalui skim Kredit Pundi. Pernah terserap di atas Rp 20 milyar, dan pernah juga mengalami penurunan karena banyak nasabah atau debitur yang tidak lunas. Akan tetapi, sekarang ini sudah mendekati Rp 30 milyar lagi, hampir

(30)

mendekati plafon dana dari Yayasan Damandiri, karena banyaknya debitur yang lunas.

Sebagai Bank yang pernah menjadi cikal bakal diluncurkannya Program BBM Yayasan Damandiri Drs. H. Nur Salim Imran, MM berhasrap program tersebut dapat dihidupkan lagi. Karena banyak siswa SLTA menanyakannya karena memang memerlukannya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

Tetap Berperan Tingkatkan SDM

Pembangunan kembali perekonomian nasional akibat krisis telah berhasil memperbaiki kondisi ekonomi makro. Namun Bangsa Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan lain yang tidak kalah beratnya, yaitu belum mampu mengatasi masalah pengangguran dan daya saing sumber daya manusia yang masih rendah. Data dari Bappenas menunjukkan adanya peningkatan pengangguran terbuka dari 6.03 juta pada tahun 1999 menjadi 10 juta pada tahun 2003, yang lebih menyedihkan sebagian besar dari mereka bermukim di pedesaan.

Yayasan Damandiri memahami tantangan yang dihadapi warga bangsa, akibat krisis moneter berkepanjangan yang melanda dunia termasuk Indonesia. Sementara tuntutan penyediaan lapangan pekerjaan baru tidak mudah untuk segera ditanggulangi. Kondisi seperti ini semakin menguatkan Yayasan Damandiri untuk terus berkiprah memberi dukungan bagi pengentasan kemiskinan.

Menurut Subijakto Tjakrawerdaja, Sekretaris Yayasan Damandiri, upaya strategis yang dikembangkam Yayasan Damandiri dalam membantu

(31)

pemerintah untuk mengurangi pengangguran difokuskan kepada penciptaan lapangan kerja, sekaligus peningkatan daya saing sumber daya manusia di wilayah pedesaan, terutama di sektor industri pertanian dan usaha mikro di pedesaan. Di sisi lain, upaya nyata pembangunan di sektor industri pertanian akan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan pertanian, khususnya pangan, sekaligus membuka peluang kerja yang bermakna dan berhasil guna. Berbagai program yang konsisten dipertahankan adalah pemberdayaan masyarakat melalui skim-skim kredit bersemangatkan pembelajaran seperti Pundi dan Pundi Kencana. Meski dikembangkan sebagaimana aturan perbankan yang berlaku bunga pasar namun pelaksanaannya diberikan berbagai kemudahan.

Berbagai program lain yang berkaitan dengan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ditumbuh kembangkan. Dibidang pendidikan antara

(32)

lain memberikan dukungan melalui program Bantuan Belajar Mandiri (BBM) bagi siswa SMU dan bantuan biaya SPP bagi mahasiswa semester VII, bagi anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu, peningkatan kualitas bidan, sekolah unggul dan pemberdayaan masyarakat sekitar kampus, dengan menggandeng perguruan tinggi berbagai organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, dan dunia perbankan.

Januari 2006 Yayasan Damandiri genap berusia Satu Dasa Warsa. “Program dan dukungan Yayasan Damandiri untuk masa mendatang sesuai misinya tetap diprioritaskan untuk pemberdayaan sumber daya manusia (SDM). Meski dengan jumlah dana yang terbatas Yayasan Damandiri, akan melanjutkan bantuan dan dukungannya membantu keluarga-keluarga Indonesia yang tertinggal untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan hidupnya dalam kehidupan bangsa yang ber Pancasila,“ paparnya.

Referensi

Dokumen terkait

Kita telah menyusun program – program PUPR pada KSPN prioritas, baik masing-masing unit organisasi Kementerian PUPR termasuk BPIW. Sebagai salah satu contoh adalah

 Indonesia masih menghadapi masalah banjir, karena itu keberadaan ekosistem perairan mempunyai arti penting dalam mencegaH, dan mengendalikan banjir. Air hujan yang melimpah

Perubahan pembangunan tangki menjadi $ 30.000 menyebabkan perbedaan rute pengiriman.. perubahan Biaya Rendah dan Rata - Rata untuk Pembangunan Tangki. Pengiriman tetap dilakukan

Solusi Kerusakan seperti ini dapat terjadi jika rangkaian horizontal pada IC utama tidak rusak (bekerja), tapi bagian gambar dan suara mengalami?. Kerusakan bukan pada

Dalam percobaan penggolongan kation dan anion ini merupakan suatu analisa kualitatif. Pada percobaan ini dilakukan percobaan analisa kualitatif basah. Analisa kualitatif adalah

Kemampuan berpikir logis peserta didik mengalami peningkatan selama dilakukan tindakan penerapan discovery learning menunjukkan bahwa discovery learning memberi

Sesuai dengan hasil analisis data pada tabel di atas menunjukkan bahwa zakat produktif yang disalurkan oleh BAZNAS Kota Pekanbaru belum mampu mewujudkan

Pile caps adalah komponen struktur yang digunakan untuk menghubungkan kolom dengan pondasi yang berfungsi untuk menyebarkan beban vertikal dan momen ke semua