DAFTAR ISI
Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi
TINJAUAN EKONOMI
Masih surplus, walaupun lebih rendah
Neraca perdagangan masih mencatat surplus sebesar USD477mn di Jun15, walaupun lebih rendah dibandingkan USD1,077mn di May15. Surplus ini dipicu oleh surplus sektor nonmigas sementara sektor migas masih mencatat defisit di bulan tersebut.
Ekspor nonmigas tumbuh sebesar 5.9% MoM menjadi USD11,985mn di Jun15 (-5.1% YoY) seiring kenaikan ekspor CPO dan karet (+17.0% MoM dan 14.3% MoM) di bulan tersebut. Namun, impor nonmigas tumbuh lebih tinggi yaitu 8.9% MoM menjadi USD10,386mn di Jun15, mengakibatkan penurunan surplus nonmigas di bulan tersebut (-10.5% MoM).
Untuk sektor migas, ekspor tumbuh sebesar 6.3% MoM (-47.7% YoY), sementara impor tumbuh lebih tinggi yaitu 23.9% MoM (-24.1% YoY). Hal ini menyebabkan deficit yang melebar di sektor migas menjadi USD1,122mn di Jun15 dari USD710mn di May15.
Terhadap total impor, impor bahan baku tumbuh sebesar 12.1% MoM 18.2% YoY), diikuti oleh impor barang modal sebesar 11.0% MoM (-16.7% YoY) dan barang konsumsi sebesar 8.9% MoM (-10.8% YoY). Impor bahan baku mengambil proporsi terbesar dari total impor yaitu 75.4% di Jun15.
Secara kumulatif untuk 6 bulan pertama di tahun ini, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD4,463mn dari deficit neraca perdagangan sebesar USD1,129mn di 1H14 seiring penurunan deficit dari sektor migas. Deficit di sektor migas tercatat sebesar USD2,993mn di 1H15 dibandingkan dengan deficit sebesar USD6,111mn di 1H14. Penurunan harga minyak telah membawa dampak positif terhadap kinerja sektor migas. Rata-rata harga Brent tercatat sebesar USD61.1/barrel di 1H15, menurun secara berarti dari rata-rata sebesar USD108.8/barrel di 1H14. Sementara itu, kinerja sektor nonmigas juga membaik menjadi USD7,456 (+49.7% YoY) di 1H15 akibat penurunan impor yang sangat tajam selama periode tersebut, seiring melemahnya Rupiah dan melambatnya perekonomian domestik.
Indonesia trade data
Source: Central Bureau of Statistics (BPS)
May-15 Jun-15 %MoM Jun-14 % YoY Ytd14 Ytd15 % YoY Exports (US$mn) 12,690 13,441 5.9% 15,410 -12.8% 88,825 78,398 -11.7 Non-oil&gas Exports (US$mn) 11,320 11,985 5.9% 12,624 -5.1% 73,139 68,294 -6.6 Oil&gas-Exports (US$mn) 1,370 1,456 6.3% 2,786 -47.7% 15,685 10,104 -35.6 Imports (US$mn) 11,614 12,964 11.6% 15,698 -17.4% 89,954 73,935 -17.8 Non-oil&gas Imports (US$mn) 9,533 10,386 8.9% 12,304 -15.6% 68,158 60,838 -10.7 Oil&gas-Imports (US$mn) 2,081 2,578 23.9% 3,394 -24.1% 21,796 13,097 -39.9 Trade balance (US$mn) 1,077 477 -55.7% -288 -265.5% -1,129 4,463 NM Non oil and gas 1,787 1,599 -10.5% 320 399.7% 4,982 7,456 49.7% Oil&gas balance -710 -1,122 NM -608 NM -6,111 -2,993 NM
Laporan Bulanan
Fund Manager Summary
Inflasi di bulan Jun 15, suku bunga acuan BI tetap
Inflasi sebesar 0.93% MoM tercatat di bulan Jul15, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 7.26% (tidak berubah dari Jun15). Inflasi di bulan Jul15 dipicu oleh inflasi di sektor bahan makanan (+2.02% MoM) dan transportasi (+1.74% MoM). Kedua sektor ini menyumbang 0.75ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi bulan Jul15 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (+2.02% MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.51% MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.13% MoM), sandang (+0.39% MoM), kesehatan (+0.36% MoM), pendidikan (+0.34% MoM) dan transportasi (+1.74% MoM).
Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 4.86% YoY di bulan Jul15 , lebih rendah dibandingkan Jun15 yang sebesar 5.04% YoY. BI mempertahankan suku bunganya di 7.50% pada bulan Jul15.
Rupiah mengalami sedikit depresiasi, harga minyak mengalami penurunan
The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY mengalami penurunan menjadi 110.29 di bulan Jul15 dari 111.63 di bulan Jun15. Rupiah mengalami sedikit depresiasi yaitu 0.9% MoM menjadi Rp13,339/USD di bulan Jul15. Harga minyak Brent turun menjadi USD52.21/barrel di bulan Jul15 dari USD63.59/barrel di bulan sebelumnya. Cadangan devisa sedikit mengalami penurunan menjadi USD107.6bn di akhir Jul15 dibandingkan dengan USD108.0 bn di akhir Jun15..
Berita penting lainnya :
●
Data penjualan bulanan: kenaikan penjualan otomotif dan semenDi bulan Jun15, penjualan mobil tercatat sebesar 82,139 unit (+3.7% MoM, -25.7% YoY), sehingga mengakibatkan total penjualan di 1H15 menjadi 25,320 unit atau turun sebesar 18.2% YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebesar 574,714 units (+22.4% MoM; -23.5% YoY), sehingga mengakibatkan penjualan kumulatif di 1H15 sebesar 3,174,162 unit (-24.5% YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 4,893mn ton di Jun15 (+1.0% MoM atau -5.8% YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 27,992 mn ton di 1H15 (-3.5% YoY).
●
Harga bahan bakar bersubsidi akan dipertahankanPemerintah Indonesia mengumumkan bahwa harga premium dan diesel bersubsidi tidak akan berubah di bulan ini. Pertamina baru-baru ini meluncurkan produk baru, Pertalite, yaitu BBM dengan RON 90. Adapun harganya ditetapkan akan lebih tringgi dari Premium (RON 88) namun lebih rendah dari Pertamax (RON 92).
●
Realisasi investasi tumbuh sebesar 16%YoY di 2Q15 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia melaporkan realisasi investasi sebesar Rp135tn (+16.3% YoY atau +8.4% QoQ) di 2Q15 YoY. Investasi asing menyumbang 68% dari total investasi dan disalurkan ke sektor transportasi, pergudangan, telekomunikasi dan pertambangan.●
Pemerintah menerbitkan aturan kenaikan tarif impor Pemerintah menerbitkan aturan kenaikan tarif impor atas beberapa produk konsumsi, dimulai dari teh, coklat, daging olahan hinggaminuman beralkohol dan barang-barang elektronik. Melalui peraturan ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan daya saing produsen local.
●
OJK mengeluarkan 35 aturan baru bagi bank dan lembaga keuanganOJK menerbitkan 35 aturan (untuk bank, pasar modal dan lembaga keuangan non bank) dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Di bidang perbankan, peraturan ini mencakup perubahan dalam perhitungan ATMR, restrukturisasi kredit dan definisi NPL. Di bidang pasar modal,OJK akan mendorong BUMN publik untuk menghimpun dana melalui pasar modal. Selain itu, OJK juga akan membangun perusahaan pemeringkatan untuk UMKM.
TINJAUAN PASAR SAHAM
Another Red Territory
Selama bulan Juli, sentimen yang mempengaruhi kinerja indeks pasar saham Global sangat beragam. Pasar saham Eropa ditutup di zona hijau setelah risiko Grexit menjadi berkurang. Secara keseluruhan, kondisi prasyarat lebih menguntungkan posisi kreditur dan tingkat hutang masih dalam batas kendali Yunani. Pasar saham AS juga ditutup naik di bulan Jali, karena beberapa data ekonomi terus menunjukkan tanda perbaikan. Tambahan lapangan pekerjaan sebesar 215,000 di Juli, tingkat pengangguran berada di level yang sama 5.3% , terendah sejak April 2008. Sementara itu, pasar saham China masih bertumbangan di bulan Juli, dipicu aksi jual yang tinggi dan perlambatan ekonomi. Pemerintah China mengeluarkan beberapa intervensi untuk mengurangi penurunan indeks, seperti larangan short-selling, menunda aksi IPO dan melarang pemegang saham mayoritas untuk menjual posisinya dalam enam bulan. Kinerja indeks Global selama Juli : NASDAQ (2.84% ), S&P 500 (1.97% ), Dow Jones (0.40% ), Swiss SMI (7.37% ), CAC 40 Index (6.10% ), Euro Stoxx (5.15% ), Stockholm OMX (4.80% ), Shanghai 14.34% ), HK Hang Seng 6.15% ), dan Thai set (-4.28% ).
IHSG turun ke level terendah dalam 1 tahun terakhir ke level 4803 di Juli (turun 2.2% MoM). Rupiah terus melemah terhadap USD dan ditutup di level Rp13,539/USD atau melemah 1.5% MoM. Cadangan devisa juga sedikit turun sebesar USD40juta di Juli ke level USD107.6bn, setelah BI melakukan intervensi terhadap pelemahan Rupiah di pasar. Investor tampak fokus pada hasil kinerja keuangan Perusahaan di 2Q15. Di tengah perlambatan ekonomi, kinerja keuangan cenderung menurun dan hal ini sudah diantisipasi sebelumnya. Kinerja yang lemah datang dari sektor yang sifatnya cyclical seperti otomotif, semen dan komoditas. Sementara itu sektor konsumer masih menunjukkan pricing
power ditengah pertumbuhan volume yang relatif flat. Untuk sektor
perbankan, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga masih sesuai ekspektasi, namun provisi cenderung naik. Kinerja positif datang dari sektor konstruksi, menunjukkan mulainya belanja Pemerintah dan juga dari sektor health-care yang masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang meningkat di tengah perlambatan ekonomi. Pada bulan ini, Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang menaikkan tarif impor atau bea masuk untuk beberapa produk konsumen seperti teh, coklat, daging olahan sampai alkohol dan barang
elektronik agar barang lokal menjadi kompetitif. Angka PMI masih berada di bawah level 50 selama tujuh bulan berturut-turut yakni di angka 47.3, yang menunjukkan kondisi kontraksi di sektor manufaktur. Rata-rata volume transaksi di Juli adalah USD339juta, turun 9% dibanding bulan sebelumnya. Investor asing mencatatkan nilai beli bersih sekitar USD10juta di Juli, namun angka YTD masih tercatat jual bersih sebesar USD0.78milyar. Kinerja negatif datang dari sektor Mining sector 10.45% ), Basic Industry 3.76% ), Miscellaneous Industry 1.84% ), Finance 1.30% ), Infrastructure & Telecommunication (-0.53% ). Sementara kinerja positif dari sektor Consumer (+3.91% ), Trade and Services (+3.79% ) and Property & Construction (+2.68% ). .
TINJAUAN PASAR OBLIGASI
Pasar obligasi Indonesia kembali tertekan di bulan Juli dimana kelesuan perekonomian dunia terus memainkan peranan penting dalam menentukan sentimen pasar. Peningkatan krisis hutang Yunani yang ditakutkan mengancam keanggotaan negara tersebut dari mata uang tunggal Euro memicu aksi penghidaran resiko dari investor. Lebih dekat dengan Indonesia, koreksi tajam pasar saham Cina merupakan berita yang kurang menggembirakan bagi investasi di negara berkembang termasuk Indonesia. Di sisi domestik, angka inflasi Juli tercatat lebih tinggi dari perkiraan di 7,26% YoY (0,93% MoM) dibandingkan dengan konsensus 7,06% YoY (0,74% MoM) disebabkan oleh faktor musiman yaitu peningkatan harga pangan dan biaya transportasi. Sementara inflasi inti menurun di 4,86% YoY (Juni: 5,04% YoY). Neraca perdagangan bulan Juni mencatatkan angka yang lebih rendah dari perkiraan yaitu surplus USD 477 juta (proyeksi: USD 496 juta), menyempit dari angka Mei yang telah direvisi yaitu sebesar USD 1,07 miliar. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya surplus non migas dan lemahnya neraca perdagangan migas. Angka eskpor di bulan Juni meningkat sebesar 5,9% MoM (-12,8% YoY) sementara impor mengalami perningkatan sebesar 11,6% MoM (-17,4% YoY). Dengan latar belakang tersebut, Bank Indonesia menjaga suku bunga BI di 7,5% dengan suku bunga simpanan FASBI dan suku bunga pinjaman FASBI masing-masing di 5,5% dan 8% .
Pemerintah hanya menyelenggarakan satu kali lelang obligasi konvensional mengingat pendeknya hari kerja di bulan Juni. Kelangkaan suplai di bulan ini menghasilkan minat tinggi di lelang dimana Kementerian Keuangan (“Kemenkeu”) berhasil memaksimalkan jumlah penerbitan obligasi. Kemenkeu menerbitkan obligasi (vs permintaan masuk) sebesar Rp 15 triliun (Rp 26,42 triliun), terdiri dari Rp 1 triliun (Rp 2,37 triliun) SPN 3 bulan, Rp 2 triliun (Rp 2,55 triliun)
SPN 1 tahun, Rp 4,1 triliun (Rp 12,46 triliun) FR56 bertenor 11 tahun, Rp 7,9 triliun (Rp 9,03 triliun) FR72 bertenor 21 tahun di rata-rata tertimbang (cut-off yields) 6,20% , 6,88% , 8,11% dan 8,37% secara berurutan. Menjelang akhir bulan, Kemenkeu berhasil menerbitkan sebanyak EUR 1,25 miliar obligasi berdenominasi Euro dengan tenor 10 tahun dengan kupon 3,375% di imbal hasil 3,555% . Berkat strategi front loading, di akhir Juli pemerintah berhasil mengamankan sekitar 74% target penerbitan obligasi untuk tahun ini. Melihat permintaan masuk yang tercatat di pasar perdana, minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia tetap terjaga terlepas dari meningkatnya kemungkinan kenaikan suku bunga Fed.
Di pasar sekunder, dalam skala besar sentimen pasar didikte oleh isu eksternal. Pada paruh pertama bulan ini, minat atas resiko menghilang disebabkan kekuatiran investor akan negosisasi restrukturisasi hutang Yunani setelah masyarakat negara tersebut menolak paket austerity. Sentimen pasar semakin lemah saat pasar saham Cina turun tajam dalam satu hari. Di paruh bulan kedua, setelah liburan Lebaran, pasar obligasi yang lemah turun lebih jauh saat pasar kembali dikuatirkan oleh kemungkinan jatuhnya pasar saham Cina ditengah penguatan Dolar Amerika Serikat. Bahkan dinamika suplai pasar obligasi Indonesia yang baik gagal memulihkan sentimen pasar. Perilaku risk off investor asing terlihat dari posisi kepemilikan asing yang sedikit menurun ke Rp 533,63 triliun (-Rp 3,9 triliun), setara dengan 38,96% dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan. Kinerja pasar obligasi yang diindikasikan oleh indeks obligasi HSBC yang mengukur total return mencatatkan kerugian selama lima bulan berturut-turut. Di akhir bulan, indeks ditutup di 727,285, mencerminkan penurunan bulanan sebesar -1,07% . Kurva imbal hasil bergerak naik dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 8,37% (+15bps), 8,52% (+23bps), 8,79% (+35bps), dan 8,81% (+39bps).
Source: Bloomberg,BNP Paribas
DISCLAIMER
Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagian dari BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**.
Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan:
1. Suatu bentuk penawaran untuk membeli atau permintaan untuk menjual atau dijadikan dasar dari atau yang dapat dijadikan pedoman sehubungan dengan suatu perjanjian atau komitmen apapun atau
2. Suatu nasehat investasi.
Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk.
Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan tersebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan apabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya dengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut.
Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami laporan keuangan terbaru dari Instrumen Keuangan tersebut. Prospektus, dokumen penawaran atau informasi lainnya dari Instrumen Keuangan tersebut yang tersedia di kantor lokal BNPP IP, jika ada, atau dari pihak marketing dari Instrumen Keuangan tersebut.
Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pajak mereka sehubungan dengan nasehat-nasehat hukum, akuntansi, domisili dan peIDRajakan sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan tersebut sehubungan dengan pengambilan keputusan yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini.
Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk kondisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke dalam Produk Investasi ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gambaran hasil dalam dokumen ini. Kinerja masa lalu bukan suatu pedoman untuk kinerja masa datang dan nilai investasi dalam Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal atas investasi awal.
Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak.
INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG.
* PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA).
** “ BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas grup aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi BNP Paribas Investment Partners lokal yang terdaftar..