• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 1 - Patologi Hidung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul 1 - Patologi Hidung"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Ri

Rinono yayangng SeSeriringng BeBersrsinin Rino tidak kuliah hari ini.

Rino tidak kuliah hari ini. Kepalanya terasa sakit di dahiKepalanya terasa sakit di dahi seperti di tusuk-tusuk sejak seminggu yang lalu terutamaseperti di tusuk-tusuk sejak seminggu yang lalu terutama ketika menunduk at

ketika menunduk atau posisi sujud. Pau posisi sujud. Pipinyaipinya terasa berat.terasa berat. Sebagai mahasiswa kedokteran, Rino memperkirakanSebagai mahasiswa kedokteran, Rino memperkirakan bahwa sak

bahwa sakitnya iitnya ini ada hubni ada hubunganungannya dengnya denganan bersinbersin-bersi-bersinn yangyang seringsering diderita sejak kecil.diderita sejak kecil. Apalagi dua tahun i Apalagi dua tahun inini sering kambuh sejak ia kuliah

sering kambuh sejak ia kuliah dan tinggal di rumah kost. dan tinggal di rumah kost. Bila sedang kambuh,Bila sedang kambuh, Rino selaluRino selalu bersin-bersin-bersinbersin,, beringberingusus yang encer dan bening, mata dan hidung

yang encer dan bening, mata dan hidung terasa gatal.terasa gatal. Rino memang meRino memang memilikimiliki saudara kandung dan orang tsaudara kandung dan orang tuanyauanya yang memiliki kelu

yang memiliki keluhan yang sama han yang sama dengan dirinya. Kepaldengan dirinya. Kepalaa RinoRino semakin bertambah sakit semakin bertambah sakit ketika ingat bahwa kuliahketika ingat bahwa kuliah hari ini tentang penatalaksanaan epistaksis yang akan diujikan pada UAB pe

hari ini tentang penatalaksanaan epistaksis yang akan diujikan pada UAB pe kan depan.kan depan. Terms

Terms Se

Semimingnggugu lalalulu :: Ketik

Ketika menunduk,a menunduk, posisi sujuposisi sujud d  Kepal

Kepalaa sakit sakit di dahdi dahi,i, ditusditusuk-tuuk-tusuk suk  Pipi

Pipi terasterasa bea berat rat  Sej

Sejak keak kecilcil :: Bersin-bersin Bersin-bersin Ing

Ingusus encencer,er, benbening ing  Ma

Mata,ta, hidhidungung gatgatal al  Anatomi dasar  Anatomi dasar 

Anatomi permukaan Anatomi permukaan

Terbentang mulai dari radix nasal sampai nares anterior  Terbentang mulai dari radix nasal sampai nares anterior  Dibentuk oleh tulang rawan dan tulang cranii

Dibentuk oleh tulang rawan dan tulang cranii

Nares anterior sebagai lubang hidung utama berjalan melewati cavitas nasi menuju nares posterior  Nares anterior sebagai lubang hidung utama berjalan melewati cavitas nasi menuju nares posterior  (coana)

(coana)

Cavitas nasi dexter-sinister dipisahkan oleh septum nasi Cavitas nasi dexter-sinister dipisahkan oleh septum nasi Septum nasi dibentuk oleh 3 tulang rawan :

Septum nasi dibentuk oleh 3 tulang rawan : Cartilago septum nasi

Cartilago septum nasi

Lamina perpendicularis ossis ethmoidales Lamina perpendicularis ossis ethmoidales Vomer (menghubungkan keduanya) Vomer (menghubungkan keduanya) Sinus paranasales

Sinus paranasales Sin

Sinusus nasnasalealess frofrontantalislis  Agak superior dari

 Agak superior dari margo superiormargo superior dinding medial orbitdinding medial orbitaa N.supraorbitalis (dahi dan kulit kepala)

N.supraorbitalis (dahi dan kulit kepala)

Bermuara ke meatus medius melalui infundibulum nasales Bermuara ke meatus medius melalui infundibulum nasales Sinus nasales ethmoidales

Sinus nasales ethmoidales

Tepat di medial dinding medial orbita Tepat di medial dinding medial orbita Bermuara ke meatus medius melalui : Bermuara ke meatus medius melalui :

Bagian anterior  Bagian anterior  Infundibulum Infundibulum Bagian medius Bagian medius Bulla ethmoidales Bulla ethmoidales

Bagian posterior bermuara ke meatus nasales superior  Bagian posterior bermuara ke meatus nasales superior  Sinus nasales sphenoidales

Sinus nasales sphenoidales Tepat di medial

Tepat di medial dinding medial orbitdinding medial orbitaa agak dorsal ke dalamagak dorsal ke dalam Bermuara ke recessus

Bermuara ke recessus sphenoethmoidalessphenoethmoidales Sinus nasales maxillaris

Sinus nasales maxillaris

Dinding anterior maxilla margo inferior orbita Dinding anterior maxilla margo inferior orbita N.infraorbitalis

N.infraorbitalis Bermuara

Bermuara ke meatus nasales medike meatus nasales medius melalui hiatus semus melalui hiatus semilunarisilunaris Daerah yg

Daerah yg sering terinfeksi sering terinfeksi : apertura: apertura (hiatus semilunar(hiatus semilunaris)is) menuju meatmenuju meatus medius us medius sempit,sempit, mudah tersumbat dan meradang

mudah tersumbat dan meradang Cavitas nasal

Cavitas nasal

Batas-Batas-batasnbatasnyaya dibendibentuk oleh ossa craniituk oleh ossa cranii menjamenjadidi struktstruktur concha, setiap bawah concha terdur concha, setiap bawah concha terdapat meatuapat meatuss nasales

nasales

Recessus sphenoethmoidales : muara sinus phenoidales Recessus sphenoethmoidales : muara sinus phenoidales Concha nasales superior 

Concha nasales superior 

Meatus nasales superior  Meatus nasales superior  Concha n

Concha nasaleasaless mediumediuss

Meatus nasales medius Meatus nasales medius

(2)

Concha nasales inferior 

Meatus nasales inferior : muara ductus nasolacrimales Vascular 

 A.ethmoidales anterior-posterior   A.palatina major 

 A.labialis superior 

Ketiga arteri diatas membentuk anastomosis bersama di cavitas nasi : plexus kiesselbach Fisiologi dasar 

Mukosa hidung

Jaringan cavernosa erectil yang mudah mengembang dan mengempis (saraf otonom) Kaya vaskularisasi yang bermuara ke plexus nasales

2 macam mukosa hidung 1/3 superior : mucosa olfactoria

Batang berlapis semu tidak bersilia

Dibentuk 3 macam sel epitel : sel penunjang, sel basal, sel reseptor penghidu 2/3 inferior : mucosa respiratoria

Batang berlapis semu bersilia

Terdapat sel goblet pensekresi mukus

Menangkap dan menyaring udara yang masuk, membawa debris udara menuju phar ynx untuk ditelan

Sistem transpor mukosilier 

Pertahanan aktif rongga hidung terhadap antigen

Membrana mukosa mensekresikan IgG, IgM, albumin, faktor komplemen. Serosa : IgA, lisozim, laktoferin, inhibitor lekoprotease secretoric

IgA : mengikat antigen pada lumen respiratori untuk dibuang IgG : respon peradangan jika terpajan bakteri

Masing-masing sinus paranasales memiliki membrana mukosa yang mensekretkan mukus

Sekret sinus frontal + maksila + etmoid anterior bergabung di infundibulum menuju meatus inferior, masuk ke nasopharynx melalui anteroinferior tuba eustachius

Sekret sinus sphenoid + etmoid posterior bergabung di recessus sphenoethmoid, masuk ke nasopharnyx melalui posteriosuperior tuba eustachius

Sekret ethmoid posterior langsung ke inferior tuba eustachius Fungsi sinus paranasales

Fungsi respirasi

Menghangatkan udara : udara masuk melalui nares anterior bergerak menuju meatus medius turun ke meatus inferior 

Menyaring udara yang masuk melalui vibrissae vestibulum nasi, silia, palut lendir (mukus) Partikel debu dibuang melalui bersin

Fungsi penghidu

Merasakan bau tertentu melalui 1/3 superior cavitas nasi dengan cara menarik napas dalam

Fungsi fonetik

Sinus paranasales sebagau rongga udara resonansi : membantu berbicara dan menyanyi Sumbatan mengurangi resonansi : suara se ngau (rinolalia)

Konsonan nasal : m, n, ng pada saat mulut tertutup dan rongga hidung terbuka Fungsi statik-mekanik

Meringankan beban kepala, proteksi trauma, pelindung panas Refleks nasal

Infeksi mukosa hidung - refleks bersin, napas terhenti Rangsang bau - sekresi liur, enzim pankreas, lambung

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pembagian, faktor resiko, patofisiologi,penegakan diagnosis, manifestasi klinis dan penatalaksanaan infeksi hidung luar 

2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan rhinitis

Macam rhinitis

Rinitis non-infeksi  Alergi

Vasomotor  Medikamentosa

(3)

Rinitis infeksi  Akut Simpleks Influenza Kronik Hipertrofikans  Atrofikans (ozaena) Sicca Spesifik Difteri Sifilis Tuberkulosa Jamur  Rhinitis alergi Definisi

Penyakit inflamasi yang disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe I : terjadi paparan ulangan terhadap alergen yang sama disertai pelepasan mediator kimiawi inflamasi

Kelainan pada hidung dengan gejala bersin, rinnorea, gatal dan tersumbat setelah terpapar alergen (diperantarai IgE)

Klasifikasi

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis) Terjadi di negara 4 musim

 Alergen penyebab spesifik : pollen (tepung sari) dan spora jamur 

Polinosis atau rino konjungtivis : hidung mata merah, gatal, larimasi (berair) Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)

Timbul secara intermiten (kadang-kadang) atau terus-menerus (persisten) Timbul tanpa mengenal musim

Disebabkan oleh alergen inhalan (paling utama), ingestan (kebanyakan pada anak-anak) Etiologi

Rhinitis yang disebabkan karena adanya proses peradangan yang diperantarai oleh reaksi alergi tipe 1 (anafilaksis)

Patofisiologi

 Alergen yang masuk ke dalam vaskular kemudian ditangkap oleh fagosit

Fagosit memproses dan mengolahnya, kemudian dipresentasikan oleh sel T helper di permukaannya

Sel T helper yang mengandung antigen ini akan merangsang sel B aktif mensekretkan IgE lewat induksi sitokin

IgE akan menempel pada sel mast, basofil dan eosinofil yang mempunyai reseptor Fce Ketika terdapat antigen yang sama terpajan, maka antigen tersebut akan ditangkap oleh IgE sehingga terbentuk kompleks IgE-antigen dalam permukaan sel mast, basofil dan eosinofil Terjadi degranulasi sel mast, basofil dan eosinofil, granul mengeluarkan mediator kimiawi (histamin, serotinin, prostaglandin) sebagai gejala

Anamnesis

Rinore encer, banyak

Bersin patologis (berulang lebih dari 5x serangan) Hidung gatal, tersumbat

Mata gatal, lakrimasi berlebihan  Allergic shiner 

Bayangan gelap kehitaman melintang di bawah mata akibat stasis vena sekunder karena obstruksi hidung

Tepat di lipatan pertama kulit infraorbita  Allergic salute

Perilaku suka menggosok-gosok hidung karena gatal  Allergic crease

Garis melintang 1/3 dorsum hidung, marking karena adanya allergic salute Gambaran orang seperti mabuk

Terdapat satu atau lebih alergen yang menjadi penyebab serangan berulang Riwayat alergi dalam keluarga

Sering terpapar oleh penyebab serangan (ada pada lingkungan dengan alergen) Pemeriksaan fisik

(4)

Sklera dan konjungtiva memerah Daerah gelap periorbita (allergic shiner)

Lipatan infraorbita (dennie-morgan infraorbital)

Geographic tongue pada anak-anak : daerah tertentu pada lidah yang dapat dibedakan dgn da erah lainnya

Pemeriksaan penunjang In vitro

Hitung eosinofil atau basofil : eosinofil normal atau meningkat, basofil +5 sel/lap pandang (alergi makanan), ada sel PMN (infeksi bakteri)

Pemeriksaan IgE spesifik (RAST : radioimmuno sorbent test atau ELISA : enzyme linked immune sorbent assay test) : mengalami peningkatan dari normal

In vivo

Skin end-point titration (SET)

Penyuntikan alergen inhalan pada kulit

Penyebab dan erajat alergi, dosis inisiasi dapat diketahui Intracutaneus Provocative dilutional food test (IPDFT)

Penyuntikan alergen ingestan Diet eliminasi dan provokasi (challenge test)

Sebagai gold standard

 Alergen ingestan lenyap dalam tubuh selama 5 hari (gejala mulai menghilang) Diberikan opsi prevensi terhadap alergen ingestan yang tidak diberikan selama 5 hari berturut

Dilihat efek pada gejala utama yang semakin menurun Penatalaksanaan

Preventif 

Menghindari alergen penyebab serangan Medikamentosa

 Antihistamin, AH1 oral single dose (mengurangi sekresi mukus, mengurangi permeabilitas kapiler) atau combined dengan dekongestan oral (vasokonstriksi arteriol darah, agonis selektif reseptor a2 epinefrin)

Kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason) Sediaan

 Antihistamin

Loratadine tab 10 mg/hari 1x sehari (baik sebelum-sesudah makan) Citirizine HCl tab 10 mg/hari 1x sehari (baik sebelum-sesudah makan) Dipakai 4-8 minggu

Dekongestan topikal

Fluticasone, oxymetazoline. nasal spray 27.5 mcg/spray x 120 spray. 1x sehari 2x semprot cavum nasi dextra et sinistra

Dipakai 3-5 hari Dekongestan oral

Pseudoephedrine tab 30 mg/hari 1x sehari (baik sebelum-sesudah makan)

Dipakai 3-5 hari Kortikosteroid oral

Triamcinolon, methylprednisolone tab 4-48 mg/hari 1x sehari (sesudah makan)

Dipakai 3-5 hari Operatif 

Konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior)

Konkoplasti (multiple outfractured, inferior turbinoplasty) : jika k onka inferior hipertorfi meskipun dikauterisasi dgn AgNO3 25persen

Imunoterapi

Pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE Diberikan secara intradermal dan sublingual

Komplikasi

Polip hidung Otitis media efusi Sinusitis paranasales Rhinitis vasomotor 

(5)

Rhinitis dengan keadaan idiopatik, tanpa adanya infeksi alergen, perubahan hormonal, atau pajanan obat

Neurogenik

Serabut saraf parasimpatis (n.vidianus : vasodilatasi dan peningkatan sekresi hidung) dan simpatis (vasokontriksi dan penurunan sekresi hidung) yang tidak seimbang Normal : simpatis lebih dominan d ibanding parasimpatis

Vasomotor rhinitis : parasimpatis lebih dominan dibanding simpatis - kongesti nasal akibat sekret mukus berlebih

Neuropeptida

Hipereaktifitas hidung karena peningkatan sensitivitas saraf sensoris C

Saraf sensoris C memicu pelepasan neuropeptida yang meningkatkan permeabilitas vaskular dan sekresi kelenjar 

Nitrit oksida

NO menyebabkan rusaknya lapisal epitel hidung (nekrosis) - rangsangan nonspesifik mudah berpengaruh

Trauma

Komplikasi jangka panjang trauma hidung akibat neuropeptida dan/atau neurogenik Anamnesis

Dicetuskan oleh rangsangan non-spesifik

Hidung tersumbat bergantian kanan-kiri (brgantung posisi) Rinore mukoid atau serosa

Bersin jarang, tidak gatal

Jarang disertai dengan gejala pada mata (-lakrimasi -gatal mata) Memburuk pada pagi hari (atau pada perubahan suhu ekstrem) Pemeriksaan fisik

RA : edema mukosa hidung, konka merah tua, gelap, pucat, permukaan konka lincin atau berbenjol-benjol, sekret mukoid sedikit

Pemeriksaan penunjang

In vitro atau in vivo tes sama dengan allergic rhinitis, semua hasil negatif  Tes cukil kulit negatif terjadap antigen

IgE serum normal dan tidak meningkat

Eosinofil rongga hidung ditemui sangat sedikit Penatalaksanaan

Hindari penyebab

Pengobatan simptomatis : dekongestan oral, cuci hidung garam fisiolofis, kauterisasi jika hipertrofi konka dengan AgNO3 25persen, kortikosteroid topikal, tidak diberikan AH

Operasi (bedah-beku, elektrokauter, konkotomi parsial konka inferior) Neurektomi N.vidianus

Rhinitis medikamentosa Etiologi

Riwayat pemakaian obat topikal vasokonstriktor golongan s impatomimetik (misal : tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama

Patofisiologi

Topikal vasokonstriktor menyebabkan dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokonstriksi Keadaan dilatasi berulang menyebabkan pasien merasa nyaman untuk menggunakannya lagi Vasokonstriksi-vasodilatasi fluktuatif menyebabkan obstruksi hidung

Kadar reseptor a-adrenergik tinggi di mukosa hidung

Reseptor menjadi tidak sensitif, aktivitas vasokonstriksi arteriol berkurang, terjadi kongesti mukosa hidung (rebound congestion)

Anamnesis

Riwayat penggunaan obat topikal vasokonstriktor golongan simpatomimetik (semprot hidung atau tetes hidung) : sebaiknya penggunaan tidak lebih dari 1 minggu

Hidung tersumbat terus-menerus, berair  Pemeriksaan fisik

RA : edema/hipertrofi konka, sekret hidung b erlebih Pemeriksaan penunjang

Pengujian dengan tampon adrenalin : edema konka tidak berkurang Penatalaksanaan

Hentikan penggunaan obat

-rebound congestion : kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dengan tappering -off  Mengembalikan fisiologik mukosa hidung (-reseptor a-adrenergik) : kortikosteroid topikal

(6)

Dekongestan oral (biasa dgn pseudoefedrin) Rhinitis sicca

Etiologi

Lingkungan berdebu, suhu tinggi (panas), kering (lingkungan xerosa : sangat kering menghambat pembentukan mukus)

Riwayat konsumsi alkohol Riwayat penderita anemia

Malnutrisi, gizi buruk (sosial-ekonomi rendah) Anamnesis

Iritasi, hidung sangat kering Kadang-kadang epistaksis

Lingkungan berdebu, panas, sangat kering

Riwayat penderita anemia, peminum alkohol, gizi buruk Biasanya ditemukan pada orangtua

Pemeriksaan fisik

RA : mukosa hidung kering pada septum anterior dan konka inferior  Krusta (mukus yang sudah menjadi kerak) sedikit atau tidak ada Pemeriksaan penunjang

 Apusan hidung, radiografi, CT Scan Penatalaksanaan

Tergantung pd penyakit sistemik yang menyebabkannya Obat cuci hidung, NaCl 25persen

Iodine oral (merangsang sekresi mukus) Obat tetes hidung dihindari pemakaiannya Rhinitis atrofikans (ozaena)

Etiologi

Infeksi hidung kronik ditandai dengan adanya atrofi progresif mukosa hidung dan tulang konka Infeksi oleh kuman spesifik (klebsiella ozaena : sering, stafilokokus, streptokokus, pseudomonas aeruginosa)

Defisiensi Fe Defisiensi vit.A Sinusinitis kronik Kelainan hormonal

Penyakit kolagen dalam penyakit autoimun Kombinasi beberapa faktor penyebab Anamnesis

Nafas berbau (pasien tidak merasakan, orang lain merasakan) Mukus hiposmia atau anosmia (persepsi pasien)

Krusta hijau (mukus kental dan cepat kering) Hidung tersumbat

Sakit kepala

Gangguan penghidu

Biasa terjadi pada wanita usia muda, 35 tahun atau masa pubertas Pemeriksaan fisik

RA : atrofi progresif mukosa hidung dan tulang konka (media dan inferior) - rongga hidung sangat lapang

Sekret kental, purulen (kadang disertai nanah) dan cepat mengering (membentuk krusta hijau berbau busuk)

Pemeriksaan penunjang Histopatologis

Biopsi mukosa konka media

Metaplasia epitel toraks (batang) bersilia menjadi epitel ku boid atau epitel gepeng berlapis Silia menghilang

Submukosa menipis

Kelenjar berdegenerasi atau atrofi Mikrobiologik dan uji resistensi kuman

Klabsiella ozaena, stafilokokus, streptokokus, pseudomonas aeruginosa CT Scan sinus paranasal

Pemeriksaan darah tepi Fe serum

(7)

Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif 

Antibiotik spektrum luas sesuai uji resistensi kuman

Obat cuci hidung garam hipertonik (untuk menghilangkan bau busuk krusta hijau) Obat tetes hidung setelah krusta diangkat diberikan glukosa 25persen dalam gliserin Vit. A 3x50.000 unit

Preparat Fe Pengobatan operatif 

Operasi penutupan lubang hidung

Operasi penyempitan lubang hidung dengan implantasi atau osteoperiosteal BSEF (bedah sinus endoskopi fungsional) - angkat sekat-sekat yang mengalami osteomielitis

Rhinitis tuberculosis Etiologi

Keadaan infeksi tuberkulosa ekstra pulmoner  Anamnesis

Riwayat TBC pulmoner  Hidung tersumbat Pemeriksaan fisik

Noduler atau ulkus pada kartilago septum nasi atau sinus paranasal - dapat mengalami perforasi septum

Sekret mukopurulen (disertai nanah, darah) dan membentuk krusta Jaringan granulasi pada vestibulum atau septum nasi

Pemeriksaan penunjang

Terdapat BTA (basil tahan asam) pada sekret/krusta hidung

Histopatologik : ditemukan sel datia langerhans dan limfositosis (limfosit meninggi) Penatalaksanaan

Obat anti TB Obat cuci hidung

Elektrokauter - mengatasi jaringan granulasi pada vestibulum dan septum nasi Rhinitis difteri

Etiologi

Rhinitis infeksi kronik karena infeksi corynebacterium diphteriae pada hidung (primer) atau tenggorok (sekunder)

Anamnesis

Riwayat imunisasi tidak lengkap, biasa terjadi pada anak-anak Demam tinggi

Toksemia limfadenitis Paralisis otot pernapasan

Ingus bercampur darah (purulen) Pemeriksaan fisik

Pseudomembran putih mudah berdarah Krusta coklat di nares anterior dan cavum nasi Pemeriksaan penunjang

Mikrobiologik : ada-tidaknya kuman corynebacterium diphteriae pada sekret hidung (primer) atau tenggorok (sekunder)

Penatalaksanaan

Pasien diisolasi dari lingkungan luar sampai pemeriksaan kuman (-)  ADS (anti difteri serum)

Obat tetes hidung Penisilin (IM/lokal) Rhinitis sifilis

Etiologi

Rhinitis kronis karena infeksi bakteri treponema pallidum Anamnesis

Gejala serupa dengan rinitis akut lainnya Hidung kering, panas, gatal

Bersin berulang Hidung tersumbat

(8)

Ingus kental Demam Nyeri kepala Pemeriksaan fisik

RA : bercak/bintik pada mukosa

Gumma/ulkus pada septum nasi yang dapat menyebabkan perforasi septum Sekret mukopurulen berbentuk krusta

Pemeriksaan penunjang

Mikrobiologik : ada-tidaknya kuman treponema pallidum pada mukus Histopatologik : biopsi septum nasal atau tulang konka

Penatalaksanaan

Penisilin obat cuci hidung Pembersihan krusta rutin

3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan sinusitis

Definisi

Penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal Biasanya dipicu oleh rinitis (rinosinusitis)

Sinus tersering : sinusitis maxilla (antrum highmore) dan sinusitis ethmoidal Multisinusitis : inflamasi pada beberapa sinus

Pansinusitis : inflamasi pada seluruh sinus Etiologi faktor predisposis

ISPA akibat virus Rinitis alergi

Rinitis hormonal ibu hamil Polip hidung

Deviasi septum nasi Hipertrofi konka

Sumbatan KOM (kompleks osteomeatus)

 Anak-anak : hipertrofi adenoid - foto polos leher lateral Patofisiologi

Patensi, klirens mukosiliar dalam KOM terganggu Mukus sebagai agen antimikrobial

Pembentuk KOM mengalami edema mukosa berhadapan, saling bertemu silia tidak dapat bergerak -otium sinus tersumbat - transudasi (tekanan negatif rongga sinus membuat produksi mukus mengalir ke arah sinus, tekanan tidak seimbang) - rinosinusitis non-bacterial

Sekret terakumulasi dalam sinus - media pertumb.bakteri - rinosinusitis akut bakterial - pemberian antibiotik oral

Bakteri yang menyerang kebanyakan bakteri gram negatif anaerob : strept.pneumonia, HIV-1, moraxella cattarrhalis

Klasifikasi

Sinusitis akut

Kurang dari 8 minggu Kurang dari 4 minggu Sinusitis subakut

4 minggu - 3 bulan Sinusitis kronik

Lebih dari 8 minggu Lebih dari 3 bulan Anamnesis

Gejala

Hidung tersumbat

Nyeri tekan pada daerah sinus nasales

Ingus purulen (kental) mengalami post nasal drip (turun tertelan ke tenggorokan) Sinusitis maksila : nyeri pipi

Sinusitis ethmoidal : nyeri di antara, atau di belakang kedua bola mata Sinusitis frontal : dahi dan seluruh kepala

Sinusitis sphenoidal : verteks, mastoid, oksipital, belakang bola mata Hiposamia/anosmia (dengan atau tanpa bau ingus)

(9)

Rinolalia (sengau)

Kronis : sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, telingan (sumbatan eustachius), sino-bronkitis

Pemeriksaan fisik

Rinoskopi ant-post : sangat dianjurkan untuk pemeriksaan dini

Pus di meatus medius (sinusitis frontal, maxilla, ethmoidal anterior, media) atau di meatus superior (sinusitis spehnoidal, ethmoidal posterior)

Mukosa meatus edema dan hiperemisis (pada anak-anak)

CT scan sinus : dianjurkan ketika pengobatan tidak berhasil (sinusitis kronik), persiapan tindak bedah

Melihat kondisi sinus besar (maxilla, frontal) dan perluasannya, penebalan mukosa, batas udara cairan (air fluid level)

Transiluminasi sinus : jarang digunakan, terbatas Sinus yang terinfeksi terlihat suram atau gelap Mikrobiologis dan tes resistensi

 Ambilan sekret dari meatus medius atau superior atau pungsi sinus maksila (dianjurkan namun mahal)

Sekret dianalisis untuk menentukan antibiotik apa yang paling sesuai dari bakteri yang menginvasi

Sinuskopi (dengan endoskopi)

Pungsi dari meatus inferior menembus dinding medial sinus maxilla Dilanjutkan dengan tahapan irigasi sinus untuk terapi

Penatalaksanaan Farmakologik

Membuka sumbatan di KOM - drainase dan ventilasi sinus pulih secara alami  AB : penicillin (amoxicillin), apabila telah resisten diberi sefalosporin gen-2 atau

amoxicillin-clavulanat (AB diberikan 10-14 hari meski gejala klinis hilang)

 AB spekt.luas : amoxicillin kapl. Dewasa : 250-500 mg tiap 8 jam, 3x sehari.  Anak : 20 mg/kgBB/hari dosis bagi 3x sehari (diberikan bersama makanan untuk

hasil maksimal, sebelum-sesudah makan)

Dekongestan oral : mengurangi edema mukosa - membuka sumbatan ostium sinus Bila diperlukan : analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, obat cuci hidung NaCl  AH tidak diberikan, berefek antikolinergik menyebabkan mukus lebih kental

Terapi tambahan : proetz displacement  Alergi berat : imunoterapi +IgG -IgE Operasi

BSEF (bedah sinus endoskopi fungsional)

Indikasi : sinusitis kronis tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronis dgn kista, polip

Komplikasi

Kelainan orbita

Sinusitis etmoid (paling sering), frontal, maksila

Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis (radang vena akibat pembentukan trombus) dan perkontinuitatum

Selulitis orbita (peradangan jar.lunak disertai eksudat encer, dapat menjadi ulserasi dan abses), edema palpebra, abses orbita

Kelainan intrakranial

Meningitis, abses ekstradural-subdural, abses otak, trombosis sinus kavernosus Osteomielitis, abses subperiostial

Sinusitis frontal anak-anak - timbul fistula oroantral atau fistula pipi Kelainan paru

Kelainan sinus paranasal ditambah dengan asma bronkial

 Asma bronkial sulit disembuhkan sebelum sinusitis disembuhkan

4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan epiktaksis

Definisi

Perdarahan pada pembuluh darah hidung yang disebabkan karena pengaruh kelainan lokal ataupun sistemik

Etiologi

(10)

Wanita hamil, menopause Infeksi lokal

Infeksi hidung : sinusitis atau rinitis Infeksi sistemik

Demam berdarah, tifoid, influenza, morbili Kelainan pembuluh darah

Lebar namun tipis, jar.ikat dan sel penyusun sedikit Kelainan darah

Leukimia, trombositopenia, anemia, hemofilia Kelainan kongenital

Von willenbrand, hereditary hemorrhagic teleangiectasis osler-rendu-weber disease Penyakit kardiovaskular 

 Arteriosklerosis, nefritis kronis, sirosis hepatis, DM Perubahan udara atau tekanan atmosfer 

Cuaca ekstrim sangat dingin-panas Trauma

Ringan : korek hidung, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu kuat, benturan ringan Berat : kecelakaan, dipukul, jatuh

Tumor 

Hemangioma, karsinoma, angiofibroma Klasifikasi

Berdasarkan letak terjadinya perdarahan epistaksis Epistaksis anterior 

Plexus kisselbach di septum bag.anterior   A.ethmoidales anterior 

Mukosa hiperemisis karena trauma lokal Biasanya self-limitating

Epistaksis posterior 

Plexus kisselbach di septum bag.posterior   A.ethmoidales posterior atau

 A.sphenopalatina

Karena stress sistemik : hipertensi, arteriosklerosis Jarang dapat berhenti sendiri

Penatalaksanaan

Perbaiki keadaan umum

TD, frekuensi nafas, nadi

Perlu diberikan infus sementara bila terjadi kelainan

Perlu dibersihkan atau dihisap jika jalan napas tersumbat darah atau bekuannya

Pasien dalam kondisi duduk tegak, apabila terlalu lemah 1/2 duduk atau berbaring, kepala agak ditegakkan

Pasien anak : duduk dipangku, badan-tangan dipeluk oleh pendamping, kepala dipegangi agar  tidak bergerak

Biarkan darah mengalir keluar agar dapat dimonitor  Jangan sampai darah turun ke sal.napas bawah Cari sumber perdarahan

Untuk membersihkan hidung dari darah dan bekuannya dengan alat penghisap jika perlu Pasang tampon sementara

Kapas dibasahi adrenalin 1/5000-1/10000 + pantocain/lidocain 2persen

Kapas tsb dimasukkan ke dalam rongga hidung (sisi yang terkena perdarahan) untuk mengurangi perdarahan dan rasa nyeri

Hentikan perdarahan

Perdarahan anterior 

Plexus kisselbach septum bag.depan Menekan hidung dari luar 5-10 menit

Sumber perdarahan dikaustik : AgNO3 25-30persen, setelahnya diberi krim antibiotik Pasang tampon anterior 

Kapas atau kasa berpelumas vaselin atau sale antibiotik : agar mudah dimasukkan atau dicabut

2-4 buah disusun teratur, menekan daerah perdarahan

Dipertahankan 2 hari kemudian dikeluarkan untuk mencegah infeksi

2 hari tsb digunakan untuk pemeriksaan penunjang mencari faktor penyebab Perdarahan posterior 

(11)

Plexus kisselbach septum bag.depan : sulit dicari dengan rinoskopi anterior  Tidak dapat langsung dihentikan dengan cara menekannya dari luar 

Pasang tampon posterior : tampon bellocq

Substansi sama dengan tampon anterior, bentuk kubus atau bulat dengan diameter 3 cm (lebih besar)

Tampon diikat dengan 2 benang pada satu sisi dan 1 benang pada sisi lainnya Dimasukkan dengan bantuan kateter karet

Kateter dimasukkan dari rongga hidung ke dalam rongga mulut melewati orofaring

Kateter di ujung mulut diikatkan tampon

Kateter di ujung rongga hidung ditarik hingga tampon dari rongga mulut melewati palatum mole masuk ke nasofaring

2 benang di ujung hidung diikat gulungan kain kasa di depan nares anterior  1 benang di ujung mulut pasien dilekatkan pada pipi pasien

Cari faktor penyebab

Faktor penyebab dicari untuk kemudian dilakukan intervensi agar tidak kembali berulang Pemeriksaan lab darah lengkap : gula darah, hemostasis

Pemeriksaan fungsi hepar, ginjal

Pemeriksaan foto polos atau CT scan sinus bila dicurigai ada sinusitis

5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai etiologi, patofisiologi, patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan polip hidung

Definisi

Massa lunak di rongga hidung, mengandung banyak cairan berwarna putih keabuan akibat inflamasi mukosa

Etiologi

Dapat idiopatik

Diduga karena adanya rinitis alergi Patogenesis

Teori bernstein

Turbulensi aliran udara di daerah sempit kompleks osteomeatus berlebih - re-epitelisasi kelenjar baru penghasil mukus - retensi Na+ diikuti air - terbentuk polip

Teori lain

Ketidakseimbangan saraf vasomotor - permeabilitas kapiler meningkat - pelepasan mediator  radang - edema dan kemudian polip

Makroskopis

Licin, bulat atau lonjong, lobular (tunggal-multipel) Putih keabuan, agak bening

Tidak sensitif (tidak sakit bila disentuh)

Peradangan berlanjut - merah - kuning (menahun) banyaknya jar.ikat Terjadi di kompleks osteomeatus : meatus medius dan sinus ethmoid Polip koana : tumbuh ke arah belakang membesar di nasofaring Polip anto-koana : polip koana yg asalnya dari meatus medius Mikroskopis

Epitel bertingkat semu bersilia

Limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil, makrofag Mukosa mengandung sel goblet

Polip kronik menyebabkan metaplasia epitel menjadi epitel transisional, gepeng, atau kuboid tanpa keratinisasi

2 tipe berdasar jenis sel radangnya : polip tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik Diagnosis

Anamnesis Primer :

Hidung tersumbat (ringan-berat, rinorea:sekresi mukus hidung jernih, pirulen, hiposmia:sedikit berbau, anosmia:tidak berbau)

Bersin-bersin Rasa nyeri hidung Sakit kepala frontal Sekunder :

Bernapas di mulut, suara sengau (rinolalia), halitosis:bau napas tdk sedap, gangguan tidur -kualitas hidup

(12)

Pemeriksaan fisik

Pelebaran batang hidung (mekar) - deformitas hidung luar 

Rinoskopi : massa lunak pucat pada osteomeatus (meatus medius) dapat digerakan Stadium 1 : berupa edema mukosa

Stadium 2 : polip terbentuk, belum memenuhi rongga hidung Stadium 3 : polip memenuhi rongga hidung

Pemeriksaan penunjang Naso-endoskopi

Polip stadium 1,2 dan polip koanal kadang tidak terlihat pada rinoskopi ant, perlu naso-endoskopi

Radiologi

Indikasi : polip dengan komplikasi sinusitis, polip yang tdk sembuh pada medikamentosa (perlu bedah endoskopi)

Penatalaksanaan

Tujuan : menghilangkan keluhan, mencegah komplikasi, mencegah rekarensi polip Obat anti inflamasi : OAINS, kortikosteroid

Kortikosteroid berespon baik trhdp polip tipe eosinolifik dibanding neutrofilik

Medikamentosa tidak cukup, perlu bedah : polipektomi, etmoidektomi ekstranasal (apabila berupa polip ethmoidal) dengan BSEF (bedah sinus endoskopi fungsional)

6. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai farmakoterapi pada rhinitis, epiktaksis dan sinusitis Histamin

Reseptor 

Kerja histamin bergantung pada fungsi sel dan rasio reseptor histamin yang bekerja H1:H2:H3  Afinitas histamin terhadap reseptor H1 paling kuat

Histamin 1 (H1)

Kontraksi otot polos (misal:bronkokonstriksi)

+permeabilitas pembuluh darah menyebabkan mobilisasi sel radang semakin mudah Sekresi mukus sel goblet mukosa

Neurotransmitter SSP

+cGMP (cyclic guanosine monophosphate)

 Antagonis H2 terutama -vasodilatasi -flushing +cGMP -cAMP Histamin 2 (H2)

Sekresi asam lambung

Vasodilatasi otot polos (misal:bronkodilatasi), flushing +cAMP -cGMP

Histamin 3 (H3)

-saraf kolinergik-nonkolinergik +saluran napas

 Antagonis histamin 1 : -bronkokonstriksi +bronkodilatasi Efek fisiologis

Kardiovaskular 

Dilatasi kapiler 

H2 : arteriol dan venula berdilatasi akibatnya terjadi kemerahan, rasa panas (flushing) - berefek panjang

H1 : efek vasodilatasi otot polos cepat timbul dan c epat hilang -tekanan darah -resistensi perifer 

Permeabilitas kapiler 

Efek sekunder pemb.darah kecil Efek histamin pada reseptor H1

Protein dan cairan plasma mudah keluar ke ruang ekstrasel - mudah terjadi edema

Triple response

Respon penyuntikan histamin setelah bbrapa detik :

Bercak merah muncul pada bbrapa mm titik suntik (vasodilatasi kapiler) Flare : kemerahan lebih terang, bentuk tidak teratur, menyebar 1-3 cm (dilatasi arteriol dekat refleks akson)

Wheal : edema pada daerah bercak merah awal (1-2 menit setelah injeksi) Tekanan darah

Efek vasodilatasi arteriol dan kapiler menurunkan resistensi perifer terhadap darah - volume darah meningkat - tekanan darah turun - dapat terjadi hipotensi Eksokrin

(13)

Meninggikan sekresi kelenjar liur, pankreas, bronkial, air mata Sifatnya lemah dan tidak menetap

Ujung saraf sensoris

Nyeri, gatal, flare timbul karena refleks akson ujung saraf yang terlalu aktif  Antihistamin AH1 reseptor inhibitor 

Farmakodinamik

 Antagonis terhadap histamin reseptor 1

Otot polos : dilatasi otot polos (pemb.darah, usus, bronkus)

Permeabilitas kapiler : -permeabilitas -mobilisasi cairan ekstrasel -edema

Reaksi anafilaksis dan alergi : menghambat reaksi alergi yang disebabkan oleh dikeluarkannya histamin sebagai efek imunologis

Kelenjar eksokrin : -sekresi saliva, lakrimal, mukosa hidung +sekresi asam lambung (adverse effect)

Sistem kardio : vasodilatasi pembuluh darah besar -resistensi +volume darah -tekanan darah Efek samping

Efek sedasi : letargis, lelah, penat, mata kabur, diplopia, mudah mengantuk Vertigo, tinitus, inkoordinasi, tremor 

Pengurangan nafsu makan, mual, muntah, keluhan epigastrium, konstipasi Keluhan GI berkurang jika diberikan secara oral bersama makanan

Caution

Sebaiknya tidak digunakan pada individu yang sedang memerlukan konsentrasi tinggi (misal:supir) Tidak digunakan bersama dengan alkohol atau hipnotik sedatif (phenobarbital) karena

meningkatkan efek aditif (ketagihan) Indikasi

Menghilangkan bersin, rinorhea, gatal mata, hidung dan tenggorok (khususnya pada seasonal hay fever)

Bekerja langsung menghambat histamin yang dihasilkan dari patogenesis alergen

Efektif mengurangi gejala klinis rinitis alergi (diper antarai histamin langsung), tidak terlalu efektif  pada rinitis vasomotor 

Bersin dan rinorhea encer menghilang dengan jalan koagulasi (mengentalkan) mukus yang disekretkan berlebih

Antihistamin AH2 reseptor inhibitor 

Penurunan sekresi asam lambung yang mengganggu

Penggunaan bersama AH1 untuk mengurangi terjadinya efek samping Dekongestan

Dekongestan : pengurang kongesti

Kongesti : akumulasi darah abnormal pada daerah tertentu

Kongesti nasal disebabkan karena adanya penyumbatan pada drainase cavitas nasi oleh mukus Bersifat dekongestan terhadap mukus hidung

Meningkatkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung suplai darah ke mukosa hidung berkurang -darah membawa O2 dan nutrien bagi sel - sekresi mukus oleh sel goblet mukosa berkurang

Obat agonis selektif reseptor a2 adrenergik (a2-agonis) bekerja baik sebagai dekongestan nasal Reseptor a2 epinefrin bekerja meningkatkan konstriksi otot polos arteriol mukosa

 Agonis selektif reseptor a2 berfungsi menambah fungsi epinefrin yang berikatan dengan reseptor a2 di  jaringan perifer 

Berikatannya agonis a2 dengan reseptor a2 epinefrin menyebabkan peningkatan konstriksi pembuluh darah Konstriksi pembuluh darah - resistensi perifer meningkat - volume darah naik - tekanan darah meningkat (adverse effect)

Referensi

Dokumen terkait

Setiap hal yang ditimbulkan oleh pikiran, perkataan dan perbuatan, menyenangkan hati diri sendiri, sesama manusia maupun mahluk lain, inilah yang pertama dan utama Kebenaran itu sama

Sebuah pelabelan magic adalah suatu pemetaan dari him- punan sisi dalam suatu graf terhadap himpunan bilangan riil positif sedemikian hingga jumlah label sisi yang terikat dengan

Secara makro, perkembangan Kabupaten Jayapura yang dilihat dari aspek ekonomi, sosial penduduk, dan infrastruktur memiliki kecenderungan yang positif, dimana jika

Struktur yang dimaksud dalam tari Oteh Roda ini ialah bagaimana susunan dari satu tarian tersebut, serta adanya hubungan antara gerak dengan gerak yang lain,

3.8 Merinci ungkapan penyampaian terima kasih, permintaan maaf, tolong, dan pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk kepada orang lain dengan

3 Memiliki bisnis pendukung yang kuat : Anak Perusahaan, terutama di Jasa Hilir Migas yang telah teruji dengan kompetensi yang telah dibangun menghasilkan pertumbuhan yang

Berdasarkan hasil analisis data efektivitas dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran bahasa Indonesia berbasis group investigation pada materi menulis karangan