• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Lipstik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Lipstik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VIII

PEMBUATAN LIPSTIK

A. Tujuan

- mahasiswa mampu mempelajari cara membuat dan proses pembuatan formulasi lipstik B. Latar Belakang

Kosmetik tidak lepas dari kehidupan manusia, terutama kosmetik dekoratif yang banyak diminati kaum wanita. Lipstik merupakan salah satu kosmetik dekoratif yang digunakan untuk memperindah bibir dengan warna yang menarik, melindungi bibir agar tidak kering, serta dapat menonjolkan sisi yang baik dan menyamarkan yang buruk pada bentuk bibir. Sediaan lipstik yang baik harus mudah diaplikasikan, tidak mengiritasi, tidak lengket, maupun kering, dan dapat menjaga ketahanan warna yang menempel pada bibir. Parameter kualitas lipstik yang baik dipengaruhi oleh proses pembuatan,

penyimpanan, dan penggunaannya. Wax dan zat warna merupakan komponen penting pembentuk lipstik. Zat warna pada lipstik dapat meningkatkan nilai estetika sediaan serta menarik konsumen untuk membelinya. Menurut Yulianti (2007). Tidak semua zat warna aman digunakan pada bibir, terutama zat warna sintetik seperti rhodamine yang dapat menyebabkan gatal, bibir pecah-pecah, kering, serta dapat mengelupas kulit bibir. Zat warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman dibanding dengan pewarna sintetik. Banyak zat warna alami yang belum dimanfaatkan padahal banyak ditemukan disekitar kita. Basis lilin memegang peran penting dalam kestabilan lipstik. Basis lilin yang umum digunakan dalam lipstik, antara lain: carnauba wax, Paraffin wax, ozokerites, beeswax, candelilla wax, spermaceti, dan ceresin. Penggunaan komposisi basis lilin yang berbeda dapat memberikan karakteristik yang berbeda pada lipstik, seperti kekerasan, titik lebur, dan kemudahan mengaplikasikan. Pemilihan komposisi basis lilin yang tepat akan menghasilkan lipstik dengan karakteristik terbaik. Beeswax pada lipstik dapat membuat sediaan menjadi lebih keras, konsistensinya tidak meningkat karena pengadukan, dan dapat menghambat eksudasi minyak (Jellineck, 1970). Beeswax memiliki titik lebur 61-66°C, selain mudah dibentuk juga dapat stabil mempertahankan bentuknya. Sedangkan Paraffin wax, termasuk tipe alkane hydrocarbon,

(2)

memiliki titik lebur 50-61°C (Rowe et al, 2009). Tidak toksik jika diaplikasikan secara topikal,dapat bercampur dengan sejumlah produk berbasis lilin, dan digunakan untuk membuat produk lebih creamy dan shiny. Namun, penggunaan beeswax dalam jumlah besar dapat menghasilkan sediaaan lipstik yang agak tumpul, tidak rata permukaannya, dan relatif mahal (Smolinske dan Susan, 1992; Sagarin, 1957). Oleh karena itu, melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana pengaruh dari kombinasi basis Beeswax dan Paraffin wax terhadap sifat dan stabilitas fisik serta uji iritasi primer dari sediaan lipstik yang menggunakan zat warna alami dari buah naga.

Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin, dan lemak. Lipstik merupakan make up bibir yang secara anatomis dan fisiologis agak berbeda dengan anggota badan yang lain. Misalnya, stratum korneum-nya sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak. Sehingga lebih mudah pecah-pecah terutama di udara dingin dan kering. Ludah merupak pembasah alami untuk bibir.

Selain lipstik terdapat juga kosmetik bibir dalam bentuk cair maupun krim. Namun preparat tersebut tidak tahan lama atau mudah terhapus bila digunakan. Selain itu para pengguna lipstik lebih suka dengan bentuk roll up karena lebih praktis, daripada mereka harus membawa botol kecil dalam tasnya.

Lipstik digunakan sebagai make-up harus memenuhi syarat : 1. Tidak boleh mengeluarkan air atau minyak (sweting) 2. Tidak boleh mudah pecah

3. Zat warnanya harus terbagi rata

4. Titik leburnya terletak antara 500 oC sampai 600 oC

Lipstik terdiri suatu bahan dasar dan zat warna. Pada umumnya basis ini adalah minyak-minyak lemak.

C. Alat dan Bahan 1. Alat

- Spoit cetakan lipstik - Cawan penguap - Gelas ukur - Beaker glass - Penangas air - pH meter

(3)

- Viskositas 2. Bahan

- Perasan buah naga - Cera alba - Lanolin - Vaselin album - Setil alkohol - Oleum ricini - Carnauba wax - Perasan buah naga - Propilen glikol - Tween 80 - Minyak rosae - Nipasol - Nipagin D. Formulasi R/ Cera alba 31,2% Lanolin 6,58% Vaselin album 27.92% Setil alkohol 4.92% Oleum ricini 6.58% Carnauba wax 4.1% Perasan buah naga 12% Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak rosae 0,5% Alpha-tokoferol 0,1%

Nipagin 0,1% (DALAM 100 GRAM) Perhitungan  Cera alba : 31,2/100 x 100 = 31,2gr  Lanolin : 6,58/100 x 100 = 6,58 gr  Vaselin album : 27,92/100 x100 = 27,92 gr  Setil alkohol : 4,9/1002 x 100 = 4,92 gr  Oleum ricini : 6,58/100 x 100 = 6,58 gr  Carnauba wax : 4,1/100 x 100 = 4,1 gr

 Perasan buah naga : 12/100 x 100 = 1,2 gr

 Propilenglikol : 5/100 x 100 = 5 gr

 Tween 80 : 1/100 x 100 = 1 gr

 Minyak rosae : 0,5/100 x 100 = 0,5 gr

 Alpha-tokoferol : 0,1/100 x 100 = 0,1 gr

(4)

Bahan Konsentrasi Sebagai Range

Cera alba Controlled-release

agent;

Lanolin Emulsifying agent

Vaselin alba

Setil alkohol Emolien 2-5%

Oleum ricini Oleaginous vehicle 5-12.5%

Carnauba wax Coating agent 10%

Perasan buah naga Zat warna

Propilen glikol Humektan ≈15%

Tween 80

Minyak rosa Pembau

Nipasol Antimicrobial preservative. 0.01–0.6 Nipagin Antimicrobial preservative. 0.02–0.3 E. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang masing-masing bahan

3. Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol diaduk hingga larut 4. Ditambahkan nipasol kedalamnya, aduk hingga larut

5. Perasan dari buah naga kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin serta nipasol tersebut (campuran I)

6. Oleum ricini dimasukkan ke dalam campuran I, aduk hingga homogen (campuran A)

7. Cera alba, carnauba wax, lanolin, vaselin alba dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap kemudian dileburkan di atas penangas air (campuran B)

8. Campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan sambil dipanaskan. 9. Lalu ditambahkan tween 80 dan minyak rosa, aduk hingga homogen.

10. Selagi cair, dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku.

11. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

(5)

F. Evaluasi Sediaan 1. Uji organoleptis

Pengamatan organoleptis sediaan meliputi ada tidak nya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar.

- Warna : Merah - Bau : Khas Lanolin - Bentuk : Padat

2. Uji homogenitas

Pemeriksaan homogenitas pada sediaan lipstik dapat dilakukan dengan cara

mengoleskan sediaan lipstik pada bahan yang permukaannya licin dan putih . Selain itu, pemeriksaan homogenitas dan kestabilan zat warna dari formula lipstik dapat dilakukan dengan cara memotong lipstik secara membujur dan diamati terdapat bintik-bintik pewarna atau tidak.

- Uji homogenitas : homogen 3. Uji daya lekat

Dilakukan untuk mengetahui apakah warna dapat bertahan lama pada bibir. Evaluasi dilakukan dengan mengoleskan lipstik pada bibir panelis dan biarkan selama

beberapa menit. Hapus olesan tersebut dan amati apakah warna melekat dengan baik. Uji daya lekat : 40 menit

G. Pembahasan

Pada praktikum kali ini di lakukan cara- cara pembuatan lipstik dimana jika melihat pada perkembangan dewasa ini lipstik merupakan bagian dari kosmetik yang mempercantik bibir, Perkambangan lipstik ini di mulai pada awal masa pemerintahan Ratu Elisabeth 1 di inggris.

Lipstik merupakan pewarna bibir yang dibuat dengan tujuan

untukmenyembunyikan bibir yang kurang baik atau menyamarkannya, selain itu juga dapat digunakan sebagai pelindung bibir dari kekeringan, hal ini mengacu pada anatomi bibir itu sendiri yang mempunyai stratum corneum sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat dan kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara dingin dan kering. Hanya air liur yang

merupakan pembasah alami untuk bibir.

Formulasi kali ini menggunakan Cera alba, Lanolin,Vaselin album, Setil alkohol, Oleum ricini, Carnauba wax, Propilen glikol, Tween 80,Minyak rosae, Nipasol,

(6)

nipagin. Pembuatannya dilakukan dengan melarutkan fasa minyak terlebih dahulu pada suhu 75O C sehingga semua fase minyak melebur.Pada waktu yang sama fase lilin juga dilebur pada suhu 750C. Semua bahan dipanaskan hingga meleleh setelah itu fase minyak dimasukkan ke dalam fase lilin diaduk hingga diperoleh massa yang kental dan siap dituang. Dan pada praktikum ini kami menggunakan pewarna alami yaitu perasan buah naga.

Hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan ini adalah penambahan warna pada campuran lilin, penambahan warna yang tidak tepat pada campuran lilin dan minyak diatas dapat menyebabkan warna lipstik mengendap pada cetakan, untuk menghindari hal tersebut hendaknya penuangan massa lipstik dilakukan pada saat massanya

membentuk konsistensi kental namun tetap mudah untuk dituangkan pada cetakan yang telah di oleskan dengan gliserin terlebih dahulu.Pengolesan gliserin pada cetakan ini bertujuan untuk mencegah lengketnya lipstik pada cetakan.

Selain penambahan warna yang perlu diperhatikan, titik leleh tiap tiap komponen harus diperhaikan juga, karena lipstik adalah sediaan dengan bahan dasar sebagian minyak dan lilin, pelelehan bahan yang tidak sesuai dengan titik leleh

komponennya akan mengakibatkan perubahan bentuk kristal pada saat sediaan dingin, sehingga tidak dapat kembali pada bentuk yang diinginkan.

Dua komponen penting pada pembuatan lipsticklainnya, yaitu minyak dan lilin. Campuran minyak diperlukan untuk memperoleh paduan yangtepat dengan lilin untuk lapisan yang sesuai dalam pengaplikasiannyapada kulit bibir yang berfungsi sebagai pelarut pada beberapa formulasi serta sebagai agen pendispersi untuk pewarna yang tidak larut. Campuranminyak ideal harus memproduksi produk yang mudah disebar dan produkyang memiliki lapisan tipis dengan daya menutup yang baik. Kemudian campuran lilin yang dipakai juga harus tepat, penggunaan lilin ini dimaksudkan agar lipstik yang telah dibuat dapat membentuk massa yang dapat dicetak sesuai cetakan (biasanya dalam bentuk batangan). Komponen lilin pada lipstik akan memberikan kelembaban pada lipstik,sehingga lipstik tidak mudah mengeras oleh suhu panas ataupun dingin, hal ini terjadi karena lilin dapat menyerap kelebihan air pada lipstik sehingga lipstik akan tetap terjaga kelembabannya.

Sediaan lipstik pada praktikum ini menghsilkan lipstik yang sesuai dengan keinginan pada awal pembuatan yaitu berbentuk batang, berwarna pink merata pada lipstik, tingkat kekerasan lipstik kali ini baik, tidak terlalu keras juga tidak terlalu

(7)

lembut. Namun, pada saat dioleskan pada permukaan kulit, lipstik yang kami buat tidak memberikan warna,hanya saja memberikan kelembaban pada bibir.

H. Kesimpulan

1. Pewarna alami dari buah merah menghasilkan warna orange pada lipstik.

2. Lipstik berbentuk batang, dengan kadar kekerasan yang cukup. Tidak keras,ataupun lembut.

3. Pada saat pengolesan pada kulit, lipstik hanya memberikan kelembaban pada kulit tapi tidak memberikan warna.

DAFTAR PUSTAKA

 Farmakope Indonesia Edisi III. 1997. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

 Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

 Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey, and Sian C Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipient: fifth edition. United States of America: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association

(8)
(9)

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETIK

PEMBUATAN LIPSTIK DARI PERASAN BUAH NAGA

OLEH : KIKI ANGGRAINI

138937 / III A

(10)

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK TAHUN AJARAN

2015

Referensi

Dokumen terkait

Bahan dan alat dipersiapkan dan dirangkai dengan tepat Proses saponifikasi sabun sesuai dengan SOP Pembuatan campuran lemak/minyak (campuran VCO dan asam stearat)

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perancangan dan pembuatan mesin-mesin tepat guna harus banyak diperhatikan pada tingkat kepresisian

Bahan dan alat dipersiapkan dan dirangkai dengan tepat Proses saponifikasi sabun sesuai dengan SOP Pembuatan campuran lemak/minyak (campuran VCO dan asam stearat)

Hasil penelitian pembuatan mentega mangga dengan perlakuan penambahan konsentrasi minyak dan shortening menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar air, warna,

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan pegikat dalam jumlah yang

Dengan penambahan solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk

Hal yang menyebabkan terbentuknya emulsi tidak stabil pada penambahan minyak dengan air dan larutan soda ialah karena adanya air pada campuran tersebut

Hasil penelitian pembuatan mentega mangga dengan perlakuan penambahan konsentrasi minyak dan shortening menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar air, warna,