PRAKTIKUM I
PEMBUATAN GRANULASI BASAH
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah.
B. Tinjauan Pustaka
Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (Anonim, 1995)
Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan local atau sistemik. Pengobatan local, misalnya :
1. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti : amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormone secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tenggorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi. (Anief, M, 2005)
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti :
1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga mulut, biasanya berisi hormone steroid, absorpsi terjadi melalui mukosan mulut masuk peredaran darah.
2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan dibawah lidah, biasanya berisi hormone steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara implajtasi dalam kulit badan.
4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikan dibawah kulit. (Anief, M, 2005)
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa :
1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakan saccharum lactis, amylum manihot, calci phosphas, calcii carbonas dan zat yang lain.
2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici (10-20%), solution methylcellulosum 5%.
3. Zat pelicin (liubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys). Biasanya yang digunakan adalah taleum 5%, magnesi stearas, acidum stearicum.
4. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot, agar-agar, gelatinum, natrium alginate. (Anief, M, 2005)
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang cocok, biasanya berwarna atau tidak :
1. Tablet bersalut gula (sugar coating) 2. Tablet bersalut kempa (press coating) 3. Tablet bersalut selaput (film coating)
4. Tablet bersalut enterik (enteric coating) (Anief, M, 2005)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat , zat-zat lain kecuali zat pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (capping). (Anief, M, 2005)
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan pegikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompressibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Keuntungan Metode Granulasi Basah :
1. Memperoleh aliran yang baik 2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Mendapatkan berat jenis yang sesuai 4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses 6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi
Kerugian Metode Granulasi Basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi 2. Biaya cukup tinggi
3. Tahap pengerjaan lebih lama
4. Zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dilakukan dalam metode ini
Syarat tablet :
1. Keseragaman ukuran
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet
3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan 4. Waktu hancur
5. Disolusi
6. Penetapan kadar zat aktif (Syamsuni, 2007)
C. FORMULA
D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
Piring petri 6 pasang
Almari pengering Ayakan No.12 Neraca 2. Bahan Formulasi Bahan Formula Laktosa 100 gram Amylum Manihot 100 gram Muchilago Amili (10%) 100 gram
Laktosa Amylum manihot Muchilago amili E. CARA KERJA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. F. HASIL PERCOBAAN
Timbang petri kosong
Timbang laktosa dan amylum manihot (masing-masing 100mg, campur ad homogen).
Buat muchilago amili 10%, tambahkan pada campuran dua sedikit demi sedikit (30 ml), campur ad homogen dan terbentuk granul kemudian ayak.
Timbang granul basah (25 gram sejumlah 6 kali, masukkan ke dalam petri).
Masukkan dengan hati hati dalam oven dan keringkan pada suhu 60 derajat C (petri dalam keadaan terbuka).
Setelah pada waktu tertentu (15, 30, 60, 90, 120 menit) keluarkan petri, dinginkan, timbang dalam keadaan tertutup.
Biarkan satu piring petri dalam oven, lanjutkan pengeringan sampai 1 minggu.
Timbang granul setelah pengeringan 1 minggu (lanjutkan dengan mencatat sebagai berat granul kering).
PE TRI WAKTU BERAT PETRI KOSON G BERAT GRANUL BASAH BERAT PETRI + GRANUL BASAH BERAT PETRI + GRANUL KERING BERAT GRANUL KERING MC
1 15 menit 69,7 gram 25 gram 94,7 gram 94, 2 gram 24,5 gram 122,7 %
2 30 menit 69,2 gram 25 gram 94,2 gram 93,5 gram 24,3 gram 120,9 %
3 60 menit 77,7 gram 25 gram 102,7 gram 101,2 gram 23,5 gram 113,6 %
4 90 menit 77,9 gram 25 gram 102,9 gram 101,0 gram 23,1 gram 110 %
5 120 menit
70,5 gram 25 gram 95,5 gram 93,0 gram 22,5 gram 104,5 %
6 1 minggu 82,5 gram 25 gram 107,5 gram 93,5 gram 11 gram 0 %
% MC =
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mahasiswa telah mengetahui bagaimana proses pembuatan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah dan tidak mengalami permasalahan. Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan pegikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompressibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah hal yang perlu disiapkan adalah bahan dan alat. Kemudian hal pertama yang dilakukan adalah menimbang petri kosong, laktosa dan amilum manihot, muchilago amili. Pada praktikum yang dilakukan, laktosa dan amilum manihot ditimbang masing-masing sebanyak 80 gram. Setelah itu membuat muchilago amili dengan cara menimbang sebanyak 1 gram lalu ditambahkan aquadest sampai 100 ml dan setelah itu dipanaskan sampai mendidih lalu dinginkan. Setelah dingin lalu muchilago amili dimasukkan kedalam campuran laktosa dan amilum manihot sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa granul yang baik, lalu catat muchilago amili yang digunakan. Pada praktikum ini muchilago amili yang digunakan adalah sebanyak 39 ml. Setelah terbentuk menjadi massa granul yang baik lalu granul basah diayak dengan ayakan no.12 dan masukkan kedalam 6 petri dengan masing-masing petri sebanyak 25 gram dan setelah itu masukkan kedalam oven dengan suhu 600C.
Setelah dilakukan pengeringan dan penimbangan pada waktu yang telah ditentukan lalu selanjutnya adalah menghitung kandungan lembab (MC) untuk tiap waktu pengeringan. MC dihitung berdasar berat keringnya, kandungan air dinyatakan sebagai persen dari bobot kering. MC yang diperoleh pada praktikum ini yaitu 122,7 %, 120.9%, 113,6%, 110%, 104,5%, 0% lalu buat kurva laju pengeringan, dengan MC sebagai fungsi waktu pengeringan.
H. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Telah dilakukan praktikum pembuatan granulasi basah dan selama praktikum tidak mengalami kesulitan.
2. Berat granul kering setelah pengeringan 1 minggu sebanyak 11 gram 3. MC yang diperoleh pada praktikum ini yaitu 122,7 %, 120.9%, 113,6%,
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuni, A. H. (2007). Ilmu Resep. Jakarta : Kedokteran EGC.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.