• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Stroberi (Fragaria vesca L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Negara penghasil stroberi utama di dunia adalah Amerika Serikat. Negara produsen kedua setelah Amerika Serikat adalah Eropa, kemudian disusul oleh Jepang dan Meksiko. Di Amerika Serikat, terdapat 13 negara bagian penghasil stroberi. Negara bagian penghasil terbesar adalah California, kemudian menyebar ke Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2005).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika buah stroberi (Fragaria vesca L.) sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rosales

Suku : Rosaceae Marga : Fragaria

Jenis : Fragaria vesca L. 2.1.2 Morfologi tumbuhan

(2)

Batang utama tanaman stroberi sangat pendek. Daun-daun terbentuk di setiap buku. Pada ketiak daun terdapat pucuk aksilar. Daun stroberi merupakan daun trifoliate dengan tepi bergerigi. Akar stroberi dewasa umumnya mempunyai 20- 35 akar primer dengan panjang akar sekitar 40 cm. Namun ada juga jenis stroberi yang mempunyai 100 akar primer. Akar primer dapat bertahan lebih dari satu tahun. Bunga tanaman stroberi mempunyai 5 kelopak, 5 daun mahkota, 20- 35 benang sari, dan ratusan pistil (putik) yang menempel pada dasar bunga dengan pola melingkar. Bunga tersusun dalam infloresens (malai) yang terletak di ujung tanaman. Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, crown cabang yang muncul dari ketiak daun terakhir akan membentuk bunga pada ujungnya sehingga timbul kesan dua infloresens dalam satu tanaman. Buah stroberi berwarna merah merupakan buah semu yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar. Buah sejati yang berasal dari ovul yang telah diserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Bunga primer mempunyai jumlah pistil terbanyak, yaitu lebih dari 400 buah. Jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200- 300 buah, sedangkan pada buah tersier hanya 50- 150 buah,oleh karena itu, ukuran buah terbesar adalah buah yang berasal dari bunga primer, kemudian disusul oleh bunga sekunder, tersier, kuartener, dan kuiner. Stolon adalah batang yang tumbuh horizontal sepanjang permukaan tanah (Budiman dan Saraswati, 2005).

2.1.3 Kandungan kimia dari stroberi

(3)

Tabel 2.1. Kandungan gizi buah stroberi segar (Depkes,RI.,1979).

Kandungan Gizi Nilai Satuan

Energi 37 kalori

2.1.4 Kegunaan tumbuhan

Buah stroberi pada zaman Yunani kuno diangkat sebagai lambang dewi Cinta ini mampu mencegah jantung koroner dan menekan darah tinggi. Stroberi juga bisa mengatasi masalah pencernaan, hati, rematik, radang, sendi dan encok. Buah stroberi berguna membantu penyerapan zat besi dari sayuran yang dikonsumsi. Selain itu, buah stroberi dapat membantu proses diet karena mengandung antikarsinogen Buah yang hanya sedikit mengandung gula ini juga sesuai untuk diet bagi penderita diabetes.

Buah stroberi dapat dimanfaatkan untuk kecantikan, diantaranya obat jerawat, mempercantik kulit, menjadikan gigi putih, serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan (Budiman dan Saraswati, 2005).

2.1.5 Pewarna alami

(4)

Menurut Saati dan Hidayati, (2006) beberapa contoh pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan yaitu :

1. Karoten, memberikan warna jingga sampai merah. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya.

2. Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur dan memberikan warna kuning.

3. Antosianin, memberikan warna merah, oranye, ungu, dan biru. Banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih, anggur, apel, stroberi, manggis dan lain-lain. 4. Karamel, memberikan coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis

pemecahan karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt.

5. Klorofil, memberikan warna hijau dan diperoleh dari daun. Pigtmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan seperti daun suji, daun pandan, daun katuk dan sebagainya. Dedauna tersebut sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajana pasar dan memiliki aroma yang khas (Saati dan Hidayati, 2006).

6. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis.

7. Tanin, menghasilkan warna coklat, terdapat dalam getah. 2.16 Antosianin

Antosianin merupakan pewarna alami ang diperoleh dari buah stroberi (Fragaria vesca L. ). Antosianin dapat dijadikan pewarna alami dibandingkan

(5)

Antosianin ditemukan di alam pada berbagai tumbuhan baik pada buah-bauhan maupun sauran, yang menyediakan berbagai warna ang bervariasi dari merah sampai ungu. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada nentuk aglikosidanya. Dalam buah stroberi antosianin dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh, yang mana dapat berperan sebagai agen antioksidan dalam tubuh (Koswara, 2009).

2.2Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Ditjen POM, 2000). Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

a.Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian terhadap maserat dan seterusnya disebut remaserasi.

b. Perkolasi

(6)

tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahapan perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perklorat.

c. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

d. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 900C selama 30 menit.

2.3 Parasetamol

2.3.1 Tinjauan umum Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [ 103-90-2 ] Berat molekul : 151,16

Kandungan : Tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

(7)

2.3.2 Farmakologi

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzene. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).

Efek analgetik Parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral diduga Parasetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik atau kimiawi (Ganiswara, 1995).

2.4 Uraian Sediaan Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, yang mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok (Depkes RI., 1979).

Tablet dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

Menurut Banker dan Anderson, (1994), tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat, yaitu:

(8)

2.Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dan sisi-sisi tablet.

3.Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya.

4.Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek pengobatan seperti kehendaki.

Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan satu atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.1 Bentuk tablet

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada pemggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunaanya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch dan lubang kempa cetakan yang didesain secara khusus.

Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan di dalam rongga mulut tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya dikulum/dihisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.2 Bahan pewarna tablet

(9)

membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, untuk memudahkan pengawasan misalnya warna yang pudar menunjukkan bahwa tablet tersebut telah rusak.

Zat warna yang dipakai harus memenuihi persyaratan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Koswara, 2009).

Ada 2 cara penambahan zat warna yaitu: 1. Cara basah

Bahan warna dilarutkan dalam larutan bahan pengikat kemudian ditambahkan kedalam serbuk yang akan digranulasi.

2. Cara kering

Bahan warna dicampurkan dalam keadaan kering ke dalam campuran serbuk kemudian baru ditambahkan larutan bahan pengikat. Konsentrasi zat warma yang biasa dipakai 0,33% (Soekemi, dkk., 1987).

2.4.3 Metode pembuatan sediaan tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Depkes RI., 1995).

Metode pembuatan tablet didasarkan pada sifat fisika kimia dari bahan obat, seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk partikel bahan aktif dan sebagiannya.

Metode pembuatan sediaan tablet yaitu a. Cetak langsung

(10)

Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1995).

b. Granulasi kering

Granulasi kering disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat-zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air.

Obat dan bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula dibua tablet yang cukup besar, yang massany tidak tertentu, selanjutnya terjadi penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam hal yang sederhana dilakukan diats sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, 1995).

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban atau keduanya (Lachman, dkk., 1994).

c. Granulasi basah

Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan, penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibentuk dengan suatu bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspense atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.

(11)

Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Banker dan Anderson, 1994).

2.4.4 Komposisi tablet

Tablet oral umumnya disamping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin.

Tablet tertentu mungkin pemacu aliran, zat warna, zat perasa dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi, bahan pewarna dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

1. Pengisi

Digunakan agar telah memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologi, selain itu juga dapat dicerna dengan baik (Voigt, 1995).

2. Pengikat

(12)

3. Penghancur

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika terkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk., 1994). Bahan ang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivate selulosa, alginate, dan clays (Lannie dan achmad., 2013).

4. Pelicin

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelican yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Lannie dan Achmad., 2013).

2.5 Uji Preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap 2.5.1 Waktu alir

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet (Cartensen, 1977).

2.5.2 Sudut diam

(13)

2.5.3 Indeks tap

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).

2.6Evaluasi Tablet 2.6.1 Kekerasan tablet

Kekerasan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangna porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan ang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga ang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Lannie dan Achmad., 2013).

Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya

nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).

2.6.2 Friabilitas

(14)

tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inchi pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).

Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk., 1994).

2.6.3 Waktu hancur

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk., 1994).

Hancurnya tablet tidak berat sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Lannie dan Achmad., 2013).

Kebanyakan bahan pelican bersifat hidrofob, bahan pelican yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Lannie dan Achmad., 2013).

2.6.4 Kadar zat berkhasiat

(15)

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk., 1994).

Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

2.6.5 Keseragaman sediaan

Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :

a. Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.

b. Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya kurang dari 50 mg (Depkes RI., 1995).

2.7 Uji Penilaian Organoleptik 2.7.1 Uji kesukaan

Uji kesukaan juga disebut uji hedonic. Dalam uji hedonic panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka atau tidak suka”, dapat mempunyai skala hedonic seperti: sangat suka, suka, kurang suka, tidak suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendaki.

(16)

2.7.2 Panel

Untuk melakukan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel yang bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau kelompok orang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif, yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

Dalam penilaian organoleptik dikenal ada macam-macam jenis panel. Penggunaan panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuan (Soekarto, 1985).

Menurut Soekarto (1985) ada 5 macam panel yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptik yaitu:

1. panel pencicip perorangan (individual expert panel) 2. panel pencicip terbatas (small expert panel)

Gambar

Tabel 2.1. Kandungan gizi buah stroberi segar (Depkes,RI.,1979).

Referensi

Dokumen terkait

Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid, dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan tanbahan atau

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa - cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan..

Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid, dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif dengan atau tanpa bahan tanbahan atau

Tujuan: Untuk mengetahui karakterisasi, skrining fitokimia dan konsentrasi pewarna kuning dari rimpang kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) yang disukai untuk

( Curcumae domestica Valeton Rhizoma) yang disukai untuk pewarna tablet.. 4 1.5

obat, seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk. partikel bahan aktif

Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel dengan semua

 Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran