BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnose pengobatan,
melunakkan, menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau pada
hewan. Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian yang
mengakibatkan seseorang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai
racun. Obat itu akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam
pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi bila
digunakan salah dalam pengobatan atau dengan kelebihan dosis akan
menimbulkan keracunan. Bila dosisnya lebih kecil, maka tidak diperoleh efek
penyembuhan (Anief, 1995).
Tablet adalah sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih
zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan
tablet). Sediaan tablet mempunyai beberapa persyaratan antara lain uji disolusi
yaitu untuk mengetahui seberapa banyak persentase zat aktif dalam obat, yang
terlarut ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Sebelum
melakukan uji disolusi, metode analisis yang digunakan harus ditetapkan terlebih
dahulu dan dikaji dengan seksama antara lain: komposisi media disolusi, jumlah
media (dalam ml), waktu dalam menit, kecepatan pengadukan (dalam rotasi per
menit = rpm), prosedur penetapan konsentrasi dan toleransi. Setelah pengambilan
sampel uji disolusi, dilanjutkan dengan proses analisis penetapan kadar zat aktif
dalam sampel (Siregar, 2008).
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui apakah tablet parasetamol yang
diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi
persyaratan uji disolusi sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia
Edisi IV.
1.2.2 Manfaat
Uji disolusi bermanfaat untuk menambah wawasan dari penulis agar dapat
mengetahui cara penetapan kadar tablet parasetamol dan agar pembaca dapat
mengetahui apakah sediaan tersebut layak untuk didistribusikan.