• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel diterima: 10 April 2017; direvisi 14 Mei 2017; disetujui 18 Juni Keywords: inquiri method; student learning outcomes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Artikel diterima: 10 April 2017; direvisi 14 Mei 2017; disetujui 18 Juni Keywords: inquiri method; student learning outcomes"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

Penggunaan Metode Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas IV SD

Aleyda Abdullah

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pattimura Ambon E-mail: dha05abdullah@yahoo.com

Artikel diterima: 10 April 2017; direvisi 14 Mei 2017; disetujui 18 Juni 2017

ABSTRACT

The research that will be carried out is aimed to know the use of inquiri method can improve student learning outcomes in IPS subjects in class IV SD Negeri 5 Ambon. This research is a qualitative research with type of classroom action research. The subjects of this study are the students of grade IV (four) SD Negeri 5 Ambon Nusaniwe Subdistrict, which amounted to 35 students. Data were collected with observation sheets. In the study of this class action is used qualitative description analysis, this analysis is calculated by using simple statistic. In the initial test students who score ≥ 65 as many as 57.14% of students, after the first cycle increased to 73.50% students. The average initial test score of 30.85% and after the first cycle increased to 71.14%. On the second cycle also increased the students who get the value of ≥ 65 as many as 81.76% of students. The average value of the end test of cycle II increased to 81.14%.

Keywords: inquiri method; student learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk membekali siswa mengghadapi masa depan. Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas. Siswa perlu mendapat bimbingan, dorongan, dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal-hal yang akan diperlukan dalam kehidupannya. Sebagai salah satu amanat pembukaan UUD 1945, pendidikan Nasional mengupayakan “mencerdaskan kehidupan bangsa” yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat Indonesia agar setiap manusia Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakal kuat, pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial. Adapun system pendidikan nasional No.20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didikan secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, keserdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

(2)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

masyarakat bangsa dan Negara. Salah satu landasan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan tercermin dalam UU Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 3 dikemukakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melihat pendapat diatas, sudah tentu para guru yang mengajar dijenjang pendidikan dasar kiranya perlu melakukan upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan sumber daya manusia diantaranya mempersiapkan peserta didik untuk mampu menghadapi segala permasalahan yang berkembangan akibat dari kondisi masyarakat sekarang dan masa yang akan datang.

Sekolah dasar (SD) merupakan satuan pendidikan yang memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam keseluruhan system pendidikan nasional. Dikatakan demikian karena disekolah dasarlah berbagai kemampuan dasar dikembangkan sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya. Dengan tidak menyelesaikan pendidikan pada jenjang sekolah dasar seseorang mungkin tidak dapat mengikuti pendidikan selanjutnya, baik melalui sekolah maupun melalui jalur luar sekolah (Ratna, 2004:3). Adapun yang menjadi tujuan dari mata pelajaran IPS disekolah dasar seperti yang tercantum dalam kurikulum (2006) bahwa agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis rasa ingin tahu, inquiri memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global. Sebagai pengembang kurikulum seorang guru haruslah dapat memperhatikan tujuan tersebut yang dituangkan dalam pengelolaan proses pembelajaran. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dikembangkan oleh guru bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswanya.

Pembelajaran IPS harus diciptakan suasana/kondisi yang menyenangkan bagi guru dan siswa, guru harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengajak siswa belajar melalui eksplorasi dan penyelidikan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Pendidikan Ilmu

(3)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

Pengetahuan Sosial (IPS) hendaknya mengembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (knowledge and understanding),aspek sikap dan nilai (attitude and value) dan aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Aspek pengetahuan dan pengertian berkaitan dengan memberikan bekal mengenai dasar-dasar etika dan norma yang nantinya menjadi orientasi dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan aspek keterampilan sosial (sosial skill) dan keterampilan intelektual skill agar siswa tangkap terhadap permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari (Ratna, 2004:6-7).

Berdasarkan kenyataan yang sering ditemui dilapangan, pembelajaran IPS hanya berdasarkan pada apa yang terdapat dalam buku sumber yang mengakibatkan siswa kurang tertarik pada pembelajaran, khususnya pembelajaran yang dilaksanakan dikelas IV SD, guru yang memberikan pelajaran IPS cukup puas dengan hanya mengandalkan buku sumber dengan metode ceramah sehingga daya kreatif siswa rendah dan siswa tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Bagitu juga yang dirasakan oleh peneliti, setiap kali pembelajaran IPS hanya mengandalkan buku sebagai sumber pembelajaran serta hanya menggunakan metode ekspositori/ceramah yang sudah biasa dilakukan dalam setiap pembelajaran. Untuk mengubah kebiasaan diatas maka peneliti bergerak untuk melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas dengan penggunaan motode inkuiri. Diharapkan dengan menggunakan metode inkuiri dapat mengatasi kebosanan siswa terhadap pembelajaran IPS serta proses belajar terpusat kepada siswa (student centered instructon) dari pada terpusat pada guru (teacher centered instruction), sesuai dengan pengertian dari inkuiri yaitu model pembelajaran yang berusaha menenpatkan siswa lebih banyak belajar sendiri sekaligus mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran metode inquiri mengajak siswa untuk dapat berpikir kritis dan mampu memecahkan suatu permasalahan yang ada didalam suatu pembelajaran khususnya pembelajaran IPS di SD tentang Kegiatan Ekonomi yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian tindakan kelas. Arikanto dkk (2006:3) memberikan kesimpulan penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan terhadap aktivitas belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dilakukan didalam kelas. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas mengajar

(4)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

dan peningkatan hasil belajar, sejalan dengan hal tersebut diatas Suyanto (1988:1-5) PTK adalah penelitian praktis dalam bidang pendidikan yang dilakukan di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki kendala yang terjadi dalam pembelajaran.

Penelitian ini berlangsung di SD Negeri 5 Ambon Kecamatan Nusaniwe. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 4 kali pertemuan pada semester II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV (empat) SD Negeri 5 Ambon Kecamatan Nusaniwe, yang berjumlah 35 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (a) Perencanaan tindakan (b) Pelaksanaan tindakan, (c) Pengamatan atau evaluasi, serta (d) Analisis atau Refleksi.

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka guru menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apabila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk menyakinkan/menguatkan hasil. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus sebelumnya.

Lembar observasi adalah alat yang digunakan sebagai pengumpul data yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung. Dalam pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh seorang observer, yaitu rekan guru yang mengajar di SD Negeri 5 Ambon Kecamatan Nusaniwe. Observasi ini difokuskan pada aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Lembar Kerja Siswa berguna untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman siswa terhadap suatu konsepdalam setiap tindakan. Hasil yang didapat dari LKS dijadikan acuan bagi peneliti untuk memberikan pembelajaran lanjutan atau perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Data yang diperoleh merupakan gambaran keberhasilan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pada penilitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskripsi kualitatif, analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana, yaitu sebagai berikut: Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa digunakan rumus:

(5)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

Ketuntasan belajar skor n keseluruha Jumlah benar yang siswa jawaban Jumlah X 100% Dan untuk menghitung rata-rata nilai kelas digunakan rumus:

Rata – rata siswa Jumlah siswa seluruh nilai Jumlah X 100%

Selanjutnya dari hasil tingkat penguasaan siswa rata-rata kelas dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan SD Negeri 5 Ambon. Berdasarkan hasil tingkat penguasaan dan rata-rata kelas dapat diketahui siswa dan kelas tersebut sudah tuntas atau belum tuntas.

Tabel 1. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa Kriteria Ketuntasan

Minimal Siswa Keterangan

≥ 65 ≤ 65

Tuntas Belum tuntas

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bila siswa memperolehtingkat penguasaan sama dengan atau lebih dari 65, maka siswa tersebut sudah dikatakan mencapai KKM atau lebih tuntas dalam pembelajaran. Siswa dikatakan belum tuntas penguasaan terhadap materi jika besar tingkat penguasaannya kurang dari 65.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pengamatan dilanjutkan dengan refleksi pengamatan pada setiap siklus. Namun sebelum dilaksanakan tindakan pada siklus I terlebih dahulu dilakukan tes awal dengan materi prasyarat menyangkut kegiatan-kegiatan ekonomi sebagai acuan untuk pembagian kelompok dan mengetahui kemampuan awal siswa terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi.

Refleksi awal menunjukan bahwa kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari menemukan bentuk-bentuk kegiatan ekonomi masih kurang sehingga peneliti perlu menjelaskan kembali apa-apa yang perlu dikuasai siswa sebelum memasuki materi. Pada siklus I, peneliti bertindak sebagai pengajar sedangkan guru mata pelajaran IPS bertindak sebagai observe. Keputusan ini diambil dengan berbagai pertimbangan yang telah disepakati oleh peneliti dan guru bersangkutan, bahwa metode inquiri merupakan metode yang belum pernah dipraktekkan oleh guru di SD Negeri 5 Ambon selama ini guru hanya menggunakan metode

(6)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

ceramah. Karena alasan ini, guru memintah peneliti untuk menjadi pengajar untuk melihat keaktifan metode inquiri ini, sehingga guru bisa belajar dan mengubah kinerjanya selama ini. Dari hasil tes siklus I yang dilaksanakan pada pertemuan kedua siklus I menunjukkan bahwa sebanyak 5 siswa( 57,00%) memperoleh nilai ≥ 65 dan 30 siswa (73,50%). Hal ini menunjukkan bahwa dilaksanakan siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu ≥ 65% siswa memperoleh nilai ≥ 65. Jadi rata nilai tes akhir siklus 1 mengalami peningkatan dari rata-rata nilai tes awal yaitu 30,85% menjadi 71,14%. Refleksi siklus I menunjukan hasil yang diperoleh masih terdapat permasalahan terkait diatas pembelajaran baik siswa maupun guru walaupun guru dan siswa melakukan pembelajaran yang sesuai dengan metode inquiri. Aktifitas siwa dalam mengikuti pembelajaran dinilai aktif walaupun rata-rata kelompok belum mampu kerja mandiri, mereka selalu bertanya tentang langkah-langkah kerja LKS sehingga mereka perlu diberi pengarahan oleh guru melalui partanyaan-pertanyaan yang ditransfer ulang sesuai pertanyaan yang ada pada LKS ini. Selain itu, setiap kelompok harus dibimbing dalam pembuatan kesimpulan dalam LKS. Hal ini dapat terjadi karena selama pembelajaran siswa tidak dibiasakan belajar sendiri, guru hanya mentransfer pengetahuan langsung kepada siswa. Selain itu, interaksi hanya dijawab, pemberian tanggapan, sanggahan dan pendapat belum berjalan lancar siswa yang ditunjuk sebagai perwakilan kelompok masih malu-malu untuk berbicara hal ini terjadi karena keberanian dan rasa percaya diri belum muncul, mereka masih takut salah dengan apa yang mereka temukan. Selain itu, guru belum maksimal dalam memberikan bimbingan, guru mendominasi pembelajaran dengan banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan bagaimana menemukan konsep kepada siswa dalam kelompok padahal guru tidak perlu banyak menjelaskan tetapi hanya memfasilitasi dan memberikan pertanyaan yang terbimbimg yang mengungkap. Hal ini dikarenakan hal baru bagi siswa sehingga guru kerja ekstra untuk memperkenalkan bagaimana pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri. Tapi secara umum aktivitas siswa dan guru pada pertemuan kedua ada sedikit peningkatan dari pertemuan pertama.

Dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan pada siklus I ini maka pada siklus II ini dirancang tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu menyusun LKS dengan langkah-langkah kerja yang jelas dan bahasa yang mudah dipahami siswa tujuannya agar siswa dapat menyelesaikan LKS secara mandiri dan LKS dibuat semenarik mungkin sehingga siswa tertarik untuk menyelesaikannya. Guru diharapkan lebih akrab dan komunikatif dengan siswa

(7)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

sehingga siswa tidak takut dan malu bertanya. Serta meminta kesediahan guru mata pelajaran untuk terlibat langsung selama proses pembelajaran sebagai pengajar terkait pada siklus I peneliti yang berperan sebagai pengajar maka untuk meningkatkan kinerja guru tersebut pada siklus II guru sudah mau terlibat langsung dalam proses pembelajaran bersama peneliti sehingga terjadi kolaborasi dimana peneliti tetap mendampingi guru untuk membimbing siswa dalam pengerjaan LKS. Namun pada saat siswa menyajikan hasil temuannya guru dapat mandiri memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing sesuai hasil temuan siswa pada LKS menuju kesimpulan yang benar serta guru dapat menjelaskan materi jika siswa belum mengerti. Berdasarkan pemeriksaan tes akhir siklus I menunjukan bahwa pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan telah meningkat. Siswa dengan baik dan benar mengerjakan soal-soal. Hanya saja selama pembelajaran sebagian siswa belum mampu dan berani dalam menentukan jawaban atas pertanya guru, mengemukakan pendapat, sanggahan, tanggapan. Selain itu dalam membuat konjektur atau kesimpulan awal siswa masih memerlukan bimbingan guru sebagian kelompok tidak percaya diri dengan apa yang mereka temukan. Bertolak dari kelemahan-kelemahan yang muncul maka untuk lebih meningkatkan keaktifan dan kepercayaan diri siswa, guru memberikan motivasi dan penghargaan berupa hadia. Rupanya cara ini disambut baik oleh siswa.

Hasil tes akhir siklus II menunjukkan bahwa 1 orang siswa atau sekitar 1,71% yang memperoleh nilai <65 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 81,76% (34 siswa). Nilai rata-rata tes akhir siklus II juga menunjukan 81,14% siswa yang telah mencapai indikator keberhasilan. Dengan demikian pada siklus ini target ketuntasan 65% siswa yang harus memperoleh nilai ≥ 65 telah tercapai. Dengan demikian, peningkatan terhadap hasil belajar siswa dimana pada akhir siklus II ini 81,76% (34 siswa) telah mencapai standar minimum yang ditetapkan dan rata-rata kelas (81,14%) menemui kriteria ketuntasan minimum maka pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dikatakan berhasil dan diputuskan untuk tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Ini berarti tindakan telah tercapai yaitu metode pembelajaran inquiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Ambon.

(8)

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pattimura Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 1 Nomor 2, Juli 2017. Halaman 125-132

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Ambon diajarkan dengan menggunakan metode inquiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes. Pada tes awal siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 57,14% siswa, setelah siklus I meningkat menjadi 73,50% siswa. Rata-rata nilai tes awal 30,85% dan setelah siklus I meningkat menjadi 71,14%. Pada siklus II juga terjadi peningkatan yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 81,76% siswa. Rata-rata nilai tes akhir siklus II meningkat menjadi 81,14%.

DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum 2006 Standar Kompetensi.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006) Kurikulum 2006 KTSP ( Satuan Tingkat Satuan Pendidikan

Djojo, Suradisatri. Et. Al. (1991). Pendidikan IPS III. Jakarta : Depdikbud Dijjen Dikti. Gagne, (1989 : 22) Hasil Belajar

Mudyaharjo (2001). Pendidikan merupakan salah satu bentuk hal yang bersifat actual menuju pada hal yang ideal.

Noehi, Nasution. (1993). Psikologi Pendidikan. Jakarta : UT.

Purwanto (2002) Pendidikan adalah usaha orng dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah dewasa.

Ratna, Mulyawati, (2004) Penerapan metode inquiry dalam meningkatkan pembelajaran IPS topic lapangan kerja di kelas IV sekolah dasar.

Ratumanan, (2002 : 55) Hasil Belajar bisa diamati jika seseorang menampakan kemampuan yang diperoleh melalui belajar.

Sarifudin (Istianti dan Ichas, 2005). Metode Belajar Mengajar adalah kerangka konseptual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenangan.

Suharsimi Arikunto, Et. al. (2007) Penilitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Wibawa. (2003) Penilitian Tindakan Kelas. Depdiknas : Dirjen Dikti.

Gambar

Tabel 1. Kriteria  Tingkat  Penguasaan Siswa  Kriteria Ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan level protein 18-22% pada ayam bangkok fase starter memberikan hasil yang sama terhadap

1) Peningkatan waktu operasional ruangan bedah, yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi dari tenaga medis yang tersedia dan pengaturan jadwal pasien yang hendak

Selajutnya pengertian kelas sendiri, menurut Nawawi ( 1989:116) kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu:.. a) Kelas dalam arti sempit, yakni ruangan yang dibatasi oleh

Sebagaimana dikemukakan pada latar belakang bahwa pada BDN dan BI terdapat persamaan dan perbedaan pada sistem fonologi dan adanya proses perubahan bunyi yang terjadi

Dalam menentukan arah kiblat dengan Qibla Laser maka dibutuhkan perhitungan seperti azmuth Matahari dan Bulan, akan tetapi langkah-langkah perhitungannya susah bagi

Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT

Upaya untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah, maka konsepsi otonomi daerah yang dilaksanakan di Indonesia yaitu:.. dengan menggunakan prinsip pemberian otonomi seluas-luasnya

Berdasarkan pada pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya administrasi kredit adalah kegiatan pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan. CV Jaya