• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAKTU KONSTRUKSI PLTN DAN PENURUNAN BIAYA: ASPEK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WAKTU KONSTRUKSI PLTN DAN PENURUNAN BIAYA: ASPEK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

WAKTU KONSTRUKSI PLTN DAN PENURUNAN BIAYA:

ASPEK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN

Sriyana

Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Tlp./Fax 021-5204243, Email: yana@batan.go.id

ABSTRAK

WAKTU KONSTRUKSI PLTN DAN PENURUNAN BIAYA: ASPEK PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN. Harmonisasi seluruh potensi sumber daya energi untuk berperan dalam menyokong pertumbuhan ekonomi-industri nasional, menjadi kata kunci untuk pemenuhan energi jangka panjang. Namun begitu aspek ekonomi masing-masing sumber daya juga harus menerapkan kaidah efisiensi, sehingga harga energi tersebut murah dan efisien. Dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dan gas, PLTN relatif lebih mahal pada saat membangun dan lebih murah untuk biaya operasinya. Seperti diketahui bahwa proyek besar seperti pembangunan PLTN dan pembangkit listrik lainnya, membutuhkan waktu konstruksi yang panjang sehingga bila dapat diperpendek waktu konstruksinya, maka akan dapat mengurangi biaya konstruksi. Makalah ini mendiskripsikan waktu konstruksi dan faktor penting yang terkait untuk menurunkan biaya konstruksi PLTN, terutama dalam hal memperpendek waktu pembangunannya. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah penelusuran literatur dan analisis terhadap faktor penting yang mempengaruhi. Disimpulkan bahwa faktor penting agar target memperpendek waktu konstruksi PLTN dapat dipenuhi, maka asumsi-asumsi harus secara ketat dapat dipenuhi. Asumsi-asumsi yang secara ketat harus dipenuhi meliputi: (1) Asumsi proyek fundamental, (2) Asumsi terkait tapak PLTN, (3) Asumsi pengadaan dan rekayasa, (4) Asumsi pendekatan konstruksi, (5) Asumsi proses ijin dan lisensi.

Kata kunci: aspek penting, konstruksi, PLTN

ABSTRACT

NUCLEAR POWER PLANT CONSTRUCTION TIME AND DECREASE COST: IMPORTANT ASPECTS TO PAY ATTENTION. Harmonization of all types potential energy resources to play a role in supporting national economic growth-industry, become a keyword for the accomplishment of long-term energy. But, once the economic aspects of each energy resources also need to apply the principles of efficiency, so the price is cheap and efficient. Relative to coal-fueled power plants and gas, nuclear power plants more expensive at the time to build and cheaper for operating costs. As it is known that large projects like the construction of nuclear power plants and other power plants, require long construction times, so if it can be shortened of its construction time, it will reduce the construction costs. This paper describes construction time and important factors related to reduce the cost, in particularly to shortened construction time. Methodology for this study is literature study and important factors impact analysis. It conclude that (1) The longer of the construction period, the cost will be greater and so does the price of electricity purchased by the public will also be more expensive. (2) Implementation of the new construction technology needs to consider some various aspects, i.e. economic benefit and maturity of technology (3) In order to target the construction schedule can be achieved, the important assumptions must be met strictly. The assumptions are (a) The fundamental assumption of the project, (b) Assumptions related to site, (c) Assumption of procurement and engineering, (d) Assumption of construction approaches, (e) Assumption permit and licensing process.

(2)

1.

PENDAHULUAN

Bauran energi yang pas dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik dengan mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini mengingat bahwa sumber daya energi kita terbatas. Semua potensi energi Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat perlu terus dieksplorasi, dikembangkan, dan digunakan secara berdampingan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian harmonisasi masing-masing potensi sumber daya energi untuk berperan dalam menyokong pertumbuhan ekonomi-industri nasional, menjadi kata kunci untuk pemenuhan energi dan sekaligus menjaga ketahanan energi dalam jangka panjang.

Energi nuklir khususnya pembangkit listrik tenaga nuklir adalah energi alternatif yang dapat memasok listrik dalam kapasitas yang besar. PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) merupakan pembangkit dengan kandungan teknologi dan tingkat keselamatan yang tinggi. Teknologi PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) yang telah digunakan dan terbukti saat ini memiliki kapasitas terbesar 1.350 MWe sampai 1.600 MWe disamping juga tersedia kapasitas yang menengah (600 – 1000 MWe) dan kecil (di bawah 600 MWe). Dengan unit kapasitas yang besar ini diharapkan dapat memberikan pasokan listrik yang besar pula, sehingga secara cepat akan dapat menutup kekurangan listrik yang dibutuhkan oleh berbagai sektor, yakni sektor rumah tangga, sektor transportasi, sektor industri, dan lain-lain.

Sementara itu teknologi pembangkit listrik berbahan bakar batubara memberikan kemampuan daya maksimum sebesar 1.000 MWe dengan teknologi superkritis. Teknologi PLTU batubara ke depan akan semakin mempetimbangkan pengendalian efek rumah kaca, sehingga akan menyertakan teknologi yang lebih bersih. Hal ini tentu akan menambah biaya investasi pembangunannya dan sekalgus meningkatkan biasa operasinya.

Saat ini ada 443 unit PLTN yang beroperasi di dunia, berkapasitas sebesar 375 GWe dan pada tahun 2009 memasok listrik sebesar 39,89 TWh atau sebesar 20,65%. Sementara itu PLTN yang sedang dibangun saat ini berjumlah 64 unit dengan kapasitas total 62,6 GWe. Empat negara yang cukup agresif membangun PLTN adalah China (saat ini sedang membangun 27 unit), Republik Federasi Rusia (11 unit) dan India (5 unit) serta Korea Selatan (5 unit). Estimasi proyeksi pembangunan PLTN baru yang dilakukan oleh IAEA menggambarkan bahwa pada tahun 2020 dan tahun 2030 untuk skenario pesimis kapasitas terpasang pembangkit nuklir akan mencapai masing-masing 445 GWe dan 551 MWe atau meningkat 37%.[1]

Proyek besar, seperti pembangunan PLTN, memerlukan waktu konstruksi yang panjang. Semakin panjang waktu konstruksi, maka biaya investasi yang dikeluarkan akan semakin besar, hal ini oleh karena financing cost (biaya peminjaman uang) akan besar, disamping nilai tukar uang yang berubah terhadap waktu dan faktor ketidaktentuan yang lain yang berubah terhadap waktu.

Teknologi konstruksi PLTN mempertimbangkan agar waktu konstruksi dapat lebih pendek, antara lain dengan menerapkan teknologi konstruksi modularisasi, open top installation, konstruksi segala medan cuaca, dan lain-lain. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap lamanya waktu konstruksi dan bagaimana agar konstruksi dapat tepat waktu.

Metodologi yang digunakan dalam studi ini adalah dengan mengumpulkan teknologi konstruksi yang ada dan menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap waktu konstruksi PLTN.

(3)

2.

TEKNOLOGI KONSTRUKSI PLTN

Sebelum didiskripsikan teknologi konstruksi, berikut disampaikan gambaran bagaimana waktu konstruksi di negara yang membangun PLTN. Gambar 1 menunjukkan grafik lama pembangunan PLTN di Amerika. Grafik tersebut menunjukkan bahwa konstruksi PLTN pada tahun 1970 hingga tahun 1977 waktu konstruksi semakin lama, yakni dari 45 bulan menjadi 94,3 bulan.

Gambar 1. Grafik Lama Konstruksi PLTN terhadap Waktu di Amerika (tahun)[2]

Gambar 2. Grafik Lama Konstruksi dan Nama PLTN di Amerika[2]

Gambar 2 menunjukkan bahwa pembangunan PLTN di Amerika diselesaikan lebih dari 70 bulan. Hal ini berarti satu unit PLTN di Amerika membutuhkan waktu konstruksi lebih dari 6 tahun 8 bulan.

(4)

Gambar 3. Menunjukkan Lama Konstruksi PLTN di Jepang Terhadap Waktu [2] Tabel 1. Lama Konstruksi PLTN untuk Periode Waktu tertentu[2]

Kategori 1970-1995 [bulan] 1996-Sekarang [bulan] 1970-1995 [tahun] 1996-Sekarang [tahun] Rata-rata 80 83 6.67 6.92 Minimum 41 47 3.42 4.08 Maksimum 283 302 23.58 25.17

a. Open Top Installation[3]

Instalasi komponen utama/besar ke dalam reaktor dan bangunan pengungkung (sungkup reaktor) dapat mempengaruhi jadwal konstruksi PLTN. Di masa lalu, dinding gedung reaktor dan pengungkung dibangun dengan diberikan akses sementara untuk memungkinkan masuknya alat-alat besar. Pada teknologi instalasi dari atas (Open Top Installation), bangunan reaktor dan pengungkung dibangun dengan atap sementara yang dapat digunakan untuk memasang peralatan utama, seperti bejana reaktor, pembangkit uap, dll. pada posisinya dengan menggunakan crane/mesin pengangkat berat. Teknologi

crane sekarang mampu mengangkat komponen yg lebih berat dari 1.000 ton dengan jangkauan yang jauh.

Sekali peralatan sudah ditempatkan di dalam bangunan reaktor maupun pengungkung, sistem pemipaan, sistem kelistrikan dan sistem lainnya dapat dipasang pada saat yang bersamaan dengan penyelesaian bangunan reaktor dan pengungkung, hingga penggantian atap sementara dengan kubah permanen. Pada beberapa kasus dinding di sekitar komponen tidak akan dibangun sebelum peralatan dipasang secara benar.

Metode open top ini telah berhasil memperpendek waktu konstruksi dengan sistem yang termodularisasi. Meskipun disisi jadwal dapat mempersingkat waktu, namun sisi tambahan biaya perlu diperhatikan. Bahkan kompensasi antara waktu yang lebih pendek dan biaya tambahan tidak sebanding, masih lebih besar biaya yang dikeluarkan untuk mesin-mesin crane pengangkat. Metode ini telah digunakan secara luas dalam pembangunan proyek PLTN di Jepang, Taiwan, dan Cina.

(5)

Gambar 4. Crane VHL (Very Heavy Lift) di Qinshan Unit 3-1

Gambar 5. Pemasangan Komponen Pembangkit Uap di PLTN Qinshan unit 3

.

b. Sistem Modularisasi[3]

Sistem modularisasi ini diterapkan pada berbagai proyek pembangunan industri termasuk PLTN. Sebuah modul merupakan rangkaian dari beberapa komponen, misalnya komponen struktur, pemipaan, panel listrik, pengkabelan, komponen pendukung, dan lain-lain. Modul-modul ini dapat dibuat di dekat tapak maupun di pabrik di luar tapak. Bersamaan dengan pembuatan modul ini, konstruksi sipil dapat dilakukan hingga siap dilakukan instalasi modul tersebut. Penerapan sistem modularisasi yang demikian dapat memperlancar akses personil dan material di lokasi tapak dan sekaligus memperpendek waktu konstruksi.

c. Teknik Pengelasan Maju[3]

Konstruksi PLTN melibatkan pekerjaan pengelasan yang sangat banyak. Untuk menjaga kualitas pengelasan yang merupakan elemen penting pada aspek keselamatan, sangat memerlukan waktu. Penerapan teknologi mutakhir yang dapat memberikan jaminan kualitas yang tinggi dan mempersingkat waktu konstruksi sangat diperlukan. Misalnya:

(6)

pengelasan busur gas logam, pengelasan busur gas tungsten, pengelasan busur terendam, dan lain-lain. Disamping itu peralatan las otomatis yang dapat mempermudah pengelasan, mempergunakan ruang yang sempit dan yang dapat mengurangi waktu konstruksi, terus dikembangkan dan diterapkan.

d. Reinforced Concrete (RC) dan Steel Plate Reinforced Concrete (SC)[4]

Pada awalnya pembangunan dinding pengungkung reaktor PLTN menggunakan struktur beton bertulang konvensional (Reinforced Concrete, RC). Tipe struktur RC dibangun di lokasi konstruksi menggunakan beton bertulang (reinforcing bars, rebar). Struktur RC memiliki rangka eksternal bersifat sementara yang disebut rangka tuang (formwork).

Formwork digunakan untuk membingkai dan membentuk struktur beton. Setelah beton terbentuk, dilakukan pembongkaran formwork.

Teknik SC beton “curah” ditempatkan di antara dua pelat baja (steel plate) yang membentuk beton tersebut. Steel plate berfungsi untuk memberikan eksterior permanen terhadap struktur yang sedang dikonstruksi. Bagian dalam struktur SC terdiri atas sejumlah tulang penghubung (tie-bar) yang berfungsi untuk menguatkan struktur beton dan rangkaian steel plate tersebut. Berdasarkan studi yang dilakukan Tokyo Electric Power Company, dari aspek keselamatan teknik SC memiliki meningkatkan daya tahan struktur terhadap gempa dan meningkatkan nilai load bearing capacity2. Nilai ini menunjukkan nilai beban maksimum yang dapat diterima oleh sebuah sistem dalam hal ini struktur SC sebelum sistem tersebut mengalami pergerakan atau kehancuran.

Gambar 6. Skema Perbedaan RC dan SC

(7)

modul dengan modul lain. Perbandingan konstruksi struktur SC dan RC diperlihatkan pada Gambar 6.

e. Konstruksi di segala Cuaca[3]

Untuk mempersingkat waktu konstruksi perlu mempertimbangkan cuaca. Hujan, turun salju, dan cuaca lain yang menghambat atau menghentikan proses konstruksi perlu dicegah. Salah satu contoh yang menerapkan metode ini adalah di Jepang, yakni pada konstruksi Kashiwasaki Kariwa 6 dengan membangun kubah pelindung segala cuaca.

Gambar 8. Konstruksi di Segala Cuaca

f. Metode Excavasi Maju[3]

Teknik penggalian fondasi perlu menerapkan teknologi maju. Eksavator besar, pengerukan dan penanganan material yang masif dan juga vibrator pemadatan tanah yang besar, perlu diimplementasikan.

g. Pemasangan Kabel[3]

Panjang kabel yang diperlukan untuk satu unit PLTN kurang lebih 430 km untuk kabel listrik dan sebesar 1.500 km untuk kabel kontrol dan instrumentasi. Oleh karena panjang kabel yang dibutuhkan sangat banyak, maka teknik penarikan kabel harus diperhatikan, hal ini agar dapat mempersingkat waktu instalasi. Misalnya agar rol kabel yang mudah beroperasi, tidak macet maka harus diberi pelumas. Demikian juga untuk teknik penyambungan kabel.

(8)

h. Penerapan Sistem Komputer untuk Kontrol dan Informasi Manajemen[3,4]

Secara umum, konstruksi PLTN membutuhkan waktu yang panjang, menghasilkan sejumlah besar dokumen rekayasa dan informasi, serta melibatkan material dan tenaga kerja dalam jumlah besar. Segala informasi PLTN baik teknis maupun non-teknis harus dapat dijaga selama masa hidup instalasi tersebut mulai dari informasi persyaratan desain, perencanaan proyek, sampai dengan pengadaan, konstruksi, operasi, perawatan dan dekomisioning pada akhir dari masa hidupnya. Untuk itu, sebuah perangkat yang tepat berbasis jaringan komputer untuk kendali data dan informasi merupakan salah satu faktor kunci dalam manajemen konstruksi PLTN.

Kontrol dan manajemen informasi terdiri atas akuisisi, penyimpanan, dan pencarian informasi yang berkaitan dengan pembangkit. Sistem manajemen konstruksi yang efektif harus dapat mengintegrasikan antara teknologi rekayasa dan manajemen informasi sehingga semua proses instalasi komponen pada tahap konstruksi dapat dikendalikan.

3.

PEMBAHASAN

Pembangunan PLTN adalah melibatkan ribuan sistem yang harus diinstalasi dan bahkan melibatkan jutaan komponen. Sinkronisasi dalam sistem, dan antar sistem di dalam sistem besar PLTN tersebut memerlukan waktu yang panjang, disamping konstruksi bangunan PLTN itu sendiri.

Vendor biasanya menawarkan konstruksi PLTN dalam waktu yang logis menurut asumsi yang diajukan. Asumsi-asumsi yang digunakan tersebut harus dicermati oleh karena sangat kondisional. Negara satu dengan lainnya dapat berlainan. Misalnya di Korea bisa diselesaikan selama 5 (lima) tahun, namun belum tentu untuk negara lain. Oleh karenanya penting untuk dicermati faktor-faktor yang mempengaruhi target waktu konstruksi yang ditawarkan. Gambar 9. berikut menyajikan jenis PLTN Generasi III+ dan waktu konstruksi yang diperlukan untuk membangunnya.

(9)

Usaha memperpendek waktu konstruksi selalu dilakukan oleh penyedia teknologi PLTN, khususnya vendor. Mulai dari desain hingga penerapan metode konstruksi yang paling mutakhir, diteliti kemungkinannya untuk diperpendek waktunya. Target waktu konstruksi untuk PLTN Generasi III+ sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9 adalah target

yang ditetapkan oleh pemasok teknologi. Penetapan waktu konstruksi tersebut sudah tentu dengan kondisi yang disyaratkan. Kondisi inilah yang harus dicermati dan dipenuhi agar apa yang ditargetkan tersebut bisa dicapai.

Tabel 2. Masa Konstruksi PLTN Terhadap Biaya Investasi dan Harga Listrik.[5]

Item Biaya Masa Konstruksi (tahun)

5 6 7 8 9

Biaya Investasi termasuk

eskalasi (juta US$) 2.899,2 2.948,7 3.011,9 3.094,1 3.179,9 IDC (juta US$) 443,3 509,6 558,5 598,5 629,4 Levelized Tariff

(cents/kWh) 4,32 4,47 4,57 4,72 4,83

Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin lama masa konstruksi maka biaya akan semakin besar dan demikian pula harga listrik yang dibeli oleh masyarakat juga akan lebih mahal. Tabel 2 di atas hanya mempertimbangkan faktor nilai uang terhadap waktu. Nilai kini, besarnya eskalasi dan besarnya bunga pinjaman (interest rate) menjadi pertimbangan penting pada perhitungan yang menghasilkan angka-angka yang ditunjukkan pada tabel tersebut.

Perlu disadari bahwa usaha untuk memperpendek masa konstruksi adalah melibat teknologi konstruksi yang relatif baru yang sekaligus juga memerlukan biaya investasi tambahan. Oleh karena itu dalam menerapkan teknologi konstruksi baru perlu ada evaluasi apakah disamping dapat memperpendek masa konstruksi juga memberikan biaya yang lebih murah atau justru lebih mahal. Jangan sampai penerapan teknologi yang dapat mempendek masa konstruksi justru memberikan dampak harga yang lebih mahal.

Penelitian yang dilakukan oleh US DoE pada tahun 2010, merekomendasikan bahwa dari 13 teknologi konstruksi yang baru terdapat 12 teknologi yang dapat diterapkan di Amerika untuk mereduksi masa konstruksi PLTN. Pertimbangan dalam analisis pemilihan teknologi yang direkomendasikan tersebut antara lain: teknologi yang dapat diterapkan saat ini, keuntungan utama, yakni memperpendek masa konstruksi, potensi keberhasilan penerapan di USA (termasuk kajian kualitatif oleh NRC), kematangan teknologi yang siap untuk diaplikasikan, dan berkaitan dengan aktivitas yang direkomendasikan oleh US DoE tentang pengembangan teknologi maju (R&D).[6]

Dari 12 teknologi tersebut terdapat 9 yang secara ekonomi dan kematangan teknologi siap diterapkan di Amerika. Ke-9 teknologi tersebut adalah

i. Struktur beton yang diperkuat dengan lembaran baja j. Teknologi campuran beton maju

k. Laju deposisi pengelasan yang tinggi l. Pengelasan dengan robot

m. Pemodelan 3D

n. Aplikasi GPS pada konstruksi o. Instalasi Open-Top

p. Pengelasan Siku vs. Penekukan Pipa

q. Peledakan yang tepat untuk memecahkan batuan Sebagian telah diuraikan pada sub metode konstruksi di atas.

(10)

Terlepas dari aspek teknologi dan perhitungan biaya yang perlu dipertimbangankan dalam memperpendek masa konstruksi, banyak faktor yang harus dicermati pada pelaksanaan konstruksi PLTN. Faktor-faktor tersebut tercermin dalam asumsi yang harus dipenuhi, yakni:

o Asumsi Dasar Proyek

o First-of-a-Kind (FOAK) atau Nth of a Kind (NOAK) o Ketersediaan sumber daya tenaga kerja

o Kesiapan aliran dana o Struktur shift tenaga kerja o Acuan tapak

o Perjanjian tenaga kerja harus jelas o Asumsi terkait Tapak PLTN o Kondisi tapak

o Persyaratan seismik

o Kemudahan akses/transportasi o Asumsi pengadaan dan perekayasaan o Perekayasaan/Engineering

o Hubungan kontrak dan pengadaan

o Komponen yang pengadaannya butuh waktu lama o Waktu pabrikasi

o Asumsi konstruksi

o Seberapa jauh penerapan pendekatan modular o Peralatan khusus

o Penataan beban kerja terhadap waktu o Asumsi Perijinan dan Lisensi

o Ijin tapak dan lingkungan o Perubahan proses lisensi

Asumsi-asumsi inilah yang perlu dipertimbangkan dan dicermati agar target jadwal konstruksi dipenuhi. Mengingat pengalaman waktu konstruksi tahun 1970 – 1980 an yang cukup panjang seperti pada Gambar 1, 2 dan 3 maka ketelitian dalam mencermati pemenuhan asumsi penting untuk diperhatikan.

4.

KESIMPULAN

o Semakin lama masa konstruksi maka biaya akan semakin besar dan demikian pula harga listrik yang dibeli oleh masyarakat juga akan lebih mahal.

o Penerapan teknologi konstruksi yang baru, perlu pertimbangan berbagai aspek sebelum diimplementasikan, antara lain aspek keuntungan ekonomi dan kematangan teknologi.

o Agar target jadwal konstruksi dapat tercapai, maka asumsi-asumsi penting harus dipenuhi secara ketat. Asumsi tersebut adalah (a) Asumsi proyek fundamental, (b) Asumsi terkait tapak PLTN, (c) Asumsi pengadaan dan rekayasa, (d) Asumsi pendekatan konstruksi, (e) Asumsi proses ijin dan lisensi.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. IAEA-PRIS, http://www.iaea.org/programmes/a2/index.html diakses Mei 2011

[2]. KI SIG KANG. Technologies and Management of NPP Construction, Hand Experience in developing and Managing Nuclear Power Programme, Seoul, April 2011.

(11)

[4]. YULIASTUTI, dkk., Komparasi Aspek Ekonomi Teknik Steel Plate Reinforced Concrete dan Reinforced Concrete pada Konstruksi Dinding Pengungkung Reaktor, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol. 10 No. 1, Juni 2009.

[5]. M. NASRULLAH. Pengaruh Masa Konstruksi pada Biaya Investasi dan Harga Tarif Listrik dalam Pembangunan PLTN Pertama di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Yogyakarta. 2006.

[6]. US DoE, Application of Advanced Construction Technologies to New Nuclear Power Plants, September 2004. Bernard L. Cohen, Nuclear Energy Option. Plenum Press, Pittsburgh. 1990.

DISKUSI

1. Pertanyaan dari Ida Nuryatin (EBTKE-ESDM):

Jenis PLTN apa yang kira-kira bisa direkomendasikan untuk dibangun di Indonesia ditinjau dari waktu konstruksi, dengan asumsi PLT pertama tahun2020?

Jawaban:

Jika hanya dilihat aspek waktu konstruksi saja dengan asumsi ideal konstruksi dipenuhi dan ijin tapak bisa dikeluarkan pada 2014 maka jenis ABWR dengan kesiapan teknologinya akan bisa mencapai target. Namun OPR1000 dan AP1000 dari aspek konstruksi dapat pula memenuhi target 2020 dengan asumsi ideal harus dipenuhi.

Gambar

Gambar 2. Grafik Lama Konstruksi dan Nama PLTN di Amerika [2]
Gambar 3. Menunjukkan Lama Konstruksi PLTN di Jepang Terhadap Waktu  [2]
Gambar 4. Crane VHL (Very Heavy Lift) di Qinshan Unit 3-1
Gambar 6. Skema Perbedaan RC dan SC
+3

Referensi

Dokumen terkait

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Edutown BSD City, Kavling Edu I No.1 Telp.. MT Haryono 908 Tempel Foto

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Analisis standar belanja (ASB) adalah suatu penilaian tentang kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan untuk melaksanakan suatu kegiatan.Penilaian

Perancangan Modul Driver Motor Stepper berfungsi untuk menerima sinyal input dari port parallel PC berupa clock dan arah pergerakan yang digunakan untuk mengatur motor stepper

Polling pendapat umum terhadap suatu isu hanya dapat dilakukan jika masyarakat mempunyai akses yang sama terhadap isu tersebut.. Polling tidak dapat dilakukan jika

Keseluruhan isi berita media massa adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Framing dapat dipandang