• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembuatan Pulp

Dalam proses pembuatan pulp ada beberapa tahap yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Penyediaan Bahan Baku

Pada dasarnya kayu yang diolah adalah Eucalyptus. Kemudian di angkut ke areal pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu. Kayu yang ditimbun diumpamakan ke wood room, gelondong-gelondong kayu tersebut dikulit, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang disebut dengan chip.

2. Tahap penyaringan (Screening)

Tujuan dari penyaringan adalah untuk memperbaiki kualitas produksi pulp dengan proses kimia. Dimana dengan memisahkan serpihan fine dan serpihan yang memiliki ukuran yang lebih besar, maka chip dengan ukuran yang diinginkan dapat diperoleh.

3. Tahap pemasakan (Digester)

Digester adalah bejana bertekanan yang didalamnya serpihan kayu dimasak dengan sejumlah larutan kimia tertentu. Dari hasil pemasakan tersebut dihasilkan sisa cairan pemasak yang disebut lindi hitam sehingga menjadi molekul yang lebih kecil yang larut dalam lindi hitam maka didapat pulp yang lebih baik.

(2)

4. Tahap pencucian (Washing)

Pencucian ini dilakukan untuk memisahkan serat dari kotoran-kotoran yang dapat larut dalam air dan untuk menghilangkan sisa-sisa lignin yang masih terikut pada pulp setelah proses pemasakan dengan penambahan natrium karbonat. Bila pencucian kurang sempurna maka akan timbul kerugian pada proses pemutihan sehingga diperlukan bahan pemutih yang besar jumlahnya dan selain itu timbulnya busa serta lendir yang sangat mengganggu pada proses pembuatan pulp.

5. Tahap pemutihan (Bleaching)

Bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk menghilangkan bahan atau zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki Brightness yang lebih tinggi. Beberapa tahap pembuatan pulp menjadi putih dengan bantuan bahan kimia yaitu : Cl2 (Klorin), ClO2 (Klorin Dioksida), NaOH (Caustic Soda), NaClO (Natrium Hypo Clorit), O2 (Oksigen), SO2 (Sulfur Dioksida), Klor akan bereaksi dengan lignin yang terlarut dalam cairan lindi hitam yang masuk bersama pulp, dan klor melarutkan sisa-sisa lignin sehingga didapat pulp yang lebih putih.

6. Tahap pulping (Pulp Machine)

Pulp machine adalah merupakan integrasi dari bagian operasi pabrik pulp. Pulp machine ini bertujuan untuk mengubah suspensi pulp yang dikirim dari Bleach pulp menjadi pulp kering dan selanjutnya diproses ke dalam bentuk bal-bal untuk dikirim ke konsumen. (Anonim. 2000)

(3)

2.2 Sulfur Dioksida (SO2) 2.2.1. Sifat-sifat sulfur dioksida

Sulfur dioksida mempunyai panas pembentukan standar (25 0C) = - 70,86 kkal/grmol. Pada tekanan standar, SO2 murni berupa gas yang tidak berwarna.

Pada prinsipnya, untuk memproduksi SO2 adalah membakar sulfur dengan oksigen pada temperatur di atas titik didihnya. Konsentrasi gas SO2 yang dihasilkan tergantung dari temperatur pembakarannya. Semakin tinggi temperatur pembakaran konsentrasi gas SO2 semakin tinggi. Biasanya sulfur dioksida yang dihasilkan berbentuk larutan yang diperoleh dengan mengabsorbsi SO2.

Sulfur dioksida adalah senyawa oksida sulfur yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1) Rumus molekul : SO2 2) Berat molekul : 64,06 3) Titik lebur : -75 0C 4) Titik didih : -10 0C

5) Warna : Tidak berwarna

Sulfur dioksida mempunyai unsur-unsur gas baunya tajam. Apabila gas sulfur dioksida langsung kena pada kulit maka kulit bisa terbakar, sulfur dioksida sangat membahayakan bagi manusia dan dapat menyebabkan besi-besi berkarat. (Anonim, 2003)

2.2.2 Kegunaan Sulfur Dioksida

Kegunaan gas sulfur dioksida adalah untuk menetralisir keaktifan dari khlorin dan turunannya yang tidak diharapkan dalam proses operasi.

(4)

Penetralisirannya dilakukan dengan mengubah khlorin aktif menjadi ion khlorin yang tidak aktif.

Pemakaian dari larutan sulfur dioksida ada pada bagian internal chemical plant (pabrik kimia0 yaitu proses akhir dechlorination tank. Anolyte (sisa-sisa larutan garam dari sel) yang berupa natrium hipoklorit (NaOCl) setelah dielektrolisa yang mengandung 200-225 gr/l NaCl yang masih dapat digunakan untuk menaikkan konsentrasinya di bak pelarut. Karena larutan sisa tersebut masih mengandung klorin yang dapat merusak resin pada alat Ion Exchanger, maka larutan anolyte tersebut harus mengalami pemisahan klorin terlebih dahulu.

Kemudian larutan anolyte tersebutdialirkan ke dalam sebuah tangki yamh diinjeksikan ke dalmmya steam dan larutan HCl pada pH 1,4-1,6. Adapun fungsi penambahan tersebut adalah untuk menghidrolisa anolyte dengan reaksi sebagai berikut :

2 NaOCl + 2 HCl NaCl +NaOCl + Cl2 + H2O

Untuk memastikan dan menyempurnakan reaksi pembebasan klorin pada anolyte tersebut adalah merupakan hasil dari SO2-plant. Sehingga menghasilkan reaksi sebagai berikut :

2 NaOCl + SO2 Na2SO4 + Cl2

Dari reaksi tersebut di atas dapat diketahui bahwa sulfur yang terdapat pada larutan garam selain berasal dari pembentukan garam juga merupakan hasil oksidasi SO2.

Sedangkan untuk bagian eksternal digunakan pada bleaching plant, zat pemutih yang ditambahkan pada tahap terakhir proses pemutihan adalah sulfur dioksida. Sulfur dioksida adalah sebagai antiklor yang bertujuan untuk

(5)

menhilangkan dan memutihkan lignin yang masih tersisa dari proses sebelumnya. Untuk menghentikan kerja dari bahan ClO2, mula-mula diuapkan dan dilarutkan ke dalam air kemudian ditambahkan ke pabrik pengelatangan sebagai larutan cair yang encer.

Penambahan sulfur dioksida memegang peranan penting dalam proses pemutihan pulp dimana sulfur dioksida berfungsi untuk menetralkan ClO2 atau sisa residu dan mengoksidasi lignin serta menaikkan brightness sehingga mengurangi pengembalikan warna dari pulp.

2.2.3 Proses Pembentukan Gas Sulfur Dioksida (SO2)

Proses pembentukan gas sulfur dioksida berlangsung dalam 6 tahap utama, yaitu :

1. Pencairan sulfur a. Aliran Proses

Sulfur yang berbentuk padat sebanyak 750 kg/hari diumpankan ke tangki pencairan (melting tank). Temperatur melting tank dijaga pada suhu8 120-130 0C, dengan media pemanas steam bertekanan rendah hal ini dilakukan mengingat titik lebur sebesar 115,2 0C. Karenanya sulfur pada meltibg tank tetap dalam keadaan cair dan siap untuk diumpankan ke tangki pembakaran (furnance). Agar temperatur sulfur tidak mengalami penurunan selama proses pengumpanan, pada jalur perpipaan dari “melting tank” hingga ke furnance digunakan jenis pipa “doube pipe” dengan media pemanas steam bertekanan rendah.

b. Spesifikasi Peralatan

(6)

Berat : 1800 kg

Diameter : 1,2 m

Panjang : 3,0 m

Volume : 3,4 m3

Bahan pengisolasi : Rockwool Ketebalan isolasi : 80 mm 2. Pembakaran Sulfur

a. Aliran Proses

Sulfur yang berfasa cair dikontakkan dengan oksigen dari udara pembakaran.Untuk meningkatkan kesempurnaan proses pembakaran, sulfur diumpamakan dengan cara pengabutan (atominasi) dengan bantuan steam. Hal ini disebabkan dalam keadaan mengkabut, sulfur lebih mudah terbakar sehingga hasil gas sulfur dioksida lebih mudah sempurna terbentuk.

c. Spesifikasi Peralatan

Nama : Furnance

Berat : 1750 kg

Diameter : 1,5 m

Panjang : 3,3, m

Bahan pengisolasi : Rockwood Ketebalan isolasi : 25 mm 3. Pendinginan pertama gas hasil pembakaran

a. Aliran proses

Gas hasil pembakaran yang terdiri dari SO2, O2, N2 dan zat-zat impurities lainnya, didinginkan dengan menggunakan langsung pada media

(7)

pendingin “mill water” hingga temperatur menurun menjadi 70-75 0 C. Pada lata ini media pendingin dikontakkan secara berlawanan arah (counter flow) dan untuk meningkatkan transfer panas dilakukan dengan mensirkulasikan kembali media pendingin mill water ke menara pendingin.

Kelarutan gas sulfur dioksida dalam mill water pada menara pendingin sulit untuk dicapai, hal ini disebabkan temperatur operasi yang tidak memungkinkan untuk melarutkan gas sulfur dioksida.

b.Spesifikasi Peralatan

Nama : SO2gas cooling water

Berat : 500 kg

Diameter : 1,03 m

Tinggi : 6,30 m

4. Pendingin kedua hasil pembakaran a. Aliran proses

Sistem pendingin dilakukan dengan menggunakan “heat exchanger” jenis shell and tube. Media pendingin yang diumpamakan secara berlawanan arah. Maka temperatur akhir gas hasil pendinginan menurun menjadi 15-20 0

C.

b.Spesifikasi Peralatan

Nama : SO2gas cooler

Berat : 1100 kg

Diameter : 0,5 m

(8)

Kondisi di SO2 absorber yaitu : Konsentrasi SO2 solution : 20 gpl Tekanan supplay SO2 : 3,4 bar Temperatur Chilled Water : 8 0C Flow Chilled Water : 6,2 m3/jam 5. Penyerapan Gas Hasil Pembakaran

a. Aliran Proses

Gas hasil pembakaran setelah melalui pendinginan tahap kedua dengan temperatur 15-20 0C diumpamakan dari dasar menara absorbsi, sementara counter flow media penyerap chilled water dialirkan dari puncak menara dengan sistem semburan (spray). Untuk memperpanjang waktu kontak antara gas dengan media penyerap, menara absorbsi dilengkapi dengan isian jenis shuddle packing. Gas SO2 hasil pembakaran akan terserap sementara gas-gas yang lain seperti O2 sisa, SO2 yang tidak terserap, N2 dan impurities lainnya akan terbang ke atmosfer melalui cerobong menara. Produk yang dihasilkan dari proses penyerapan adalah dalam bentuk sulfur dioksida (SO2 water) dengan temperatur akhir 10-15 0C.

b.Spesifikasi Peralatan

Nama : SO2gas absorbation tower

Berat : 260 kg

Diameter : 0,5 m

Tinggi : 9,1 m

6. Penyimpanan larutan sulfur dioksida a. Aliran Proses

(9)

Larutan SO2 dengan temperatur sekitar 100C dialirkan ke tangki penyimpanan. Temperatur fluida dijaga pada 10 0C, hal ini disebabkan pada temperatur 20 0C gas sulfur dioksida akan memisah dengan air. Untuk menjaga kondisi variabel operasi tersebut, padat tangki dilengkapi dengan pengisolasi, sehingga efek transfer panas dapat dicegah.

bSpesifikasi Peralatan

Nama : SO2 water storage tank

Bentuk : silinder vertical

Diameter : 5,2 m

Tinggi : 6,1 m

2.2.4 Chilled Water

Chilled water adalah air dingin yang ditargetkan bertemperatur 8 0C yang digunakan untuk mengabsorbsi sulfur dioksida dan proses pendinginan pada alat-alat pendingin tertentu.

Chilled water terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. Trane chiller

Yang beroperasi berdasarkan beda tekanan yang menyebabkan pendingin mengakami penurunan temperatur dan mengambil panas dari air byang hendak didinginkan.

2. Wiegand chiller

Yang beroperasi juga berdasarkan titik didih yang rendah pada tekanan yang rendah dengan mengambil panas dari air itu sendiri.

Sistem Chilled water yaitu :

(10)

Temperatur Chilled water : 8 – 10 0C Pemakaian Colling water 270C : 470 m3/jam Konsumsi Mill water 270C : 63 m3/jam Total daya listrik penggerak moto : 101 Kw (Anonim. 2002)

2.3 Absorbsi atau Penyerapan Gas 2.3.1. Pengertian

Menurut Warren L.Mc.Cabe, absorbsi adalah peristiwa terserapnya suatu zat (absorbat) oleh zat lain (absorbent). Absorbsi merupakan salah satu cara untuk memisahkan atau mengurangi kadar suatu konstituen dalam fase gas dengan menggunakan solvent penyerap tertentu secara selektif yang dapat melarutkan atau menyerap konstituen yang diinginkan. Solvent penyerap harus dipilih secara tepat baik ditinjau dari sifat-sifat fisik, kimia ataupun harga dan batas-batas pemakaiannya.

Operasi penyerapan gas yang dijalankan dengan cara mengontakkan campuran gas dengan cairan tertentu, dengan tujuan salah satu atau beberapa dari komponen yang terdapat gas tersebut terserap oleh cairan. Pada umumnya, proses penyerapan dilakukan dalam menara penyerap (absorber) baik yang tersusun dari sejumlah tray (tray tower) maupun yang berisi sejumlah bahan isian pada ketinggian tertentu (packed tower).

Absorbsi termasuk pemisahan menurut dasar operasi difusional dimana transfer massa berlangsung dengan cara difusi antar dua fase yang saling mengadakan kontak.

(11)

a. Memurnikan gas

b. Menghilangkan komponen zat yang berbahaya dan yang tidak diinginkan c. Mengumpulkan komponen yang berharga

d. Pembentukan persenyawaan kimia dari suatu bahan penyerap dengan suatu komponen tertentu dari campurannya.

Berdasarkan sifatnya maka peristiwa absorbsi digolongkan dalam dua bagian, yaitu :

a. Absorbsi fisis

Absorbsi fisis adalah operasi penyerapan suatu zat dengan menggunakan pelarut (solvent) dan penyerapan berlangsung semata-mata karena pelarutan zat terlarut (solute) dalam pelarut.

b. Absorbsi kimiawi

Absorbsi kimiawi adalah operasi penyerapan suatu zat dengan pelarut, dimana peristiwa penyerapan terjadi untuk membentuk suatu zat.

2.3.2. Neraca Massa Untuk Penyerapan SO2 di Menara Absorbsi

Untuk menghitung jumlah perolehan dari larutan hasil absorbsi atau larutan produk dapat dilakukan dengan metode neraca pada bahan absorbsi.

Menurut Warren L.Mc.Cabe, gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya atau gas gemuk (rich gas), masuk ke ruang pendistribusian yang terdapat dibawah isisan dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian, berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas dan membantu terjadinya kontak yang akrab anatara kedua fase. Zat terlarut yang ada dalam gas diserap oleh zat cair segar yang masuk ke dalam menara, zat cair itu makin lama akan makin kaya akan zat terlarut, dan

(12)

zat pekat antara cairan kuat yang terjadi keluar dari bawah menara absorber mealalui lubang yang ada dibawah menara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

La, Xa Va, Ya

Vb, Yb Lb, Xb

Gambar 1. Diagram neraca bahan untuk klorin isian

Keterangan :

La = laju larutan masuk ke dalam menara

Xa = konsentrasi atau komposisi larutan masuk

Lb = laju larutan produk keluar

Xb = konsentrasi larutan keluar

Va = laju gas keluar

(13)

Yb = konsentrasi atau kadar gas masuk

Udara + H2O, Lo (kg mol/jam)

SO2 X2 (encer) AY2 X1 (pekat) BY1 H2O + SO2 Udara + SO2

Gambar 2. Diagram proses penyerapan gas SO2 dengan air

X = SO2/H2O (perbandingan mol)

Y = SO2/udara (perbandingan mol)

G = laju udara

Neraca bahan untuk SO2 bila operasinya kontiniu dan keadaan steady state tercapai adalah :

(14)

SO2 keluar = GoY2 + LoX1

Neraca bahannya adalah SO2 masuk sama dengan SO2 keluar yaitu :

GoY1 + LoX2 = GoY2 + LoX1

Go (Y2-Y1) = Lo (X1-X2)

Atau Y2-Y1 = (Lo/Go) (X1-X2)

(Warren L. Mc Cabe, julian C. Smith dkk. 1993)

2.4 Pengertian Adsorpsi menurut Sukardjo a. Pengertian Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut: zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut: zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan:

Adsorpsi --> peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain

Adsorbat à senyawa terlarut yang dapat terserap

Adsorben àpadatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap

Dalam pengertian lain menyatakan adsorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.

(15)

Selain zat padat, adsorben dapat pula zat cair. Karena itu adsorpsi dapat terjadi antara :

· zat padat dan zat cair, · zat padat dan gas, · zat cair dan zat cair · gas dan zat cair.

Menurut Sukardjo bahwa molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan.

Jumlah zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses berkesetimbangan, sebab laju adsorpsi disertai dengan terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cenderung berlangsung lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cenderung meningkat. Ketika laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai keadaan berkesetimbangan. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada proses adsorpsi adalah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh jenis interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika (fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia atau kemisorpsi

(16)

Berdasarkan proses terjadinya ada dua jenis adsorbsi, yaitu Adsorbsi kimia dan adsorbsi fisika. Berikut masing- masing penjelasannya.

1. adsorpsi fisika (Physisorption)

interaksi yang terjadi antara dasorben dan adsorbat adalah gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorbsi fisika ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol.

Contoh :

Adsorpsi oleh karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang diaktifkan dengan cara membuat pori pada struktur karbon tersebut. Aktivasi karbon aktif pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan struktur berpori dan luas permukaan adsorpsi yang besar. Semakin besar luas permukaan, maka semakin banyak substansi terlarut yang melekat pada permukaan media adsorpsi.

2. adsorpsi kimia (Chemisorption)

Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia (bukan ikatan van Dar Wallis) antarasenyawa terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Chemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel adsorbat tertarik ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Walls atau bisa melalui ikatan hidrogen. Dalam Chemisorbption partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan

(17)

kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat.

Contoh : Ion exchange.

Tabel 2.1 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia

Adsorpsi fisika Adsorpsi kimia

Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Van der Walls

Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia

Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai -40 kJ/mol

Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai 800kJ/mol

Dapat membentuk lapisan multilayer

Membentuk lapisan Monolayer

Adsorpsi hanya terjadi pada suhu dibawah titik didih adsorbat

Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi

Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan fungsi adsorbat

Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan karakteristik adsorben dan adsorbat

Tidak melibatkan energi aktivasi tertentu

Melibatan energi aktivasi tertentu

Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

(18)

2.5 Pencemaran gas sulfur di udara

Udara adalah suatu kesatuan ruangan, dimana makhluk hidup berada di dalamnya. Udara atmosfer merupakan campuran gas yang terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20% oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon monoksida dan sisanya terdiri dari Neon, Helium, Metan dan Hidrogen. Udara dikatakan “normal “ dan dapat mendukung kehidupan manusia, apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas lain, apalagi yang menimbulkan gangguan serta perubahan dari komposisi, maka dikatakan udara sudah tercemar. Pencemaran udara adalah adanya atau masuknya salah satu atau lebih zat pencemar di udara, dalam jumlah dan waktu tertentu, yang dapat menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda lainnya. (Undang-undang no 4 tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup).

Secara umum terdapat 8 parameter pencemar udara yaitu, debu, NH3, Pb, CO, SO2, hidrokarbon, NOX, dan H2S, yang secara bersamaan maupun sendiri-sendiri memiliki potensi bahaya bagi lingkungan, yang meliputi dampak bagi kesehatan masyarakat, hewan, tanaman maupun bagi material (benda) seperti bangunan, logam dll.

Gas SO2 (sulfur dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung unsur belerang seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Disamping SO2, pembakaran ini juga menghasilkan gas SO3, yang secara bersama-sama dengan gas SO2 lebih dikenal sebagai gas SOx (sulfur oksida). Akibat utama pencemaran gas sulfur oksida, khususnya SO2 terhadap manusia adalah terjadinya iritasi pada system

(19)

pernapasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih. Bahkan pada beberapa individu yang sensitive, iritasi sudah terjadi pada paparan 1-2 ppm saja. Untuk penderita yang mempunyai penyakit kronis pada system pernapasan dan kardiovaskular dan lanjut usia gas ini merupakan polutan yang berbahaya karena dengan paparan yang rendah saja ( 0,2 ppm) sudah dapat menyebabkan iritasi tenggorokan. Lebih lengkap, pada Table 1 ditunjukkan pengaruh SO2 dalam berbagai kadar (ppm) terhadap kesehatan manusia.

Tabel 2.2 : Pengaruh Gas SO2 Terhadap Manusia

Kadar (ppm)

Dampaknya Terhadap Manusia

3 – 5 - Jumlah minimum yang dapat dideteksi Baunya

8 – 12 - jumlah minimum yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan 20 - Jumlah minimum yang mengakibatkan

iritasi pada mata

- Dapat menyebabkan batuk

- Jumlah maksimum yang diperbolehkan untuk paparan yang lama

50 -100

- Jumlah maksimum yang dibolehkan untuk paparan yang singkat ( + 30 menit) 400 – - Sudah berbahaya walaupun dalam

(20)

500 Paparan yang singkat (Philip Kristanto,2002)

Gambar

Gambar 1. Diagram neraca bahan untuk klorin isian
Gambar 2. Diagram proses penyerapan gas SO 2  dengan air
Tabel 2.1 Perbedaan adsorpsi fisika dan kimia
Tabel 2.2  : Pengaruh Gas SO2 Terhadap Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun OJK telah mengeluarkan mekanisme pendaftaran dan perizinan bagi layanan penyedia pinjaman berbasis teknologi informasi ini, namun dalam faktanya masih terdapat praktek

Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dimana ekstrak etil asetat memiliki kandungan total fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol dan

Proses pengolahan limbah pada kolam oksidasi menggunakan proses biologi yaitu dengan memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan air limbah,

Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini

• Soal: Suatu sistem mengandung komponen tertentu yang waktu kegagalannya (dalam tahun) diberikan oleh peubah acak T yang memiliki sebaran eksponensial dengan parameter β=5..

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya dampak signifikan dari pelaksanaan program promosi jabatan (variabel X) sebagai variabel

pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Ketentuan Pokok Pelaksanaan Pemeliharaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum di Wilayah Kabupaten mandailing

Manfaat bagi kehidupan bermasyarakat diberikan oleh dosen-dosen Prodi S1 Kesmas FKM Unand melalui produk-produk hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang