• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI SITUASI BENCANAGUNUNG API SEULAWAH AGAM DI WILAYAH KECAMATAN SAREE KABUPATENACEH BESAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI SITUASI BENCANAGUNUNG API SEULAWAH AGAM DI WILAYAH KECAMATAN SAREE KABUPATENACEH BESAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

17 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI

SITUASI BENCANAGUNUNG API SEULAWAH AGAM

DI WILAYAH KECAMATAN SAREE

KABUPATENACEH BESAR

Nita Adlina1, Agussabti2, Hermansyah3 1)MahasiswaMagister Kebencanaan Universitas Syiahkuala,

2)Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiahkuala, 3)Ketua Program Studi D-IV Keperawatan Poltekkes Aceh

Abstract: Disaster is a serious disruption of the functioning of a society, causing widespreads

loss of human life, in terms of economic, social function and environmental. This study aims to determine the level of community preparedness for disaster situations of Seulawah Agam Volcano, Saree sub-district area of Aceh Besar regency. This disaster education research uses a quantitative approach with crossectional design. The research was held on 15th until 31st December 2013. Population in this study is all the people who never get a disaster simulation of Seulawah Agam Volcano, Saree Sub-district area of Aceh Besar Regency which amount 226 of people consisted of men and women. The obtaining sampel was conducted by 69 of people. The sampling technique in this research were calculated using random sampling . The results showed the Preparedness of Ready by 29 people ( 42. 0 % ), Knowledge To know that as many as 27 ( 39. 2 % ), Information systems that are Less known, as many as 31 ( 44. 9 % ) compared with only 20 information known ( 28. 9 % ), the vulnerability was poor, as many as 30 ( 43. 5 % ), the Attitude was Enough as many as 32 ( 46. 4 % ), frekusensi of the Simulations in Seulawah Agam Volcano disaster situations who Do not understand as many as 29 ( 42. 0 % ). Regional Disaster Management Agency ( BPBD ) of Aceh Besar is suggested to perform continuous education about the dangers and signs of a volcanic eruption to the community, especially people who have dwellings around the volcanic eruption.

Keywords : Preparedness, Volcanic eruptions. risk

Abstrak: Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat

sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, baik dari sisi ekonomi, tatanan masyarakat maupun lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam di Wilayah Kecamatan SareeKabupaten Aceh Besar. Pendekatan penelitian pendidikan kebencanaan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain crossectional. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 15 hingga 31 Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang pernah mendapatkan simulasi bencana Gunung Api Seulawah Agam di Wilayah Kecamatan Saree Kabupaten Aceh besar berjumlah 226 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Penggambilan sampel sebanyak 69 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan kesiapsiagaan siap sebanyak 29 orang (42, 0%),

pengetahuan mengetahui yaitu sebanyak 27 (39, 2%), sistem informasi yang diperoleh kurang tahu yaitu sebanyak 31 (44, 9%) dibandingkan dengan informasi yang diketahui hanya 20 (28, 9%), kerentanan kurang baik yaitu sebanyak 30 (43, 5%), sikap cukup yaitu sebanyak 32 (46, 4%), frekusensi simulasi dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam kurang paham yaitu sebanyak 29 (42, 0%). Disarankan kepada Kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar agar dapat melakukan penyuluhan yang berkesinambungan mengenai bahaya dan tanda-tanda letusan gunung api kepada masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki tempat tinggal disekitar letusan gunung api.

(2)

Volume 1, No. 1, Agustus 2014 - 18 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Minimnya pengetahuan untuk memulai gerakan siaga bencana lebih terlembaga akan menambah tingginya korban akibat dinamika proses alam yang terus berlangsung, kesiapsiagaan bencana menjadi kurang optimal dengan inisiatif-inisiatif sporadik yang dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli untuk mengurangi risiko bencana alam. Upaya kesiapsiagaan dapat menimbulkan dampak bahaya melalui tindakan pencegahan yang efektif dan tepat. Integrasi pengetahuan lokal, struktur sosial yang berlaku, dan adat setempat kedalam upaya kesiapsiagaan. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah Aceh kedepan untuk meningkatkan kemampuan terutama pada fase kesiapsiagaan bencana.

Kabupaten Aceh Besar juga merupakan daerah yang rawan terhadap ancaman bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung api, puting beliung, kebakaran dan konflik satwa. Namun, yang tercatat dalam Satuan Tugas Pelaksana (Satlak) Bencana di Aceh Besar sepanjang tahun 2006 sampai dengan 2008

hanya tiga bentuk bencana yaitu kebakaran rumah penduduk, banjir dan angin puting beliung. Sebaliknya berdasarkan pemantauan media Walhi Aceh, tercatat lima jenis kejadian bencana yang terjadi di Aceh Besar, yaitu konflik satwa, gunung api, angin ribut, banjir, kekeringan dan kebakaran. Seiring dengan adanya gerakan penanggulangan bencana secara sistematis dan terstruktur, Pemerintah Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2009 mengeluarkan Qanun No. 3 Tahun 2009, tanggal 19 Agustus 2009, tentang pembentukan dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Besar. SKPD ini bertugas dan mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk menanggulangi bencana di wilayah Kabupaten Aceh Besar, baik fase siap siaga, tanggap darurat maupun fase rehabilitasi dan rekonstruksi.

Gunung Seulawah Agam merupakan salah satu gunung berapi yang ada di Indonesia tepatnya di Provinsi Aceh, memiliki ketinggian 1, 726 m dpl, berlokasi 5˚25, 5' LU dan 95˚36' BT Kecamatan Seulimuem, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh. Morfologi daerah puncak gunung api Seulawah Agam sangat penting dalam menentukan kawasan yang berpotensi dilanda letusan gunung api. Seulawah Agam mempunyai bentuk morfologi kerucut pada lerengnya serta terdapat perbukitan bergelombang berfungsi sebagai perisai terhadap produk letusan seperti perluasan awan panas ataupun lava. Jenis bencana yang dapat ditimbulkan dari gunungapi tersebut dapat

(3)

19 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014 berupa bencana primer, seperti erupsi, lelehan lava pijar, awan panas, gas beracun maupun aliran lahar panas. Sedangkan bencana skunder yaitu adanya banjir lahar yang terjadi pada saat musim penghujanan yang dapat menyapu pemukiman penduduk.

Desa yang berpotensi dilanda hujan abu pada jarak 8 km dari Kawah Heutz adalah Pulo, Lampantee, Lambada, Lamteuba Droi, Kruenglingka di lereng baratlaut. Desa Saree Aceh, Suka Mulya, Suka Damai, Suka Makmur di lereng timur. Desa yang berpotensi dilanda hujan abu pada jarak 8 km dari Kawah Simpago adalah Desa Teladan, Kampung Madat Lembarotunong, Aluerindang, Iboihtunong, Iboih, Ayun, dan Bayu di lereng baratdaya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian pendidikan kebencanaan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain crossectional.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui data tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam di Wilayah Kecamatan SareeKabupaten Aceh Besar. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

random sampling.

Penelitian telah dilakukan diWilayah Kecamatan Saree Kabupaten Aceh Besar. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 15 s/d 31Desember 2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 69 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Teladan

Kecamatan Saree Kabupaten Aceh Besar, yang merupakan desa yang paling rentan terhadap bencana Gunung Api Seulawah Agam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam rata-rata adalah sudah siap. Berikut adalah hasil Tabel kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam:

Table 1. Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam

Kesiapsiagaan f % Siap (17-21) Kurang Siap (12-16) Belum siap (7-11) 29 19 21 42, 0 27, 5 30, 5 Jumlah 69 100

Dari Tabel 1 diketahui bahwa distribusi responden yang memiliki kesiapsiagaan siap sebanyak 29 orang (42, 0%), sedangkan yang belum siap sebanyak 21 orang (30, 5%).

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat diperoleh sebagian masyarakat memiliki kesiapsiagaan siap dalam menghadapi bencana Gunung Api Seulawah Agam, karena masyarakat sudah mempersiapkan diri seperti perbekalan saat terjadinya bencana, serta mengetahui jalur evakuasi yang dibentuk oleh masyarakat Gampong. Sedangkan belum siapnya masyarakat dalam menghadapi bencana Gunung Api Seulawah Agam salah satunya karena masyarakat belum memahami

(4)

langkah-Volume 1, No. 1, Agustus 2014 - 20 langkah yang perlu disiapkan dalam

mengurangi resiko bencana letusan Gunung Api. Kesiapsiagaan merupakan setiap aktivitas sebelum terjadinya bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas operasional dan menfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Masyarakat desa Teladan bila dilihat dari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana khususnya gunung api Seulawah Agam sudah siap, tetapi ada beberapa hal yang dapat menghambat kesiapsiagaan salah satunya adalah keadaan perekonomian.

Pengetahuan

Pengetahuan tentang bencana merupakan aspek dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap masyarakat untuk dapat memberikan informasi kepada anggota keluarga masing-masing bila suatu saat terjadinya bencana. Berikut adalah hasil pengetahuan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam.

Table 2. Pengetahuan masyarakat dalam

menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam

Pengetahuan F %

Tahu (27-34) 27 39, 2

Kurang tahu (19-26) 23 33, 3

Tidak tahu (11-18) 19 27, 5

Jumlah 69 100

Dari Tabel 2 diketahui bahwa mayoritas pengetahuan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana gunung api tahu yaitu sebanyak 27 orang (39, 2%). Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah memahami tentang pengertian tentang tanda Gunung Api akan

meletus, selain itu sudah tersebarnya pengetahuan tradisional setempat dalam menghadapi letusan gunung api, seperti melihat tingkah laku hewan dimana jika hewan sudah mulai turun dari ketinggian, maka gunung sudah mulai mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil yang didapat di lapangan bahwa tidak semua responden memiliki pengetahuan yang baik, hal ini disebabkan karena masih kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat mengenai letusan gunung api Seulawah Agam, serta sebagian dari responden tidak memperdulikan hal-hal seperti tidak mau pindah jika gunung api mengeluarkan asap atau abu vulkanik.

Sistim Informasi

Berikut adalah hasil informasi yang diperoleh masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam.

Table 3. Informasi yang diperoleh masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam

Sistem Informasi f %

Tahu (10-12) 20 28, 9

Kurang tahu (9-7) 31 44, 9

Tidak tahu (6-4) 18 26, 1

Jumlah 69 100

Dari Tabel 3 diketahui bahwa distribusi frekuensi sistem informasi mayoritas masyarakat kurang tahu yaitu sebanyak 31 (44, 9%). Hal ini disebabkan karena sistem informasi untuk bencana letusan gunung api Seulawah Agam masih kurang diketahui oleh masyarakat.

(5)

21 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014 Sebagian besar Sistem Peringatan Dini Bencana Alam sulit untuk diaplikasikan. Biaya instansi perangkat keras, perangkat lunak, jaringan telekomunikasi dan operasionalnya memerlukan pendanaan yang sangat mahal. Dalam kondisi seperti ini, maka kesiapsiagaan dan mengenali gejala alam akan munculnya bencana merupakan jawaban yang paling memungkinkan.

Kerentanan

Berikut adalah hasil kerentanan dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam.

Table 4. Kerentanan dalam menghadapi

bencana Gunung Api Sulawah Agam

Kerentanan f %

Sangat Baik (8-9) 12 17, 4

Baik (6-7) 27 39, 1

Kurang baik (4-5) 30 43, 5

Jumlah 69 100

Dari Tabel 4 diketahui bahwa distribusi frekuensi kerentanan mayoritas kurangbaik yaitu sebanyak 30 (43, 5%). Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak tahu bahwa tempat tinggal mereka termasuk dalam jalur bencana Gunung Api Seulawah Agam, selain itu sebagian masyarakat membangun/mendirikan rumah tidak memperhatikan struktur bangunan dan lokasi yang aman terhadap bencana letusan Gunung Api Seulawah Agam.

Sikap

Sikap dipengaruhi oleh pengetahuan tentang bencana dan dampak dari bencana

tersebut, dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian masyarakat menjauh dari lokasi yang dilewati oleh lahar panas gunung api Seulawah Agam, sikap sangat berperan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menyelamatkan diri dari bencana. Semakin baik sikap tentang bencana, maka akan lebih siap dalam menghadapi bencana khususnya letusan gunung api Seulawah Agam. Sikap adalah kesediaan individu untuk bertindak, selain itu sikap juga merupakan suatu tindakan atau perilaku. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap pada fase

preparedness, berbentuk adanya perilaku yang

berlebih pada masyarakat tersebut karena minimnya informasi mengenai cara mencegah dan memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berikut adalah hasil sikap masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam.

Table 5. Sikap masyarakat dalam menghadapi bencana Gunung Api Sulawah Agam

Sikap f %

Baik (11-13) 27 39, 1

Cukup (8-10) 32 46, 4

Kurang (4-7) 10 14, 5

Jumlah 69 100

Dari Tabel 5 diketahui bahwa distribusi frekuensi sikap responden mayoritas cukup yaitu sebanyak 32 orang (46, 4%). Hal ini disebabkan karena sikap masyarakat untuk mengatasi ketakutan yang dialami oleh keluarga saat terjadi bencana letusan gunung api dilakukan dengan cara menenangkan serta

(6)

Volume 1, No. 1, Agustus 2014 - 22 memberikan semangat agar tidak takut ketika

mengevakuasi diri sendiri. Selain itu apabila terjadinya letusan gunung api Seulawah Agam.

Frekuensi Simulasi

Situasi yang dihadapi dalam simulasi harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya. Keadaan yang sebenarnya memberikan gambaran akan karakteristik kunci tentang fisik dan perilaku dalam suatu situasi. Berikut adalah hasil frekuensi simulasi dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam.

Table 5. Hasil frekuensi simulasi dalam situasi menghadapi bencana Gunung Api Sulawah Agam Frekuensi Simulasi f % Paham (10-12) 24 34, 8 Kurang paham (9-7) 29 42 Tidak paham (6-4) 16 23, 2 Jumlah 69 100

Dari Tabel 6 diketahui bahwa distribusi frekuensi simulasi mayoritas kurang paham yaitu sebanyak 29 (42, 0%). Hal ini disebabkan karena masyarakat belum pernah melakukan simulasi penyelamatan/evakuasi dari bencana Gunung Api Seulawah Agam, selain itu Instansi yang berwenang dalam masalah bencana juga belum sepenuhnya memberikan penyuluhan berkaitan dengan letusan Gunung Api Seulawah Agam.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesiapsiagaan

Hasil analisis statistik kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana gunung api dapat dilihat pada tabel 6.

Table 6. Hasil frekuensi simulasi dalam situasi menghadapi bencana Gunung Api Sulawah Agam

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 11. 414 4. 152 2. 749 0. 008 Pengetahuan 0. 121 0. 093 0. 166 1. 301 0. 002 Sistem Informasi 0. 118 0. 211 0. 170 0. 560 0. 001 Kerentanan 0. 137 0. 311 0. 115 0. 119 0. 004 Sikap 0. 098 0. 221 0. 056 0. 443 0. 089 Frekuensi Simulasi 0. 186 0. 233 0. 146 0. 369 0003

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan, system informasi, kerentanan dan frekuensi simulasi mempengaruhi kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam, sedangkan sikap

tidak berpengaruh terhadap kesiapsiagan masyarakat dalam menghadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam

(7)

23 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagian besar kesiapsiagaan siap sebanyak 29 orang (42, 0%), sedangkan yang belum siap sebanyak 21 orang (30, 5%). Yang ditulis sebagai berikut:

a. Pengetahuan masyarakat dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam masih tahu yaitu sebanyak 27 (39, 2%) dibandingkan dengan pengetahuan kurang tahu sebanyak 23 (33, 3%).

b. Sistem informasi yang diperoleh masyarakat dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam masih kurang tahu yaitu sebanyak 31 (44, 9%) dibandingkan dengan informasi yang diketahui hanya 20 (28, 9%). c. Kerentanan dalam mengadapi situasi

bencana Gunung Api Seulawah Agam kurang baik yaitu sebanyak 30 (43, 5%) dibandingkan dengan baik hanya 27 (39, 1%).

d. Sikap masyarakat dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam cukup yaitu sebanyak 32 (46, 4%) dibandingkan dengan sikap baik hanya 27 (39, 1%).

e. Frekusensi simulasi dalam mengadapi situasi bencana Gunung Api Seulawah Agam kurang paham yaitu sebanyak 29 (42, 0%) dibandingkan dengan paham hanya 24 (34, 8%).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Masyarakat

a. Variabel pengetahuan mempengaruhi kesiapsiagaan sebesar 0, 121 atau dengan kata lain setiap perubahan 1 % akan meningkatkan pengaruh variabel pengetahuan terhadap bencana sebesar 12, 1%. Kesiapsiagaan pengetahuan tentang penaggulangan bencana menurut asumsi peneliti seringkali menuntut melampaui kemampuan masyarakat, mereka diharapkan tidak hanya berfokus pada ilmu yang sesuai dengan apa yang telah didapatkan. Apabila pengetahuan manusia akan bahaya, kerentanan, risiko dan kegiatan-kegiatan pengurangan resiko cukup memadai maka akan dapat menciptakan aksi masyarakat yang efektif (baik secara sendiri maupun bekerjasama dengan para pemangku kepentingan lainnya) dalam menghadapi bencana.

b. Variabel sistem informasi mempengaruhi kesiapsiagaan sebesar 0, 118 atau dengan kata lain setiap perubahan 1 % akan meningkatkan pengaruh variable pengetahuan terhadap bencana sebesar 11, 8%, hal ini disebabkan oleh kurangnya responden dalam mengakses informasi tentang bencana khususnya letusan gunung api, serta pelatihanyang kurang memadai terkait kesiapsiagaan terhadap bencana, serta kurangnya dilakukan sosialisasi berkaitan dengan bencan letusan gunung api. Sedangkan penilaian kerentanan penting dilakukan

(8)

Volume 1, No. 1, Agustus 2014 - 24 supaya masyarakat dapat meningkatkan

kemampuan dalam menghadapi bencana. c. Variabel kerentanan mempengaruhi kesiapsiagaan sebesar 0, 137 atau dengan kata lain setiap perubahan 1 % akan meningkatkan pengaruh variable pengetahuan terhadap bencana sebesar 13, 7%. Pengkajian kerentanan merupakan aspek dinamis yang harus dilakukan secara terus menerus secara kesinambungan dengan sanantiasa mengupdate data yang tersedia. Kerugian-kerugian yang mungkin timbul termasuk didalamnya kerusakan, serta konsekuensi dari kerusakan tersebut. d. Variabel sikap tidak berpengaruh

kesiapsiagaan karena nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0, 089 dimana nilai tersebut jauh dibawah taraf signifikansi 0. 05. tidak adanya pengaruh antara sikap dengan kesiapsiagaan disebabkan karena masyarakat sudah mampu mengatasi ketakutan yang dialami saat terjadinya evakuasi letusan gunung api seperti bertanggung jawab dalam mengevakuasi orang tua dan anak-anak. Sehingga mereka tidak ketakutan dalam mengevakuasi diri sendiri.

e. Variabel frekuensi Simulasi mempengaruhi kesiapsiagaan sebesar 0, 186 atau dengan kata lain setiap perubahan 1 % akan meningkatkan pengaruh variable pengetahuan terhadap bencana sebesar 18, 6%. Situasi yang dihadapi dalam simulasi harus dibuat

seperti benar-benar merupakan keadaan sebenarnya. Keadaan yang sebenarnya akan memberikan gambaran akan karakteristik kunci tentang fisik dan perilaku dalam suatu situasi Dengan melakukan simulasi bencana beberapa hal yang bisa dipelajari: pemahaman akan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana, pemahaman dan melatih ketrampilan dalam penanggulangan bencana, sebagai uji coba sistem penanggulangan bencana yang telah direncanakan.

Saran

Disarankan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar agar dapat melakukan penyuluhan mengenai bahaya dan tanda-tanda letusan gunung api kepada masyarakat khususnya masyarakat yang memiliki tempat tinggal disekitar letusan gunung api, sebaiknya seluruh informasi tentang gunung api Seulawah Agam yang disampaikan oleh petugas, tokoh masyarakat, pemantau situasi gunung api dipastikan dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Saree Kabupaten Aceh Besar dan diharapkan kepada masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan kapasitasnya dengan ikut dalam kegiatan penyuluhan dan kegiatan simulasi bencana yang diselenggarakan sehingga mendapat pengalaman baru dalam menghadapi bencana khususnya bencana gunung api Seulawah Agam.

(9)

25 - Volume 1, No. 1, Agustus 2014

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Undang-undang RI Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Nasional. Jakarta LIPI-UNESCO/ISDR, 2006. Kajian Kesiapsiagaan

Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Deputi Ilmu

Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

BPBD, Kabupaten Aceh Besar, 2011. F-PRB Soekidjo, Notoatmojo, 2007. Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Krishna S. dan Ayu Krishna. 2008. Pendidikan Siaga

Bencana Gempa Bumi Sebagai Upaya Meningkatkan Keselamatan Siswa (Studi

Kasus Pada SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2 Kabupaten Bandung).

Hendwiyanti, 2013. Perbedaan Kesiapsiagaan

Menghadapi Bencana Ditinjau Dari Tingkat Self-Efficacy Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Daerah Dampak Bencana Gunung Kelud.

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 2, No. 1.

Gambar

Table 1.  Kesiapsiagaan  masyarakat  dalam  menghadapi  situasi  bencana  Gunung  Api Seulawah Agam
Table 3.  Informasi  yang  diperoleh  masyarakat  dalam  menghadapi  situasi  bencana  Gunung Api Seulawah Agam
Table 5.  Hasil  frekuensi  simulasi  dalam  situasi  menghadapi  bencana  Gunung  Api  Sulawah Agam  Frekuensi Simulasi  f  %  Paham (10-12)  24  34, 8  Kurang paham (9-7)  29  42  Tidak paham (6-4)  16  23, 2  Jumlah   69  100

Referensi

Dokumen terkait

Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi (Krugman dan Venables dalam

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Polres Klungkung akan melaksanakan Pelelangan Sederhana Pascakualifikasi pengadaan Makan Jaga Kawal (ULP Non Organik/Jaga Fungsi) Polres

Untuk itu penulis membuat suatu website Notebook yang diharapkan dapat memberikan informasi yang maksimal tentang Notebook tersebut serta pemesanan Notebook secara langsung dari

Menindaklanjuti Surat dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor : B- 8028/Kw.13.2/PP.00/10/2016 tanggal 17 Oktober 2016 perihal sebgaimana hal diatas,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pengetahuan Dewan berpengaruh terhadap pengawasan Keuangan Daerah (2) partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap hubungan

Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak adlah upah tenaga kerja karena dari uji parsial

Tanggal_Pengeluaran adalah untuk mengetahui tanggal pengeluaran, Jumlah_Pengeluaran untuk menentukan jumlah pengeluaran, Tujuan_Pengeluaran untuk memberikan deskripsi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan partisipasi anggaran sebagai variabel moderating telah memberikan pengaruh positif