• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXECUTIVE SUMMARY. Executive Summary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EXECUTIVE SUMMARY. Executive Summary"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

EXECUTIVE SUMMARY

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Maluku Utara triwulan III-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 6,66 persen (y-o-y). Sementara itu jika dibandingkan triwulan II-2020, pertumbuhan triwulan III-2020 (q-t-q) tumbuh sebesar 7,82 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara pada triwulan III-2020 ( y-o-y) disebabkan karena sebagian besar kategori mengalami pertumbuhan positif.

Sedangkan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif tertinggi diantaranya ialah kategori industri pengolahan diikuti administrasi pemerintahan. PDRB dari sisi pengeluaran di Maluku Utara pada triwulan III-2020 (y-o-y) menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 88,51 persen. Sedangkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi menyumbang PDRB terbesar mencapai 76,79 persen. Pertumbuhan PMTB yang cukup tinggi menunjukkan adanya Belanja Modal yang cukup besar di Maluku Utara.

Inflasi tahun kalender September 2020 (September 2020 terhadap Desember 2019) Provinsi Maluku Utara sebesar 0,35 persen dan lebih kecil dari tingkat inflasi nasional tahun kalender

September 2020 sebesar 0,89 persen. Penyumbang inflasi terbesar ialah kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 4,40 persen. Kelompok lainnya yang menyumbang inflasi tinggi selama triwulan II-2020 ialah Kesehatan, makanan minuman dan tembakau.

Sementara itu, Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara per Agustus 2020 naik 0,34 persen menjadi 5,15 persen dibanding periode sebelumnya. TPT Maluku Utara yang bertambah sedangkan pertumbuhan

ekonomi mengalami kenaikan

kemungkinan diindikasikan karena

munculnya pengangguran yang

diakibatkan karena berkurangnya lapangan kerja informal.

Lapangan kerja informal

dimungkinkan terkena dampak Pandemi COVID-19 sehingga menutup usahanya dan memberhentikan pekerjanya. Sedangkan lapangan kerja formal tetap beroperasi dan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBN

Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp1.162,42 miliar. Angka ini menurun dibanding periode yang sama tahun 2019 yang mencapai Rp1.362,33

(3)

ii

miliar. Penurunan ini disebabkan

menurunnya kegiatan ekonomi

masyarakat akibat pandemi COVID-19. Dari sisi belanja sampai denga Triwulan III-2020, nilai realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah tercatat Rp11.247,94 miliar atau turun dari realisasi pada periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp11.399,88 miliar. Hasil monitoring dan evaluasi oleh Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara dengan KPPN Ternate dan KPPN Tobelo mengindikasikan bahwa Perubahan mekanisme penyaluran dari ke Pemda menjadi langsung rekening desa, mengakibatkan pemerintah daerah lamban dalam melengkapi dokumen persyaratan penyaluran seperti Perubahan Peraturan Daerah mengenai APBDes dan masih adanya Rekening Kas Desa (RKD) yang belum valid.

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN APBD

Pendapatan Daerah pada APBD lingkup Provinsi Maluku Utara yang bersumber dari Pendapatan Transfer tercatat sebesar Rp6.931,15 miliar atau turun dibanding periode yang sama tahun 2019 yang mencapai Rp7.115,54 miliar. Rasio Penerimaan Asli daerah (PAD) terhadap total pendapatan masih tergolong rendah di level 4,65 persen.

Salah satu penyebab rendahnya rasio penerimaan PAD terhadap total

pendapatan daerah ialah belum optimalnya Pemerintah Daerah dalam memungut retribusi dan Pemda belum mampu dalam mencari alternatif sumber penerimaan baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa APBD di Maluku Utara masih bergantung pada transfer dari Pemerintah Pusat.

Dari sisi belanja, realisasi belanja daerah Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020 tercatat sebesar Rp6.412,77 miliar atau menurun sebesar Rp591,36 miliar dibandingkan triwulan III-2019. Realisasi belanja daerah hingga triwulan III-2020 didominasi oleh belanja pegawai sebesar 43,64 persen dari total seluruh belanja. Tingkat realisasi belanja tertinggi terdapat di Kota Ternate sebesar 61,89 persen. Sementara Kabupaten Pulau Taliabu menjadi daerah dengan tingkat realiasasi belanja terendah sebesar 39,19 persen.

Sampai dengan akhir tahun, apabila Pemerintah Daerah membelanjakan anggarannya dengan pola yang sama seperti tahun sebelumnya, diprediksi menggunakan permodelan POWER yang melihat tren triwulan-triwulan tahun sebelumnya belanja akan terealisasi sebesar 74,09 persen dari pagu. Tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk berusaha meingkatkan realisasi belanjanya di triwulan IV-2020.

(4)

iii

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS

PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN

Pendapatan Negara Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah sampai dengan triwulan III-2020 tercatat Rp1.662,42 miliar, mengalami penurunan sebesar Rp141,18 miliar dibandingkan tahun 2019. Hingga triwulan III-2020 realisasi pendapatan konsolidasian yang memiliki kontribusi paling besar yaitu penerimaan pajak pemerintah pusat sebesar Rp1.045,96 miliar. Penerimaan Perpajakan mendominasi pendapatan pemerintah konsolidasian sebesar 82,58 persen. Sedangkan PNBP hanya memberikan kontribusi terhadap pendapatan pemerintah konsolidasian sebesar 17,42 persen. Belanja konsolidasian triwulan III-2020 mengalami penurunan sebesar 7,20 persen dari periode yang sama tahun 2019.

Selama triwulan III-2020, rendahnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sering menjadi sorotan. Kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah tercatat hanya sebesar 4,65 persen, menunjukkan tingkat kemandirian fiskal pemda di Maluku Utara yang masih rendah. Pemda diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam menggali sumber-sumber PAD. Pandemi COVID-19 membuat adanya pembatasan bergerak dan berkegiatan yang cukup

berdampak dalam upaya peningkatan penerimaan daerah.

BERITA/ISU FISKAL REGIONAL

Hibah menjadi salah satu opsi kebijakan yang muncul sebagai upaya pemulihan kondisi social ekonomi. Pemberian hibah oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, sebagai

penambah anggaran belanja,

dimungkinkan dilaksanakan sesuai dengan Perpu No.1 Tahun 2020, terutama dalam penanganan dampak COVID-19. Fokus hibah pemerintah pusat kepada daerah pada triwulan III adalah pemulihan pada sektor industri pariwisata.

(5)

iv

Daftar Isi

DAFTAR ISI

Executive Summary i

Daftar Isi iv

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A Indikator Makro Ekonomi 1 B Indikator Kesejahteraan 4

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

A Pendapatan Negara 8

B Belanja Negara 10

C Prognosis Realisasi APBN 13

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

A Pendapatan Daerah 14

B Belanja Daerah 17

C Prognosis Realisasi APBD 18

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN A Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian 19 B Pendapatan Konsolidasian 19 C Belanja Konsolidasian 21

BERITA/ISU FISKAL REGIONAL A Tambahan Anggaran APBD

dari Pendapatan Hibah

25

(6)

1

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

enyebaran COVID-19

menghantam pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi oleh banyak lembaga internasional akan mengalami kontraksi yang cukup dalam. Pandemi COVID-19 membuat sektor ekonomi melemah di semua lini. Pelemahan ini terjadi baik di tingkat global hingga dalam skala regional.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan dan stimulus, termasuk menganggarkan Rp695,20 triliun untuk penanganan COVID-19 di Indonesia, mulai dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), exit strategy atau pembukaan ekonomi secara bertahap menuju tatanan normal baru, hingga reset transformasi ekonomi untuk mendorong percepatan ekonomi. Beberapa kebijakan tersebut, terutama sejak pemberlakuan new normal, turut berpengaruh jika dilihat dari indikator pada beberapa sektor ekonomi yang mulai merangkak naik. Namun, bukan berarti pemerintah dan masyarakat Indonesia bisa tenang karena masih akan dihantui pandemi, resesi, hingga ancaman gelombang kedua COVID-19.

Pandemi COVID-19 telah

memberikan dampak kontraksi

pertumbuhan ekonomi Nasional pada

Triwulan III-2020 mencapai 3,49 persen (y-o-y).

A. Indikator Makroekonomi

Beberapa indikator makroekonomi yang dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi, Suku Bunga dan Nilai tukar. Untuk kajian Triwulan III ini hanya akan dibahas tentang PDRB dan Inflasi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa yang dihasilkan pada suatu wilayah atau regional dalam rentang periode tertentu. Sedangkan Laju pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu dengan menghitung perubahan nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun sebelumnya. PDRB Provinsi Maluku Utara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada Triwulan III-2020 mencapai Rp.10.678,14 miliar dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (ADHK) mencapai Rp.7.095,91 miliar. Laju pertumbuhan PDRB pada Triwulan III-2020 tumbuh sebesar 6,66 persen (y-o-y), mengalami kenaikan dibanding pertumbuhan pada periode yang sama. Secara q-to-q ekonomi Maluku Utara tumbuh sebesar

P

(7)

2 0,07 0,09 0,1 0,28 0,41 0,73 2,14 3 3,35 3,31 4,97 12,51 6,52 10,83 15,5 10,83 20,51

7,82 persen, merupakan dampak dari bangkitnya aktivitas ekonomi yang didorong oleh pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha.

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y-on-y)

Sumber : BPS Nasional, 2020 (diolah)

PDRB dapat dilihat dari pendekatan sisi produksi dan sisi pengeluaran. Pendekatan sisi produksi melihat nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Dari sisi produksi atau lapangan usaha, secara umum mencatat pertumbuhan positif pada Triwulan III-2020.

Sementara itu beberapa sektor lapangan usaha yang mencatatkan kontraksi antara lain sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil & sepeda motor yang melambat sebesar 1,11 persen karena menurunnya

konsumsi masyarakat. Sektor

transportasi dan pergudangan

terkontraksi sebesar 0,74 persen karena

masih adanya social distancing dalam penggunaan transportasi umum selama masa Pandemi COVID-19.

Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi tertinggi pada struktur PDRB Maluku Utara sebesar 20,51 persen. Dengan pertumbuhan yang masih positif, sektor pertanian, kehutanan, perikanan menjadi sektor yang perlu diunggulkan untuk menopang fundamental ekonomi regional dan pembentukan PDRB Maluku Utara. Sektor lainnya yang memberi kontribusi tertinggi bagi PDRB Maluku Utara adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai kontribusi mencapai 15,68 persen.

Grafik 1.2 Struktur dan Pertumbuhan PDRB Triwulan IiI-2020 Maluku Utara menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Provinsi Malut, 2020 (diolah)

Sementara itu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 12,51 persen bagi PDRB Maluku Utara. Sektor Industri pengolahan pada Triwulan III-2020 mencapai pertumbuhan -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

2018 2019 2020

PDRB ADHB Maluku Utara (Miliar) PDRB ADHK Maluku Utara (Miliar) % Pertumbuhan PDRB Maluku Utara % Pertumbuhan PDB Nasional 3,30 5,29 -3,57 -3,46 -1,47 -0,36 8,99 6,61 3,46 4,51 -12,61 106,98 0,75 1,86 2,43 -6,03 0,22 Pengadaan Air Listrik dan Gas Real Estate Jasa Perusahaan Akomodasi Jasa Lainnya Jasa Kesehatan Jasa Keuangan Jasa Pendidikan Infokom Transportasi Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan Adm Pemerintahan Perdagangan Pertanian % Miliar Rupiah

Struktur PDRB Pertumbuhan PDRB Per sektor

(8)

3

tertinggi sebesar 7,15 persen. Peningkatan pertumbuhan sektor ini dimungkinkan karena aktivitas sosial yang sudah kembali dibuka sejak akhir Triwulan II-2020 sehingga perusahaan sudah mulai beroperasi.

Pendekatan dari sisi pengeluaran dapat menggambarkan pembentukan PDRB akibat pemenuhan kebutuhan permintaan suatu wilayah. PDRB dari sisi pengeluaran di Maluku Utara pada Triwulan III-2020 menunjukkan hampir seluruh pengeluaran mengalami pertumbuhan kecuali Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT). Konsumsi LNPRT mengalami kontraksi sebesar 7,44 persen (y-o-y).

Sementara itu, ekspor luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 88,51 persen, hal ini dipicu sudah beroperasinya industri pengolahan yang menghasilkan produk ekspor berupa besi dan baja, bijih, kerak dan abu logam. Impor luar negeri yang mencapai pertumbuhan sebesar 45,48 persen menunjukkan bahwa industri pengolahan sudah beroperasi dengan mengimpor bahan baku untuk diolah menjadi komoditas ekspor.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menyumbang andil untuk pertumbuhan sebesar 9,71 persen, menunjukkan adanya aktivitas Belanja

Modal/investasi yang cukup besar di Maluku Utara.

Berdasarkan struktur pembentukan PDRB, Konsumsi Rumah Tangga masih menjadi salah satu penopang utama PDRB Maluku Utara bersama dengan PMTB. Net ekspor daerah Maluku Utara yang masih bernilai negatif menunjukkan bahwa barang dari luar yang masuk ke Maluku Utara lebih besar daripada barang yang dikirim keluar daerah di sekitar Maluku Utara. Ini menunjukkan bahwa perekonomian Maluku Utara sangat bergantung kepada pasokan produk dan jasa dari luar daerah.

Inflasi

Inflasi di Maluku Utara hanya diwakili oleh Kota Ternate karena penjelasan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara, untuk Kabupaten dan Kota selain Kota Ternate belum representatif dijadikan sampel pengukuran kota inflasi. Dengan demikian sampai saat ini seluruh kajian mengenai inflasi Maluku Utara yang menggunakan data BPS diwakili oleh Kota Ternate.

Sampai dengan akhir Triwulan III-2020, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi sebesar 0,76 persen (y-on-y) atau di bawah inflasi nasional sebesar 1,42 persen (y-on-y). Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahun kalender sampai dengan Triwulan III-2020 terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran. Penyumbang inflasi terbesar ialah

(9)

4

kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang mencatatkan inflasi sebesar 4,40 persen. Kelompok lain penyumbang inflasi cukup besar ialah Kesehatan serta Makanan, minuman dan tembakau.

Ketergantungan pasokan dari luar daerah, turut menyebabkan tingginya inflasi pada kelompok tersebut. Faktor lainnya ialah adanya Pandemi COVID-19 yang diindikasikan mempengaruhi inflasi pada kelompok seperti kesehatan, penyedia makanan (restoran).

Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi (y-on-y) dan inflasi Tahun Kalender per Kelompok periode TW III-2020

Sumber: BPS Provinsi Malut, 2020 (diolah)

Meskipun angka inflasi relatif terkendali tetapi ketergantungan terhadap barang dan jasa dari luar daerah yang ditunjukkan rendahnya net ekspor antar daerah, harus menjadi perhatian. Pemerintah daerah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah harus mengambil langkah antisipasi pengendalian inflasi Daerah. Salah satunya melalui stimulus terhadap pelaku usaha yang menghasilkan produk bahan makanan seperti komoditi pertanian dan hortikultura yang selama ini dipasok dari daerah lain.

B. Indikator Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan menggunakan: Kondisi Ketenagakerjaan, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio).

Kondisi Ketenagakerjaan

Untuk mendapatkan SDM unggul ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu: intelegensia yang baik, fisik yang sehat, kemampuan bekerja dan nilai-nilai spiritual. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 47 persen penduduk ASEAN diharapkan menjadi bonus demografi untuk dimanfaatkan terlibat dalam kegiatan perekonomian.

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi salah satunya diukur dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Semakin tinggi TPAK suatu daerah, maka akan semakin tinggi pula keterlibatan penduduk dalam geliat perekonomian.

Grafik 1.4 Perkembangan Ketenagakerjaan

Sumber: BPS Nasional, 2020 (diolah)

3,09 1,19 -0,08 1,12 3,3 -0,79 -0,09 -1,31 0,03 4,4 0 2,92 1,24 0,09 2,88 3,31 -7,56 -0,66 -0,09 -1,31 0,58 5,91 1,78 1,04 0,66 1,5 2,13 -1,46 -0,42 1,07 1,34 2,37 6,97 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 -6 4 14 24 34

Inflasi Tahun Kalender Inflasi (y-on-y)

Kota Ternate Inflasi (y-on-y) Nasional 4,65 4,77 5,09 4,97 4,26 5,15 5,13 5,34 5,01 5,28 4,99 7,70 0,0 0 1,0 0 2,0 0 3,0 0 4,0 0 5,0 0 6,0 0 7,0 0 8,0 0 9,0 0 460 480 500 520 540 560 580 600

Feb 2018 Agt 2018 Feb 2019 Agt 2019 Feb 2020 Agt 2020

jumlah angkatan kerja jumlah penduduk bekerja

TPT Maluku Utara TPT Nasional

Ribuan %

(10)

5

TPAK di Maluku Utara mengalami penurunan. TPAK per Agustus 2020 tercatat sebesar 64,28 persen dibanding Agustus 2019 (65,05 persen). Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak 64,28 persen penduduk Maluku Utara yang berusia 15 tahun ke atas aktif dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan 35,72 persen sisanya melakukan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, maupun kegiatan lain yang bukan kegiatan ekonomi.

Disamping itu kondisi

ketenagakerjaan dapat dilihat dengan mengukur penduduk usia kerja yang

termasuk dalam kelompok

pengangguran. Hasil pengukuran yang disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didapatkan dari presentase jumlah pengangguran atau pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Semakin tinggi TPT, akan semakin banyak pengangguran dan menjadi tugas pemerintah untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

TPT Maluku Utara per Agustus 2020 tercatat sebesar 5,15 persen atau naik 0,34 persen dibanding TPT Agustus 2019. Angkatan kerja per Agustus 2020 sebanyak 582,5 ribu orang atau naik sebanyak 2,8 ribu orang dibandingkan Agustus 2019 (579,7 ribu orang).

TPT Maluku Utara yang bertambah sedangkan pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan kemungkinan

diindikasikan karena munculnya pengangguran yang diakibatkan karena berkurangnya lapangan kerja informal. Pada Agustus 2020 terjadi penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor informal menjadi sebanyak 365,4 ribu orang (66,13 persen) dibanding Agustus 2019 (340,4 ribu orang) sementara penduduk bekerja pada kegiatan formal pada Agustus 2020 sebesar 187,1 ribu orang (33,87 persen)

Lapangan kerja informal

dimungkinkan terkena dampak Pandemi COVID-19 sehingga menutup usahanya dan memberhentikan pekerjanya. Sedangkan lapangan kerja formal tetap beroperasi dan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.

Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Per Sektor

Sumber: BPS Provinsi Malut, 2020 (diolah)

Kontraksi pada beberapa sektor lapangan usaha berakibat penurunan jumlah tenaga kerja. Sektor pengadaan listrik dan gas mengalami penurunan tenaga kerja sebesar 23,8 persen pada periode Agustus 2019 sampai Agustus 2020. Sektor perdagangan yang terkontraksi cukup dalam berkontribusi

5,29 106,98 0,75 2,43 -6,03 0,22 -23,8 -2,4 -2,5 -0,77 -6,01 1,19 Li str ik da n G as In dus tr i P eng o lah an K o ns tr uk si A dm P em er inta ha n P er da gan gan P er ta ni an

Pertumbuhan Perkembangan Tenaga Kerja %

(11)

6

pada penurunan tenaga kerja sebesar 6,01 persen. Sedangkan untuk sektor industri pengolahan mengalami penurunan tenaga kerja walaupun mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Ini mengindikasikan terdapat pengurangan tenaga kerja namun kapasitas produksi

mengalami kenaikan sehingga

pertumbuhan di sektor ini cukup signfikan. Seperti ditunjukkan pada grafik 1.5, sektor pertanian yang merupakan sektor terbesar dalam struktur PDRB Maluku Utara mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja pada periode antara Agustus 2019 dan 2020. Pemda harus memperhatikan sektor pertanian mengingat sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang berkontribusi terbesar pada penciptaan PDRB. Apabila sektor pertanian tumbuh dan menyerap tenaga kerja dengan jumlah besar, diharapkan perekonomian Maluku Utara akan semakin kokoh dan stabil.

Tingkat Kemiskinan

Angka kemiskinan menunjukkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Data angka kemiskinan yang tersedia dari BPS ialah data per Maret 2020 sehingga untuk menganalisanya digunakan juga data perekonomian per Maret 2020.

Angka Kemiskinan di Maluku Utara per Maret 2020 turun menjadi 6,78 persen dibanding periode sebelumnya sebesar 6,91 persen. Penurunan tersebut diduga

dikarenakan oleh NTP yang meningkat selama periode September 2019-Maret 2020 sebesar 1,15 persen, penurunan TPT 0,83 persen selama periode Februari 2019-Februari 2020.

Grafik 1.6 Perkembangan kemiskinan Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Malut, 2020 (diolah)

Periode setelah April sampai September 2020 diindikasikan ada penurunan angka kemiskinan. Hal ini dikarenakan walaupun Pandemi COVID-19 sudah berdampak bagi kehidupan masyarakat Maluku Utara, laju perekonomian mengalami pertumbuhan sebesar 6,66 persen.

Sebagai rekomendasi, selain digunakan untuk penanggulangan Pandemi COVID-19, pembangunan desa berbasis dana desa harus difokuskan

untuk program/kegiatan yang

menstimulasi berkurangnya angka kemiskinan. Pemerintah Daerah juga perlu mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan, meliputi pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan pariwisata untuk menyerap tenaga kerja di Maluku Utara.

78,28 81,46 81,93 84,6 87,18 86,37 6,44 6,64 6,62 6,77 6,91 6,78 3 6 9 12 50 57 64 71 78 85 92 Se p 1 7 M ar 1 8 Se p 1 8 M ar 1 9 Se p 1 9 M ar 2 0

Jumlah Tingkat Kemiskinan %

Ribu jiwa %

(12)

7 Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio)

Pembangunan akan melihat

indikator pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pendapatan yang tinggi serta dukungan pemerataan distribusi pendapatan. Terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dapat menyebabkan munculnya konflik sosial (Cramer, 2001).

Ketimpangan distribusi pendapatan dapat diukur dengan Gini Ratio. Derajat ketimpangan distribusi pendapatan digambarkan Gini Ratio dengan nilai terletak antara 0 (kemerataan sempurna) sampai 1 (ketidakmerataan sempurna). Data Gini Ratio untuk Triwulan III-2020 masih menggunakan data per Maret 2020 sesuai Data Resmi yang dirilis BPS Prov. Maluku Utara. Gini Ratio di Maluku Utara per Maret 2020 turun 2 basis poin menjadi 0,308 dan termasuk kategori rendah.

Dibandingkan Gini Ratio September 2019, Gini Ratio perkotaan menurun 6

basis poin menjadi 0,297 sedangkan di perdesaan naik 8 basis poin menjadi 0,266. Ini dimungkinkan karena pada periode sampai dengan Maret 2020, ada penduduk desa yang bekerja dan menetap di kota sehingga mempersempit

kesenjangan di kota namun

kepindahannya akan memperlebar kesenjangan di desa. Pemanfaatan dana desa yang dipercepat sejak awal tahun dan optimalisasi penggunaannya untuk program padat karya dapat berpengaruh pada turunnya ketimpangan di Perdesaan.

Grafik 1.7 Perkembangan Gini Rasio

Sumber: BPS dan BPS Provinsi Malut, 2020 (diolah)

0,265 0,277 0,266 0,277 0,256 0,258 0,266 0,322 0,338 0,345 0,308 0,31 0,303 0,297 0,317 0,33 0,328 0,336 0,312 0,31 0,308 0,393 0,391 0,389 0,384 0,382 0,38 0,381 M ar 1 7 Se p 1 7 M ar 1 8 Se p 1 8 M ar 1 9 Se p 1 9 M ar 2 0

Pedesaan Perkotaan Total Nasional

(13)

8

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Tabel 2.1 APBN Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III 2019 dan 2020 (miliar rupiah)

Uraian Triwulan III-2019 Triwulan III-2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. PENDAPATAN NEGARA 2.191,96 1.515,74 69,15 2.253,82 1.279,40 56,77 I. Penerimaan Dalam Negeri 2.191,96 1.515,74 69,15 2.253,82 1.279,40 56,77 1. Penerimaan Pajak 2.051,69 1.362,33 66,40 2.050,37 1.162,42 56,69 2. PNBP 140,27 153,41 109,37 203,46 116,99 57,50 II. Hibah - - - - B. BELANJA NEGARA 16.028,96 11.399,88 71,12 13.903,22 11.247,94 80,90 I. Belanja Pemerintah Pusat 5.232,72 3.274,26 62,57 4.636,92 2.741,42 59,12 II. Transfer Ke Daerah

Dan Dana Desa 10.796,24 8.125,62 75,26 9.266,30 8.506,52 91,80 1. Transfer Ke Daerah 9.904,64 7.590,93 76,64 8.344,42 7.758,98 92,98

2. Dana Desa 891,60 534,70 59,97 921,88 747,54 81,09

C. SURPLUS/DEFISIT (13.277,99) (9.884,14) 71,43 (11.649,40) (9.968,53) 85,57

Sumber: LKPP-TW Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara, 2020 (diolah) A. Pendapatan Negara

endapatan negara

Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020 terealisasi Rp1.279,40 miliar, lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya karena terindikasi

terdampak Pandemi COVID-19 .

1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020 mengalami penurunan menjadi Rp1.162,42 miliar dan didominasi oleh pajak penghasilan. Penurunan tersebut disebabkan adanya kebijakan relaksasi perpajakan yang dilakukan pemerintah untuk meringankan beban masyarakat efek dari menurunnya kegiatan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Pemungutan pajak mengalami beberapa kendala seperti kondisi geografis dan luas wilayah kabupaten dan kota yang sulit untuk dijangkau. Selain itu penerimaan pajak dari potongan SPM

mengalami hambatan seperti realisasi belanja vertikal masih rendah dan kurangnya kesadaran Wajib Pajak Bendahara melakukan penyetoran tepat waktu. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan relaksasi di bidang perpajakan, namun di lapangan belum mampu mencegah penurunan penerimaan perpajakan di Maluku Utara. Jaringan komunikasi yang terbatas serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pajak juga menjadi penghambat penerimaan perpajakan yang ada.

Penurunan pendapatan paling signifikan terjadi pada penerimaan pajak perdagangan internasional utamanya penerimaan bea keluar yang hanya terealisasi Rp289,40 juta sedangkan Bea Masuk terealisasi Rp116,17 miliar.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengoptimalkan penerimaan perpajakan seperti pemberian edukasi dan pembelajaran kepada masyarakat melalui

P

(14)

9

Tax Go To School / Campus. Membuka pojok pajak dan layanan pos bantuan pajak perlu dilakukan di wilayah yang strategis sehingga memudahkan wajib pajak untuk melakukan setoran pajak. Kerjasama dengan pemerintah juga harus dilakukan untuk mendorong bendahara taat pajak.

Grafik 2.1 Penerimaan Pajak s.d Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Maluku Utara

Sumber: KPP Pratama Ternate dan Tobelo, KPPBC TMP C Ternate, 2020 (diolah)

a) Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan PPh sampai dengan triwulan III-2020 mencapai Rp614,98 miliar. Penerimaan ini lebih tinggi dari

tahun 2019 dan sejalan dengan

peningkatan jumlah wajib pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang bekerja terutama pekerja formal mengalami peningkatan sedangkan lapangan kerja di sektor informal yang mengalami penurunan jumlahnya karena terdampak Pandemi.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN hingga triwulan III-2020 mencapai Rp384,48 miliar. Penerimaan ini lebih rendah dari

periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Penurunan ini diindikasikan terjadi karena penerimaan PPN dalam negeri, impor dan lainnya menurun. Penurunan ini disebabkan Adanya pembatasan kunjungan ke wajib pajak

menyebabkan KPP tidak dapat

melakukan kegiatan penggalian potensi pajak.

c) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penerimaan PBB sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp35,49 miliar yang terdiri dari PBB Pertambangan Mineral dan Batubara serta PBB Kehutanan. PBB jenis ini sebagian besar disumbang dari sektor pertambangan. Penerimaan PBB paling besar terpusat di Kabupaten Halmahera Tengah. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya aktifitas pertambangan di Kabupaten Halmahera Tengah.

d) Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPnBM)

Penerimaan PPnBM (MAP

41122x) hingga triwulan III-2020

sebesar Rp2,56 miliar. Penerimaan PPnBM paling besar terpusat di Kota Ternate. Hal ini disebabkan karena kota tersebut merupakan pusat ekonomi di Maluku Utara. Selain itu juga merupakan pintu masuk utama barang dari luar baik melalui jalur laut maupun udara.

e) Penerimaan Cukai dan Pajak

Perdagangan Internasional Penerimaan cukai dan pajak perdagangan internasional mencapai

6 .1 4 9 ,8 5 3 .8 4 4 ,7 8 2 5 ,6 1 3 5 4 ,8 5 8 4 ,4 8 1 .1 6 1 ,6 8 2 ,8 9 5 .4 5 9 ,3 0 4 .1 5 1 ,1 2 1 2 ,9 4 3 8 0 ,9 2 9 9 ,1 8 720 ,8 4 3 .7 6 8 ,0 0 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 PPh PPN PPnBM PBB Pajak Lainnya Bea Masuk Bea Keluar 2020 2019 Mi lia r R u p ia h

(15)

10

Rp116,46 miliar sampai dengan

triwulan III-2020. Penerimaan ini paling besar berupa bea masuk dan sisanya denda administrasi pabean dan bea masuk anti dumping. Penerimaan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Hal ini diindikasikan karena belum adanya produsen barang kena cukai yang beroperasi di wilayah KPPBC TMP C Ternate. Selain itu, sebagian barang yang diimpor menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP)

Realisasi PNBP hingga triwulan III-2020 mencapai Rp116,99 miliar. Seluruh PNBP yang diterima merupakan Pendapatan PNBP Lainnya (425xxx). Ketiadaan penerimaan PNBP dari sumber daya alam (SDA) terjadi karena PNBP SDA disetor dan dicatat sebagai penerimaan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). Penerimaan PNBP Lainnya di Provinsi Maluku Utara didominasi oleh Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan (424112), Pendapatan Biaya Pendidikan (425412) serta Pendapatan Jasa Kebandarudaraan (425516) dan Kepelabuhanan (425513).

a) Penerimaan Pendapatan Uang

Pendidikan

Pendapatan Biaya Pendidikan

sampai dengan triwulan III-2020

mencapai Rp43,69 miliar. Terjadi

penurunan yang cukup signifikan akibat

pandemi COVID-19 dibandingkan periode triwulan III-2019. Pengalihan fungsi menjadi daring untuk sekolah dan lembaga Pendidikan lainnya sebagai upaya pencegahan penyebaran

COVID-19 membuat pendapatan Uang

Pendidikan menurun.

b) Pendapatan Jasa Kepelabuhanan

dan Jasa Kebandarudaraan Pendapatan Jasa Kepelabuhanan

dan Kebandarudaraan sebesar

Rp22,08 miliar hingga triwulan III-2020. Hal ini disebabkan berkurangnya frekuensi penerbangan dan pelayaran penumpang di Maluku Utara akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

3. Pendapatan Hibah

Berdasarkan LKPP-TW Kanwil DJPb Maluku Utara, tidak terdapat pendapatan hibah yang dicatat di Provinsi Maluku Utara pada triwulan III-2020. Hibah diterima oleh instansi pemerintah pusat, berdasarkan kebijakan akuntansi LKPP, dicatat dalam Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara.

B. Belanja Negara

Belanja negara Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020 terealisasi sebesar Rp11.247,94 miliar. Prosentase realisasi triwulan III-2020 lebih rendah dari triwulan III-2019 karena Pagu tahun 2020 lebih rendah dibanding tahun 2019 sebagai konsekuensi dari

(16)

11

kebijakan pemerintah yang melakukan

refocussing maupun penundaan kegiatan

yang sudah dianggarkan pada tahun 2020 akibat adanya Pandemi COVID-19. dan realokasi anggaran oleh Pemerintah.

Realisasi penyaluran belanja

transfer ke daerah dan dana desa sampai dengan triwulan III-2020 lebih tinggi dibandingkan tahun 2019. Hal tersebut disebabkan perubahan kebijakan penyaluran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. Adanya Pandemi COVID-19 mengakibatkan Pagu TKDD tahun anggaran 2020 menjadi lebih rendah dari tahun sebelumnya, tetapi kinerja realisasinya hingga triwulan III tahun 2020 mencapai Rp7.758,98 miliar atau lebih tinggi dari tahun 2019 (Rp7.590,93 miliar). Hasil monitoring dan evaluasi oleh Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara dengan KPPN Ternate dan KPPN Tobelo mengindikasikan terdapat keterlambatan beberapa Pemerintah Daerah dalam pemenuhan persyaratan pencairan dana transfer.

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi Belanja pemerintah

pusat Provinsi Maluku Utara hingga triwulan III-2020 sebesar Rp2.741,42 miliar atau setara dengan 66,13% dari target tahun 2020. Belanja pegawai masih menjadi pos belanja dengan realisasi tertinggi sebesar Rp1.093,63 miliar. Sedangkan belanja bantuan sosial

terealisasi 72,13 persen atau sebesar Rp7,09 miliar.

Secara keseluruhan realisasi belanja pemerintah pusat pada triwulan III-2020 lebih rendah dibandingkan triwulan III-2019 karena ada kebijakan refocussing dan realokasi anggaran untuk penanganan COVID-19 yang mulai digalakkan sejak awal bulan Maret tahun 2020.

Grafik 2.2 Belanja Pemerintah Pusat Triwulan III 2019 dan 2020 Provinsi Maluku Utara

Sumber: LKPP-TW Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara, 2020 (diolah)

2. Transfer ke Daerah dan Dana

Desa

Realisasi Transfer ke daerah dan dana desa hingga triwulan III-2020

mencapai Rp8.426,52 miliar atau

mencapai 91,80 persen. Sedangkan untuk realisasi Dana Desa telah mencapai 81,09 persen atau Rp747,54 miliar. Meskipun realisasi penyaluran lebih baik tetapi terdapat beberapa kendala dalam penyaluran Dana Desa. Perubahan mekanisme penyaluran dari ke Pemda menjadi langsung rekening desa, mengakibatkan pemerintah daerah lamban dalam melengkapi dokumen

1 .3 5 9 ,2 3 2 .1 7 7 ,9 0 1 .6 8 2 ,2 4 1 3 ,3 5 1 .0 4 9 ,2 9 1 .3 7 3 ,1 9 8 4 6 ,7 1 5,07 1 .4 9 8 ,3 1 1 .6 2 5 ,5 0 1 .0 1 1 ,6 7 9 ,8 3 1 .0 9 3 ,6 2 9 6 6 ,4 4 6 7 4 ,2 8 7 ,0 9 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Pagu 2019 Realisasi 2020 Mi lia r R u p ia h

(17)

12

persyaratan penyaluran seperti Perubahan Peraturan Daerah mengenai APBDes dan masih adanya Rekening Kas Desa (RKD) yang belum valid.

3. Pengelolaan Badan Layanan

Umum (BLU)

Universitas Khairun Ternate menjadi BLU pertama di Provinsi Maluku Utara dan baru diberikan pada pertengahan tahun 2020 serta sudah dilakukan pembinaan dengan melibatkan narasumber dari Direktorat PPK-BLU.

4. Manajemen Investasi Pusat

a) Penerusan Pinjaman

Sejak tahun 2017 Kanwil

Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara sudah tidak lagi menatausahakan penerusan pinjaman yang sumber pembiayaannya dari Rekening Pembangunan Daerah (RPD) karena sudah tidak ada lagi penerusan pinjaman di Maluku Utara.

b) Kredit Program

Berdasarkan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), penyaluran KUR Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020 tercatat Rp275,05 miliar terdiri dari KUR Mikro, ritel, UMi dan Super Mikro. Sektor perdagangan besar dan eceran mendominasi penyaluran sebesar 56,34 persen.

Penyaluran sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar Rp32,3 miliar atau setara 12,47 persen total penyaluaran di Maluku

Utara. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara di bidang penyediaan makan dan minum yang tumbuh 42,30 persen sedangkan bidang pertanian dan perikanan masing-masing tersalur 8,99 persen dan 5,26 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi KUR di Provinsi Maluku Utara belum memperhatikan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menjadi penyumbang tertinggi PDRB.

KUR di Provinsi Maluku Utara terkonsentrasi pada pelaku usaha yang berdomisili di Kota Ternate. Hal ini disebabkan masih terpusatnya ekonomi di Kota Ternate yang menjadi pintu masuk utama di Maluku Utara. Rendahnya penyaluran KUR di daerah lain mengindikasikan rendahnya akses perbankan pada wilayah tersebut selain Kota Ternate.

Selain KUR, pemerintah juga menyediakan program pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Program ini dilaksanakan melalui lembaga keuangan bukan bank (pegadaian, PNM dan bahana). Total debitur UMi dan Super Mikro hingga triwulan III-2020 di Provinsi Maluku Utara sebanyak 842 orang dengan jumlah penyaluran sebesar Rp5,5 miliar.

Secara umum, penyaluran KUR

dan UMi masih lebih rendah

dibandingkan dengan Provinsi lain di

Indonesia. Namun secara target

(18)

13 penyaluran oleh Bank Penyalur dan PT

Pegadaian sudah terpenuhi dan

sampai akhir Triwulan III-2020 mampu

melampaui target yang sudah

ditentukan Lembaga Penyalur di

tingkat pusat.

C. Prognosis Realisasi APBN

Melihat kinerja APBN selama tahun 2016 s.d 2020, maka realisasi

pendapatan dan belanja negara

masing-masing sampai akhir tahun 2020 diperkirakan sebesar Rp1.709,31 miliar dan Rp13.512,11 miliar. Perkiraan tersebut sudah disesuaikan dengan pagu anggaran setelah refocusing dan realokasi APBN akibat adanya pandemi COVID-19.

Tabel 2.2 Perkiraan Realisasi APBN Provinsi Maluku Utara (miliar rupiah) Uraian Pagu Perkiraan s.d. Triwulan IV Rp % thd Pagu Pendapatan Negara 2.253,82 1.709,31 75,84 Belanja Negara 13.903,22 13.512,11 97,18

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara, 2020 (diolah)

(19)

14

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Tabel 3.1 Realisasi APBD Provinsi Maluku Utara Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (miliar Rp)

Uraian Triwulan III-2019 Triwulan III-2020

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

JUMLAH PENDAPATAN 12.260,13 8.360,46 68,19 12.674,31 8.072,55 63,69

PAD 1.152,48 479,70 41,62 1.445,47 375,32 25,97

Pendapatan Transfer 9.585,78 7.115,54 74,23 9.044,81 6.931,15 76,63 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 1.521,86 765,22 50,28 2.184,03 766,08 83,11

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 12.900,18 7.004,13 54,29 13.379,17 6.412,77 47,93

Belanja 11.407,61 6.031,55 52,87 11.984,77 5.648,00 47,13

Transfer Pemerintah Daerah 1.492,57 963,25 64,54 1.394,40 509,80 36,56

SURPLUS/DEFISIT (640,05) 1.356,34 (211,91) (704,86) 1.659,78 (235,48)

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

ealisasi pendapatan

daerah hingga akhir

triwulan III-2020 mencapai 63,69 persen dari pagu pendapatan tahun 2020. Capaian tersebut lebih kecil dibanding realisasi triwulan III-2019. Pagu pendapatan triwulan III-2020 mengalami peningkatan karena program refocussing dan realokasi

anggaran pemerintah untuk

penanggulangan dampak pandemi COVID-19 terhadap masyarakat.

Refocussing dan realokasi anggaran dilakukan pada pos Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang merupakan komponen

pendapatan daerah dari pemerintah pusat ke daerah untuk dialokasikan ke program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020.

Untuk Pagu belanja daerah triwulan III-2020 meningkat jika dibandingkan dengan triwulan III-2019 dan triwulan II-2020 karena

penyesuaian refocussing dan realokasi anggaran oleh daerah untuk digunakan dalam PEN.

Dari sisi penyerapan, realisasi belanja dan transfer pemerintah daerah (pemda) sampai dengan triwulan III-2020 mencapai 47,93 persen dari total pagu belanja, lebih kecil dibandingkan realisasi belanja triwulan III-2019. Pemerintah telah memberikan berbagai stimulus fiskal kepada daerah melalui program PEN dengan tujuan untuk melindungi serta mempertahankan kemampuan masyarakat agar terhindar dari dampak sosial ekonomi akibat adanya pandemi COVID-19.

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kemandirian ekonomi suatu daerah dapat dibangun dengan meningkatkan sumber pendapatan daerah, yaitu PAD. Menurut Halim (2008), PAD merupakan penerimaan daerah yang dihasilkan dari sumber-sumber ekonomi asli daerah berdasarkan peraturan perundangan.

R

(20)

15

Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

Kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah tercatat hanya sebesar 4,65 persen, menunjukkan tingkat kemandirian fiskal yang masih rendah. Pemda diharapkan lebih proaktif dan kreatif dalam menggali sumber-sumber PAD.

Realisasi PAD di Maluku Utara sampai dengan Triwulan III-2020 tercatat sebesar 25,97 persen dari total pagu. Hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan memiliki penyerapan terbesar mencapai 136,96 persen dalam komponen pembentuk PAD.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi pajak daerah sampai dengan triwulan III-2020 mencapai 34,05 persen dari pagu. Seluruh Pemda di wilayah Maluku Utara melalui kegiatan one

on one meeting dengan Kanwil DJPb Prov.

Malut menyampaikan bahwa terjadi penurunan dalam pengumpulan pajak daerah, seperti pada pajak bahan bakar kendaraan bermotor, karena adanya pembatasan mobilitas dan kegiatan akibat pandemi COVID-19.

Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Selatan memiliki jumlah pajak

daerah terbesar kedua dan ketiga di Maluku Utara. Hal ini dikarenakan naiknya pendapatan pajak penerangan jalan pada kedua daerah tersebut.

Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Penerimaan retribusi daerah hingga triwulan III-2020 masih rendah 21,01 persen dari estimasi pagu, hal ini merupakan dampak pembatasan kegiatan masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pembatasan itu berpengaruh di penurunan retribusi daerah seperti pada pelayanan kesehatan. Retribusi ini memberikan kontribusi terbesar di pendapatan retribusi daerah akan tetapi mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan III-2019.

Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kab./ Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

PAD 4,65% Dana Perimbangan 85,86% Lain-lain pendapatan daerah yg sah 9,49% 112,0 2,7 9,3 29,6 3,3 2,9 4,1 2,5 3,2 35,1 5,8 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 Mi liar R upi ah 0,6 14,7 2,2 1,4 5,9 0,5 0,3 6,6 0,1 11,5 3,4 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 Mi liar R upi ah

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS APBD

(21)

16

Kontribusi tertinggi dari sektor ini berasal dari Kabupaten Halmahera Tengah. Pendapatan yang berasal dari perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) di Kabupaten Halmahera Tengah diindikasikan memberikan kontribusi yang paling tinggi bagi pendapatan retribusi daerah.

c) Lain-Lain PAD yang Sah

Realisasi Pendapatan Lain-lain PAD yang sah pada triwulan III-2020 mencapai 10,31 persen dari pagu. Penerimaan terbesar disumbang dari pendapatan BLUD. Pemerintah Provinsi Maluku Utara berhasil mencapai realisasi tertinggi pada penerimaan Lain-lain PAD yang Sah dari Pendapatan BLUD RSUD Dr. Chasan Boesorie.

Grafik 3.4 Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

Berdasarkan hasil one on one meeting antara Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara dengan Pemprov dan Pemda se-Maluku Utara, diketahui beberapa Pemda telah

melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan PAD, seperti: Kabupaten Pulau Morotai memberikan stimulus kepada rumah makan dan hotel dalam rangka perkembangan pariwisata, Kabupaten

Halmahera Selatan melakukan

pembangunan fasilitas dan pengembangan pasar tradisional serta penguatan industri kecil menengah melalui legalitas dan keamanan produk, serta Kabupaten Halmahera Barat mengusulkan hibah langsung untuk mengembangkan pasar-pasar yang ada. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut bertujuan untuk mereduksi keterpurukan perekonomian sebagai akibat adanya COVID-19 dan meningkatkan kemandirian fiskal daerah.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi pendapatan transfer di Provinsi Maluku Utara hingga triwulan III-2020 mencapai 76,63 persen lebih tinggi dari capaian triwulan III-2019.

Rasio pendapatan transfer terhadap total pendapatan mencapai 85,86 persen yang berarti tingkat ketergantungan Pemda di Maluku Utara terhadap pemerintah pusat masih sangat tinggi.

Berdasarkan hasil one on one meeting antara Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara dengan Pemprov dan Pemda se-Maluku Utara, Pemda telah berupaya menyusun dan melaksanakan program prioritas untuk menyiasati adanya penurunan jumlah dana transfer (DAK) akibat terjadinya pandemi COVID-19.

Kabupaten Halmahera Selatan menjadi daerah dengan pendapatan transfer terbesar kedua karena memiliki wilayah yang terluas dengan jumlah penduduk dan desa terbanyak di Maluku Utara.

57,2 0,8 1,5 3,1 2,7 10,1 1,4 5,1 0,3 9,1 14,3 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 Mi liar R upi ah

(22)

17

Utara Triwulan III -2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pada triwulan III-2020, realisasi

penerimaan ini menjadi komponen pendapatan dengan sumbangsih paling minim berasal dari pendapatan lainnya.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Belanja pegawai memiliki kontribusi

terbesar ketiga setelah belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. Rasionalisasi belanja pegawai perlu dilakukan pemda untuk menyediakan ruang fiskal yang lebih memadai bagi belanja publik. Untuk belanja barang dan jasa, penyerapannya mencapai 47,21 persen pada triwulan III-2020, lebih kecil dibandingkan triwulan III-2019.

Belanja modal yang diharapkan dapat

memberikan multiplier effect bagi perekonomian

di Maluku Utara, baru terserap 34,21 persen, lebih rendah dari kinerja penyerapan periode sebelumnya. Penurunan realisasi belanja ini disebabkan adanya keterbatasan melaksanakan kegiatan dan kontrak pekerjaan dikarenakan pandemi COVID-19.

Sampai dengan triwulan III-2020, belanja daerah di Provinsi Maluku Utara yang digunakan untuk penanganan dampak dari pandemi COVID-19 mencapai Rp254,98 miliar. Belanja ini

sekitar 3,98 persen dari total seluruh belanja daerah. Belanja tersebut selain digunakan untuk penanganan COVID-19 juga untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Barang, Modal Lingkup Provinsi Maluku Utara sd. Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

2. Belanja Daerah Berdasarkan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

Pemerintah sudah menerapkan kebijakan anggaran defisit dalam rangka menumbuhkan perekonomian. Barro (1989) menyatakan bahwa

pertumbuhan perekonomian didapat dari

percepatan pembangunan melalui investasi yang besar dan dana yang besar dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daerah harus segera meningkatkan penyerapan belanjanya.

Grafik 3.7 Pagu dan Realisasi Belanja Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan III-2020

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

Tingkat penyerapan belanja tertinggi hingga triwulan III-2020 terdapat di Kota Ternate mencapai 61,89 persen. Sementara

1036,4 351,3 310,3 588,7 383,7377,7353,8 307,5279,0 508,8 459,3 0,0 200,0 400,0 600,0 800,0 1000,0 1200,0 Mi liar R upi ah 1681 843,6 4,2 0,35 142 10,6 619,5 141,1 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Mi liar R upi ah Pagu Realisasi 1445,8 496,1 636,5 459,7 471,5 787,7 435,3 329,7 528,3 551,4 270,8 0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0 4000,0 Mi liar R upi ah Pagu Realisasi

(23)

18

Kabupaten Halmahera Utara menjadi daerah dengan tingkat penyerapan paling rendah mencapai 37,35 persen.

Menurut Laporan Realisasi Anggaran

Pemda, persentase realisasi pendapatan

triwulan III-2020 dari Dana Perimbangan mencapai 92,28 persen dari seluruh pendapatan atau senilai Rp6,93 triliun, sedangkan realisasi belanjanya baru mencapai sekitar Rp6,41 triliun. Angka ini memunculkan gap antara Dana Perimbangan yang dicairkan oleh Pemda dan realisasi belanja.

Presiden RI dihadapan para Kepala

Daerah memberikan highlight tentang gap antara

pendapatan dan belanja yang mengindikasikan

muncul idle cash di Pemda. Berdasarkan hasil

one on one meeting antara Kanwil DJPb Provinsi Maluku Utara dengan Pemprov dan Pemda

se-Maluku Utara, idle cash terjadi dikarenakan

masih ada proses pertanggung jawaban

pencairan dana yang masih berjalan.

Realisasi Belanja secara keseluruhan di Maluku Utara masih menunjukkan prosentase yang rendah sehingga Pemerintah Daerah harus segera mengambil langkah cepat dan luar biasa (extra ordinary) untuk meningkatkan penyerapan APBD. Presiden RI telah mengintruksikan untuk

mempercepat penyerapan anggaran agar

segera dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi daerah dan memulihkan ekonomi dari dampak Pandemi COVID-19.

Sebagai upaya dalam mendukung

pemulihan ekonomi daerah, Pemda telah menyusun program prioritas daerah. Kabupaten Pulau Morotai dalam memulihkan dampak ekonomi melalui bantuan untuk UMKM dan IKM, insentif Pendidikan untuk mahasiswa dalam maupun luar provinsi serta subsidi cicilan angkot. Kabupaten Kepulauan Sula memberikan fasilitas

berupa bantuan peralatan pengolahan produk serta bahan makanan bagi pelaku usaha untuk mengatasi permasalahan proses produksi dan pemanfaatan sumber daya.

Kabupaten Halmahera Barat

memfokuskan program prioritasnya pada

penanganan ekonomi dan jarring pengaman sosial. Provinsi Maluku Utara melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan bantuan operasional dan subsidi kopra putih.

C. Prognosis Realisasi APBD

Melihat kinerja APBD dalam lima tahun terakhir dan capaiannya hingga triwulan III-2020, realisasi pendapatan daerah hingga akhir tahun 2020 diperkirakan mencapai Rp10.514 miliar. Sementara realisasi belanja daerah diperkirakan mencapai Rp9.913,08 miliar. Dengan melihat

kecenderungan capaian tahun-tahun

sebelumnya, kemungkinan terjadi surplus di

angka Rp601,91 miliar dengan asumsi

perhitungan ini belum memperhitungkan dampak pandemi COVID-19. Perkiraan realisasi tersebut dihasilkan dari permodelan POWER yang melihat tren triwulan-triwulan tahun sebelumnya.

Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Triwulan IV Tahun 2020 Uraian Pagu Perkiraan s.d. Triwulan IV Rp % thd Pagu Pendapatan Daerah 12.674,31 10.514,00 82,96 Belanja Daerah 13.379,17 9.913,08 74,09 Surplus / Defisit (704,86) 601,91

Sumber : LKPDK-TW Kanwil DJPb Maluku Utara (2020)

(24)

19

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Maluku Utara s.d Triwulan II 2019 dan 2020 (miliar rupiah)

Uraian Tw III-2020 Tw III-2019

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan (%) Konsolidasi

Pendapatan Negara 1.279,39 15.489,55 1.662,42 (7,83) 1.803,60 Pendapatan Perpajakan 1.162,41 210,47 1.372,88 (12,95) 1.577,09 PNBP 116,98 7.725,82 289,54 27,83 226,51 Transfer* 7.553,26** Belanja Negara 11.167,43 6.276,50 9.890,68 (4,26) 10.331,14 Belanja Pemerintah 2.741,42 5.902,97 8.644,40 (7,20) 9.314,87 Transfer* 8.426,01** 373,53 1.246,28 22,63 1.016,27 Surplus/ (Defisit) (9.888,04) 9.213,05 (8.228,26) (3,51) (8.527,54)

Sumber: LKPK-TW Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara, 2020 (diolah)

*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah **) Penyesuaian terhadap pengakuan belanja transfer pada pemerintah pusat yang merupakan Pendapatan BA 099.05 A. Laporan Keuangan Pemerintah

Konsolidasian

ealisasi Anggaran

Konsolidasian Tingkat

Wilayah Provinsi Maluku Utara sampai dengan triwulan III-2020

mengalami penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Pendapatan

konsolidasian terealisasi sebesar Rp1.662,42 miliar, mengalami penurunan sebesar Rp141,18 miliar dibandingkan tahun 2019. Penurunan ini dikarenakan refocussing dan realokasi anggaran akibat adanya pandemi COVID-19. Belanja konsolidasian terealisasi sebesar Rp9.890,68 miliar, mengalami penurunan sebesar 4,26 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Pemerintahan Umum

(General Government Revenue) atau

Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh

pendapatan pemerintah pusat dan daerah di suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama. Konsolidasian tersebut telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi) misalnya pendapatan transfer dana alokasi umum (DAU) pemerintah daerah dengan transfer DAU pemerintah pusat.

1. Analisis Proporsi dan

Perbandingan

Pendapatan konsolidasian tingkat wilayah terdiri dari pendapatan perpajakan, pendapatan negara bukan pajak, hibah dan transfer. Hingga triwulan III-2020 realisasi pendapatan konsolidasian yang memiliki kontribusi paling besar yaitu penerimaan pajak pemerintah pusat mencapai angka 82,58 persen dari seluruh pendapatan dengan nilai sebesar Rp1.045,96 miliar. Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan

inovasi baru agar pendapatan

konsolidasian tidak terlalu bergantung kepada dana transfer, serta menggali

potensi pendapatan daerah sebagai

R

(25)

20 salah satu cara memulihkan ekonomi di

daerah.

Grafik 4.1 Proporsi Realisasi Pendapatan Konsolidasian s.d Triwulan III-2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Pendapatan konsolidasian

pemerintah pusat sampai dengan triwulan III-2020 sebesar Rp1.372,88 miliar, dan sisanya Rp289,54 miliar pendapatan pemerintah daerah. Sebagian pendapatan pemerintah pusat tersebut pada tahun berikutnya akan didistribusikan kepada pemerintah daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH).

Grafik 4.2 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (Miliar rupiah)

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Sampai dengan triwulan III-2020, Pendapatan pemerintah daerah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Ini dikarenakan adanya penurunan pendapatan transfer dan penerimaan perpajakan. Untuk

pendapatan transfer mengalami penurunan jika dibanding periode triwulan III-2019 karena adanya refocussing dan realokasi dana transfer untuk penanganan Pandemi

COVID-19. Sedangkan penurunan

penerimaan perpajakan dikarenakan ada pembatasan kegiatan yang membuat Pemda mengalami keterbatasan dalam memungut pajak.

Grafik 4.3 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (Miliar rupiah)

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Penerimaan negara bukan pajak pemerintah daerah lebih banyak daripada pemerintah pusat. Penerimaan tersebut didominasi oleh pendapatan transfer pemerintah daerah yang cukup besar. Penerimaan perpajakan pemerintah pusat lebih besar dibandingkan dengan pemerintah daerah.

2. Analisis Perubahan

Pendapatan konsolidasian periode Triwulan III-2020 mengalami penurunan sebesar 7,83 persen jika dibandingkan triwulan III-2019. Capaian penerimaan perpajakan mengalami penurunan karena terdapat pembatasan kunjungan ke wajib pajak sehingga menyebabkan tidak bisa melakukan kegiatan penggalian potensi perpajakan. Karena kebutuhan barang untuk

82,48% 17,40% 0,12% 0,00% Perpajakan PNBP Hibah Transfer (8.000,00) (6.000,00) (4.000,00) (2.000,00) 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00

Pusat Daerah Konsolidasian

2019 2020 Perubahan 1.162,41 116,98 26,95 -210,47 7.725,82 -7.553,26 1.000,00 2.000,00 3.000,00 4.000,00 5.000,00 6.000,00 7.000,00 8.000,00 9.000,00

Perpajakan PNBP Hibah Transfer

Pusat Daerah

Miliar Rupiah

Miliar Rupiah

(26)

21

penanganan COVID-19, sebagian barang diimpor menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk.

Grafik 4.4 Perubahan Pendapatan Perpajakan Dalam Negeri dan Internasional Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020 (Miliar Rupiah)

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi

terhadap Kenaikan Realisasi

Pendapatan Konsolidasian

Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mengalami pertumbuhan 6,66 persen (y-o-y) pada triwulan III-2020. Pandemi COVID-19 sempat membuat perekonomian Maluku Utara terkontraksi cukup dalam pada triwulan I-2020, namun perekonomian Maluku Utara berhasil menggeliat dan melakukan rebound mulai dari triwulan II-2020.

Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020

Uraian 2019 2020 Realisasi (miliar Rp) % Realisasi (miliar Rp) % Perpajakan 1.577,09 15,83 1.372,88 12,86 PNBP 226,51 2,27 289,54 2,71 Total 1.803,61 18,10 1.662,42 15,57 PDRB 9.961,5 10.678,1

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara dan LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Sampai dengan triwulan III-2020, PDRB Provinsi Maluku Utara sebesar Rp10.678,1 miliar atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 6,66 persen ( y-o-y). Jika membandingkan pendapatan

Triwulan III-2020 dengan Triwulan III-2019 memang mengalami penurunan, namun untuk Laju PDRBnya menunjukkan pertumbuhan. Laju PDRB tersebut dapat dilihat pada sektor industri pengolahan yang berhasil tumbuh cukup tinggi secara y-o-y.

C. Belanja Konsolidasian

Belanja Pemerintahan Umum

(General Government Spending) atau

Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama. Konsolidasi tersebut telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi) misalnya belanja transfer dana alokasi umum (DAU) pemerintah daerah dengan transfer DAU pemerintah pusat.

1. Analisis Proporsi dan

Perbandingan

Belanja konsolidasian tingkat wilayah terdiri dari belanja pegawai, barang, modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, tak terduga dan belanja lain-lain. Sampai dengan triwulan III tahun 2020 realisasi belanja konsolidasian yang memiliki kontribusi paling besar adalah belanja pegawai, disusul oleh belanja barang, belanja pegawai pemerintah daerah dan belanja modal.

Hingga triwulan III-2020, total belanja konsolidasian pemerintah pusat dan daerah sebesar Rp8.644,40 miliar dimana realisasi belanja pemerintah daerah sebesar Rp5.902,97 miliar dan sisanya -600,00 -400,00 -200,00 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 1400,00

Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional

PNBP Hibah

2019 2020 Kenaikan

Miliar Rupiah

(27)

22

Rp2.741,42 miliar ialah belanja pemerintah pusat.

Grafik 4.5 Proporsi per Jenis Belanja Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Belanja konsolidasian sampai

dengan triwulan III-2020 didominasi belanja daerah sebanyak 68,29 persen, hal ini disebabkan oleh alokasi belanja APBD lebih besar daripada belanja APBN.

Grafik 4.6 Perubahan Belanja Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Tingginya belanja daerah

menunjukkan bahwa kontribusi pemerintah daerah terhadap perekonomian Provinsi Maluku Utara lebih besar daripada pemerintah pusat. Saat ini pemerintah semakin kuat dalam menerapkan sistem desentralisasi fiskal dengan memfokuskan pada peningkatan ruang fiskal di daerah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Realisasi semua jenis belanja di pemerintah pusat lebih kecil daripada pemerintah daerah hingga triwulan III-2020. Besarnya belanja pegawai diindikasikan karena jumlah pegawai daerah lebih banyak dari pemerintah pusat. Jumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah juga lebih banyak sehingga menyebabkan belanja barang daerah lebih banyak daripada pemerintah pusat. Rasionalisasi belanja pegawai dan barang yang bersifat konsumtif menjadi salah satu faktor penting dalam memberikan ruang fiskal yang memadai bagi pembangunan infrastuktur di Provinsi Maluku Utara.

Realisasi belanja barang dan modal ini diindikasikan bisa menjadi katalisator ekonomi dan nilai manfaat jangka panjang. Belanja ini sangat krusial dalam menggerakkan ekonomi Provinsi Maluku Utara sehingga pemerintah diharapkan konsisten dalam melakukan efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran untuk mendukung terciptanya ruang fiskal.

40,59% 29,45% 22,63% 0,05% 0,17% 3,91% 0,25% 2,94% 0,00% Pegawai Barang Modal Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial Tak Terduga Lain-lain 0,00 1000,00 2000,00 3000,00 4000,00 5000,00 6000,00 7000,00 8000,00 9000,00 10000,00

Pusat Daerah Konsolidasian

2019 2020 0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 Pusat Daerah Miliar Rupiah Miliar Rupiah

(28)

23

Kualitas belanja harus ditingkatkan supaya tepat sasaran dan terukur. Masalah pembangunan yang dimiliki oleh Provinsi Maluku Utara seperti kawasan pedalaman yang masih tertinggal akibat kondisi geografis, terjadinya disparitas antara kawasan pesisir dan pedalaman yang besar dikarenakan orientasi pembangunan daerah lebih mengutamakan wilayah pesisir. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut, pembangunan infrastruktur yang mendorong interkoneksi wilayah menjadi syarat mutlak didukung anggaran yang memadai.

2. Analisis Perubahan

Belanja konsolidasian sampai

dengan triwulan III-2020 mengalami

penurunan sebesar 5,75 persen.

Penurunan realisasi belanja ini dikarenakan adanya pandemi COVID-19 sehingga terjadi penurunan terhadap beberapa jenis belanja.

Grafik 4.8 Perubahan Belanja Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2019 dan 2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Belanja pegawai dan tidak terduga

hingga triwulan III-2020 mengalami

kenaikan. Di tengah pandemi COVID-19, belanja pegawai dialokasikan untuk membayar insentif tenaga kesehatan.

Sedangkan belanja tidak terduga dialokasikan untuk penanganan COVID-19.

3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal

kepada Indikator Ekonomi Regional Kebijakan fiskal pemerintah pusat dan daerah yang tertuang dalam refocusing dan realokasi anggaran dimaksudkan untuk memulihkan ekonomi nasional dalam rangka mendukung kebijakan keuangan negara untuk penanganan pandemi COVID-19 dan/atau menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan ekonomi nasional.

Singkatnya, harus ada keterkaitan dan/atau dampak antara anggaran pemerintah dengan kondisi perekonomian regional yang ditunjukkan oleh indikator-indikator ekonomi makro (regional) seperti PDRB, indikator demografis, indikator kesejahteraan maupun indikator sektoral.

Grafik 4.9 Proporsi Belanja Fungsi Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d Triwulan III Tahun 2020

Sumber : LKPK-TW Kanwil DJPb Malut 2020 (diolah)

Hingga triwulan III-2020, fungsi pelayanan umum memiliki porsi belanja terbesar. Dengan adanya pandemi COVID-19, fungsi ini sangat diperlukan untuk membantu penanganan pandemi tersebut.

-500,0 0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0 4000,0

Pegawai Barang Modal Bunga Subsidi Hibah Bantuan

Sosial Tak Terduga Lain-lain 2019 2020 Kenaikan 28,61% 2,44% 7,85% 15,62% 1,45% 12,24% 10,75% 0,58% 1,19% 17,89% 1,36% Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban dan Keamanan Ekonomi

Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasum Kesehatan Pariwisata Agama Pendidikan

Miliar Rupiah %

(29)

24

Porsi belanja fungsi pendidikan dan kesehatan masih di bawah mandatory spending. Belanja fungsi pendidikan ini menurun dikarenakan adanya pembelajaran yang dialihkan melalui media daring (online) sehingga pemenuhan fasilitas-fasilitas kegiatan secara offline tidak diperlukan lagi. Belanja fungsi ekonomi memiliki porsi terbesar ketiga setelah belanja fungsi pelayanan umum dan pendidikan. Belanja ini sangat diperlukan oleh pemerintah pusat

maupun daerah untuk sama-sama

bersinergi dalam melakukan percepatan penyerapan anggaran supaya lebih mampu memulihkan kondisi ekonomi daerah akibat adanya pandemi COVID-19.

Belanja fungsi pariwisata hanya memiliki porsi sebesar 0,58 persen dari total belanja. Sektor pariwisata yang merupakan

sektor potensial belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah daerah. Keadaan ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 yang membuat masyarakat tidak bisa bepergian untuk menikmati pariwisata yang ada di Provinsi Maluku Utara. Pemerintah sudah sepatutnya mulai memperhatikan sektor ini sebagai pendorong perekonomian wilayah.

Ke depannya dengan adanya era New Normal, diharapkan sektor pariwisata berkembang dengan baik. Hal ini mampu meningkatkan perekonomian. Selain itu berdampak pula pada penciptaan lapangan kerja, dan dapat memacu pencapaian target pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam RPJMD.

Gambar

Grafik  1.1  Perkembangan  PDRB  dan  Pertumbuhan  Ekonomi Triwulanan (y-on-y)
Grafik 1.4 Perkembangan Ketenagakerjaan
Grafik  1.5  Pertumbuhan  Ekonomi  Dan  Pertumbuhan  Tenaga Kerja Per Sektor
Grafik 1.6 Perkembangan kemiskinan Maluku Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa rumusan masalah yang diambil dari latar belakang di atas adalah: Bagaimana merancang aplikasi pesan dengan menerapkan algoritma ELGamal dalam pengamanan

Hasil perbandingan antara kelas fisik dengan menggunakan dua kriteria yang dibandingkan kelas produksi dan kelas rendemen diatas menunjukkan bahwa pada SPL 2 paling sesuai

Artinya 76,5% variabel respon petani terhadap kegiatan teknologi budidaya bawang merah ramah lingkungan di Kabupaten Tegal dapat dijelaskan oleh ketiga

Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di

Gambar a) diatas adalah grafik dari data IHK baru komoditas beras untuk pasangan kota Purwokerto dan Semarang. Dari grafik didapatkan informasi bahwa data simulasi IHK

Uji nafas Urea terlihat mudah, sederhana dengan sensitifitas yang baik dalam mendeteksi infeksi Helicobacter pylori terutama pada penderita gagal ginjal kronik

Dosen pembimbing berhak menentukan layak tidaknya tugas akhir