• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

PELATIHAN PENGGUNAAN TINGKATAN BAHASA BALI (ANGGAH-UNGGUHING BASA BALI) SEBUAH KEARIFAN LOKAL SEBAGAI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SD NEGERI 1 SINABUN, KEC. SAWAN, KAB. BULELENG

Oleh

Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S. (Ketua) NIDN: 0017068301

Ida Bagus Rai, S.S. M.Pd. (Anggota 1) NIDN: 0004046806

Ida Bagus Putra Manik A., S.S. M.Si. (Anggota 2) NIDN: 0031127308

Ida Ayu Sukma Wirani,S.S. (Anggota 3) NIDN: 0015128301

I Ketut Paramarta, S.S., M.Hum. (Anggota 4) NIDN: 0008128201

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No. 023.04.2.552581/2013 Revisi 2 Tanggal 1 Mei 2013.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Judul : Pelatihan Penggunaan Tingkatan Bahasa Bali (Anggah-Ungguhing Basa Bali) Sebuah Kearifan Lokal Sebagai Pengembangan Pendidikan Berkarakter Di SD Negeri 1 Sinabun, Kec. Sawan, Kab. Buleleng

2. Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap : Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S. b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIDN : 0017068301

d. Disiplin Ilmu : Bahasa dan Sastra Bali e. Pangkat/Golongan : IIIa

f. Jabatan : Asisten Ahli

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni/ Jurusan Pendidikan Bahasa Bali h. Alamat : BTN Giri Mas Asri Blok B14.

i. Tlp/Fax/ E-mail : 081933114834/idabagusludy@yahoo.com

j. Alamat Rumah : Dusun Griya cucukan, Desa Selat, Kecamatan Klungkung. k. Tlp/Fax/ E-mail : 0366 (23615)

3. Jumlah Anggota Pelaksana : 5 orang

4. Lokasi Kegiatan : SD Negeri 1 Sinabun a. Nama Desa : Desa Sinabun

b. Kecamatan : Sawan

c. Kabupaten/ Kota : Buleleng/ Singaraja d. Propinsi : Bali

5. Jumlah Biaya Kegiatan : Rp. 7.500.000 6. Lama kegiatan : 6 bulan Mengetahui,

Singaraja, 30 Oktober 2013 Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Ketua Pelaksana

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Ida Bagus Made Ludy Paryatna,S.S. NIDN. 0026066203 NIDN. 0017068301

Mengetahui Ketua LPM Undiksha

Prof. Dr.Ketut Suma, M.S. NIDN. 0001015913

(3)

ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa sehingga laporan akhir P2M DIPA yang berjudul, Pelatihan Penggunaan Tingkatan Bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) Sebuah Kearifan Lokal Sebagai Pengembangan Pendidikan Berkarakter di SD Negeri 1 Sinabun, Kec. Sawan, Kab. Buleleng dapat terselesaikan.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama LPM Undiksha yang telah memberikan bantuan sehingga program ini bisa terlaksana dengan baik. Kerja sama yang lain juga didukung oleh semua pihak yang terlibat di SD Negeri 1 Sinabun baik dukungan dari kepala sekolah, para guru, pegawai tata usaha, dan juga tidak kalah penting para siswa SD Negeri 1 Sinabun. P2M yang dilakukan di SD Negeri 1 Sinabun diharapkan menjadi contoh pelaksanaan dibidang pemilihan metode pengajaran, menjadikan hari Sabtu sebagai hari berbahasa halus, dan menggali permainan anak sebagai sarana media pendukung proses pemelajaran yang ada di SD.

TIM mengakui proses ada kekurangan dalam proses P2M maka dari itu kami mohon maaf apabila dalam kegiatan melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hati. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang pendidikan berkarakter bangsa yang sedang kita kembangkan bersama.

Singaraja, November 2013

(4)

iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …... i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ... ii ……….. iii DAFTAR GAMBAR ……….. iv BAB I Pendahuluan ………... 1 a. Analisis Situasi ..………. 4

b. Identifikasi Dan Perumusan Masalah …….……… 5

c. Tujuan Kegiatan ………..……… 6

d. Manfaat Kegiatan ……… 7

BAB II Metode Pelaksanaan ……….………... 8

BAB III Hasil dan Pembahasan ….……… 10

BAB IV Penutup ……….……… 31

a. Simpulan ……….……….. 31

b. Saran ………..………….... 32

Daftar Pustaka……… 33

Lampiran

a. Absensi Peserta Kegiatan b. Foto-foto Kegiatan c. Peta Lokasi

(5)

iv

DAFTAR TABEL

1. GURU SD NEGERI 1 SINABUN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN …….. 4 2. KONDISI SISWA KELAS 4-6 2012/2013 ……….. 5

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.4 : desain pengembangan pendidikan secara mikro ……….. 8

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan nasional dalam segala bidang yang telah dilaksanakan selama ini memang mengalami berbagai kemajuan. Namun, banyak juga dijumpai dampak negatif, terutama terjadi pergeseran nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergeseran pada sistem nilai ini sangat tampak pada kehidupan masyarakat saat ini. Beberapa contoh di antaranya penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa, solidaritas sosial, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan santun kejujuran, rasa malu dan rasa cinta tanah air dirasakan semakin memudar (Sulistyowati, 2012: 7). Misalnya kemajuan teknologi seperti internet banyak informasi yang bisa ditemukan namun apabila tidak disaring akan berdampak pada prilaku hidup seseorang.

Pengaruh derasnya budaya global yang negatif menyebabkan nilai-nilai budaya bangsa akan memudar. Hal ini tercermin pada prilaku masyarakat yang lebih mencintai budaya asing ketimbang budaya sendiri. Dapat kita amati seperti cara berpakaian, bertutur kata, kurangnya penghargaan terhadap produk dalam negeri. Generasi muda cendrung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai luar yang tidak sesuai dengan budaya karakter bangsa. Maka dari itulah peran sekolah sangat diperlukan sebagai tulang punggung pembentukan karakter bangsa.

Sekolah untuk membentuk sebuah pendidikan berkarakter harus menggali nilai-nilai kearifan lokal di masing-masing pelajaran bidang studi. Guru sebagai pengajar juga harus menyadari betapa pentingnya kearifan lokal sebagai benteng utama dalam menghindari nilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Dalam etika berkomunikasi masyarakat Bali sudah memiliki sebuah sistem bahasa yang disebut “anggah-ungguhing basa Bali” (tingkatan bahasa Bali). Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) ini perlu dikembangkan. Ada beberapa masyarakat modern menganggap ini bersifat feodal yang sesungguhnya tidak. Perubahan “sor-singgih” bersifat feodal menuju “anggah-ungguhing basa Bali” yang bersifat pengembangan nilai etika dalam berkomunikasi patut kita jadikan salah satu acuan dalam berkomunikasi. Penggunaan Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) tidak hanya digunakan kepada masyarakat Tri wangsa saja tetapi lebih di gunakan untuk orang yang patut kita hormati seperti orang suci (pedanda, empu, rsi,

(8)

2

bagawan dukuh), (sulinggih eka jati atau pemangku), kepala pemerintah, dosen, guru, pimpinan, orang tua, orang yang umurnya lebih tua, dan orang yang baru di kenal.

SD Negeri 1 Sinabun, Kec. Sawan, Kab. Buleleng khususnya para siswa perlu dibina dalam etika berkomunikasi. Percakapan mereka dengan guru berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan tidak ada menggunakan bahasa hormat (basa alus), apalagi bahasa madia alus sedang (basa madia), mereka cendrung menggunakan bahasa yang biasa namun kurang hormat (basa andap). Bahasa andap boleh digunakan pada teman sekasta yang akrab namun, belum pas digunakan siswa kepada guru, kepala sekolah, tata usaha atau orang yang umurnya lebih tua. Pada dasarnya lingkungan mereka jarang menggunakan basa alus dan basa madia hal inilah menjadi tantangan semua pihak sekolah. Proses pembelajaran dengan memilih metode yang tepat dan media yang sesuai sangat diperlukan dalam memperdalam kompetensi siswa dalam berkomunikasi menggunakan “anggah-ungguhing basa Bali”. Media sangat diperlukan salah satunya buku, kaset rekaman video dalam komunikasi dan lain sebagainya. Setelah diamati di kelas 5 dari 29 siswa hanya 2 orang yang memiliki buku yang lainnya hanya mendengarkan dan mencatat apa yang di tulis guru. Membangun lingkungan komunikasi yang berkelanjutan melalui kegiatan berbahasa Bali madia setelah berhasil dilanjutkan dengan berbahasa Bali alus setiap hari sabtu misalnya.

Pentingnya pengabdian masyarakat ini dilakukan adalah untuk menggali nilai kearifan lokal melalui kegiatan berkomunikasi. Berkomunikasi menggunakan Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) dapat dikembangkan guna membangun kehidupan karakter bangsa. Nilai-nilai karakter bangsa yang bisa di bangun adalah nilai toleransi, nilai disiplin, nilai cinta tanah air, nilai bersahabat dan komunikatif, cinta damai. Menurut Sulistyowati (2012: 30) toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan yang berbeda dari dirinya. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (dalam hal ini adalah pada etika dalam berkomunikasi masyarakat Bali). Cinta tanah air cara berfikir bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Bersahabat adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Anak didik yang berkomunikasi santun sesuai tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) kepada guru, orang tua ini juga salah satu perwujudan nilai religius dari ajaran Tri Kaya Parisudha (tiga prilaku yang

(9)

3

harus disucikan). Salah satu bagian dari Tri Kaya Parisudha (tiga prilaku yang harus disucikan) adalah berbicara yang suci atau santun (wacika parisudha). Para siswa SD Negeri 1 Sinabun diharapkan mampu berkomunikasi menggunakan Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) yang merupakan cermin dari ajaran Tri Kaya Parisudha (tiga prilaku yang harus disucikan). Maka dari itu pelatihan dan pembinaan tentang tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) sangat perlu dilakukan.

Penggunaan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) memberikan manfaat dalam pengembangan pengetahuan murid SD Negeri 1 Sinabun. Pengetahuan yang diperoleh murid dalam mempelajari penggunaan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) adalah pengetahuan sosiolinguistik (bahasa yang berhubungan dengan masyarakat). Mereka mulai mengenal sistem kemasyarakatan melalui penggunaan bahasa. Menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan partisipan (orang yang diajak bicara), situasi dan lain sebagainya. Manfaat lain adalah untuk menumbuhkan nilai etika, nilai religius, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai cinta tanah air, nilai bersahabat dan komunikatif, cinta damai. Semua nilai tersebut perlu ditanamkan kepada para murid SD Negeri 1 Sinabun.

Kegiatan dialakukan secara berkelajutan diawali dengan pengamatan langsung secara menyeluruh melalui pendokumentasian berupa foto dan video dalam aktivitas kelas dan di luar kelas.

Guru di kelas sudah menggunakan bahasa Bali alus dalam proses pengajaran siswa mengalami kesulitan dalam meresponnya. Ini menunjukkan siswa tidak mampu secara komunikatif meskipun mengerti sedikit tentang apa yang disampaikan guru. Maka guru memerlukan metode dan media dalam proses pembelajaran. Metode yang nanti diberikan dalam pelatihan adalah yang sesuai dengan metode pembelajaran bahasa pada materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) situasi kelas. Media yang digunakan guru adalah buku saja tanpa media lain dan siswa sekitar 2 orang yang memiliki buku. Maka buku dalam pelatihan ini sangat perlu disumbangkan beberapa sesuai dengan anggaran yang ada dalam pengabdian ini guna mempemudah proses pembelajaran di kelas.

(10)

4

Rata-rata siswa sesama temannya menggunakan bahasa andap atau kasar di luar kelas terkadang dengan gurunya berbicara menggunakan bahasa andap.

Maka dari itu perlu diadakan kegiatan berkomunikasi dengan bahasa alus setiap hari sabtu. Kegiatan extra pada hari sabtu ini aktivitas pembelajaran sudah tidak ada. Tujuannya siswa dapat menerapkan apa yang disampaikan guru di kelas secara nyata. Disamping itu siswa diberikan kegiatan permainan dengan menggunakan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali).

a. Analisis Situasi

Kondisi guru SD Negeri 1 Sinabun dapat digambarkan melalui jenjang kependidikan yang akan mempengaruhi mutu seorang pendidik. Antara lain sebagai berikut:

1. GURU SD NEGERI 1 SINABUN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN

IJASAH

TERTINGGI BIDANG STUDI

JUMLAH

GURU TETAP GURU TIDAK TETAP S2/S3 S1 2 1 D1/D2/D3 7 JUMLAH 9 1

Pendidikan guru di atas juga diharapkan memberikan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Apalagi yang mengajar bahasa Bali adalah seorang guru agama dengan latar belakang D2 (guru tetap) dan S1 guru (tidak tetap) pendidikan agama Hindu. Metode yang digunakan guru yang berlatar pendidikan agama akan berbeda dengan guru yang berlatar pendidikan S1 bahasa Bali. Penggunaan metode pembelajaran bahasa yang kurang tepat akan mempengaruhi proses pembelajaran. Maka dari itu pelatihan metode pengajaran bahasa akan sangat berdampak positif pada proses belajar mengajar siswa.

(11)

5 2. KONDISI SISWA KELAS 4-6 2012/2013

TAHUN KELAS 2012/2013 P W JUMLAH 4 19 22 41 5 25 13 38 6 21 22 43 JUMLAH 65 57 122

Kondisi siswa sangat banyak dalam satu kelasnya akan mempengaruhi perhatian guru. Dari 122 siswa setelah diamati ke dalam kelas rata-rata tidak memiliki buku. Maka dari itu sarana media buku sangat diperlukan guna memperlancar proses pembelajaran. Apabila sebelum proses belajar mengajar berlangsung murid bisa belajar sebelumnya di rumah. Dalam pembelajaran tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) siswa tidak harus belajar di dalam kelas saja di luar kelas pun bisa dilakukan misalnya pada hari sabtu saat kegiatan extra kulikuler. Supaya pembelajaran penggunaan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) dapat dilakukan dengan lancar dan siswa menyukai pembelajaran serta aktivitas kegiatan tersebut maka perlu diadakan berbagai kegiatan permainan yang menarik.

b. Identifikasi dan Perumusan Masalah a) Identifikasi Masalah

Melihat kondisi sekolah dengan latar belakang guru agama Hindu memang mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali). Guru tersebut tidak mungkin diganti dengan guru bahasa Bali dengan latar belakang bahasa Bali. Solusi yang akan diberikan adalah memberikan pelatihan kepada guru bahasa Bali menggunakan metode dan media yang tepat sesuai dengan pembelajaran bahasa. Melihat kondisi siswa di dalam kelas yang termasuk gemuk dengan keterbatasan buku maka perlu disumbangkan buku pelajaran yang relefan pada siswa. Karena dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) pada buku tidak dianggarkan pada pelajaran muatan lokal bahasa Bali. Maka bantuan ini sangat diperlukan. Dalam mempermudah pembelajaran tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di kelas maka penggunaanya dapat dilakukan di luar

(12)

6

kelas setiap hari sabtu pada kegiatan extra kulikuler. Siswa jarang menyukai pembelajaran tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) melalui kegiatan setiap hari sabtu akan diberikan permainan berkaitan dengan bahasa Bali sehingga mereka menyukai pembelajaran Bahasa Bali. Adapun identifikasi masalah dalam pengabdian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pelatihan penggunaan metode dan media yang tepat diberikan guru bahasa Bali kepada

siswa pada materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 1 Sinabun.

2. Mewujudkan hari sabtu sebagai hari berbahasa Bali alus madia yang nantinya meningkat ke bahasa Bali alus SD Negeri 1 Sinabun.

3. Memilih permainan siswa yang berkaitan dengan sehingga menyukai pembelajaran tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) SD Negeri 1 Sinabun.

b) Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana teknis pelatihan penggunaan metode dan media yang tepat di berikan guru bahasa Bali pada materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 1 Sinabun?

2. Bagaimana mewujudkan hari sabtu sebagai hari berbahasa alus yang dilakukan oleh semua pihak sekolah SD Negeri 1 Sinabun?

3. Permainan apa yang cocok sehingga siswa menyukai pembelajaran berkaitan dengan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) SD Negeri 1 Sinabun ?

c. Tujuan Kegiatan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Diharapkan dapat memberikan teknis pelatihan penggunaan metode dan media yang tepat di berikan guru bahasa Bali pada materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 1 Sinabun.

2. Mewujudkan hari sabtu sebagai hari berbahasa alus yang dilakukan oleh semua pihak sekolah SD Negeri 1 Sinabun.

3. Memberikan pelatihan permainan yang cocok sehingga siswa menyukai pembelajaran berkaitan dengan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali).

(13)

7 d. Manfaat Kegiatan

Manfaat kegiatan yang diperoleh SD Negeri 1 Sinabun melalui kegiatan ini sangat bermanfaat bagi:

1) Dosen

Pengabdian ini dapat digunakan sebagai upaya peningkatan dalam memenuhi Tri Dharma perguruan tinggi bidang pengabdian masyarakat. Sebagai upaya dalam mengembangkan potensi program pelatihan sebagai di bidang ilmu tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) sehingga meningkatkan kemampuan dalam proses pengabdian.

2) Guru

Manfaat bagi guru adalah mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi guna mempermudah dalam proses pembelajaran tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di SD Negeri 1 Sinabun. Sehingga efektivitas dalam penggunaan metode dan penggunaan media dapat terlaksana.

3) Siswa

Pengabdian di SD Negeri 1 Sinabun dengan mempelajari tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) diharapkan akan membangun karakter siswa menjadi lebih baik. Buku ajar yang diberikan semoga menjadi dasar untuk memudahkan siswa dalam belajar. Permainan yang diberikan diaharapkan mampu menarik minat siswa untuk belajar menggunakan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali).

(14)

8 BAB II

Metode Pelaksanaan

a. Kerangka pemecahan masalah

Adapun kerangka pemecahan masalah yang digunakan mengacu pada kurikulum pendidikan karakter. Kerangaka pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

Diitegerasikan dalam mata Pembiasaan dalam satuan pendidikan Pelajaran bahasa Bali dengan

Tingkatan bahasa Bali

Tingkatan Bahasa Bali di Penerapan pembiasaan Integrasikan ke dalam kegiatan selaras dengan di Ektra kurikuler. Satuan pendidikan.

Gambar 1.4 : desain pengembangan pendidikan secara mikro.

Dalam membangun pendidikan karakter melalui tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) tidak bisa fokus pada proses pembelajaran. Perlu juga dibangun sebuah

Budaya Sekolah Dalam Kehidupan Keseharian Satuan Pendidikan Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan Extra Kurikuler Kegiatan di Rumah dan di Masyarakat

(15)

9

komitmen bersama melalui kegiatan berbahasa Bali pada hari tertentu. Dengan ini akan mempermudah siswa dalam berkomunikasi. Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) dalam pelaksanaannya diharapkan dapat diitegrasikan ke dalam extra kurikuler, sebagai upaya pengembangan dalam proses komunikasi. Perlu diadakan kerja sama pihak sekolah dan masyarakat guna menselaraskan program yang ada di sekolah. Mempercepat terlaksananya upaya peningkatan penggunaan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) yang sesuai dengan partisipan, situasi sosial, dan stratifikasi yang ada di sekolah. Tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) sebagai sebuah kearifan lokal dapat dilestarikan.

b. Metode pelaksanaan Kegiatan

Karena ini berupa pelatihan dalam proses pembelajaran, maka metode yang tepat digunakan adalah metode pengajaran bahasa. Cara yang digunakan dalam proses pelatihan guru dalam menggunakan metode dan media akan disesuaikan dengan materi ajar. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Metode Respons fisik total

Menurut Iskandarwasid (2009: 64) pembelajaran dengan metode ini guru harus mampu sebagai pengarah tingkah laku. Fase proses pembelajaran dengan respons fisik total adalah sebagai berikut:

1. Pengajar memberi perintah kepada beberapa peserta didik kemudian memperagakan bersama-sama.

2. Peserta didik mendemostrasikan perintah.

3. Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah. 4. Peserta didik belajar memberikan perintah.

2) Metode Langsung

Menurut Iskandarwasid (2009: 64) metode langsung adalah belajar bahasa yang baik adalah dengan menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan demonstrasi, peragaan gerak, serta mimik secara langsung.

(16)

10 BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Kegiatan ini dilakukan pada 1 siklus pembelajaran bahasa Bali di SD Negeri 1 Sinabun di kelas 4 pada Kamis, 3 Oktober 2013, kelas 5 pada Jumat, 4 Oktober 2013, kelas 6 pada Senin, 14 Oktober 2013. Perlu diketahui guru yang mengajar bahasa Bali di kelas 4, 5, 6 saat pengajuan proposal atas nama I Made Arsa, A. Ma sudah pensiun dan kini sudah almarhum kemudian digantikan oleh Ibu Ni Kadek Sukanewi, S.Ag.

1. Teknis Pelatihan Penggunaan Metode dan Media yang Tepat Diberikan Guru Bahasa Bali Pada Materi Tingkatan Bahasa Bali (Anggah-Ungguhing Basa Bali) Di Kelas 4, 5, Dan 6 SD Negeri 1 Sinabun.

Sebelum guru memulai sebuah pelajaran seminggu sebelumnya guru tersebut diberikan RPP yang sesuai dengan SK dan KD terdapat pada kurikulum pemelajaran oleh tim P2M Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S. Melalui RPP yang diberikan guru menyiapkan pelajaran dengan menyediakan media bekerja sama dengan dosen yang melakukan pengabdian masyarakat.

Adapun kegiatan proses pemelajaran yang dilakukan guru di kelas 4 antara lain: 1. Membuka Pelajaran

Saat masuk kelas diawali dengan mengucapkan salam pangan umat Hindu, “Om Swastiastu”. Guru melakukan kegiatan absensi kepada siswa. Kegiatan selanjutnya apersepsi yang disampaikan berkaitan dengan materi cerita, “Pedanda Baka”. Tujuan yang disampaikan dalam pemelajaran siswa diharapkan siswa selain mampu bercerita tentang isi wacana yang dibaca diharapkan mampu juga menceritakan apa yang dibaca oleh siswa. Siswa diharapkan berkarakter bangsa yang jujur tidak seperti (Pedanda Baka), seperti kepiting (I yuyu), yang memiliki sikap kerja keras, kreatif, dan mandiri. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok

(17)

11

sehingga mudah ketika diajak diskusi langsung mereka bisa menyampaikan isi cerita yang dimaksud.

2. Kegiatan Inti

Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan urutan logis yang dipahami siswa. Menjelaskan materi kepada anak dengan bervariasi membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan. Dalam kegiatan guru selalu memotivasi siswa dalam pembelajaran. Adapun kegiatan inti yang dilakukan adalah:

2. Kegiatan inti

2.1 Ekplorasi

* Guru meminta salah satu mewakili kelompoknya untuk menceritakan pengalaman yang paling mengesankan.

* Guru menugaskan setiap kelompok membaca dalam hati cerita Pedanda Baka. * Guru meminta pada setiap kelompok untuk menentukan latar (tempat), tokoh,

serta watak dari pelaku dari cerita tersebut (Respons fisik total).

2.2 Elaborasi

* Guru meminta pada setiap kelompok melalui wakilnya untuk menceritakan kembali cerita Pedanda Baka, serta satu orang menyampaikan diskusinya (metode langsung). * Kelompok yang lain menyimak dan memberi tanggapan.

* Siswa mampu ikut bermain berkaitan dengan Pedanda Baka dan tingkatan bahasa Bali (anggah ungguhing basa Bali).

2.3 Konfirmasi

* Guru memberi pujian pada kelompok yang tampil terbaik dan menjadi pemenang. * Guru memberi penguatan berupa remidi dan pengayaan.

* Guru memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum/ kurang dimengerti.

(18)

12

Secara teknis RPP yang diberikan sudah memadai namun kembali lagi pada kondisi anak didik. Kemampuan akademis yang ada di kelas 4 SD Negeri Sinabun kurang jadi menggunakan metode langsung agak mengalami kesulitan apalagi menyampaikan pengalaman pribadi yang paling berkesan pada diri siswa akan mengalami kesulitan. Metode yang cocok digunakan adalah metode respon fisik total siswa. Keunggulan metode ini siswa dapat menirukan apa yang diperintahkan guru artinya peran guru juga ikut membantu ketika suda mengalami kesulitan dalam proses belajar. Kegiatan respons fisik total sudah dilakukan oleh guru melalui beberapa tahapan. Menurut Iskandarwasid (2009: 64) pembelajaran dengan metode ini guru harus mampu sebagai pengarah tingkah laku. Fase proses pembelajaran dengan respons fisik total adalah sebagai berikut:

1. Pengajar memberi perintah kepada beberapa peserta didik kemudian memperagakan bersama-sama.

2. Peserta didik mendemostrasikan perintah.

3. Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah. 4. Peserta didik belajar memberikan perintah.

Siswa disuruh menceritakan pengalaman pribadinya sendiri agak kurang efektif jika kelas tersebut pasif atau siswa berkemampuan kurang. Secara teknis mereka harus disuruh menulis pengalaman pribadi dengan teman mereka dengan menggunakan 3-5 kalimat barulah mereka disuruh menceritakan secara bersama-sama. Jika siswa tidak mampu diberikan kesempatan untuk membacakannya. Peserta didik belajar memberikan perintah dengan cara menunjuk teman lain dengan menggunakan kalimat yang mereka pahami.

(19)

13

Dalam menceritakan pengalaman pribadi siswa kelas 4 SD negeri 1 Sinabun ada juga yang menggunakan kata saya (tiang) sebagai kata alus madia dengan kalimat, “Tiang ajaka meli sepeda ajak I meme”. Penggunaan bahasa alus madia yang disampaikan siswa sudah benar, namun penggunaanya di luar kelas perlu ditingkatkan sesuai dengan kondisi dan situasi misalnya berbicara kepada guru di luar kelas.

Guru membaca cerita “Pedanda Baka” siswa mendengarkan setelah itu siswa membacanya dalam hati. Menguji kemampuan siswa dilakukan dengan proses Tanya jawab di dalam kelas dengan menanyakan aspek yang berkaitan dengan menentukan latar (tempat), tokoh, serta watak dari pelaku dari cerita tersebut secara berkelompok dengan siswa lain. siswa diajak bermain dengan menggunakan permainan “Pedanda Baka”. Permainan dilakukan sebagai upaya menanamkan nilai-nilai karakter bangsa yang terdapat pada cerita “Pedanda Baka”. Dengan melakukan permainan siswa mudah memahami nilai karakter bangsa yang terkandung dalam cerita “Pedanda Baka”. Nilai karakter bangsa yang perlu di kembangkan dalam cerita ini adalah tokoh kepiting (I yuyu) kerja keras, kreatif, dan mandiri. Siswa diberikan kesempatan untuk menceritakan cerita “Pedanda Baka” sebagai langkah pengembangan pemahaman dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Kelompok lain menanggapi apa yang disampaikan temannya.

Guru memberikan pujian bagi kelompok yang terbaik dalam permainan tersebut. Guru memberikan penguatan dengan cara menyimpulkan cerita “Pedanda Baka”. Siswa diberikan kesempatan mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa.

3. Penutup

Guru bersama siswa menarik sebuah kesimpulan dari cerita “Pedanda Baka”. Diharapkan dari cerita tersebut jangan meniru sikap burung bangao (I cangak) yang hidupnya penuh dengan tipu daya. Setiap perbuatan pasti ada pahalanya, maka kita harus selalu berbuat baik. Guru memberikan PR kepada siswa dan setelah itu diakhiri dengan salam penutup Parama Shanti “Om Shanti, Shanti, Shanti Om.

(20)

14

Adapun kegiatan proses pemelajaran yang dilakukan guru di kelas 5 antara lain: 1. Membuka Pelajaran

Saat masuk kelas diawali dengan mengucapkan salam pangan umat Hindu, “Om Swastiastu”. Guru melakukan kegiatan absensi kepada siswa. Kegiatan selanjutnya apersepsi yang disampaikan berkaitan dengan materi cerita, “Mabalih Topeng” (mamaca lan mabebaosan). Tujuan yang disampaikan dalam pemelajaran siswa Bercakap dan mendramatisasikan. berdialog main drama dengan tekanan dan intonasi yang wajar sesuai cerita dan ekspresi. Bermain berkaitan dengan topeng dan tingkatan bahasa Bali (anggah ungguhing basa Bali). Siswa diharapkan berkarakter bangsa cinta tanah air cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap budaya bangsa.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan dan media sesuai tujuan, kondisi anak, lingkungan alat bermain sudah dilakukan oleh guru dengan baik. Kegiatan anak inspiratif dan menyenangkan dilaksanakan secara efektif. Kemampuan prosedur yang sesuai dengan bentuk kegiatan. Memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi. Adapun kegiatan inti yang dilakukan adalah:

2. Kegiatan inti 2.1 Ekplorasi

(21)

15

* Guru meminta salah satu mewakili kelompoknya untuk berdialog Mebalih Topeng sesuai dengan kemampuan siswa tanpa menghafal teks dialog main drama dengan tekanan dan intonasi yang wajar sesuai cerita dan ekspresi.

* Guru mebantu siswa membimbing dari belakang percakapan siswa apabila siswa tidak mampu.

2.2 Elaborasi

* Guru mengajak siswa berdialog dengan mudah dan yang di pahami siswa dengan bahasa alus madia.

* Kelompok yang lain menyimak dan memberi tanggapan.

* Siswa mampu ikut bermain berkaitan dengan kosa kata topeng dan tingkatan bahasa Bali (anggah ungguhing basa Bali).

2.3 Konfirmasi

* Guru memberi pujian pada kelompok yang tampil terbaik dan menjadi pemenang yang tercepat.

* Guru memberi penguatan berupa remidi dan pengayaan.

* Guru memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum/ kurang dimengerti.

3. Kegiatan Penutup

* Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang diajarkan. * Guru memberi 4 buah PR.

* Guru menutup pelajaran dengan parama santi, Om santi, santi, santi Om

Secara teknis RPP yang diberikan sudah memadai namun kondisi anak didik yang cukup aktif harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Siswa diarahkan membaca mengembangkan dialog “Mebalih Topeng” kedepan kelas sesuai dengan tokoh yang diperankan. Siswa diberikan kesempatan untuk berdialog tanpa menggunakan teks.

(22)

16

Apabila siswa tidak mampu berbicara di depan kelas guru membimbingnya dari belakang. Siswa dibimbing dari belakang secara langsung siswa diberikan keuntungan karena merasa nyaman tidak takut ketika mereka tidak hafal. Intonasi siswa juga perlu diperhatikan sehingga siswa dapat membaca sesuai dengan intonasi yang tepat. Kemudian siswa dan guru yang tidak melakukan dialog diajak untuk memberikan tanggapan kepada siswa yang tampil di depan kelas. Siswa diajak bermain sesuai dengan dialog mebalih topeng juga diberikan kesempatan mengenal beberapa topeng. Saat bermain siswa yang memenangkan permainan diberikan hadiah topeng yang sederhana. Siswa sangat antusias sekali saat diberikan permainan mereka terbahak-bahak saat melihat temannya salah memegang bagian tubuh yang salah saat diberikan instruksi yang benar mengenai tempat posisi busana yang dipakai oleh penarinya.

Topeng Bondres

Topeng Sidakarya

(23)

17 Topeng Dalem

Media yang digunakan akan memberikan pemahaman yag mudah pada siswa kelas 5 SD Negeri 1 Sinabun di tujukan bagi siswa yang belum pernah menonton tarian topeng. Sehingga siswa lebih mudah memahami cerita secara langsung. Metode yang cocok digunakan pada kelas ini adalah metode langsung. Menurut Iskandarwasid (2009: 64) metode langsung adalah belajar bahasa yang baik adalah dengan menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan demonstrasi, peragaan gerak, serta mimik secara langsung. Siswa diharapkan dengan metode ini mampu lebih memahami dan mengerti dialog mebalih topeng.

Siswa yang terbaik dalam permainan cepat-cepatan mengambil bagian tubuh tertentu dengan kosa kata dari masing-masing istilah yang terdapat dalam topeng. Permainan tersebut cepat-cepat (mebecat-becatan) mengambil bagian tubuh yang berkaitan dengan istilah yang terdapat di dalam topeng. Siswa yang menang mendapatkan hadiah topeng. Apabila siswa kurang memahami wacana dialog siswa diberikan penguatan dan kesempatan untuk bertanya.

3. Kegiatan Penutup

Guru dan siswa menarik kesimpulan tentang topeng tua yang rambut dan kumisnya putih dengan jalan yang tidak tegap atau sempoyongan, topeng bondres yang lucu. Guru memberikan latihan berupa PR yang harus diselesaikan. Guru menutup pelajaran dengan menghaturkan Parama Shanti Om. Shanti, Shanti, Shanti Om.

(24)

18 Kegiatan yang dilakukan guru di kelas 6 antara lain:

Adapun kegiatan proses pemelajaran yang dilakukan guru di kelas 4 antara lain: 1. Membuka Pelajaran

Saat masuk kelas diawali dengan mengucapkan salam pangan jail umat Hindu, “Om Swastiastu”. Guru melakukan kegiatan absensi kepada siswa. Materi yang diajarkan mengenai wacana yang berjudul, “Olas Asih” atau (kasih sayang), diperankan oleh seorang tokoh yang bernama, “Made Diarsa”. Dari materi ini banyak nilai karakter bangsa bisa disampaikan saan berlangsungnya pelajaran yang juga merupakan tujuan pembelajaran yang harus dipahami oleh siswa. Guru juga memberikan sedikit apresiasi terhadap materi “Olas Asih” atau (kasih sayang), dengan cara memotivasi siswa agar selalu berbuat baik. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar mau membaca ke depan kelas secara bersama. 2. Kegiatan Inti

Guru dalam melakukan pembelajaran menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan penggunaan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali). Pilihan kata yang digunakan sangat sederhana disesuaikan dengan pemahaman siswa tanpa mengurangi rasa mengurangi rasa hormat guru menggunakan bahasa madia dalam penggunaan bahasa Bali. Bahasa yang digunakan guru sebagai upaya untuk meningkatkan respons siswa. Adapun kegiatan inti yang dilakukan guru adalah:

2. Kegiatan inti 2.1 Ekplorasi

* Guru meminta mendengarkan dengan singkat.

* Guru dan siswa bekerjasama menceritakan sedikit pesan nilai karakter bangsa yang terkandung di dalam wacana (guru bercerita siswa mengulangnya).

2.2 Elaborasi

* Guru meminta pada salah satu siswa menceritakan wacana dengan singkat berkaitan dengan tema tokoh, watak, latar, tema atau makna cerita (metode langsung). * Siswa mampu ikut bermain berkaitan dengan wacan singkat I Made Diarsa dan

(25)

19 2.3 Konfirmasi

* Guru memberi pujian pada siswa yang tampil terbaik. * Guru memberi penguatan berupa remidi dan pengayaan.

* Guru memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum/ kurang dimengerti.

3. Kegiatan Penutup[…menit]

* Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi yang diajarkan.

* Guru menyarankan agar meniru prilaku I Made Diarsa yang peduli terhadap masyarakat kecil (para pengemis dan orang miskin).

* Guru juga mengingatkan bahwa semua perbuatan ada pahalanya. * Guru member 4 buah PR.

* Guru menutup pelajaran dengan parama santi, Om santi, santi, santi Om

Proses pembelajaran berjalan dengan baik selain guru yang kompeten dalam pembelajaran juga didikung oleh keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berjalan sesuai dengan Metode Respon Fisik Total. Menurut Iskandarwasid (2009: 64) pembelajaran dengan metode ini guru harus mampu sebagai pengarah tingkah laku. Fase proses pembelajaran dengan Respons Fisik Total adalah sebagai berikut:

1. Pengajar memberi perintah kepada beberapa peserta didik kemudian memperagakan bersama-sama.

2. Peserta didik mendemostrasikan perintah.

3. Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah. 4. Peserta didik belajar memberikan perintah.

Siswa pertama kali diarahkan membaca ke depan kelas wacana yang berjudul, “Olas Asih” (kasih sayang) sebagai awal pemahaman siswa terhadap isi wacana. Siswa dengan aktif mampu mengungkapkan pesan yang terkandung di dalam isi cerita dan guru mampu bersama siswa menggali nilai-nilai karakter bangsa yang diperankan oleh tokoh, “ I Made Diarsa”.

(26)

20

Keaktifan Siswa Dalam Menggali Nilai-Nilai Karakter Bangsa.

Nilai-Nilai Pada Cerita, “Melaksana Melah” (berbuat baik)

Setelah itu siswa diajak bermain cepat-cepatan sesuai dengan karakter yang ada dalam cerita, “Olas Asih” (kasih sayang). Teknik permainan disesuaikan dengan cerita dimana Made Diarsa membantu pengemis (gegendong) tidak bisa berjalan digendong diajak kerumahnya. Permainan tersebut juga mencerminkan nilai-nilai karakter bangsa yang bersifat kerja keras dengan cara menggendong teman menjawab soal yang berkaitan dengan tingkatan bahasa (anggah-ungguhing bahasa Bali). Permainan yang diberikan sedikit pun tidak mengganggu pelajaran justru meningkatkan minat siswa dalam belajar.

(27)

21

Mengambil soal menterjemahkan kata-kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita melaksana melah yang terlampir dalam materi di RPP.

Contoh kosa kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita melaksana melah yang terlampir dalam materi di RPP.

Guru memberikan konfirmasi dengan cara menanyakan hal-hal yang tidak dipahami siswa. Tujuan konfirmasi adalah siswa dapat memahami secara mendalam dari materi wacana yang berjudul, “Olas Asih” (kasih sayang) yang bisa dikaitkan dengan nilai karakter bangsa dan dituangkan pemahaman kosa kata tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali) dalam sebuah permainan untuk meningkatkan kemauan siswa dalam belajar Bahasa Bali.

Kesimpulan materi yang lebih di tonjolkan adalah siswa harus mampu meneladani sikap I Made Diarsa sebagai tokoh utama dalam cerita. Siswa diarahkan harus selalu berbuat baik karena akan mendapatkan pahala yang baik. Terakhir salam penutup sebagai permohonan suci semoga damai dalam lindungan Tuhan, “Om Shanti, Shanti, Shanti Om”.

(28)

22

2. Mewujudkan hari sabtu sebagai hari berbahasa halus yang dilakukan oleh semua pihak sekolah SD Negeri 1 Sinabun.

Kegiatan hari Sabtu sebagai hari berbahasa halus sudah disepakati secara lisan oleh kepala SD Negeri 1 Sinabun yang menjadi kontrolernya adalah guru bahasa Bali Ni Kadek Sukanewi, S. Ag. Namun dalam pelaksaannya siswa memang sangat sulit menggunakan dan memahami penggunaan bahasa alus. Melihat kondisi siswa dengan latar belakang lingkungan rumah mereka jarang menggunakan bahasa halus. Sekolah sebagai pengembang pendidikan bekerja sama dengan TIM P2M yang di ketuai oleh Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S. berupaya membangun strategi agar siswa memiliki karakter bangsa. Bahasa halus di lingkungan siswa memang tidak dianggap begitu penting. Mencari solusi dengan melakukan kegiatan menarik akan memancing dan menumbuhkembangkan keinginan siswa untuk menggunakan bahasa halus. Kegiatan yang dilakukan harus mudah terkontrol dengan capaian yang tepat dalam mencapai sasaran kegiatan. Bahasa halus yang menjadi pilihan bahasa yang digunakan adalah bahasa halus sedang (bahasa halus madia). Guru tidak mungkin menjajagi siswa satu per satu maka mereka dikumpulkan dalam sebuah kegiatan kelompok. Ada beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan ekstra maka mereka dibangun dalam kegiatan mendongen (mesatua), berbahasa halus sedang (alus madia) dan bermain.

Ketua TIM P2M Mendongeng (Mesatua), “I Lutung dadi Pecalang” (Monyet Menjadi Penjaga keamanan)

Secara efektif Ketua Tim P2M menggunakan bahasa halus sedang (alus madia) dalam membuka kegiatan mesatua dan mengarahkan siswa menggunakan bahasa halus sedang (alus madia) ketika berkomunikasi guru, orang tua, kakek, jero mangku yang ada di lingkungn

(29)

23

rumahnya. Siswa yang berada di dalam kelas sangat antusias mendengarkan bahkan juga ada yang menonton dari luar kelas seperti terlihat pada foto.

Setelah selesai mendongeng siswa diajak bermain komuni kata (ngaba pebesen) dengan menggunakan bahasa halus sedang (alus madia). Yang salah menyampaikan salam dihukum menirukan gerakan monyet (lutung). Pesan yang disampaikan, “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

Siswa yang salah menyampaikan Pesan dihukum menirukan sikap dan gerakan monyet (lutung)

Siswa memperagakan gerakan monyet (lutung) sambil berkata menggunakan bahasa halus sedang (alus madia), “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

Kegiatan ini sangat efektif dan mudah mengontrol siswa dalam menggunakan bahasa halus sedang (alus madia). Selain itu juga siswa dapat bermain dan mendengarkan dongeng. Sehingga kegiatan pada hari sabtu terisi dengan kegiatan yang positif dan efektif.

(30)

24

3. Permainan apa yang cocok sehingga siswa menyukai pembelajaran berkaitan dengan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) SD Negeri 1 Sinabun ?

Apapun permainan yang dilakukan siswa bisa saja asal aman dan tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Permainan yang cocok dengan siswa harus sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa yang didasarkan atas etika semangat dan kompetisi yang baik. Permainan yang merugikan siswa baik dari segi mental merusak lingkungan itu tidak baik dilakukan. Guru dalam proses pembelajaran harus mampu memilih permainan yang cocok dan sesuai dengan materi pelajaran. Permainan yang sudah diberikan oleh TIM P2M Pendidikan Berkarakter adalah Macepetan (cepat-cepatan).

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah Macepetan nyemak sarwa ane ada di raga (cepat-cepatan mengambil bagian yang ada dalam tubuh) dikaitkan pelajaran kosa kata yang terdapat pada busana penari yang disesuaikan dengan judul materi, “Mabalih Topeng” (menonton topeng).

Kegiatan Kedua dilakukan dengan Macepetan Gandong (cepat-cepatan menggendong) dilakukan oleh dua pasang pemain. Tiap pasang terdiri dari yang menggendong dan tergendong. Permainan ini dikaitkan dengan menterjemahkan kosa kata lepas hormat (kruna andap) ke kosa kata halus sedang (alus madia).

Siswa menggendong temannya

Mengambil soal menterjemahkan kata-kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita, “melaksana melah”.

(31)

25

Contoh kosa kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita “Olas Asih” atau (kasih sayang). Terjemahan yang benar sesuai dengan yang diharapkan.

Permainan ketiga adalah ngaba pabesen (komuni kata) permainan ini terdapat pada televisi yang memiliki karakter bangsa nilai kejujuran dalam menyampaikan pesan tidak dikurangi dan tidak dilebihkan pesan yang ingin disampaikan. Adapun kegiatan ini dilakukan saat kegiatan hari sabtu.

Pesan yang disampaikan, “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

(32)

26

Siswa yang salah menyampaikan Pesan dihukum menirukan sikap dan gerakan monyet (lutung)

Siswa memperagakan gerakan monyet (lutung) sambil berkata menggunakan bahasa halus sedang (alus madia), “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

Permainan keempat adalah kulkuk. Menurut Taro (dalam Suarka, 2011: 67) permainan “Kulkuk” adalah permainan kreasi baru yang menceritakan permainan rakyat yang mengisahkan pertarungan lari antara siput (kakul) dengan menjangan. Pada kegiatan P2M Berkarakter bangsa permainan ini di modifikasi pada satua, “Cek-cek Macentok Melaib Ajak Kidang” (Cicak berlomba lari dengan kidang). Nilai karakter bangsa yang bisa dibangun adalah kerja keras. Kerja keras merupakan prilaku yang sungguh sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan. Berikut permainannya melalui rekaman foto.

Kegiatan dimulai dengan mendongeng “Cek-cek Macentok Melaib Ajak Kidang” (Cicak berlomba lari dengan kidang). Dengan ekspresi menarikan seekor kijang.

(33)

27 Mulai mengatur arena balapan

Membuat dua arena balapan yang sederhana dan aman

Siswa yang memakai topi cicak dan kidang sebagai peserta “Kulkuk” akan mengambil kertas dan mengumpulkannya ke dalam ember.

(34)

28

Siswa mengambil kertas dan dimasukkan ke dalam ember siapa yang terlebih dahulu selesai dan menaruh kertas paling banyak ke dalam ember dialah menjadi pemenang.

Nah itulah jenis permainan yang cocok untuk para siswa selain berkompetisi secara sehat permainan ini di jamin aman mereka lakukan. Permainan ini bisa membangun karakter bangsa yang berjiwa kerja keras, menghargai prestasi, dan jujur. Banyak lagi permainan yang perlu dimodifikasi guna mendukung aktifitas pemelajaran bahasa Bali agar siswa memiliki minat dan respon yang baik terhadap bahasa Bali.

b. Pembahasan

Temuan yang peroleh dalam P2M karakter bangsa ini disesuaikan dengan tujuan pengabdian. Adapun tujuan pengabdian adalah:

1. Diharapkan dapat memberikan teknis pelatihan penggunaan metode dan media yang tepat di berikan guru bahasa Bali pada materi tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali) di kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 1 Sinabun.

2. Mewujudkan hari sabtu sebagai hari berbahasa alus yang dilakukan oleh semua pihak sekolah SD Negeri 1 Sinabun.

3. Memberikan pelatihan permainan yang cocok sehingga siswa menyukai pembelajaran berkaitan dengan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing basa Bali).

Metode adalah cara operasional yang digunakan guru dalam pembelajaran guru bahasa Bali SD Negeri 1 Sinabun saat mengajar menggunakan dua metode yaitu Metode Respon Fisik Total Dan Metode Langsung. Kedua metode ini sangat efektif dalam pembelajaran bahasa khususnya digunakan untuk memahami sebuah kosa kata tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali) maka digunakanlah Metode Respon Fisik Total. Metode ini digunakan untuk memperagakan perintah guru dan siswa menirukan perintah apa yang disampaikan guru. Selanjutnya siswa mendemonstrasikan perintah guru. Metode Langsung digunakan untuk membaca, memerankan dialog secara langsung sehingga siswa

(35)

29

dapat memahami isi dari dialog meski dialog tersebut menggunakan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali). Secara teknis penerapan sebuah metode harus melalui perencanaan yang baik melalui pembuatan RPP.

Hari Sabtu sebagai hari yang efektif digunakan sebagai hari berbahasa halus. Hari Sabtu sebagai hari pengembangan minat dan bakat siswa memiliki waktu yang banyak dalam pengembangan belajar siswa berbahasa halus. Temuan yang diperoleh dalam pengabdian ini adalah hari sabtu sebagai hari berbahasa halus harus diisi dengan kegiatan mendongeng, bermain, dan berbahasa halus sebagai media penyampaianya apabila tidak dimengerti bisa menggunakan bahasa yang dipahami oleh siswa seperti bahasa andap (lepas hormat). Perlunya pengarahan agar mudah mengawasi, siswa yang diawasi satu persatu di luar kelas dalam komunikasinya sangat sulit untuk dikendalikan karena jumlah siswa cukup banyak pada tempat yang berbeda. Siswa yang tidak mengikuti ekstra kulikuler karena minat dan bakat mereka kurang dapat diarahkan secara bersama-sama bermain sambil belajar berbahasa halus.

Permainan yang cocok untuk para siswa selain berkompetisi secara sehat permainan ini di jamin aman mereka lakukan. Temuan yang diperoleh dari TIM P2M Karakter Bangsa permainan yang diberikan kepada siswa dapat membangun karakter bangsa yang berjiwa kerja keras, menghargai prestasi, dan jujur. Banyak lagi permainan yang perlu dimodifikasi guna mendukung aktifitas pemelajaran bahasa Bali agar siswa memiliki minat dan respon yang baik terhadap bahasa Bali. Guru juga diberikan kesempatan untuk membuat dan menciptakan permainan yang sederhana guna membantu pemahaman siswa dalam belajar bahasa Bali sehingga pembelajaran menjadi menarik. Permainan yang diperagakan adalah Permainan Macepetan nyemak sarwa ane ada di raga (cepat-cepatan mengambil bagian yang ada dalam tubuh) dikaitkan pelajaran kosa kata yang terdapat pada busana penari yang sesuai dengan judul materi. Macepetan Gandong (cepat-cepatan menggendong) dilakukan oleh dua pasang pemain. Tiap pasang terdiri dari yang menggendong dan tergendong. Permainan ini dikaitkan dengan menterjemahkan kosa kata lepas hormat (kruna andap) ke kosa kata halus sedang (alus madia). Permainan ketiga adalah ngaba pabesen (komuni kata) permainan ini terdapat pada televisi yang memiliki karakter bangsa nilai kejujuran dalam menyampaikan pesan tidak dikurangi dan tidak dilebihkan pesan yang ingin disampaikan. Permainan “Kulkuk” adalah permainan kreasi baru yang menceritakan permainan rakyat yang mengisahkan pertarungan lari antara siput (kakul) dengan menjangan. Pada kegiatan P2M

(36)

30

Berkarakter bangsa permainan ini di modifikasi pada satua, “Cek-cek Macentok Melaib Ajak Kidang” (Cicak berlomba lari dengan kidang).

(37)

31 BAB IV PENUTUP

a. Simpulan

Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran guru bahasa Bali SD Negeri 1 Sinabun saat mengajar menggunakan dua metode yaitu Metode Respon Fisik Total Dan Metode Langsung. Kedua metode ini sangat efektif dalam pembelajaran bahasa khususnya digunakan untuk memahami sebuah kosa kata tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali) maka digunakanlah Metode Respon Fisik Total. Metode ini digunakan untuk memperagakan perintah guru dan siswa menirukan perintah apa yang disampaikan guru. Selanjutnya siswa mendemonstrasikan perintah guru. Metode Langsung digunakan untuk membaca, memerankan dialog secara langsung sehingga siswa dapat memahami isi dari dialog meski dialog tersebut menggunakan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali). Secara teknis penerapan sebuah metode harus melalui perencanaan yang baik melalui pembuatan RPP.

Temuan yang diperoleh dalam pengabdian ini adalah hari sabtu sebagai hari berbahasa halus harus diisi dengan kegiatan mendongeng, bermain, dan berbahasa halus sebagai media penyampaianya apabila tidak dimengerti bisa menggunakan bahasa yang dipahami oleh siswa seperti bahasa andap (lepas hormat). Perlunya pengarahan agar mudah mengawasi, siswa yang diawasi satu persatu di luar kelas dalam komunikasinya sangat sulit untuk dikendalikan karena jumlah siswa cukup banyak pada tempat yang berbeda. Siswa yang tidak mengikuti ekstra kulikuler karena minat dan bakat mereka kurang dapat diarahkan secara bersama-sama bermain sambil belajar berbahasa halus.

Temuan yang diperoleh dari TIM P2M Karakter Bangsa permainan yang diberikan kepada siswa dapat membangun karakter bangsa yang berjiwa kerja keras, menghargai prestasi, dan jujur. Banyak lagi permainan yang perlu dimodifikasi guna mendukung aktifitas pemelajaran bahasa Bali agar siswa memiliki minat dan respon yang baik terhadap bahasa Bali. Guru juga diberikan kesempatan untuk membuat dan menciptakan permainan yang sederhana guna membantu pemahaman siswa dalam belajar bahasa Bali sehingga pembelajaran menjadi menarik. Permainan Macepetan nyemak sarwa ane ada di raga (cepat-cepatan mengambil bagian yang ada dalam tubuh) dikaitkan pelajaran kosa kata yang

(38)

32

terdapat pada busana penari yang sesuai dengan judul materi. Macepetan Gandong (cepat-cepatan menggendong) dilakukan oleh dua pasang pemain. Tiap pasang terdiri dari yang menggendong dan tergendong. Permainan ini dikaitkan dengan menterjemahkan kosa kata lepas hormat (kruna andap) ke kosa kata halus sedang (alus madia). Permainan ketiga adalah ngaba pabesen (komuni kata) permainan ini terdapat pada televisi yang memiliki karakter bangsa nilai kejujuran dalam menyampaikan pesan tidak dikurangi dan tidak dilebihkan pesan yang ingin disampaikan. Permainan “Kulkuk” adalah permainan kreasi baru yang menceritakan permainan rakyat yang mengisahkan pertarungan lari antara siput (kakul) dengan menjangan. Pada kegiatan P2M Berkarakter bangsa permainan ini di modifikasi pada satua, “Cek-cek Macentok Melaib Ajak Kidang” (Cicak berlomba lari dengan kidang).

b. Saran

Diharapkan melaui P2M ini guru mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat di SD Negeri 1 Sinabun khususnya dan sekolah SD lain umumnya pada bidang pengajaran bahasa Bali. Guru diharapkan memilih dan menggunakan metode pengajaran bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi keadaan dan kemampuan daya serap siswa. Guru dan siswa bekerja sama menggunakan hari Sabtu sebagai hari berbahasa halus khususnya di sekolah-sekolah SD yang ada di Bali. Diupayakan bahasa Bali semakin dicintai dengan cara mampu menggunakan bahasa Bali yang sesuai dengan tingkatan bahasa Bali (anggah-ungguhing bahasa Bali). Guru, siswa, orang tua, masyarakat mau berupaya melestarikan bahasa Bali melalui kegiatan mendongeng dan permainan masyarakat Bali yang sekarang langka sekali dimainkan oleh anak-anak.

(39)

33

Daftar Pustaka

Bagus, I Gusti Ngurah. 1978. Unda Usuk Bahasa Bali. Denpasar: Tim Peneliti Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Iskandarwasid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Medra, I Nengah dkk. 2003. Imba Mebebaosan Ngangge Bahasa Bali. Denpsar: Dinas Kebudayaan Propinsi Bali.

Naryana, Udara Ida Bagus. 1983. Anggah-Ungguhing Basa Bali dan Peranannya Sebagai Alat Komunikasi Bagi Masyarakat Suku Bali. Denpasar: Fakultas Sastra Unud. Rasna, I Wayan.1996. Dampak Penggunaan Ragam Bahasa Penutur Terhadap Sikap Mitra

Tutur dalam Proses Komunikasi Intraetnik: Sebuah Analisis Sosiolinguistik dari Komunikasi Siswa Kelas I SMA Negeri di Bali. Bandung: Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Pendidikan Bandung.

Suarka, I Nyoman, dkk. 2011. Nilai Karakter Bangsa Dalam Permainan Tradisional Anak-Anak Bali. Kementerian Kebudayaan dan Kepariwisataan RI Pusat Kajian Bali Universitas Udayana.

Suandi, I Nengah.1996. Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Bali Alus Kaum Remaja Di Kota Singaraja. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Suasta, Ida Bagus Made. 2001. Berpidato dengan Bahasa Bali. Denpasar: Unud.

Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Citra Adi Parama.

(40)

34 Lampiran a. Absensi Peserta Kegiatan

ABSENSI PESERTA TIM P2M

DARI TANGGAL 14 SEPTEMBER 2013-14 OKTOBER 2013.

PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL No. Nama Dosen Pengawasan

Di Kelas dan Kegiatan Extra

Hari dan tanggal kehadiran

tanda tangan

1. Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S. 4, 5, dan 6 Kegiatan Extra Kamis, 3 Oktober 2013. Jumat, 4 Oktober 2013. Sabtu, 12 Oktober 2013. Senin, 14 Oktober 2013. 2. Ida Bagus Rai, S.S., M. Pd. 4 Kamis, 3

Oktober 2013. 3. Ida Bagus Manik Putra

Aryana, S.S., M. Si.

5 Jumat, 4 Oktober 2013. 4. Ida Ayu Sukma Wirani, S.S.,

M. Pd.

6 Senin, 14 Oktober 2013. 5. I Ketut Paramartha, S.S., M.

Hum.

Kegiatan Extra Sabtu, 12 Oktober 2013.

(41)

35

ABSENSI PESERTA P2M GURU SD NEGERI 1 SINABUN DARI TANGGAL 14 SEPTEMBER 2013-14 OKTOBER 2013.

PENGEMBANGAN SEKOLAH BERKARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL No. Nama Guru Bahasa Bali SD

No. 1 Sinabun

Pengawasan Di Kelas dan Kegiatan Extra

Hari dan tanggal kehadiran

tanda tangan

1. Ni Kadek Sukanewi, S. Ag. 4, 5, dan 6 Kegiatan Extra Kamis, 3 Oktober 2013. Jumat, 4 Oktober 2013. Sabtu, 12 Oktober 2013. Senin, 14 Oktober 2013.

(42)

36 b. Foto Kegiatan

Penyerahan Buku Pradnya Sari kelas 4, 5, 6 sebanyak 150 buah.

(43)

37 Berfoto bersama TIM P2M

Keaktifan Siswa Dalam Menggali Nilai-Nilai Karakter Bangsa.

(44)

38

Ketua TIM P2M Mendongeng (Mesatua), “I Lutung dadi Pecalang” (Monyet Menjadi Penjaga keamanan)

Setelah selesai mendongeng siswa diajak bermain komuni kata (ngaba pebesen) dengan menggunakan bahasa halus sedang (alus madia). Yang salah menyampaikan salam dihukum menirukan gerakan monyet (lutung). Pesan yang disampaikan, “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

Siswa yang salah menyampaikan Pesan dihukum menirukan sikap dan gerakan monyet (lutung)

Siswa memperagakan gerakan monyet (lutung) sambil berkata menggunakan bahasa halus sedang (alus madia), “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

(45)

39 Siswa menggendong temannya

Mengambil soal menterjemahkan kata-kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita, “melaksana melah”.

Contoh kosa kata dari kata andap (lepas hormat) ke kata halus yang terdapat dalam cerita “Melaksana Melah”. Terjemahan yang benar sesuai dengan yang diharapkan.

Pesan yang disampaikan, “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

(46)

40

Siswa yang salah menyampaikan Pesan dihukum menirukan sikap dan gerakan monyet (lutung)

Siswa memperagakan gerakan monyet (lutung) sambil berkata menggunakan bahasa halus sedang (alus madia), “Ratu Prabu Singa tiang I Lutung jagi matur” (Raja Prabu Singa saya monyet mau melapor).

Berikut permainannya melalui rekaman foto.

Kegiatan dimulai dengan mendongeng “Cek-cek Macentok Melaib Ajak Kidang” (Cicak berlomba lari dengan kidang). Dengan ekspresi menarikan seekor kijang.

(47)

41 Mulai mengatur arena balapan

Membuat dua arena balapan yang sederhana dan aman

Siswa yang memakai topi cicak dan kidang sebagai peserta “Kulkuk” akan mengambil kertas dan mengumpulkannya ke dalam ember.

(48)

42

Siswa mengambil kertas dan dimasukkan ke dalam ember siapa yang terlebih dahulu selesai dan menaruh kertas paling banyak ke dalam ember dialah menjadi pemenang.

(49)

43 c. Peta Lokasi

(50)

44 9 Rancangan Evaluasi

Adapun rancangan evaluasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

No Nama Kegiatan Indikator Capaian Hasil Keterangan 1. Metode dan media yang

digunakan guru dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan metode dan media pembelajaran. Dalam proses. Jika berhasil perlu di tingkatkan bila tidak di cari apa

(51)

45

penyebabnya. 2. Menggunakan Bahasa Bali

alus madia yang ditingkatkan ke Bahasa Bali Alus pada hari Sabtu.

Dapat menggunakan bahasa Bali alus madia dan meningkat ke bahasa Bali alus pada hari sabtu.

Dalam proses Keberhasilannya dilakukan melalui kerjasama dengan semua pihak sekolah. 3. Permainan yang cocok

dengan tingkatan bahasa Bali.

Guru diharapkan mampu mencari dan menciptakan

permainan baru yang cocok dengan

tingkatan bahasa Bali.

Dalam proses Berupaya membangun kecintaan pada tingkatan bahasa Bali melalui permainan.

(52)

46 10. Rencana dan Jadwal Kerja

1. Format Jadwal Pengabdian 2013

No. Kegiatan Bulan

Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt 1. Penyeleksian administrasi dan penandatanganan kontrak pengabdian. X 2. Pembuatan instrumen program pengabdian dan perangkat yang dibutuhkan. X X 3. Pengumpulan Data melalui pelaksanaan program sesuai dengan masalah yang ada. X X X X X 4. Pengolahan Data X 5. Penyusunan Draf Laporan Awal X 6. Seminar Draf Laporan Awal X 7 Laporan evaluasi dan kemajuan setelah diberikan pelatihan. X 8. Penyerahan Laporan 14 Oktober 2013 Laporan akhir dan artikel 31 0ktober 2013 X

(53)

47 11 Organisasi Pelaksana

Ketua Pelaksana I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama lengkap dengan gelar Ida Bagus Made Ludy Paryatna, S.S.

1.2 Jabatan fungsional Asisten Ahli

1.3 NIP 198306172008121004

1.4 Tempat dan tanggal lahir Cucukan, 17 Juni 2008

1.5 Alamat rumah Perum Giri Mas Asri Blok B/14. Desa Giri Mas, Sawan Singaraja Bali.

1.6 Nomor telepon

1.7 Nomor HP 081933114834

1.8 Alamat kantor Jl. A. Yani 67 Singaraja-Bali

1.9 Nomor telepon (0366)23615

1.10 Alamat e-mail idabagusludy@yahoo.com

1.11 Lulusan yang telah dihasilkan

1.12 Mata kuliah yang diampu

1.Berbicara Bahasa Bali 1

2. Berbicara Bahasa Bali 2

(54)

48 1. Anggota

CURRICULUM VITAE I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama lengkap dengan gelar Ida Bagus Rai, S.S. 1.2 Jabatan fungsional Asisten Ahli

1.3 NIP 196802042008011009

1.4 Tempat dan tanggal lahir Sidemen, 4 Februari 1968

1.5 Alamat rumah Perum Giri Mas Asri Blok A /12 Desa Giri Mas, Sawan, Singaraja-Bali

1.6 Nomor telepon

1.7 Nomor HP 085737596200- 087863183422 1.8 Alamat kantor Jl. A. Yani 67 Singaraja-Bali 1.9 Nomor telepon (0362)22570

1.10 Alamat e-mail Ibrai_cangapit@yahoo.com 1.11 Lulusan yang telah dihasilkan

1.12 Mata kuliah yang diampu 1. Pasang Aksara Bali 2.Menulis Aksara Bali 1 3. Menulis Aksara Bali 2 4. Menulis Aksara Bali 3

(55)

49 3. Anggota

CURRICULUM VITAE

I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama lengkap dengan gelar Ida Ayu Sukma Wirani,S.S., 1.2 Jabatan fungsional Asisten Ahli,Penata Muda /IIIa

1.3 NIP 198312152008122002

1.4 Tempat dan tanggal lahir Banjar, 15 Desember 1983 1.5 Alamat rumah Br.Dinas Ambengan, Kec.Banjar

Kab.Buleleng, Singaraja-Bali

1.6 Nomor telepon -

1.7 Nomor HP 081916113948

1.8 Alamat kantor Jl. A. Yani 67 Singaraja-Bali 1.9 Nomor telepon (0362)22570

1.10 Alamat e-mail dayusukma@rocketmail.com 1.11 Lulusan yang telah dihasilkan S1 (Bahasa dan Sastra Daerah Bali)

1.12 Mata kuliah yang diampu 1. Sejarah Kesusastraan Bali 2.Penulisan Fiksi

(56)

50 4. Anggota

1. Identitas Diri

1.1 Nama Lengkap (dengan gelar) I Ketut Paramarta, S.S., M.Hum 1.2 Jenis Kelamin Laki-Laki

1.3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

1.4 NIP 198212082008011005

1.5 Tempat dan Tanggal Lahir Sulahan, 8 Desember 1982

1.6 Alamat Rumah Jln Sekar Jepun VIII B5 Gatsu Timur, Denpasar-Bali

1.7 Nomor Telepon/Fax -

1.8 Nomor HP 0818563865

1.9 Alamat Kantor Jln. Udayana No.11 Singaraja 1.10 Nomor Telepon/Fax (0362) 21541/ (0362) 27561 1.11 Alamat E-mail ketutgembel@yahoo.co.id 1.12 Lulusan yang dihasilkan

1.13 Mata Kuliah yang diampu 1. Pengantar Linguistik 2. Wacana Bahasa Bali 3. Pembinaan bahasa Bali 4. Sosiolinguistik

(57)

51 12 Rencana Biaya Anggaran Pengabdian

1. Honor Pelaksanaan

No. Jenis Pengeluaran Vol. Harga Satuan (Rp)

Harga Seluruhnya (Rp)

1. Honor Ketua 5 kali penyaji pelatihan

200.000 1.000.000

2. Honor Anggota 5 kali penyaji pelatihan

50.000 250.000

3. Honor Anggota 5 kali penyaji pelatihan

50.000 250.000

4. Honor Anggota 5 kali penyaji pelatihan

50.000 250.000

5. Honor Anggota 5 kali penyaji pelatihan

50.000 250.000

6. Honor Pengawasan Kepala Sekolah

5 kali pengawasan

100.000 500.000

7. Honor Pengawasan dan Pelatian Guru mata Pelajaran

5 kali pelatihan 100.000 500.000

(58)

52

2. Bahan Pakai Habis

No. Jenis Pengeluaran Vol. Harga Satuan (Rp) Harga Seluruhnya (Rp) 1. Kertas HVS A4 5 rim 30.000 150.000 2. Bolpoint 5 2.000 10.000 3. Pensil 5 2.000 10.000

4. Catrid Priter Canon 1 buah 250.000 250.000

5. Stopmap 10 buah 1.000 10.000

6. Kompack disk 2 25.000 50.000

7. Penghapus 5 buah 2.000 10.000

8. Stapeles Ukuran No. 3 2 25.000 50.000 9. Stapeles Ukuran No. 10 2 40.000 80.000

10. Isi Stapeles No. 3 5 3.000 15.000

11. Isi Staples Ukuran 10 5 4.000 20.000

12. Box File 3 20.000 60.000

13. Tinta Printer 3 25.000 75.000

Jumlah Komponen 790.000

3. Transportasi

No. Jenis Pengeluaran Vol. Harga Satuan (Rp)

Harga Seluruhnya (Rp) 1. Transportasi:

-Transportasi dan konsumsi meminta izin melakukan pengabdian kepada kepala sekolah dan mengumpulkan data.

-Transportasi dan konsumsi pengadaan buku.

(59)

53 -Transportasi

Pengadaan bahan/ alat

-Transportasi Pengadaan kopian (foto kopi) 1 1 5 100.000 50.000 10.000 100.000 50.000 50.000 Jumlah Komponen 300.000

4. Peralatan Media Buku Pelajaran No. Jenis Pengeluaran Vol. Harga Satuan

(Rp)

Harga Seluruhnya (Rp)

1. Buku Pelajaran Bahasa Bali Kelas 4, 5, 6

125 20.000 2.500.000

5. Biaya lain-lain

No. Jenis Pengeluaran Vol. Harga Satuan Harga seluruhnya a. Seminar dan monev

internal: (a) Konsumsi 5x 5.000 25.000,00 (b) Fotokopi 5x 5.000 25.000,00 (c) Biaya komunikasi 10.000,00 Jumlah 60.000,00 b. Administrasi 80.000,00 c. pembimbingan 120.000,00 d. Produksi Laporan Kemajuan

(a) Fotokopi Draf Pengabdian

(60)

54 (b) Fotokopi laporan pengabdian 6x 50.000,00 300.000,00 (c) Produksi rancangan luaran (1) Buku Ajar (2) Penerbitan artikel 10x 3x 20.000,00 20.000,00 200.000,00 60.000,00 Jumlah 910.000,00

REKAPITULASI BIAYA PENGABDIAN MASYARAKAT

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan

1. Honor 3.000.000

1. Bahan Habis Pakai 790.000

2. Transportasi 300.000

3. Peralatan media buku pelajaran 2.500.000

3. Biaya lain-lain 910.000

Total Anggaran Keseluruhan 7.500.000,00

(61)

55

Daftar Pustaka

Bagus, I Gusti Ngurah. 1978. Unda Usuk Bahasa Bali. Denpasar: Tim Peneliti Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Iskandarwasid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Medra, I Nengah dkk. 2003. Imba Mebebaosan Ngangge Bahasa Bali. Denpsar: Dinas Kebudayaan Propinsi Bali.

Naryana, Udara Ida Bagus. 1983. Anggah-Ungguhing Basa Bali dan Peranannya Sebagai Alat Komunikasi Bagi Masyarakat Suku Bali. Denpasar: Fakultas Sastra Unud. Rasna, I Wayan.1996. Dampak Penggunaan Ragam Bahasa Penutur Terhadap Sikap Mitra

Tutur dalam Proses Komunikasi Intraetnik: Sebuah Analisis Sosiolinguistik dari Komunikasi Siswa Kelas I SMA Negeri di Bali. Bandung: Program Studi Pengajaran Bahasa Indonesia Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Pendidikan Bandung.

Suandi, I Nengah.1996. Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Bali Alus Kaum Remaja Di Kota Singaraja. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Suasta, Ida Bagus Made. 2001. Berpidato dengan Bahasa Bali. Denpasar: Unud.

Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Citra Adi Parama.

Gambar

Gambar 1.4 : desain pengembangan pendidikan secara mikro.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa Sekolah Luar Biasa B Singaraja, hasil kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dan ketrampilan dalam membuat lenan rumah

Dari cara-cara tersebut, menulis karya ilmiah bagi kebanyakan guru termasuk guru SD masih merupakan kegiatan yang sulit dilakukan sehingga perlu adanya banyak

Contoh: program pembangunan “mengalokasikan sumberdaya dari kegiatan ekonomi yang produktivitasnya rendah ke kegiatan ekonomi yang produktivitasnya tinggi" dan ”usaha

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu 1)

inj : Hanya untuk nyeri sedang hingga berat yang tidak respon dengan opioid lainnya dan harus diberikan oleh tim medis yang dapat melakukan resusitasi.. patch : Untuk nyeri

Hanya untuk pemakaian pada tindakan anestesi atau perawatan di Rumah Sakit dan untuk mengatasi nyeri kanker yang tidak respon terhadap analgetik non narkotik atau nyeri pada

Pada realisasi Pendistribusian BBM Tahun 2017 dari H-15 s.d H-1, terdapat kenaikan yang signifikan terjadi pada hari ke-7 (H-9) dengan kenaikan sebesar 64% apabila

selain itu juga solusi untuk buah pinang yang masuk di bilah pengantar di mungkinkan karena jarak bilah pengantar dengan mata pisau terlalu masuk kedalam bilah pengantar,