• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar fisika berbasis inkuiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar fisika berbasis inkuiri."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 189 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS INKUIRI

PADA MATERI FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

1*)

Rameyanti Tampubolon, 2) Sahyar, 2) Makmur Sirait 1)

Alumni Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan.

2)

Dosen Pascasarjana Prod Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan

*

email : rameyanti.tampubolon@yahoo.co.id.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas, respon, dan hasil belajar siswa pada materi fluida statis berbasis inkuiri berdasarkan standart BSNP.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Sampel penelitian ini adalah kelas X IPA2 SMA Swasta

PRIMBANA Medan pada bulan Maret–April 2015 dengan jumlah siswa 30 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu 1) menggunakan lembar validasi bahan ajar berupa angket yang divalidkan oleh tim ahli, 2) lembar penilaian respon siswa berupa angket, 3) lembar observasi aktivitas siswa yaitu psikomotorik dan afektif yang dinilai oleh 2 guru, 4) soal yang disusun dan telah divalidkan berupa 5 pertanyaan setiap pertemuan.

Hasil menunjukkan: Ada peningkatan aktivitas belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar Fisika berbasis Inkuiri pada materi Fluida Statis, yaitu pada pertemuan pertama diperoleh 67,50 dengan kategori “cukup aktif”, pertemuan kedua diperoleh 79,58 dengan kategori “aktif”, dan pertemuan ketiga diperoleh 88,85 dengan kategori “sangat aktif”. Ada peni\ngkatan respon belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar Fisika berbasis Inkuiri pada materi Fluida Statis, pada pertemuan pertama diperoleh 59,24 dengan kategori “cukup baik”, pertemuan kedua diperoleh 77,99 dengan kategori “baik”, dan pada pertemuan ketiga diperoleh 84,091 dengan kategori “sangat baik”. Ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar Fisika berbasis Inkuiri pada materi Fluida Statis. Hasil belajar siswa dilakukan gain ternormalisasi yaitu gain pertama sebesar 0,336 kategori “sedang”, gain kedua sebesa 0,432 kategori “sedang”, dan gain ketiga sebesar 0,792 kategori “tinggi”. Hake (1999).

Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar fisika berbasis inkuiri. Abstract

This research aimed to analyze the developed teaching materials so could improve the activity, response, and learning outcomes of students in static fluid material based on inquiry which was suitable to BSNP standard

The research method was Research and Development. The sample was Class X IPA2 SMA Swasta PRIMBANA Medan on March-April in 2015 totalling of thirty students. The instruments used to collect the data were 1) validation sheet of teaching material in questionaire type which was validated by the experts, 2) assessment sheet of students’ response in questionaire type, 3) observation sheet of students’ activity consist of psychomotor and affective which was assed by two teachers, 4) essay test which was prepared and validated consist of five problems in each meeting.

(2)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 190

The result showed: There was the improvement of students’ learning activity after using the physics teaching material based on inquiry in static fluid material. It meant in meeting I was 67.50 with moderate category, 79.58 in meeting II with active category, and 88.85 in meeting III with very active category. There was the improvement of student’s learning response after using the physics teaching material based on inquiry in static fluid material. It meant in meeting I was 59.24 with moderate category, 77.99 in meeting II with good category, and 84.091 in meeting III with very good category. There was the improvement of students’ learning outcomes after using the physics teaching material based on inquiry in static fluid material. The students’ learning outcomes was conducted normalized gain, the first gain was 0.336 with moderate category, the second gain was 0.432 with moderate category, and the third gain was 0.792 with high category. Hake (1999).

Keywords: Development of physic teaching material based on inquiry A. Pendahuluan

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pendidikan juga merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berfikir global (think globally), dan mampu bertindak local (act locally), serta dilandasi oleh akhlak yang mulia. (Bhawayasa, 2011)

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional adalah meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu dengan melakukan penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran pendidikan, sumber belajar, kurikulum, sarana dan prasarana yang memadai, serta didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah dengan mendesentralisasikan pendidikan ke daerah kota dan kabupaten dengan konsep otonomi daerah.

Kenyataannya di lapangan menunjukkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Rendahnya mutu pendidikan telah melingkupi banyak bidang studi termasuk diantaranya bidang studi Fisika. Dari observasi yang telah dilakukan peneliti di Sekolah SMA swasta Primbana Medan dapat dilihat betapa rendahnya nilai yang didapat peserta didik kelas X, dapat dilihat nilai akhir yang dicapai siswa rata-rata berada di bawah angka 7,0. Nilai ini belum dapat dibilang berhasil bila dibandingkan dengan nilai standart kelulusan minimal 7,5 pada materi pelajaran Fisika yang telah ditetapkan pihak sekolah berdasarkan kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan oleh beberapa aspek diantaranya sebagai berikut: 1)Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia sering berubah, sehingga pendidik dan peserta didik merasa kesulitan beradaptasi dalam proses belajar mengajar; 2)Model yang digunakan kurang tepat, sehingga belajarnya kurang menarik bagi peserta didik; 3)Sumber belajar seperti buku teks terbatas dan kurang menarik untuk dibaca atau ditelusuri oleh peserta didik.

Untuk tercapainya pembelajaran Fisika, pendidik mencoba mengembangkan bahan ajar sendiri. Pengembangan bahan ajar dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. (Depdiknas, 2008). Menurut Santyasa (2009) keuntungan penerapan bahan ajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi peserta didik, 2) Setelah dilakukan evaluasi, pendidik dan peserta didik mengetahui benar, 3) Peserta didik mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya;

(3)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 191

4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester, dan 5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan ajar disusun menurut jenjang akademik. Salah satu cara untuk menghasilkan bahan ajar yang menarik adalah dengan menerapkan bahan ajar berbasis inkuiri.

Penelitian yang terkait dengan pengembangan bahan ajar dan model inkuiri yang telah berhasil diteliti sebelumnya diantaranya sebagai berikut: penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, dkk (2013) menyatakan bahwa: hasil bahan ajar fisika berbasis model pembelajaran REACT pada pokok bahasan fluida untuk siswa SMA kelas XI memiliki kriteria layak. Ahmad (2013) dalam penelitian, menyatakan bahwa hasil bahan ajar yang dikembangkan berkategori valid, respon belajar siswa memiliki peningkatan, dan efektivitas pembelajaran memiliki kriteria efektif. Wahyudi, dkk (2014), menyatakan hasil bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan respon siswa dengan kriteria yang sangat baik. Winarni, dkk (2013) menyatakan bahwa: (1) kualitas modul yang dikembangkan termasuk dalam kategori “sangat baik” dilihat dari komponen materi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafisan berdasarkan validator dari ahli dan teman sejawat; (2) modul yang dikembangkan, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Rata-rata nilai siswa sesudah menggunakan modul lebih tinggi daripada Rata-rata-Rata-rata nilai siswa sebelum menggunakan modul. Jaya (2012) dalam penelitian, menyatakan hasil tersebut bahan ajar yang dikembangkan layak dengan kriteria sangat baik. Darmayanti (2012), menyatakan hasil penggunaan buku siswa berbasis inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan respon belajar siswa. Septiani (2013) dalam penelitiannya menyatakan hasil tersebut adalah nilai validitasnya sangat valid, bahan ajar sangat praktis dan sangat efektif, dan meningkatkan hasil belajar siswa. Susetyo (2008) dalam penelitian, menyatakan penelitian ini dilakukan melalui uji coba bertingkat dan hasil penerapan perangkat menunjukkan kecenderungan pembiasaan bekerja ilmiah pada diri siswa mulai tumbuh dan respon sikap siswa terhadap model pembelajaran secara umum sangat baik. Fauziah (2013), menyatakan hasil penelitian bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Suatu bahan ajar seperti halnya modul pembelajaran Fisika berbasis inkuiri pada materi Fluida Statis yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar perlu dilakukan evaluasi baik isi maupun penggunaan dalam pelaksanaannnya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah modul pembelajaran telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki (direvisi). Komponen-komponen standart kelayakan modul pembelajaran yang berupa evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan (Depdiknas, 2008).

Penyusunan modul pembelajaran harus memperhatikan susunan tampilan, bahasa yang mudah, menguji pemahaman, stimulan, kemudahan diibaca, dan materi instruksional. Modul pembelajaran disusun berdasarkan model kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Depdiknas (2008) menulis modul pembelajaran terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu: Analisis SK dan KD, Menentukan judul-judul, Pemberian kode modul, Penulisan modul, Penyusunan materi, Urutan pembelajaran, Struktur modul. Secara umum modul harus memuat paling tidak: Judul, Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru), Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung, Latihan-latihan, Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK), Evaluasi/Penilaian.

B. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini dirancang sebagai penelitian pengembangan (Research and Development) yaitu pengembangan bahan ajar Fisika berupa modul pembelajaran untuk

(4)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 192

tingkat SMA kelas X semester 2. Penelitian dan pengembangan ini mengacu pada teori pengembangan bahan ajar yang dikemukakan oleh Sugiyono dalam buku metode penelitian dan pengembangan pendidikan. Penelitian ini menggunakan penelitian terbatas dimana ada tiga tahap yaitu tahap studi pendahuluan, tahap studi pengembangan terbatas, dan tahap evaluasi.

Analisis data yang diperoleh dari validator, respon belajar siswa, aktivitas belajar siswa bersifat deskriptif yang berupa saran dan komentar. Rumus pengolahan data sebagai berikut: % 100 x N f P (Slameto, 2010) Dimana :

P = Persentase kesesuaian jawaban

f = Jumlah atau frekuensi jawaban per kategori (alternatif jawaban) N = Jumlah ketersediaan skor jawaban responden

Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setiap pertemuan digunakan uji gain ternormalisasi:

pretes Skor ideal maksimum Skor pretes Skor postes Skor g    ) ( (Hake, 1999).

Menurut Sugiyono (2010) prosedur penelitian dan pengembangan diiluistrasikan sebagai berikut:

(5)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 193

Gambar 1. Prosedur dan tahapan penelitian dan pengembangan bahan ajar Fisika

C. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat analisis peningkatan respon belajar siswa dan menganalisis aktivitas belajar siswa serta menganalisis hasil belajar siswa. Deskripsi data hasil penelitian ini terdiri dari skor hasil validitas oleh tim ahli yaitu berupa materi dan media bahan ajar yang dikembangkan, hasil respon siswa terhadap pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri, hasil aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pegembangan bahan ajar berbasis inkuiri. Pada tahap pengembangan bahan ajar berbasis inkuri mendapatkan skor hasil validasi oleh tim ahli tertera pada tabel 1.

(6)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 194

Tabel 1. Skor Hasil Validasi Materi Oleh Tim Ahli

No Aspek Persentase 1 Kelayakan Isi 89,71% 2 Kelayakan Penyajian 93,59% 3 Kontekstual 91,67% 4 5 Kelayakan kegrafikan Kelayakan bahasa 86,905% 90,28%

Hasil validasi media dan materi bahan ajar dari validator di atas, dan dihitung. Berdasarkan kriteria menurut Sudjana (2005) sebagai berikut: hasil penilaian tim ahli media menunjukkan kategori bahwa aspek kelayakan kegrafikan “sangat baik”, aspek kelayakan bahasa “sangat baik”. Selanjutnya hasil penilaian tim ahli materi menunjukkan kategori bahwa aspek kelayakan isi “sangat baik”, aspek kelayakan penyajian “sangat baik”, dan aspek kalayakan penilaian kontekstual “sangat baik”. Adapun data kualitatif berupa saran dan komentar digunakan sebagai bahan untuk melakukan revisi terhadap bahan ajar yang dikembangkan, antara lain: perbaikan ketikan kata-kata pada modul, langkah percobaan diperbaiki, gambar cover harus sesuai dengan materi, harus memperhatikan sistematika uraian, harus memperhatikan derajat kognisi latihan dan uji kompetensi, membuat modul yang menarik perhatian siswa, membuat gambar modul dengan warna, menghilangkan warna-warni gambar yang mengganggu pusat perhatian siswa untuk membaca, contoh soal dan uji kompetensi harus divariasikan tingkat kesukaran.

Selanjutnya Bahan ajar yang sudah dilakukan revisi kemudian dilakukan uji coba terbatas kepada kelas X IPA2. Hasil respon siswa terhadap bahan ajar diperoleh hasil

yang tertera pada tabel 2. Adapun aspek penilaian validasi yang dilakukan antara lain: 1. Materi Modul a. Keluasan Materi b. Contoh aplikasi c. Latihan-latihan d. Bahan Pratikum e. Uji Kompetensi 2. Format Modul a. Pengetikan b. Kalimat

c. Bahasa yang digunakan d. Tampilan bahan ajar

Tabel 2 Hasil Rata-rata Respon Belajar Siswa Analisis Nilai Respon Kategori Pertemuan 1 59,24% Sedang Pertemuan 2 77,99% Baik Pertemuan 3 84,091% Sangat Baik

Hasil respon siswa pada pertemuan I adalah 59,24% . Pada pertemuan II 77,99 dan pada pertemuan III 84,091%. Dari hasil respon yang diperoleh pada setiap pertemuan dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan respon siswa yang signifikan pada setiap pertemuan. Hasil dari respon siswa tersebut menjadi dasar untuk melakukan revisi bahan

(7)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 195

ajar yang sudah digunakan. Bahan ajar yang sudah digunakan oleh siswa kemudian dilakukan penilaian berdasarkan angket yang diberikan, Untuk lebih jelas peningkatan respon siswa dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Persentase Peningkatan Respon Siswa Pada Setiap Pertemuan

Pada hasil respon siswa terdapat beberapa bagian yang dilakukan perbaikan berdasarkan saran dari siswa, antara lain: persediaan alat dan bahan praktikum, menyesuaikan contoh soal sesuai dengan peristiwa kehidupan sehari-hari, membuat bukunya harus semenarik mungkin agar pembaca lebih terdorong untuk ingin mengetahui isi buku, modulnya dibagi satu persatu kepada siswa supaya masing-masing siswa bisa memahami/ mempelajari modul tersebut, memperhatikan waktu dalam melaksanakan praktikum, memberi contoh soal dulu sebelum siswa diberi kuis, membuat modulnya diberi warna, agar lebih enak semangat melihatnya, membuat gambar yang lebih jelas untuk contoh soalnya, membuat kalimat maupun penulis lebih mudah untuk dimengerti.

Pada penelitian ini selain respon siswa terhadap bahan ajar, juga dilihat aktivitas dan hasil belajar siswa. Secara ringkas hasil aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pengembangan bahan ajar berbasis inkuiri terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Analisis Rerata Kategori Pertemuan 1 67,50 Cukup aktif Pertemuan 2 79,58 Aktif Pertemuan 3 88,85 Sangat aktif

Hasil rerata observasi aktivitas siswa pada pertemuan I adalah 67,50% . Pada pertemuan II 79,58 dan pada pertemuan III 88,85%. Dari hasil rerata observasi aktivitas belajar siswa yang diperoleh pada setiap pertemuan dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan penilaian observasi aktivitas belajar siswa yang signifikan pada setiap pertemuan. Untuk lebih jelas peningkatan penilaian observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada gambar 2.

(8)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 196

Gambar 3. Rerata persentase nilai aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan Tahap selanjutnya penilaian hasil belajar dilakukan dengan melakukan evaluasi pada setiap pertemuan. Hasil belajar siswa dilakukan setelah pembelajaran setiap pertemuan, siswa mengerjakan uji tes (evaluasi) dan diperoleh data hasil postes. Dari data hasil postes dilakukan perhitungan menggunakan rumus gain (g) faktor (gain score normalized), sehingga diperoleh peningkatan skor gain hasil belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pertemuan pretes postes Gain Kategori I 49,33 66,33 0,336 Sedang

II 61,67 78,23 0,432 Sedang III 63,83 92,47 0,792 Tinggi

Berdasarkan data tabel hasil belajar siswa diperoleh bahwa pada pertemuan pertama nilai rata-rata postes lebih besar dari nilai pretes, pada pertemuan kedua nilai postes lebih besar dari pada nilai pretes, dan pada pertemuan ketiga nilai postes lebih besar dari nilia pretes. Selanjutnya dianalisis uji gain ternormalisasi, bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai evaluasi hasil belajar pertemuan awal terhadap nilai evaluasi hasil belajar pertemuan akhir setiap pertemuan. Uji gain dilakukan bertahap yaitu uji gain pertama (g1) diperoleh hasil gain 0,336 kategori “sedang”. Uji gain kedua (g2) diperoleh hasil gain sebesar 0,432 kategori “sedang”. Dan uji gain ketiga (g3) diperoleh gain sebesar 0,792 kategori “tinggi”. Dari hasil gain terlihat bahwa gain pertama (g1) lebih rendah dibandingkan hasil gain kedua (g2), gain kedua (g2) lebih rendah dibandingkan gain ketiga (g3), dan gain ketiga (g3) lebih besar dari gain pertama (g1). Hal ini dibuktikan dari setiap analisis yang dilakukan pada hasil belajar fisika terdapat bahwa ada peningkatan hasil belajar fisika siswa.

D. Penutup

Berdasarkan rumusan, tujuan, hasil dan pembahasan penelitian pengembangan bahan ajar fisika berbasis inkuiri pada materi fluida statis yang dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Ada peningkatan aktivitas belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Hasil penilaian aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama hasil

(9)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 197

pengamat I diperoleh sebesar 67,50, pertemuan kedua sebesar 79,58 dan pertemuan ketiga sebesar 88,535. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar fisika berbasis inkuiri pada materi fluida statis telah berhasil meningkatkan aktivitas belajar fisika siswa. 2)Ada peningkatan respon belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Hasil penilaian respon belajar siswa pada pertemuan pertama diperoleh sebesar 59,24, pertemuan kedua sebesar 77,99 dan pertemuan ketiga sebesar 84,091. Hasil ini menunjukkan bahwa bahan ajar fisika berbasis inkuiri pada materi fluida statis telah berhasil meningkatkan respon belajar fisika siswa. 3) Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Nilai rata-rata hasil evaluasi belajar siswa (postes) pada pertemuan pertama adalah 66,33, pertemuan kedua adalah 78,23, dan pertemuan ketiga adalah 92,47. Selanjutnya dilakukan uji gain. Uji gain pertama (g1) diperoleh sebesar 0,336 dengan kategori “sedang”. Uji gain kedua (g2) diperoleh sebesar 0,432 dengan kategori “sedang”. Dan uji gain ketiga (g3) diperoleh sebesar 0,792 dengan kategori “tinggi”.

Saran yang dapat diuraikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan bahan ajar fisika berbasis inkuiri pada materi fluida statis disusun berdasarkan kompetensi kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan siswa. Oleh karena itu bahan ajar fisika berbasis inkuiri perlu disusun untuk materi yang berbeda. 2)Untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut dari bahan ajar fisika berbasis inkuiri ini perlu dilakukan penerapan dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan melibatkan guru sebagai fasilitator. 3) Bahan ajar fisika berbasis inkuiri pada materi fluida statis dapat dicetak dan dipergunakan sebagai modul pedoman dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Sencer, M. 2012. Scientific Inquiry based Professional Development Models in Teacher Education. Educational Sciences: Theory & Practice, Volume 12, Number 1, 514-521.

Arends, R.I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Americas, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach.Department od Educational Psycholology and Instructional Technology University of Georgia. USA: Springer.

BNSP. 2007. Peraturan Menteri dan Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: BSNP

Carey, dkk. 2005. The Sistematic Design Of Instruction. Sixth Edition. United States of America.

(10)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 198

Darmayanti, 2012. Pengembangan Buku Siswa Berbasis Inkuiri Pada Pokok Bahasan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N MAESAN BONDOWOSO. Universitas Jember.

Dewi, A.R., Widjianto & Haryoto, D, 2002. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Inti Berbasis Multimedia Dengan Swishmax Sebagai Media Belajar Mandiri Mahasiswa Fisika FMIPA. Universitas Negeri Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, (2008), Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Jakarta.

Djauhar, S.M, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS.

Fitri, L.A., Kurniawan, E.S & Ngazizah, N, 2013. Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Berbasis Domain Pengetahuan Sains untuk Mengoptimalkan Minds-On Siswa SMA Negeri 2 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Gulo. W, 2005. Strategi Belajar Mengajar, Cet.III, Jakarta: Grasindo

Hake. 1999. Analyzing Change/Gain Scores, (online), http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf diakses 18 Juni 2015

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Harahap, M, 2013. Strategi Belajar Mengajar Fisika., Program Studi Pendidikan Fisika. Universitas Negeri Medan, Medan.

Hartono. 2008.Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jakpar, M., 2013. Pengembangan Bahan Ajar Siswa Untuk Membelajarkan Materi Fisika Kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa., Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Jaya, S. P. 2012. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X Semester 2 Di SMK Negeri 3 Singaraja.,Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesa.

Joyce, B. & Weil, M. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa. E. 2009. Menjadi Guru Yang Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(11)

Pengembangan Bahan … (Rameyanti Tampubolon, 189-199) 199

Mulyasa. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

NRC, 2000. National Sains Education Standard, Wasington. D. C: National Academi Press.

Prawiradilaga, D.S. prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Riduwan. 2005. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED PRESS.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran SAINTIFIK Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan,Cet ke 2, Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sitepu, B. P. 2008. Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber, Jurnal Pendidikan Penabur 10: 95-102

Sitepu, B. P. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Cet I- Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sungkono. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Suryabrata. S. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. Wahyudi, B.S, Haryadi, S. & Hariani, S.A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis

Model Problem Based Learning Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Grujugan Bondowoso. Universitas Jember.

Wibowo, Dkk,. (2013), Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring) Pada Pokok Bahasan Fluida Untuk Siswa SMA Kelas Xi, Universitas Negeri Malang.

Winarni. 2012. Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor Untuk SMA/MA Kelas X. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Gambar

Gambar 1. Prosedur dan tahapan penelitian dan pengembangan bahan ajar Fisika  C. Hasil dan Pembahasan
Gambar 2. Persentase Peningkatan Respon Siswa Pada Setiap Pertemuan
Tabel 4. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa    Pertemuan  pretes  postes  Gain  Kategori            I          49,33   66,33   0,336 Sedang

Referensi

Dokumen terkait

Kurangnya perhatian dan pengawasan orangtua di rumah dalam kegiatan belajar siswa diteguhkan oleh Ketua YPPK Kabupaten Merauke pada sesi wawancara mendalam sebagaimana

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti difokuskan pada pengembangan instrumen tes prestasi dengan pendekatan model Rasch pada mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik

Upaya mengnyinergikan pariwisata dan budaya dalam pengembangan dan pemasaran sektor pariwisata telah menjadi praktek yang sering dilakukan. Sebagian besar daerah tujuan

Jaringan mangrove yang digunakan adalah akar, kulit batang dan daun yang terkena pasang surut air laut (± 1,3 cm), dari jalur transek tersebut diambil 3 titik

Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik ( ac ac) yang putaran rotornya tidak ) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran

Hasil dari penelitian Kau and Loh (2006) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa factor utama terjadinya Keadilan Prosedural dalam penelitiannya ialah proses dari pengaduan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran IPA kelas VIII, diketahui bahwa dalam pembelajaran, guru IPA menerapkan kurikulum 2013 dan

Menganalisis kepraktisan dari LKS bercirikan 4C bermuatan soal HOTS ditinjau dari keterlaksanaan LKS berdasarkan hasil angket respon peserta didik, dengan cara