ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA
DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN
WILAYAH
(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)
Oleh:
Rina Sutantie
A24101042
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA
DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN
WILAYAH
(Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)
Oleh:
Rina Sutantie
A24101042
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN, KUNJUNGAN WISATA DAN FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG PERKEMBANGAN WILAYAH (Studi kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)
Nama : Rina Sutantie
NRP : A24101042
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Ir.H.R.Sunsun Saefulhakim, M.Agr. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc. NIP. 131 622 690 NIP. 130 536 697
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698
SUMMARY
RINA SUTANTIE Analyses of Land Use, Tourist Visits and Factors Supporting Regional Development. (Case Study of Ciamis Regency, West Java Province).
Under Supervisory of H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM and KOMARSA
GANDASASMITA.
Land use pattern of a region represents structure of natural resources, culture, biodiversity and development level of economic activities in the region. Ciamis Rege ncy has natural beauty, culture and biodiversity that can be utilize as capital to attract tourists to come. Other important factors which determine tourist attractiveness are accessibility, infrastucture, public facilities, and unique objects of tourism. An increase of tourist coming directly can raise regional income, job and business opportunities, and indirectly can promote regional growth.
Objectives of this research are to (1) analyze pattern of land use/cover and it’s changes (2) analyze activity centers, (3) analyze pattern of tourist visits, (4) analyze factors determining attractiveness for tourist visits, and (5) analyze relationship between tourist visits and regional development.
Analytical techniques used in the research are (1) Descriptive analysis, (2) Location Quotien (LQ) analysis, (3) Entropy analysis, (4) Principal Components Analysis (PCA), (5) Spatial Auto Regression analysis, (6) Quanti fication Analysis of Hayashi I. Data used for these analyses are land use, Gross Domestic Regional Products (PDRB), facilities, socio-economic condition, hectarage and production of crop commodities, number of tourist visits, growth of regional income, and administrative map of Ciamis Regency.
During 2000-2003, Ciamis Regency experienced with an areal increase of rice field at 1.3% (2134 ha) per annum; people owned forest at 9.5% (4241 ha) per annum; manufacturing, commerce, and service at 1.9% (101 ha) per annum; and housing at 1.7% (1234 ha) per annum; and an areal decrease of dry land field, at 0.9% (2333 ha) per annum and plantation at 3.1% (3319 ha) per annum. Whiles hectarage of tourism land didn’t change.
Centers of agriculture activities located at several sub districts, i.e.: Cijulang, Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog,
Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku and Panawangan. Centers of activities for manufacturing, trading, restaurants and hotels located at several sub districts, i.e.: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis, Jatinagara, Cipaku, Panawangan, and Kawali. Centers of tourism activities located at Pangandaran, Kalipucang and Cijeungjing.
During 2000-2003, Ciamis Regency experienced a decrease of tourist visits at 9.2% from 2.140.453 tourists in 2000 into 1.548.397 tourists in 2003, but with increasing regional income from tourism sectors at 11% from Rp. 7.095.385.482 in 2000 into Rp. 9.522.422.055 in 2003. Average regional income per tourist visits increased at 28.5% from Rp. 3.315 per tourist visits in 2000 into Rp. 6.150 per tourist visits in 2003.
Factors significantly determined attractiveness for tourist visits are (1) tourism objects with significant level p < 0.05, specially natural objects; (2) tourism attraction with significant level p < 0.1, specially natural conservation; and (3) distance of tourism objects from capital city with significant level p < 0.1, that is not too far from the capital city. Coefficient of determination of the model
(R2) is 99%.
Regional development rate (IPK) is significantly influenced by tourism objects (K_Wis), human resource capacity index (KSDM), and governance
capacity index (KPD) with coefficient of determination (R2) 89% and significant
level p < 0.1. The largerst regression coefficient is for tourism objects (0.65), then followed by regression coefficient for human resource capacity (0.49), and regression coefficient for governance capacity (0.33).
Based on research findings explained above, in order to promote development of Ciamis Regency, attention to the following actions should be paid i.e.: (1) to increase tourist visits, (2) to develop human resource, and (3) to develop governance capacity. In order to increase tourist visits, attention should be paid to developing natural tourism objects, specially those that have natural conservation attraction and located not too far from the capital city.
RINGKASAN
RINA SUTANTIE. Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan
Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi Kasus: Kabupaten Ciamis,
Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM
dan KOMARSA GANDASASMITA.
Pola penggunaan lahan suatu wilayah merupakan representasi dari struktur sumberdaya alam, budaya, keanekaragaman hayati dan perkembangan aktifitas ekonomi wilayah tersebut. Kabupaten Ciamis memiliki keindahan alam, budaya dan keanekaragaman hayati yang dapat dijadika n modal untuk menarik wisatawan. Faktor penting lain penentu daya tarik wisata adalah: aksesibilitas, prasarana, fasilitas pelayanan publik, dan objek wisata yang unik. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, secara langsung dapat menambah pendapatan daerah, kesempatan kerja dan berusaha, serta secara tidak langsung dapat mendorong perkembangan wilayah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan: (1) analisis pola penggunaan lahan dan perubahannya, (2) analisis pusat-pusat aktifitas, (3) analisis pola kunjungan wisata, (4) analisis faktor penentu daya tarik wisata, dan (5) analisis keterkaitan perkembangan wilayah dengan kunjungan wisata.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) Analisis
Deskriptif, (2) Analisis Pemusatan (Location Quotien/LQ), (3) Analisis Entropi,
(4) Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis), (5) Analisis
Auto Regresi Spasial, dan (6) Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Data yang
digunakan adalah : penggunaan lahan, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), sarana-prasarana, kondisi sosial ekonomi, luas dan produksi komoditas tanaman, jumlah kunjungan wisata, perkembangan penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah), serta peta batas administrasi wilayah Kabupaten Ciamis.
Selama periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penambahan luas areal sawah 1.3% (2134 ha); hutan rakyat 9.5% (4241 ha); lahan industri, perdagangan, dan jasa 1.9% (101 ha); dan perumahan 1.7% (1234 ha), serta terjadi pengurangan luas areal ladang, huma, dan tegalan 0.9% (2333 ha) dan perkebunan 3.1% (3319 ha). Adapun luas lahan pariwisata tidak mengalami perubahan.
Pusat aktifitas pertanian berlokasi di kecamatan-kecamatan: Cijulang, Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku dan Panawangan. Pusat aktifitas industri, perdagangan, hotel dan restoran berlokasi di kecamatan-kecamatan: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis, Jatinagara, Cipaku, Panawangan, dan
Kawali. Pusat aktifitas pariwisata berlokasi di kecamatan-kecamatan
Pangandaran, Kalipucang, dan Cijeungjing.
Dalam periode 2000-2003 di Kabupaten Ciamis terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata sebesar 9.2% dari 2.140.453 jiwa pada tahun 2000 menjadi 1.548.397 jiwa pada tahun 2003, tetapi dengan peningkatan pendapatan sektor pariwisata sebesar 11% dari Rp. 7.095.385.482 pada tahun 2000 menjadi Rp. 9.522.422.055 pada tahun 2003. Dengan demikian rataan pendapatan daerah per kunjungan wisata meningkat sebesar 28.5% dari Rp. 3.315 per pengunjung wisata pada tahun 2000 menjadi Rp. 6.150 per pengunjung wisata pada tahun 2003.
Faktor-faktor penentu daya tarik wisata yang paling berpengaruh nyata terhadap kunjungan wisata adalah: (1) Jenis objek wisata dengan taraf nyata p < 0.05, khususnya wisata alam; (2) Atraksi wisata dengan taraf nyata p < 0.1, khususnya konservasi alam; dan (3) jarak lokasi objek wisata ke pusat kota dengan taraf nyata p < 0.1, yakni tidak terlalu jauh dengan pusat kota. Koefisien
determinasi model (R2) sebesar 99%.
Tingkat perkembangan wilayah (IPK) paling signifikan dipengaruhi oleh kunjungan wisata (K_Wis), indeks kapasitas sumberdaya manusia (KSDM), dan
indeks kapasitas pemerintahan daerah (KPD), dengan koefisien determinasi R2
sebesar 89% dan taraf nyata p < 0.1. Koefisien regresi kunjungan wisata adalah paling besar yaitu 0.65, kemudian diikuti oleh koefisien regresi kapasitas sumberdaya manusia sebesar 0.49, dan koefisien regresi kapasitas pemerintah daerah sebesar 0.33.
Berdasarkan temuan-temuan di atas disimpulkan bahwa untuk mendorong perkembangan wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ciamis, dapat dilakukan antara lain melalui: (1) peningkatan kunjungan wisata, (2)pengembangan sumberdaya manusia, dan (3) pengembangan kapasitas
pemerintahan daerah. Untuk meningkatkan kunjungan wisata dapat dilakukan antara lain melalui pengembangan objek wisata alam, khususnya yang memiliki atraksi konservasi alam yang berlokasi tidak terlalu jauh dengan pusat kota.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada hari sabtu tanggal 11 Maret 1982, dari Ayahanda bernama H. Endang Sutarman dan Ibunda H. Rusih Ruswati sebagai anak keempat dari empat bersaudara: Endah Sumiarti, Ela Sulistiawati, dan Diki Rustaman.
Riwayat pendidikan penulis dimulai saat penulis masuk SD Negeri IV Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 1995. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 3 Banjar di Kabupaten Ciamis pada tahun 1998 dan SMU Negeri 1 Banjar di Kabupaten Ciamis pada Tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi menjadi mahasiswa Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor me lalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah di tahun 2004 dan 2005, dan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Permodelan Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan tahun 2005.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’aalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya yang senantiasa setia terhadap ajaran-ajaran Islam yang mulia.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanaka n sejak bulan Mei sampai dengan Januari 2006 dengan judul Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan Faktor-faktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi Kasus: Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, MSc selaku Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dan pengertiannya selama penulisan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Budi Tjahyono, MSc penulis ucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi moderator dalam seminar penulis. Dan kepada Bapak Dr. Ir. Atang Sutandi, MSc penulis ucapkan terima kasih yang bersedia menjadi dosen penguji.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Mama h tercinta atas doa, cinta, kasih sayang, bimbingan,
kesabaran, kepercayaan, pengorbanan dan perjuangan yang tulus dan tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S1 ini. Keluarga tercinta, M’een, T’ela, A’kikok, A’Deni, en M’Kris atas segala
perhatian, dorongan semangat, kasih sayang yang diberikan kepada penulis. Hany, Nta, Ai yang lucu-lucu.
2. The Mia, Mba Dian serta seluruh Staf Pengajar di Laboratorium Perencanaan
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan atas segala fasilitas yang telah diberikan selama ini.
3. Temen-temen soil’38 yang imoet-imoet atas segala kebersamaannya. Tetep
NYATU teruez yach.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik membangun dan saran dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, April 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan... 4
2.2. Wilayah dan Perkembangan Wilayah ... 5
2.3. Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata ... 8
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11
3.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Penelitian... 11
3.3. Tahapan Penelitian ... 11
3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1 Analisis Deskriptif. ... 14
3.4.2. Analisis Pemusatan (Location Quotien)... 14
3.4.3. Analisis Entropy ... 15
3.4.4.Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)... 15
3.4.5. Analisis Auto Regresi Spasial ... 17
IV. KARAKTERISTIK UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Letak Geografis dan Komponen Fisik Lainnya
4.1.1. Letak Geografis ... 20
4.1.2. Komponen Fisik Lainnya ... 20
4.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 21
4.3. Wilayah Administratif ... 22
4.4. Kondisi dan Potensi Pariwisata... 22
4.5. Sarana dan Prasarana... 24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan dan Perubahannya 5.1.1 Penggunaan Lahan... 28
5.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003 ... 29
5.2. Pusat-pusat Aktifitas Ekonomi Wilayah ... 30
5.3. Pola kunjungan wisata... 38
5.4. Faktor-faktor Penentu Daya Tarik Wisata ... 43
5.5. Keterkaitan Perkembangan Wilayah dengan Kunjungan Wisata ... 47
5.6 Pembahasan Umum ... 59
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 61
6.2. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Format Umum Tabulasi Data Analisis Kuantifikasi Hayashi I ... 19
2. Jenis Tanah di Kabupaten Ciamis ... 21
3. Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Ciamis ... 21
4. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kabupaten Ciamis ... 22
5. Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jalan... 24
6. Pusat-pusat Aktifitas Pertanian ... 31
7. Pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 33
8. Rata-rata Pengeluaran Wisatawan Selama Oktober-Desember 2001 ... 37
9. Jumlah Pendapatan dan Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Ciamis ... 39
10.Pendapatan Daerah per Sektor Tahun 2000-2003 ... 42
11.Hasil Analisis Faktor-faktor Penentu Daya Tarik wisata ... 44
12.Jarak dan Waktu Tempuh ke Lokasi Objek Wisata Tahun 2003 ... 45
13.Nilai Factor Loading Variabel-variabel Perkembangan Wilayah ... 48
14.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Tingkat Perkembangan Wilayah ... 50
15.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Kapasitas Pemerintahan Daerah ... 52
16.Ringkasan Hasil Analisis Regresi Faktor Penunjang Kapasitas Sumberdaya Manusia ... 54
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ... 12
2. Bagan Alir Penelitian ... 13
3. Grafik Penggunaan Lahan Tahun 2000 & 2003... 28
4. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003 ... 29
5. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas PertanianTahun 2003... 32
6. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan RestoranTahun 2003 ... 34
7. Peta Pola Spasial Pengembangan PariwisataTahun 2003 ... 36
8. Grafik Kunjungan Wisata ke Objek Wisata Tahun 2000-2003 ... 38
9. Grafik Pendapatan Sektor Pariwisata Tahun 2000-2003 ... 40
10.Grafik Kunjungan Wisata per Bulan Tahun 2000... 40
11.Peta Pola Spasial Kunjungan Wisata Tahun 2003 ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Variabel-variabel Tingkat Perkembangan Kecamatan... 65
2. Variabel-variabel Penentu Tingkat Perke mbangan Kecamatan ... 65
3. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Ciamis Tahun 2000 & 2003 ... 66
4.a PDRB per Sektor di Kabupaten Ciamis Tahun 2000 & 2003 ... 67
4.b PDRB per Kapita Tahun 2000 & 2003 ... 68
5.a LQ Penggunaan Lahan ... 69
5.b Pusat-pusat Aktifitas Berdasarkan Penggunaan Lahan Tahun 2000&2003.. 69
6.a LQ PDRB per Sektor ... 70
6.b Pusat- pusat Aktifitas Berdasarkan PDRB Tahun 2000 & 2003... 70
7.a Jumlah Kunjungan Wisatawan per Objek Wisata Tahun 2000-2003 ... 71
7.b Jumlah Kunjungan Wisatawan per Kecamatan Tahun 2000-2003 ... 71
8.a Jumlah Pendapatan Tidak Langsung Tahun 2000-2003 ... 72
8.b Jumlah Pendapatan Langsung Tahun 2000-2003... 72
8.c Jumlah Pendapatan Langsung Per Bulan ... 72
9. Variabel-variabel Penentu daya Tarik Kunjungan Wisata ... 73
10a Nilai Indeks Diversifikasi Entropy Tahun 2000... 74
10b Nilai Indeks Diversifikasi Entropy Tahun 2003 ... 74
11 Nilai Factor Score Variabel-variabel tingkat Perkembangan ... 75
12.Nilai Factor Loading Variabel Penentu tingkat Perkembangan ... 77
13.Variabel-variabel untuk Analisis Auto Regresi Spasial ... 78
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya lahan (SDL) merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena SDL diperlukan dalam setiap kegiatan manusia. Dengan peningkatan penduduk mengakibatkan kebutuhan akan lahan meningkat untuk berbagai aktifitas. Adanya keterbatasan sumberdaya lahan dan kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat, memerlukan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya alam yang efisien agar lahan dapat digunakan seoptimal mungkin dan tidak merusak lingkungan hidup manusia.
Secara konseptual, pembangunan merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Cara pandang pembangunan yang berorientasi pada laju pertumbuhan ekonomi dengan basis peningkatan investasi dan teknologi luar semata (perspektif materialistik), telah bergeser ke arah pemikiran pembangunan yang menekankan pada kemampuan masyarakat untuk mengontrol keadaan dan lingkungannya. Oleh karena itu, pendekatan wilayah dalam pelaksanaan pembangunan sangat diperlukan mengingat kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis antar wilayah berbeda satu sama lain. Melalui pendekatan wilayah upaya pemb angunan dapat dilaksanakan untuk mengarahkan pembangunan wilayah kepada terjadinya
pemerataan (equity) yang mendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan
keberlanjutan (sustainability) dalam pembangunan ekonomi sesuai dengan
dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu wilayah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya.
Dengan adanya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah berimplikasi luas dalam sistem perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah. Otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dibanding pendekatan sektoral. Pembangunan berbasis pengembangan wilayah dan lokal memandang penting keterpaduan antar sektoral, antar spasial (keruangan) serta antar pelaku pembangunan di dalam dan antar daerah. Sehingga setiap program-program pembangunan sektoral dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah.
Salah satu program intensif yang dilakukan pemerintah adalah pembangunan di bidang pariwisata. Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan baik sebagai sumber devisa negara maupun dalam memperluas kesempatan kerja dan berusaha. Dalam dimensi nasional peningkatan peran sektor pariwisata makin membuka peluang dalam pembangunan baik ekonomi maupun sosial budaya. Secara ekonomi, pesatnya perkembangan pariwisata tersebut memberi dampak yang menguntungkan karena terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan di sektor non pertanian yang akhirnya mendorong peningkatan sumbangan sektor terhadap PDRB.
Tingkat perkembangan wilayah dengan kondisi sosial ekonomi yang maju dari berbagai aspeknya seperti: aksesibilitas, prasarana, fasilitas pelayanan publik, dan objek wisata yang unik merupakan faktor daya tarik tersendiri yang memicu jumlah wisatawan yang akan datang.
Kabupaten Ciamis mempunyai banyak potensi dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Daya tarik keindahan alam, budaya dan keanekaragaman hayati merupakan modal dasar yang perlu dikelola sebaik mungkin untuk mencapai keberhasilan pembangunan dibidang pariwisata. Sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis dibentuk berdasarkan peraturan daerah No. 5 tahun 1996 tentang organisasi dan tata kerja dinas pariwisata Kabupaten Ciamis.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan:
1. Analisis pola penggunaan lahan dan perubahannya di Kabupaten Ciamis;
2. Analisis pusat-pusat aktifitas ekonomi wilayah di Kabupaten Ciamis;
3. Analisis pola kunjungan wisata di Kabupaten Ciamis;
4. Analisis faktor penentu daya tarik wisata di Kabupaten Ciamis; dan
5. Analisis keterkaitan perkembangan wilayah dengan kunjungan wisata di
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi pembangunan. Lahan adalah matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan karena semua aspek kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan (Saefulhakim, 1997).
Lahan digunakan untuk berbagai kegiatan manusia di dalam memenuhi kebutuhannya. Fungsi utama lahan secara umum dapat dibagi dua yaitu lahan yang berfungsi untuk kegiatan budidaya dan lahan yang berfungsi untuk hutan lindung. Fungsi budidaya adalah suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, baik sebagai kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan, perkebunan, hutan produksi. Lahan fungsi lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan kawasan budidaya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2000).
Sumberdaya lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Dalam hal ini lahan mengandung pengertian ruang atau tempat (Sitorus, 2004).
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian.
Pengunaan lahan pertanian dibedakan dalam macam pengunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut, seperti sawah, tegalan, kebun, padang rumput, hutan, dan sebagainya. Kemudian penggunaan lahan non pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989).
Klasifikasi penggunaan lahan menurut Barlowe (1978) terdiri dari : 1). Lahan pemukiman, 2). Lahan perdagangan dan industri, 3). Lahan tanaman budidaya, 4). Lahan peternakan dan penggembalaan, 5). Lahan hutan, 6). Lahan mineral, 7). Lahan rekreasi, 8). Lahan transportasi, 9). Lahan jasa/pelayanan, dan 10). Lahan tandus dan kosong.
2.2 Wilayah dan Perkembangan Wilayah
Wilayah (region) dalam pengertian geografis merupakan kesatuan alam
yaitu alam yang serbasama atau homogen atau seragam (uniform) dan kesatuan
manusia yaitu masyarakat serta kebudayaannya yang serbasama yang mempunyai ciri (kekhususan) yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain (Jayadinata, 1992). Wilayah dibedakan antara konsep wilayah
homogen (homogeneous region), konsep wilayah nodal (nodal region), dan
konsep wilayah perencanaan (planning region).
Wilayah homogen (Rustiadi et all, 2003) adalah wilayah yang dibatasi
berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah wilayah-wilayah yang diidentifikasi berdasarkan faktor pencirinya yang menonjol.
Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam. Konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam :
1. Penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan daya dukung
utama yang ada (comparative advantage).
2. Pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan
masing-masing wilayah.
Wilayah nodal didasarkan atas pengertian bahw a tidak ada homogenitas antara wilayah dalam suatu perekonomian, wilayah nodal ini justru menekankan adanya perbedaaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah diumpamakan sebagai suatu sel hidup yang mempunyai inti dan plasma. Inti (pusat simpul) adalah pusat-pusat pelayanan sedangkan plasma adalah daerah
terbelakang (hinterland), yang punya sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan
fungsional.
Secara historik, pertumbuhan pusat-pusat atau kota ditunjang oleh
hinterland yang baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki
yang spesifik yang hirarkinya ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas
pelayanan (regional services capacity) yang dimaksud adalah kapasitas
sumberdaya suatu wilayah (regional resources), sumberdaya manusia (human
resources), sumberdaya sosial (social capital) dan sumberdaya buatan (man-made
resources/infrastructure).
Sumberdaya alam merupakan unsur-unsur lingkungan alam yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya,
misalnya sumberdaya lahan atau tanah. Sumberdaya manusia merupakan input dari proses produksi yang dijadikan sebagai suatu sarana bukan tujuan. Kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang baik. Sumberdaya infrastruktur meliputi transportasi, sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan perdagangan. Kapasitas pelayanan suatu wilayah
dicerminkan pula oleh magnitude (besaran) aktifitas sosial-ekonomi masyarakat
yang ada di suatu wilayah, misalnya dapat diukur oleh jumlah penduduk, perputaran uang, PDRB, dan lembaga formal maupun non formal.
Konsep wilayah perencanaan (regional planning) adalah wilayah yang
dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral. Sebagai contoh cara alamiah suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu yang terbentuk dengan matriks dasar kesatuan hidrologis, sehingga DAS sebagai suatu wilayah berdasarkan konsep ekosistem perlu dikelola dan direncanakan secara seksama.
Salah satu pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep ini didasarkan pada dua hipotesis dasar, yaitu :
1. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya
pada sejumlah pusat-pusat tertentu.
2. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat
pertumbuhan ini, secara nasional melalui hirarki kota-kota dan secara regional
dari pusat-pusat perkotaan (urban center) ke daerah belakang (hinterland)
Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller yang
kemudian dikenal sebagai teori tempat sentral (Central Place Theory) yang
selanjutnya dikembangkan oleh Losch, Berry, dan Garrisson (Hanafiah, 1985
dalam Irwansyah, 2003). Studi yang telah dilakukan Hanafiah (1985), bahwa
sistem pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu menurut suatu hirarki yang akan menciptakan suatu struktur dan organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia. Berkembangnya suatu wilayah akan memberikan dampak terhadap wilayah-wilayah lain yang secara spasial memiliki kedekatan wilayah. Kemudian terjadinya perkembangan dapat menyebabkan perubahan pola tata ruang (pola penggunaan lahan) serta aktivitas perekonomian masyarakat.
Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan dimana orang bepergian di dalam negerinya sendiri (pariwisata domestik) atau ke negara lain (pariwisata mancanegara) untuk berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang menarik dengan tujuan untuk bersantai atau tujuan lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Pariwisata berbeda dengan kegiatan jalan-jalan, karena pariwisata berkaitan dengan waktu bepergian yang lebih lama, penggunaan fasilitas wisata, adanya objek-objek wisata sesuai dengan maksud bepergian, serta faktor kenikmatan dan perasaan santai berekreasi. Faktor kenikmatan dan santai bukanlah faktor mutlak dalam pariwisata karena orang-orang yang bepergian untuk kegiatan konvensi (seminar, kongres) atau mengunjungi objek-objek budaya untuk meningkatkan pengetahuan akan tetap dianggap sebagai wisatawan.
Wisatawan (tourism) adalah setiap orang yang berwisata atau seseorang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dan berdiam di tempat itu lebih dari 24 jam dengan tujuan menggunakan waktu senggang untuk rekreasi, berlibur, olahraga, kunjungan keluarga, menghadiri
konferensi (Swarsi, et al 1996). Berdasarkan tempat asalnya wisatawan dibagi
menjadi dua golongan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah tertentu (Marpaung, 2002). Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan modal dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah tertentu maka kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Menurut
Swarsi, et al (1996), Objek dan daya Tarik pariwisata adalah segala sesuatu yang
terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
Produk pariwisata merupakan produk komposit dari rangkaian berbagai jasa transportasi, akomodasi, usaha makan dan minum, toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan pelayanan lainnya kepada individu atau kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya.
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu :
1. Potensi Wisata yang Ditawarkan
Objek-objek wisata yang ditawarkan terbagi menjadi dua yaitu : objek wisata yang alami dan objek wisata buatan manusia. Objek wisata alami seperti iklim, pemandangan, wisata rimba, flora dan fauna, sumber air kesehatan,
sedangkan objek wisata buatan manusia seperti sejarah budaya, agama, prasarana, tempat rekreasi dan olahraga, sarana transportasi, pola hidup masyarakat (tradisi).
2. Besarnya Permintaan Wisata
Besarnya permintaan wisata merupakan permintaan akan jenis-jenis objek wisata serta fasilitas-fasilitas penunjangnya yang diinginkan oleh wisatawan.
Pengembangan wilayah pariwisata di Indonesia disesuaikan dengan intruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 (pasal 2) yaitu :
1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan
masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan lapangan kerja dan mendorong kegiata n-kegiatan industri sampingan lainnya.
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.
3. Meningkatkan persaudaraan dan persahabatan nasional dan internasional.
Hakekat kepariwisataan adalah terdapat suatu tatanan jaringan proses penelaah sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya dan teknologi serta kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan. Potensi tersebut berupa keunikan dan kekhasan ekosistem fenomena atau gejala alam serta termasuk juga flora dan fauna.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Lahan, Departemen Tanah, Fakultas pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilakukanmulai bulan Mei sampai dengan Januari 2006.
Wilayah studi yang dikaji adalah 30 kecamatan yang berada di Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
3.2 Jenis, Sumber Data, dan Alat Penelitian
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) berupa penggunaan lahan, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), kependudukan, sarana-prasarana, sosial ekonomi, luas dan produksi komoditas tanaman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) berupa jumlah kunjungan wisata. Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) berupa perkembangan penerimaan PAD (Pendapatan Asli Daerah), serta peta batas administrasi wilayah Kabupaten Ciamis yang di dapat dari Bakosurtanal.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer, alat
tulis, dan perangkat lunak (software). Perangkat lunak yang digunakan terdiri dari
Arc. View GIS 3.2, Microsoft Excel XP, Statistisa versi 5.5, dan QB45 (Quick Basic).
3.3 Tahapan Penelitian
Secara umum penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan berikut ini :
1. Studi literatur. Studi literatur dilaksanakan dengan mengumpulkan tulisan
ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Kabupaten Ciamis
penduga untuk menjawab tujuan yang ditetapkan.
3. Pemasukan dan analisis data. Pemasukan dan analisis data dilakukan setelah
semua data yang diperlukan dalam penelitian telah terkumpul kemudian dilakukan analisis data dengan teknis analisis data yang sesuai untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini.
4. Perumusan hasil analisis sebagai bahan menyusun laporan.
5. Penulisan laporan merupakan hasil kegiatan selama penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik analisis
antara lain: Analisis Deskriptif, Analisis Pemusatan (Location Quotien/LQ),
Analisis Entropi, Analisis Komponen Utama (Principal Components Analysis),
Analisis Auto Regresi Spasial, dan Analisis Kuantifikasi Hayashi I. Bagan alir
metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
PCA •Aksesibilitas
•Jumlah Penduduk •Prasarana/fasilitas Pelayanan Publik •Luas & Produksi
Komoditas Tanaman •Pengeluaran PCA Penggunaan Lahan PDRB Analisis LQ •Penggunaan Lahan & Perubahannya •Pusat-Pusat Aktifitas ekonomi wilayah •Analisis Deskriptif •Analisis Kuantifikasi Hayashi I
•Tabel & Grafik •Peta Pola Kunjungan
Wisata
•Faktor Penentu Daya Tarik wisata
•IKSDM (Indeks Kapasitas Sumberdaya Manusia) •IKPD (Indeks Kapasitas Pemerintahan Daerah) •IKW (Indeks Kapasitas Wilayah)
•IK_Wis (Indeks Kapsitas Kunjungan Wisata)
Analisis Auto Regresi Spasial (Forward Stepwise) Jumlah Kunjungan
Wisata •Pendapatan Daerah (PAD) •Indikator Sosial
Ekonomi
•In Komp Aksesibilitas
•In Komp Fasilitas Pendidikan Tingkat Tinggi • In Komp Fasilitas Pendidikan Tingkat Rendah •In Komp Fasilitas Kesehatan
•In Komp Fasilitas Tempat Hiburan & Objek Wisata •In Komp Tempat Ibadah
•In Komp Fasilitas Ekonomi •In Komp Areal Perkebunan •In Komp Areal Persawahan •In Komp Areal Industri, Perdagangan •In Komp Areal Perumahan&Pariwisata •In Komp Areal Tanaman Pangan & Hortikultur •In Komp Areal Budidaya Ikan
•In Komp Produksi Tanaman Perkebunan & Hortikultur •In Komp Produksi Tanaman Budidaya Ikan •In Komp Pendapatan
3.4.1 Analisis Deskriptif
Perkembangan arus kunjungan wisata dilakukan dengan analisis deskriptif, data yang digunakan yaitu kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan
mancanegara yang datang ke wilayah penelitian secara time series dari tahun
2000-2003 dan Penerimaan PAD tahun 2000-2003. Pengolahan data dapat
dilakukan pada software Microsoft Excel XP. Data disusun dan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik, kemudian diplotkan pada peta dasar.
3.4.2 Analisis Pemusatan (Location Quotien)
Penggunaan lahan dan perubahannya menggunakan data penggunaan lahan tahun 2000 & 2003 dilakukan dengan metode Location Quotien (LQ). Pusat-pusat aktifitas menggunakan data PDRB tahun 2000 & 2003 dilakukan denga n metode
Location Quotien (LQ). Analisis ini dapat dilakukan pada software Microsoft
Excel XP. Dari hasil LQ ini diperoleh persentase luas areal penggunaan lahan dan perubahannya serta lokasi pemusatan aktifitas di setiap wilayah kecamatan. Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah bahwa (1). Kondisi geografis relatif seragam, (2). Pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3). Setiap aktifitas
menghasilkan produk yang sama (Rustiadi et all, 2003). Persamaan LQ adalah :
.. . . / / X X X X LQ j i ij = Dimana : ij
X = nilai aktifitas ke-j di sub wilayah ke-i
.
i
X = nilai aktifitas total di sub wilayah ke-i
j
X. = nilai aktifitas ke-j di seluruh wilayah
X..
= nilai aktifitas total di seluruh wilayah
1. Jika nilai LQi > 1 maka terjadi konsentrasi suatu aktifitas di sub wilayah ke-i
secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan
2. Jika nilai LQi = 1 maka wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas
setara dengan pangsa total.
3. Jika nilai LQi < 1 maka wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas
relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.
3.4.3 Analisis Entropy
Perkembangan suatu wilayah dapat dipahami dari semakin meningkatnya kuantitas komponen wilayah serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen di dalam wilayah maupun di luar wilayah. Artinya suatu wilayah dikatakan berkembang jika jumlah dari komponen aktifitas wilayah tersebut bertambah atau tersebar luas. Perluasan jumlah komponen aktifitas dapat dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Semakin tinggi entropi
wilayah maka wilayah semakin berkembang (Rustiadi et all, 2003). Data yang
digunakan yaitu data PDRB tahun 2000 & 2003. Pengolahan data dilakukan di
software Microsoft Excel XP. Persamaan umum entropy sebagai berikut :
∑∑
= = − = n i n j ij ij P P S 1 1 ln Dimana : Pij = Xij/∑Xij3.4.4 Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)
Analisis PCA merupakan salah satu teknik yang mentransformasikan secara linier satu set peubah ke dalam peubah yang baru yang lebih sederhana dengan ukuran lebih kecil namun representatif dan orthogonal (tidak saling berkorelasi) (Saefulhakim, 2000). Pada dasarnya PCA dapat digunakan sebagai analisis antara
maupun analisis akhir. Sebagai antara, PCA dapat menghilangkan
multikollinearitas atau dapat menyederhanakan data yang berpeubah banyak menjadi data yang berpeubah sedikit. Sebagai analisis akhir, PCA dapat
digunakan untuk mengelompokkan peubah-peubah penting dari satu bundel peubah dasar penduga suatu fenomena, sekaligus memahami struktur dan melihat
hubungan antar peubah tersebut. Analisis ini dilakukan menggunakan software
Statistica versi 5.5. Variabel-variabel untuk Analisis Komponen Utama (PCA) dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
Format data untuk analisis PCA dapat disusun membentuk suatu matriks
yang berukuran n x p, dimana n : unit sample dan p : jumlah peubah (jumlah
kolom). Persamaan umum PCA yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Yk = ak1X1 + ak2X2 + ... + akpXp
Format data untuk PCA dapat digambarkan sebagai berikut :
X11 X12 X13 ... X1p
X21 X22 X23 ... X2p
Xn1 Xn2 Xn3 ... Xnp
Hasil analisis PCA antara lain :
• Akar ciri (eigen value) merupakan suatu nilai yang menunjukkan keragaman
dari peubah komponen utama dihasilkan dari analisis, semakin besar nilai
eigenvalue maka semakin besar pula keragaman data awal yang mampu
dijelaskan oleh data baru.
• Proporsi dan kumulatif akar ciri, nilai pembobot (eigen vector) merupakan
parameter yang menggambarkan hubungan setiap peubah dengan komponen
utama ke-i.
• PC loading menggambarkan besarnya korelasi antar variabel pertama dengan
• Component score adalah nilai yang menggambarkan besarnya titik-titik data
baru dari hasil komponen utama dan digunakan setelah PCA. PC scores inilah
yang digunakan jika terdapat analisis lanjutan setelah PCA.
3.4.5 Analisis Auto Regresi Spasial
Analisis auto regresi spasial digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai dari parameter-parameter (variabel penjelas) lain yang diamati. Persamaan model adalah :
n n o Wy W y AX A X A Y = +∂1 1 +∂2 2 + 1 1+...+ Dimana :
Y : Fungsi tujuan/peubah yang diduga (dependent variable)
o
A : Nilai konstanta/koefisien fungsi regresi (intercept)
1
∂ : Nilai konstanta/koefisien matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan
berdasarkan kebalikan fungsi jarak
1
W :Matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan berdasarkan kebalikan
fungsi jarak.
2
∂ : Nilai konstanta/koefisien matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan
berdasarkan ketetanggaan batas wilayah administratif
2
W : Matriks kontiguitas antar wilayah kecamatan berdasarkan ketetanggaan
batas wilayah administratif
• Elemen matriks 1, jika dua wilayah kecamatan berbatasan langsung
• Elemen matriks 0, jika dua wilayah kecamatan tidak berbatasan
langsung atau berbatasan dengan wilayah sendirinya
X: Variabel penjelas/ variabel yang diduga (independent variable)
n
Format matriks W = 0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j d d d d d d W ÷ in i i d d d M 2 1 = 0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j wd wd wd wd wd wd × in i i IPK IPK IPK M 2 1 = 0 0 0 2 1 2 21 1 12 L M O M M L L j j j j w w w w w w
Pada penelitian ini digunakan metode Forward Stepwise, yang mana prinsip
dasarnya adalah mengurangi banyaknya peubah di dalam fungsi tujuan dengan cara menyisipkan peubah penjelas satu per satu hingga diperoleh persamaan regresi yang paling baik. Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan
software Statistica versi 5.5.
3.4.6 Analisis Kuantifikasi Hayashi I
Analisis faktor penentu daya tarik wisata dilakukan dengan analisis
kuantifikasi hayashi I. Pengolahan data menggunakan software QuickBasic
(QB45). Analisis kuantifikasi Hayashi I ini menganalisis keterkaitan antara
variabel terikat kuantitatif (objective variable/ external standard) dengan variabel
bebas kualitatif (qualitative factor/predictor item) (Saefulhakim, 2000). Format
data yang berkaitan dengan permasalahan Kuantifikasi Hayashi I dapat ditabulasikan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Format Umum Tabulasi Data Analisis Kuantifikasi Hayashi I Individu( sample ) External Standard Predictor item 1 2 …j… R Categories C11 C12 … C1 k C21 C22 … C2 k Cij…Cj k CR 1 CR 2 … CR k 1 Y1 2 Y2 … … I Yi δi
( )
jk … … n Yn Dimana : n : Banyaknya sampelR : Banyaknya predictor item
kj : Banyaknya kategori untuk item ke-j
Cjk : Kategori ke-k untuk item ke-j
i : Sampel ke-i
Yi : Objective variable untuk sampel ke-i
1, kalau sampel ke-i punya respon untuk item ke-j kategori ke-k
( )
jk iδ :
0, kalau contoh ke-i tidak punya respon untuk item ke-j kategori
ke-k
Model matematisnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
a
Y = ∆
Dimana :
Y : Vektor data objective variable ukuran
( )
n×1∆ : Matriks ukuran
(
n×R)
yang elemennya δi( )
jka : Vektor ukuran
(
∑
×1)
j
jk yang elemennya adalah ajkregresi untuk
IV. KARAKTERISTIK UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Komponen Fisik Lainnya
4.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang berjarak kurang lebih 121 km dari Ibukota Propinsi. Secara geografis wilayah
Kabupaten Ciamis berada pada 108020’-108040’ BT dan 7040’20”-7041’20’’ LS.
Dengan batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah :
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Kuningan
• Sebelah barat dengan Kabupaten Tasikmalaya
• Sebelah timur dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa Tengah
• Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah 2.279,93 km2 atau 227.993
hektar. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Cimerak yang meliputi 7,8% dari total luas Kabupaten Ciamis, sedangkan kecamatan yang luasnya terkecil adalah Kecamatan Sadananya yang meliputi 1,1% dari total luas Kabupaten Ciamis.
4.1.2 Komponen Fisik Lainnya
Suhu udara di Kabupaten Ciamis berkisar antara 200c sampai 320c dan curah
hujan rata-rata sebesar 114 ml (0-597 ml/bulan). Jenis tanah di Kabupaten Ciamis meliputi tanah-tanah latosol, podsolik, alluvial, komplek renzina, dan Grumusol. Secara rinci informasi mengenai jenis tanah tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tanah di Kabupaten Ciamis
Jenis tanah Kecamatan
Latosol Panawangan, Kawali, Cipaku, Panumbangan, Panjalu, Cihaurbeuti, Ciamis, Cijeungjing, Rajadesa dan Rancah
Podsolik Langkaplancar, Cijulang, Parigi bagian Utara, Pangandaran bagian utara, Padaherang bagian Utara, kalipucang bagian Utara, Banjarsari bagian Utara, dan Cimaragas bagian selatan
Aluvial Parigi bagian Selatan, Pangandaran bagian Selatan, Padaherang bagian Selatan, kalipucang bagian Selatan, Banjar, Lakbok, sebagian Banjarsari, sebagian Pamarican dan Cisaga
Kompleks rezina
Cisaga, Cimerak, Cigugur, dan Sebagian Pangandaran Grumusol Banjarsari, Pamarican, sebagian Padaherang
Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (Ciamis dalam Angka 2000)
4.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Penduduk Kabupaten Ciamis pada tahun 2000 mencapai 1.429.803 jiwa,
dengan kepadatan penduduk sebesar 627,1 jiwa per km2 dan pada tahun 2003
meningkat menjadi 1.447.543 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 634,9
jiwa per km2 (BPS Kabupaten Ciamis, 2003). kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Ciamis mencapai 118.582 jiwa dengan
kepadatan penduduk 1577,3 jiwa per km2, sedangkan kecamatan yang memiliki
jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Cimaragas mencapai 15.045 jiwa
dengan kepadatan penduduk 566,7 jiwa per km2.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Ciamis (Jiwa/tahun)
No Tahun
Sektor
Pertanian Pertamban
gan
Industri
Listrik,Gas ,Air Bersih Bangunan Perdaganga n, Hotel, Restoran Angkutan Keuangan
Jasa
lainnya
1 2001 1792 146 2933 160 182 944 641 522 3646 2 2002 711 46 2416 162 217 1200 1080 617 4777
3 2003 860 92 1816 309 421 1300 716 999 2977
Sumber : Dinas tenaga kerja dan transmigrasi Kabupaten Ciamis
Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Ciamis untuk sektor pertanian, industri, angkutan, dan jasa lainnya setiap tahun mengalami penurunan, sedangkan untuk sektor pertambangan, listrik/gas/air, bangunan, perdagangan/hotel/restoran, dan keuangan mengalami peningkatan (Tabel 3).
4.3 Wilayah Administratif
Secara administratif wilayah Kabupaten Ciamis terdiri dari 30 kecamatan
dan 340 desa. Mulai tahun 2003 wilayah administratif Banjar terpisah dari
wilayah Kabupaten Ciamis dan berubah statusnya menjadi Kota Banjar. Dengan terpisahnya Kota Banjar tersebut luas wilayah Kabupaten Ciamis berkurang dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu dari 245.591 hektar menjadi 227.993 hektar. Wilayah selatan Kabupaten Ciamis berbatasan dengan garis pantai Samudra Indonesia yang membentang di enam kecamatan dengan panjang garis pantai mencapai 91 km. Dengan adanya garis pantai tersebut maka Kabupate n Ciamis memiliki wilayah laut seluas 67.340 hektar yang berada di 6 kecamatan yaitu Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, dan Kalipucang.
4.4 Kondisi dan Potensi Pariwisata
Pengembangan objek daya tarik wisata di Kabupaten Ciamis diarahkan sesuai dengan arah pengembangan SKW pada masing-masing objek dan daya tarik wisata. Potensi kepariwisatan di Kabupaten Ciamis berdasarkan objek wisata yang tersebar dapat dikategorikan dalam tiga jenis yaitu : objek wisata budaya, objek wisata alam, dan objek wisata minat khusus (Tabel 4).
Tabel 4. Jenis dan Nama Objek Wisata di Kabupaten Ciamis Jenis Objek Wisata Nama Objek Wisata
Objek Wisata Alam
Pantai Pangandaran, Cagar Alam Pananjung, Lembah Putri, Karapyak, Palatar Agung, Majingklak, Karang Tirtawinaya, Batu Hiu, Batu Karas, Madasari, Keusik Luhur.
Objek Wisata Budaya Situ Lengkong Panjalu, Astana Gede Kawali, Karangkamulyan, Kampung Kuta, Situs Gunung Susuru, Museum Fosil.
Objek Wisata Minat Khusus Curug Tujuh, Citumang, Karang Nini , Goa Donan, Cukang Taneuh. Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis, 2003.
Rencana pengembangan peningkatan kualitas objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Ciamis dibagi dalam beberapa wilayah pengembangan, salah satunya Ciamis Selatan (Rencana Tata Rua ng Kabupaten Ciamis, 2002).
1. Pengembangan Pariwisata Ciamis Selatan
Penataan Pangandaran dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan pariwisata Ciamis Selatan dengan prioritas untuk kegiatan untuk kegiatan wisata alam dan pantai meliputi : Agro dan Eko wisata yaitu :
• Eko Wisata Pangandaran
Pembangunan tiga lokasi Taman Pantai Percontohan seluas 3 x 1000 m2 (di
ujung Toll Gate utama di depan hotel Percontohan dan Hotel Pananjung Sari)
• Agro wisata Pangandaran
Penghijauan pantai dengan penanaman pohon kelapa, sepanjang 3km x 20m =
60.000 m2 atau 6 hektar (mulai dari ujung Toll Gate utama sampai
Pamugaran). Penanaman pohon di sepanjang pembatas pantai dengan pohon Cendrawasih.
• Agro Wisata Batu Karas
Penghijauan pantai dengan penanaman pohon kelapa dan Barington di objek
wisata Batu Karas Cijulang dengan luas 30.000 m2 (3 hektar).
2. Pengembangan Pariwisata Jangka Menengah
Untuk pencapaian program, pengembangan pariwisata sebagaimana tercantum dalam SKW maka pemerintah Kabupaten Ciamis menyusun Program Kerja dalam 5 tahun yang meliputi :
• Penyusunan pedoman teknik tentang usaha pariwisata
• Peningkatan kualitas usaha pariwisata
• Pengembangan atraksi wisata
4.5 Sarana dan Prasarana
Di Kabupaten Ciamis jumlah prasarana fisik yang diperuntukkan bagi kegiatan sosial tersedia dari prasarana pendidikan, ibadah, dan pelayanan kesehatan. Sebagian besar prasarana sosial ini diperuntukkan untuk bidang pendidikan. Sedangkan prasarana fisik yang digunakan untuk umum adalah jalan sebagai prasarana transportasi, penyediaan air bersih, listrik dan telekomunikasi,
serta prasarana pendukung lain seperti terminal angkutan darat, pelabuhan laut.
• Transportasi
Prasarana transportasi di Kabupaten Ciamis sebagian besar menggunakan prasarana transportasi darat berupa jalan dan rel kereta api. Panjang jalan Kabupaten Ciamis 970 km. Informasi selengkapnya mengenai panjang jalan menurut status dan kondisi jalan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Panjang Jalan Menurut Satus dan Kondisi Jalan (km2) Status
Pengawasan
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
Jalan Nasional 18,50 27,54 0 0
Jalan Kabupaten 75,10 528,70 367,20 0
Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (Ciamis dalam Angka 2003) a. Transportasi Darat
1. Jaringan Jalan
Berdasarkan hirarki fungsi jalan RTRW Propinsi Jawa Barat dan usulan pengembangan tata ruang alternatif II, pengembangan sistem jaringan jalan yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis dibagi menjadi:
• Arteri utama
Sistem jaringan jalan utama adalah jalan yang berfungsi melayani perhubungan antar kota dalam propinsi dan antar propinsi. Pengelolaan jalan ini adalah negara. Pola jaringan ini melayani pergerakan Barat-Timur, yaitu ruas jalan Cikoneng–Ciamis–Cijeungjing–Cisaga–Banjar-Propinsi Jawa Tengah.
• Kolektor Utama
Fungsi jalan ini melayani perhubungan antar kota dalam propinsi, pengelolaannya merupakan jalan propinsi, yang melayani pergerakan utara-selatan, yaitu ruas jalan Ciamis–Cipaku–Kawali-Panawangan-Kabupaten Kuningan, dan ruas jalan Banjar–Pataruman–Banjarsari–Padaherang–Kalipucang– Pangandaran–Parigi–Cijulang–Cimerak–Kabupaten Tasikmalaya.
• Lokal utama
Fungsi jalan ini melayani daerah kutub pertumbuhan dengan pusat pertumbuhan, dan pengelolaan jalan ini merupakan jalan kabupaten.
2. Jalan Kereta Api
Pelayanan transportasi menggunakan kereta api di wilayah Kabupaten Ciamis merupakan pelayanan transit bagi pergerakan regional antar propinsi. Sedangkan rute angkutan lokal dilayani Banjar-Cijulang, namun pada saat ini
tidak difungsikan lagi. Stasiun sebagai terminal atau tempat menaikkan dan
menurunkan penumpang dan barang melalui jasa angkutan kereta api yang ada di Kabupaten Ciamis terdiri dari: stasiun cabang besar di Kota Ciamis, stasiun cabang kecil di Kota Kecamatan Cijeungjing (stasiun Bojong), Banjarsari,
Langensari, Padaherang, Pangandaran, Parigi dan Cijulang. Jaringan jalan
dan lintas cabang. Jaringan lintas raya jalur menghubungkan kota-kota pusat kegiatan ekonomi di Wilayah Kabupaten Ciamis dengan kota-kota besar di di Jawa Barat dan Jawa Tengah seperti kota Bandung–Tasikmalaya–Purwokerto– Yogyakarta-Surabaya.
b. Transportasi Air
Pada saat ini di Wilayah Kabupaten Ciamis memiliki dua pelabuhan, yaitu pelabuhan Santolo di Kecamatan Kalipucang, yang berfungsi sebagai angkutan penumpang dan barang yang menghubungkan Kalipucang dengan Kota Cilacap Jawa Tengah. Dan pelabuhan Majingklak di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, untuk pelayanan komersial dan rute angkutan pariwisata.
c. Transportasi Udara
Kabupaten Ciamis mempunyai satu bandar udara, yaitu pelabuhan udara Nusawiru yang berlokasi di Desa Nusawiru, Kecamatan Cijulang, yang berjarak 15 km dari objek wisata Batu Karas. Panjang landasan pacu sekitar 14000 meter dan lebar 30 meter. Taxiway untuk landasan keluar masuk (parkir) selebar 20 meter dan diperkirakan jenis pesawat yang dapat mendarat di pelabuhan ini adalah
CN-235. Dibangunnya bandara ini dimaksudkan untuk mempermudah dan
mempersingkat waktu perjalanan ke obyek wisata di Kawasan Selatan Kabupaten Ciamis seperti di Kecamatan Pangandaran, Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Cimerak.
• Pos dan Jaringan Telekomunikasi
Untuk memperlancar arus informasi dan memperluas jangkauan jasa telekomunikasi ke seluruh pelosok wilayah Kabupaten Ciamis, pemerintah melalui PT. Telekomunikasi Indonesia telah membangun jaringan telekomunikasi
sampai ke kecamatan-kecamatan. Disamping itu untuk meningkatkan kemampuan, efisiensi, dan keandalan dalam melayani jasa telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat, bersama mitra kerja swastanya PT. TELKOM telah membangun pula Wartel-Wartel (warung telepon) di daerah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk daerah wisata. Selain melalui telepon, informasi dapat juga disampaikan melalui jasa pos. Di Wilayah Kabupaten Ciamis juga tersedia kantor pelayanan jasa pos dan giro di setiap kecamatan.
• Penyediaan Air
Sebagian besar sumber air bersih yang ada berasal dari air sungai
(234.051.693 m3), mata air (7.892.797 m3), artesis (24.524.931 m3) dan danau
(20.108.251 m3). Penyediaan air untuk konsumsi masyarakat pada umumnya
disediakan oleh pemerintah. Jumlah perusahaan air minum yang dikelola
pemerintah ada 50, dengan jumlah produksi 328.682.001 m3.
• Listrik
Kebutuhan akan energi listrik dewasa ini semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan sektor industri pengolahan. Sebagian besar dari kebutuhan listrik baik untuk industri maupun rumah tangga di Kabupaten Ciamis dilayani oleh PT. Perusahaan Li strik Negara (PLN) dan sebagian lainnya diluar PLN. Sumber tenaga listrik PLN berasal dari PLTA dan PLTD. Jumlah pelanggan listrik tahun 2003 sebesar 306.439 keluarga.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penggunaan Lahan dan Perubahannya
5.1.1 Penggunaan Lahan
Luas Penggunaan lahan pada tahun 2000 di Kabupaten Ciamis terdiri dari sawah 23.9%; ladang, huma, dan tegalan 34.7%; perkebunan 15.8%; hutan rakyat 6.5%; pemukiman dan perumahan 10.4%; industri, perdagangan, dan jasa 0.8%; penggunaan lahan lainnya 6.1%; lahan sementara tidak diusahakan 1.7%; dan lahan pariwisata 0.3%. Luas penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis pada tahun 2003 yaitu sawah 24.8%; ladang, huma, dan tegalan 33.7%; perkebunan 14.3%; hutan rakyat 8.4%; pemukiman dan perumahan 10.9%; industri, perdagangan, dan jasa 0.8%; penggunaan lahan lainnya 5.8%; lahan sementara tidak diusahakan 1.1%; dan lahan pariwisata 0.3% (Gambar 3).
54384 78997 35980 14912 23724 1783 13814 3825 576 56517 76664 32661 19153 24958 1884 13208 2373 576 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Luas Penggunaan Lahan (ha)
2000 2003
Tahun
L_Swh Ldg_Hm_Tgl Kbn Htn Rmh Ind_Dgg_Js Lain Smtr_Td Par
Gambar 3. Grafik Penggunaan Lahan Tahun 2000 & 2003 Sumber : Hasil Olah Luas Penggunaan Lahan (Lampiran 3) L_Swh : Lahan Sawah Htn : Lahan Kehutanan Ldg_Hm_Tgl : Lahan Ladang, huma, dan tegal Kbn : Lahan Perkebunan
Ind_Dgg_Js : Lahan Industri, perdagangan, dan jasa Smtr_Td : Lahan sementara yang tidak Rmh : Lahan perumahan dan pemukiman diusahakan
Lain : Penggunaan lahan lainnya tidak termasuk Par : Lahan pariwisata hutan negara
Penggunaan lahan paling dominan di Kabupaten Ciamis adalah lahan pertanian. Komoditas utama yang diusahakan di Kabupaten Ciamis adalah padi, palawija, dan perkebunan.
5.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003
Gambar 4 menunjukkan perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Ciamis selama periode 2000-2003. Pertambahan luas areal adalah sawah 2134 ha (1.3%); hutan rakyat 4241 ha (9.5%); perumahan dan pemukiman 1234 ha (1.7%); Industri, perdagangan, dan jasa 101 ha (1.9%); dan pengurangan luas areal adalah ladang, huma, dan tegalan 2333 ha (0.9%); perkebunan 3319 ha (3.1%); Penggunaan lainnya 606 ha (1.5%); dan lahan sementara tidak diusahakan 1452 ha (12.7%). Adapun luas lahan Pariwisata tercatat tidak mengalami perubahan. Perubahan penggunaan lahan terjadi hampir di seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Sidamulih.
2134 -2333 -3319 4241 1234 101 -606 -1452 0 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 Luas (ha) Penggunaan Lahan
L_Swh Ldg_Hm_Tgl Kbn Htn Rmh Ind_Dgg_Js Lain Smtr_Td Par
Gambar 4. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2003 Sumber : Hasil Olah Luas Penggunaan Lahan (Lampiran 3) L_Swh : Lahan Sawah Htn : Lahan Kehutanan Ldg_Hm_Tgl : Lahan Ladang, huma, dan tegal Kbn : Lahan Perkebunan
Ind_Dgg_Js : Lahan Industri manufaktur, perdagangan, dan jasa Smtr_Td : Lahan sementara yang tidak Rmh : Lahan perumahan dan pemukiman diusahakan
Lain : Penggunaan lahan lainnya tidak termasuk Par : Lahan pariwisata hutan negara
Pertambahan paling besar terjadi pada lahan hutan, hal ini disebabkan oleh masyarakat Kabupaten Ciamis yang menanam tanaman hutan pada lahan kering. Hal ini terjadi terutama di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Rajadesa.
5.2 Pusat-pusat Aktifitas Ekonomi Wilayah
Pemusatan aktifitas ditentukan berdasarkan informasi luas penggunaan lahan (Lampiran 3) dan PDRB (Lampiran 4) dengan menggunakan metode LQ. Dalam analisis ini digunakan indikator dari 9 jenis pengunaan lahan meliputi : 1). Lahan Sawah, 2). Ladang, huma, dan tegalan, 3). Perkebunan, 4). Hutan rakyat, 5). Perumahan dan pemukiman, 6). Lahan industri, perdagangan dan jasa, 7). Penggunaan lainnya tidak termasuk hutan negara, 8). Lahan sementara yang tidak diusahakan, dan 9). Lahan pariwisata. Kemudian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) digolongkan menjadi 9 sektor yaitu 1). Pertanian, 2). Pertambangan dan penggalian, 3). Industri pengolahan, 4). Listrik, gas, dan air bersih, 5). Bangunan, 6). Perdagangan, hotel dan restoran, 7). Pengangkutan dan komunikasi, 8). Keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan, 9). Jasa-jasa Lainnya. Sektor pariwisata didapatkan dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan selama berada di objek wisata, yaitu berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa.
Pada Tabel 6 dapat dilihat ringkasan hasil dari analisis LQ untuk aktifitas ekonomi pertanian. Aktifitas ekonomi pertanian memusat di kecamatan-kecamatan: Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Sukadana, Cihaurbeuti, dan Cipaku. Aktifitas sawah pada tahun 2000
terpusat di Kecamatan Cijulang, Parigi, Padaherang, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Tambaksari, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Panawangan, dan Kawali. Sedangkan pada tahun 2003, pusat aktifitas sawah terjadi penambahan yaitu di Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Panjalu.
Tabel 6. Pusat-pusat Aktifitas Pertanian
Tahun 2000 Tahun 2003 PDRB Pertanian Sawah Pertanian Non Sawah PDRB Pertanian Sawah Pertanian Non Sawah Cimerak Cijulang Cigugur Langkaplancar Parigi Sidamulih Padaherang Lakbok Pamarican Cidolog Cimaragas Cisaga Tambaksari Rajadesa Sukadana Cihaurbeuti Cipaku Cijulang Parigi Padaherang Banjarsari Lakbok Pamarican Tambaksari Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Panawangan Kawali Langkaplancar Padaherang Pamarican Cimaragas Cijeungjing Cisaga Rancah Rajadesa Ciamis Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Kawali Panumbangan Cimerak Cijulang Cigugur Langkaplancar Parigi Sidamulih Padaherang Lakbok Pamarican Cidolog Cimaragas Cisaga Tambaksari Rajadesa Sukadana Cihaurbeuti Cipaku Panawangan Cijulang Parigi Padaherang Banjarsari Lakbok Pamarican Cisaga Tambaksari Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Panawangan Kawali Panjalu Langkaplancar Padaherang Pamarican Cidolog Cimaragas Cijeungjing Cisaga Rancah Rajadesa Ciamis Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Sumber : Hasil Analisis LQ (Lampiran 5 dan 6)
Aktifitas lahan kering pada tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Langkaplancar, Padaherang, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjing, Cisaga, Rancah, Rajadesa, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Cipaku, Jatinagara, Panawangan, Kawali, dan Panumbangan. Sedangkan pada tahun 2003, terjadi penambahan pusat aktifitas lahan kering yaitu di Kecamatan Cidolog dan terjadi pengurangan pusat aktifitas lahan kering di Kecamatan Kawali dan Kecamatan Panumbangan. Secara kuantitatif pemusatan aktifitas ekonomi pertanian dan penggunaan lahan pertanian sawah cenderung meningkat dari tahun 2000 ke tahun 2003. Pada Gambar 5 terlihat bahwa aktifitas pertanian cenderung memusat di 16 kecamatan yaitu: Cijulang, Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku dan Panawangan.
Gambar 5. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Pertanian Tahun 2003 Sumber: Hasil Analisis LQ (Tabel 6)
Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian Kabupaten Ciamis aktifitas pertanian merupakan lapangan usaha yang paling besar, karena selain merupakan matapencaharian sebagian besar penduduknya, penggunaan lahan pertanian juga memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Ciamis yaitu sebesar 30.4% pada tahun 2003.
Untuk aktifitas industri, perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada Tabel 7. Dari data tersebut konsentrasi aktifitas ekonomi industri pada tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Sidamulih, Pangandaran, Banjarsari, Pamarican, Cijeungjing, Rancah, Rajadesa, Cikoneng, Cihaurbeuti, Jatinagara, Panawangan, dan Panumbangan. Sedangkan pada tahun 2003 aktifitas ekonomi industri mengalami perubahan hanya di Kecamatan Panumbangan. Konsentrasi aktifitas ekonomi perdagangan, hotel dan restoran tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Cisaga, Sukadana, Sadananya, Kawali, dan Panjalu. Sedangkan tahun 2003 tidak terjadi pusat aktifitas di Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Sadananya.
Tabel 7. Pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran
2000 2003 PDRB Industri Olah PDRB Perdagangan, Hotel & Restoran Lahan Industri/Perdaga ngan/Jasa PDRB Industri Olah PDRB Perdagangan, Hotel & Restoran Lahan Industri/Perdaga ngan/Jasa Sidamulih Pangandaran Banjarsari Pamarican Cijeungjing Rancah Rajadesa Cikoneng Cihaurbeuti Jatinagara Panawangan Panumbangan Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang Padaherang Banjarsari Cisaga Sukadana Sadananya Kawali Panjalu Langkaplancar Parigi Sidamulih Pangandaran Cijeungjing Rancah Sukadana Sadananya Cipaku Panawangan Panjalu Sidamulih Pangandaran Banjarsari Pamarican Cijeungjing Rancah Rajadesa Cikoneng Cihaurbeuti Jatinagara Panawangan Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang Padaherang Banjarsari Cisaga Cipaku Kawali Panjalu Cigugur Parigi Sidamulih Pangandaran Cimaragas Rajadesa Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Kawali Sumber : Hasil Analisis LQ (Lampiran 5 dan 6)
Gambar 6. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2003 Sumber: Hasil Analisis LQ (Tabel 7)