• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIAYA PEMELIHARAANA DAN PERBAIKAN PERALATAN MEDIS TERHADAP PENDAPATAN RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD Kota Banjar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIAYA PEMELIHARAANA DAN PERBAIKAN PERALATAN MEDIS TERHADAP PENDAPATAN RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD Kota Banjar)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 1

PENGARUH BIAYA PEMELIHARAANA DAN PERBAIKAN PERALATAN MEDIS TERHADAP PENDAPATAN RUMAH SAKIT

(Studi Kasus pada RSUD Kota Banjar)

Irfah Lestari (103403168) E-mail: lestari.irfah30@gmail.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis di rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar; (2) pendapatan yang diperoleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar atas penggunaan peralatan medis; dan (3) pengaruh biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini Dinas Daerah Kota Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari peneltian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kondisi biaya pemeliharaan dan perbaikan di RSUD Kota Banjar menunjukkan kondisi yang baik; (2) pendapatan yang diperoleh oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar atas penggunaan peralatan medis ini dalam kondisi baik; dan (3) pengaruh biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar memiliki pengaruh yang signifikan.

Kata kunci: biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis, pendapatan

ABSTRACT

This research purposed to know (1) the maintenance cost and medic improvement at RSUD kota Banjar; (2) the income of using medic tool earned by

(2)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 2 Banjar Hospital; and (3) the influence of maintenance cost and medic tools improvement to the hospital’s income. The method used in this research is descriptive method using case. The Technic of collecting data gotten directly from health official of Tasikmalaya as the primer data and the secondary data gotten from books research. The result of the research showed that : (1) the maintenance and improvement cost at Banjar hospital are in the good condition (2) the income of using medic tools earned by banjar hospital is in the good condition. and (3) the influence of maintenance cost and medic tools improvement to the hospital’s income has the significant influence.

Key word : cost of the improvement and maintenance medic tools,income

PENDAHULUAN

Perusahaan atau organisasi yang merupakan pelaku ekonomi harus menyadari bahwa pada masa sekarang ini Indonesia sedang giat-giatnya memperbaiki pembangunan di berbagai bidang sehingga dapat berperan dengan semestinya bersama-sama dengan pemerintah untuk memperbaiki dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan adalah sektor kesehatan. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi membuat perkembangan yang demikian pesat dalam bidang kesehatan.

Dewasa ini masyarakat semakin kritis di dalam memilih rumah sakit yang benar-benar sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu, pihak rumah sakit harus tetap memperhatikan dan mempertahankan kualitas mutu jasa pelayanannya. Kualitas jasa layanan rumah sakit didukung oleh sarana dan prasarana, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang dibutuhkan oleh rumah sakit untuk kegiatan operasionalnya antara lain berupa mengikuti perkembangan teknologi kedokteran, meningkatkan kualitas tenaga medis yang menunjang kegiatan operasional rumah sakit serta perbaikan sarana dan prasarana yang ada untuk menarik perhatian dan minat pasien. Oleh karena itu, pihak rumah sakit harus benar-benar memperhatikan program pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana dan prasarana atau dalam hal ini lebih ditekankan terhadap peralatan medis yang tersedia.

Undang-undang no.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan yang terangkum dalam bab 1 pasal 1 secara tegas menyatakan bahwa setiap warga negara

(3)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 3 berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Undang-undang ini memberikan tanggung jawab pemerintah maupun masyarakat untuk lebih berperan serta dalam pembangunan di bidang kesehatan. Salah satu usaha mencapai pembangunan tersebut dapat diperoleh melalui pendirian rumah sakit.

Pengertian rumah sakit menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b / Men.Kes / PER / II / 1998, “Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”. Rumah sakit dapat dikategorikan dalam dua jenis kepemilikan, yaitu rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang tujuan utamanya bukan untuk mencari laba, melainkan lebih mementingkan fungsi sosialnya yaitu untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, dan tindakan diagnostik lainnya yang dibutuhkan oleh tiap pasien dalam batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan oleh rumah sakit tersebut.

Dengan kata lain, untuk dapat melakukan pelayanan kepada pasien, rumah sakit mutlak memerlukan peralatan medis. Dan untuk menjaga berjalannya kegiatan operasional rumah sakit, maka diperlukan pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan medis tersebut. Pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan ini akan menimbulkan biaya yang disebut dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan. Lalu dengan terpeliharanya peralatan medis tersebut akan dapat digunakan untuk melayani kebutuhan pasien, dan terpenuhinya kebutuhan pasien akan menimbulkan masuknya pendapatan.

Pendapatan utama rumah sakit pada umumnya berasal dari kegiatan operasionalnya, seperti kegiatan-kegiatan operasi, kegiatan yang berhubungan dengan laboratorium, dan kegiatan-kegiatan kesehatan lainnya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2009 : 8). Biaya pemeliharaan dan perbaikan merupakan biaya yang dialokasikan untuk menjaga agar kondisi aktiva tetap dalam keadaan siap pakai. Sedangkan pendapatan merupakan peningkatan bruto yang timbul dari adanya kas, piutang dan lain-lain atau adanya penurunan kewajiban akibat dari adanya aktiva rutin perusahaan. Pihak rumah sakit berusaha mengoptimalkan kegiatan operasional yang akan dilakukan perusahaan dengan cara memelihara dan

(4)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 4 memperbaiki peralatan medis yang tersedia dalam upaya menjaga konsumen dan peningkatan pendapatan operasional.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar adalah rumah sakit pemerintah yang hadir dan memberikan pelayanan kesehatan sejak tahun 1930, dahulu dikenal dengan nama Balai Pengobatan (Karantina) yang dikelola oleh bangsa Jerman. Seiring dengan perkembangannya RSUD Kota Banjar yang berlokasi di Jawa Barat bagian Timur, telah menyediakan layanan kesehatan yang berbasis pada layanan Satu Atap dimana konsultasi dokter, pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan operatif, hingga layanan rawat inap dapat dilakukan di RSUD Kota Banjar. Adapun penunjang diagnostik yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan dengan menggunakan peralatan medis yang tersimpan di beberapa ruangan, seperti di ruang Radiologi, Laboratorium, CSSD, Ruang Operasi, Ruang Poli, dan lain-lain. Contoh penggunaan peralatan medis di ruang Radiologi diantaranya CT-SCAN, EKG, USG, sedangkan di ruang poli syaraf terdapat peralatan medis EEG, EMG, dan lain sebagainya.

RSUD Kota Banjar memahami benar bahwa kesembuhan dan keselamatan pasien serta pengendalian infeksi dalam rumah sakit merupakan hal yang paling mendasar dan mutlak harus dilakukan. Untuk itu penciptaan lingkungan yang kondusif baik di bangsal perawatan maupun di seluruh area rumah sakit adalah hal yang paling utama. Dalam hal kualitas sumber daya manusia, RSUD Kota Banjar memastikan bahwa sumber daya manusia yang bekerja di RSUD Kota Banjar adalah mereka yang memiliki kompetensi dalam bidangnya. Hal tersebut dilakukan mulai dari perekrutan hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan tujuan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif analisis, merupakan analisis yaitu data-data yang dikumpulkan berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi perusahaan pada saat sekarang, yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan data yang diolah dan dianalisis untuk kemudian ditarik kesimpulan dan saran. (Sugiyono, 2007 : 112)

(5)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 5 Sedangkan pengertian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Moh. Nazir, 2003 : 66)

Operasionalisasi Variabel

Dsdsf

Berdasarkan judul penulis dalam melakukan penelitian, terdapat satu variabel independen dan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis (X). Adapun yang berfungsi sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendapatan rumah sakit atas penggunaan peralatan medis (Y).

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Ukuran Skala

Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis (X)

Biaya reparasi dan perbaikan berupa biaya suku cadang

(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga peroleh jasa dari pihak luar perusahaan untuk untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan, emplasemen,

perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipment,

kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. (Mulyadi, 2009 : 208) Total biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis yang dikeluarkan oleh rumah sakit Rupiah Rasio Pendapatn Rumah Sakit (Y)

Kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan asset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang idak berasal dari kontribusi penanaman modal ( IAI dalam PSAK No.23 Tahun 2013). Total jumlah pendapatan atas penggunaan peralatan medis rumah sakit Rupiah Rasio

(6)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 6

Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis untuk mempereoleh data yang valid untuk digunakan. Adapun cara yang digunakan oleh penulis adalah dengan :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara langsung kepada objek penelitian dengan cara :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung dengan cara merekam kejadian, mengukur, menghitung, dan mencatat kegiatan terhadap kegiatan objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara penulis dengan pimpinan dan staf yang berwenang terkait memberikan keterangan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

c. Dokumentasi

Melakukan pengumpulan data dengan cara mencatat, melihat, dan mengamati serta menelaah laporan-laporan, dokumen dan lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yang dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan sebagai landasan teori dalam menganalisa masalah-masalah yang sesuai dengan bahan yang diteliti.

Pengumpulan data melalui data primer dan sekunder ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengna tujuan pennelitian serta untuk diperolehnya informasi dengan tingkat reliabilitas dan validitas memadai.

(7)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 7

Paradigma Penelitian

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statisstik parametris (skala yang digunakan adalah rasio). Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sugiyono, 2013 : 253). Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan rumah sakit.

Analisis Regresi Sederhana

Digunakan untuk menaksir hubungan antara variabel x dan variabel y. Rumus : Y = a + bX a =(∑ ) ∑ (∑ )(∑ ) ∑ –(∑ )² b = ∑ –(∑ ) (∑ ) ∑ (∑ )² Sugiyono (2013 : 292) Keterangan :

X = Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis Y = Pendapatan Rumah Sakit

a = Konstanta (Bilangan tetap) yang besarnya variabel Y apabila variabel X = 0 b = Koefisien arah garis yang menunjukkan besarnya variabel terikat Y, setiap

variabel X berubah satu tahun

(8)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 8

Analisis Korelasi

Suatu ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat asosiasi atau derajat keeratan antara variabel independen dan variabel dependen. Koefisien dalam penelitian ini akan dicari dengan menggunakan analisis person, analisis ini digunakan untuk menentukan apakah variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Derajat hubungan ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus :

r = ∑ –(∑ ) (∑ )

{ ∑ (∑ )²} { ∑ (∑ )²}

Sugiyono, (2013 : 286)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y n = Ukuran sampel

X = Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis Y = Pendapatan Rumah Sakit

Interpretasi terhadap koefisien korelasi penulis tuangkan dalam tabel 1.2 sebagai berikut :

Tabel 1.2

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sugiyono, (2013 : 287) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah pengkuadratan korelasi ( r² ) digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Rumus : Kd = ( r² ) x 100% Keterangan :

Kd = koefisien determinasi

(9)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 9

Rencana Pengujian Hipotesis

Merupakan alat untuk mengukur tingkat signifikan variabel X terhadap variabel Y. pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan prosedur :

a. Penetapan hipotesis operasional

Ho : = 0 : Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah sakit

Ha : ≠ 0 : Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah sakit

b. Penetapan tingkat signifikansi

Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dengan taraf nyata 5% (a = 0,05). Hal ini sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukkan kedua variabel mempunyai korelasi yang cukup nyata. Dimana a merupakan taraf signifikan atau tingkay kesalahan yang mungkin terjadi.

c. Uji Signifikansi

Untuk mengetahui tingkat signifikansi atas pengaruh X terhadap Y, maka dilakukan pengujian parameter r dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha). Ho adalah hipotesis yang menyatakan pengaruh variabel x tidak signifikan terhadap variabel y, sedangkan Ha adalah hipotesis penelitian dari peneliti yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji, dihitung dengan rumus :

t =

²

Sugiyono, (2013 : 288) Keterangan :

t = nilai uji t

r = nilai koefisien korelasi n-2 = derajat kebebasan d. Kaidah Keputusan

Terima Ho, jika −

≤ ≤

Tolak Ho, jika > atau t < −t

(10)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 10 e. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis seperti tahapan di atas, maka akan dilakukan analisa kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak (sesuai kaidah keputusan).

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian penulis memperoleh data mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis serta data pendapatan yang diperoleh rumah sakit pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Data yang digunakan untuk diolah dan dianalisis bersumber dari laporan realisasi anggaran Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar pada Tahun 2009-2013.

Biaya Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan Medis pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar

Untuk dapat memperoleh data atau informasi mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar, penulis melakukan studi kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar selalu melakukan pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan medis yang tersedia guna menjaga agar alat dapat digunakan setiap waktu dan kegiatan operasional rumah sakit tidak terganggu. Dengan dijalankannya pemelharaan dan perbaikan peralatan medis tersebut, rumah sakit mengeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis. Adapun data yang dapat diperoleh oleh penulis, yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.3

Variabel Biaya Pemeliharaan Dan Perbaikan Peralatan Medis Tahun 2009-2013

Tahun Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Naik - Turun (%) 2009 Semester 1 Rp 43,017,000.00 -

Semester 2 Rp 3,653,705.00 - 2010 Semester 1 Rp 81,005,639.00 88,31

(11)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 11 2011 Semester 1 Rp 4,345,000.00 -94,64 Semester 2 Rp 2,725,000.00 -95,55 2012 Semester 1 Rp 33,870,728.00 679,53 Semester 2 Rp 114,236,428.00 4.092,16 2013 Semester 1 Rp 63,167,000.00 86,49 Semester 2 Rp 594,618,762.00 420,51 Sumber : RSUD Kota Banjar

Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar Atas Penggunaan Peralatan Medis

Pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dilakukan agar kondisi peralatan medis tetap dalam standar kinerja semula dan dapat digunakan setiap saat dibutuhkan. Dengan digunakannya peralatan medis oleh pasien maka masuk pula pendapatan rumah sakit atas penetapan tarif yang diberikan kepada pasien. Penulis melakukan penelitian untuk dapat membuktikan bahwa dengan melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis akan membuat pendapatan khususnya pendapatan atas penggunaan peralatan medis ini meningkat. Adapun data yang diperoleh oleh penulis mengenai pendapatan atas penggunaan peralatan medis Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar adalah sebagai berikut :

Tabel 1.4 Variabel Pendapatan

Tahun 2009-2013

Tahun Pendapatan Naik Turun (%)

2009 Semester 1 Rp 259,325,800.00 - Semester 2 Rp 64,787,965.00 - 2010 Semester 1 Rp 159,691,005.00 -38,42 Semester 2 Rp 195,393,825.00 201,59 2011 Semester 1 Rp 170,215,575.00 6,59 Semester 2 Rp 234,403,160.00 19,96 2012 Semester 1 Rp 781,685,575.00 359,23 Semester 2 Rp 2,636,405,333.00 1.024,73 2013 Semester 1 Rp 1,703,245,515.00 117,89 Semester 2 Rp 3,440,244,828.00 30,49 Sumber : RSUD Kota Banjar

(12)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 12

Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar

Penelitian mengenai biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis selama tahun 2009–2013 pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar penulis sajikan dalam bentuk per semester sesuai dengan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Hasil penelitian penulis deskripsikan sebagai berikut :

1. Pada semester 1 (periode 1 Januari s.d 30 Juni) tahun 2009 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis (Alat-alat Kedokteran) adalah sebesar Rp. 43.017.000,00.

2. Pada semester 2 (periode 1 Juli s.d 31 Desember) tahun 2009 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 3.653.705,00. 3. Pada semester 1 (periode 1 Januari s.d 30 Juni) tahun 2010 Realisasi Belanja

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 81.005.639,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 88,31 % ) atau Rp. 37.988.639,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2009. Kenaikan ini disebakan adanya penggantian asesoris pada peralatan medis yang sifatnya pemeliharaan rutin.

4. Pada semester 2 (periode 1 Juli s.d 31 Desember) tahun 2010 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 61.217.560,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 1.575,49% ) atau Rp. 57.563.855,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2009. Kenaikan ini terjadi karena ada kerusakan pada alat CT-SCAN, kondisi alat tersebut harus selalu berada dalam suhu dingin, akan tetapi AC ruangan mengalami gangguan dan dalam keadaan mendesak harus digunakan, sehingga setelah digunakan terjadi kerusakan pada program kontrol. Biaya perbaikan pada alat ini terbilang mahal, sehingga kenaikan biaya melonjak drastis. 5. Peda semester 1 (periode 1 Januari s.d 30 Juni) tahun 2011 Realisasi Belanja

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 4.345.000,00. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar ( -94,64% ) atau Rp. 76.660.639,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2010. Pemeliharaan yang dilakukan ini menurun drastis karena yang dilakukan hanya dalam bidang pendukung dari peralatan medis, seperti halnya

(13)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 13 keperluan AC bagi alat CT –SCAN, perlengkapan pada ruangan steril, dan lain sebagainya.

6. Pada semester 2 (periode 1 Juli s.d 31 Desember) tahun 2011 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 2.725.000,00. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar ( -95,55% ) atau Rp. 58.492.560,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2010. Pada periode ini, pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan hanya berbentuk pemeliharaan dan perbaikan rutin, sehingga biaya yang dikeluarkan turun karena hanya ada penggantian asesoris pada peralatan medis. 7. Pada semester 1 (periode 1 Januari s.d 30 Juni) tahun 2012 Realisasi Belanja

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 33.870.728,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 679,53% ) atau Rp. 29.525.728,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2011. Perubahan yang drastis ini terjadi karena adanya penggantian lampu untuk ruangan steril, perbaikan suaction pump dan tensimeter. 8. Pada semester 2 (periode 1 Juli s.d 31 Desember) tahun 2012 Realisasi Belanja

Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 114.236.428,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 4092,16% ) atau Rp. 111.511.428,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2011. Biaya pemeliharaan ini mengalami kenaikan yang sangat drastis dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya kerusakan pada bagian Perawatan Anak yang tergolong dalam skala prioritas utama, sehingga dalam anggaran yang telah disediakan, sembari melakukan pemeliharaan peralatan lain baik itu pemeliharaan rutin ataupun pemeliharaan non-rutin (accident), dikarenakan ada kerusakan pada peralatan di bagian Perawatan Anak, sehingga menyebabkan biaya melonjak drastis.

9. Pada semester 1 (periode 1 Januari s.d 30 Juni) tahun 2013 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 63.167.000,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 86,49% ) atau Rp. 29.296.272,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2012. Perubahan ini terjadi karena adanya penggantian asesoris di alat ESU, Steam autoclap yang terdapat pada CSSD dan kini hanya ada satu alat

(14)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 14 yang dapat digunakan karena satu alat yang lain sedang dalam perbaikan. Karena intensifnya penggunaan alat tersebut, sehingga alat yang dapat digunakanpun mengalami kondisi yang menurun dan harus dilakukna penggantian suatu asesoris dalam alat Steam autoclap tersebut.

10.Pada semester 2 (periode 1 Juli s.d 31 Desember) tahun 2013 Realisasi Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 594,618,762.00. jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 420,51% ) atau Rp. 480.382.334,00 dibandingkan dengan Belanja Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2012. Pada periode ini peningkatan biaya terjadi karena terdapat beberapa alat yang tidak terduga mengalami kerusakan dan harus melakukan penggantian spare part seperti di ruang Laboratorium alat analisa darah harus diperbaiki, Inkubator, USG bagian prop linear, dan bagian Ventilator ICU yang di dalamnya ada beberapa item yang harus diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis mengalami kenaikan drastis.

Pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis yang dilakukan baik yang bersifat rutin ataupun non-rutin terdapat pula pemeliharaan yang dilakukan untuk pendukung alat tersebut, seperti halnya kasus yang telah dijelaskan diatas adanya alat CT-SCAN yang harus selalu berada dalam suhu yang dingin sehingga AC termasuk alat yang dipelihara dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis. Adanya kenaikan yang terjadi dalam setiap periodenya diakibatkan oleh adanya kerusakan yang tidak terkira sebelumnya karena alat tersebut belum mencapai umur ekonomisnya. Dan yang menjadi penyebab adalah adanya penggunaan alat secara intensif. Adapun penurun yang terjadi dari biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dikarenakan biaya yang dikeluarkan hanya berbatas pada pemeliharaan rutin atau penggantian asesoris dari peralatan medis tersebut.

Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar Atas Penggunaan Peralatan Medis

Penelitian mengenai pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit atas penggunaan peralatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar pada tahun 2009-2013 penulis sajikan pula dalam bentuk semester. Hasil penelitian ini penulis deskripsikan sebagai berikut :

(15)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 15 1. Pada semester 1 (periode Januari s.d 30 Juni) tahun 2009 Realisasi Pendapatan atas

Penggunaan Peralatan Medis (Pemeriksaan Penunjang Diagnostik) adalah sebesar Rp. 259.325.800,00.

2. Pada semester 2 (periode Juli s.d 30 Desember) tahun 2009 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 64.787.965,00.

3. Pada semester 1 (periode Januari s.d 30 Juni) tahun 2010 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 159.691.005,00. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar ( -38,42% ) atau sebesar Rp. 99.634.795,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2009. Hal ini dikarenakan adanya penambahan biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis.

4. Pada semester 2 (periode Juli s.d 30 Desember) tahun 2010 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 195.393.825,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 201,59% ) atau sebesar Rp. 130.605.860,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2009. Kenaikan ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pasien dalam penggunaan peralatan medis dan kondisi alat masih optimal, sehingga pendapatan yang diperoleh meningkat dan masih mampu menutupi biaya pemeliharaan yang dikeluarkan.

5. Pada semester 1 (periode Januari s.d 30 Juni) tahun 2011 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 170.215.575,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 6,59% ) atau sebesar Rp. 10.524.570,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2010. Peningkatan kecil yang terjadi menunjukkan adanya pengoptimalan kinerja peralatan medis yang digunakan meski ada beberapa perbaikan.

6. Pada semester 2 (periode Juli s.d 30 Desember) tahun 2011 Realisasi Pednapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 234.403.160,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 19,96% ) atau sebesar Rp. 39.009.335,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2010. Peningkatan yang belum dapat drastis juga diakibatkan karena adanya beberapa peralatan medis yang harus menjalani perrbaikan.

(16)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 16 7. Pada semester 1 (periode Januari s.d 30 Juni) tahun 2012 Realisasi Pendapatan atas

Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 781.685.575,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 359,23% ) atau Rp. 611.470.000,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2011. Pendapatan yang diperoleh semakin meningkat dengan berjalannya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis.

8. Pada semester 2 (periode Juli s.d 30 Desember) tahun 2012 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesr Rp. 2.636.405.333,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 1.024,73% ) atau Rp. 2.402.002.173,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2011. Peningkatan drastis terjadi seiring dengan memuncaknya biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis, ini menunjukkan kesigapan pegawai dalam memelihara peralatan medis sehingga pada saat akan digunakan, peralatan medis dalam keadaan siap dan mampu melayani kebutuhan pasien, sehingga pendapatan turut diperoleh.

9. Pada semester 1 (periode Januari s.d 30 Juni) tahun 2013 Realisasi Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 1.703.245.515,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 117,89% ) atau Rp. 921.559.940,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 1 tahun 2012. Peningkatan pendapatan terus terjadi dalam setiap periode karena kemampuan rumah sakit dalam menjaga peralatan medis dan memenuhi kebutuhan pasien. 10.Pada semester 2 (periode Juli s.d 30 Desember) tahun 2013 Realisasi Pendapatan

atas Penggunaan Peralatan Medis adalah sebesar Rp. 3.440.244.828,00. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar ( 30,49% ) atau Rp. 803.839.495,00 dibandingkan dengan Pendapatan atas Penggunaan Peralatan Medis pada semester 2 tahun 2012. Meski kenaikan yang dialaimi tidak drastis, namun tetap menunjukkan konsistensi rumah sakit dalam menghasilkan pendapatan. Hal tersebut dikarenakan pula oleh adanya konsistensi pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

Dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan yang terus terjadi meskipun terdapat naik turun presentase perolehannya, akan tetapi ini menunjukkan kinerja dari peralatan medis yang optimal dan menghasilkan pendapatan yang optimal

(17)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 17 pula. Kemampuan dalam mengelola biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis sangat menunjang pada pendapatan yang diperoleh. Pemberlakuan skala prioritas dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis juga turut serta membantu tugas rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan pasien dan diperolehnya pendapatan.

Pengaruh Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Medis terhadap Pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar

Untuk mengetahui besarnya pengaruh biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar, maka penulis menggunakan analisis regresi sederhana, analisis korelasi, koefisien determinasi, serta pengujian hipotesis. Analisisi kuantitatif yang dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari laporan keuangan yang memuat biaya pemelijaraan dan perbaikan peralatan medis serta pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.

Pengujian terhadap hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. dalam hal ini proses perhitungan, data yang digunakan adalah biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis serta pendapatan selama 10 semester yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

1. Analisis Regresi Sederhana

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS versi 16.0, (terlampir) tentang pengaruh biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan diperoleh nilai koefisien yang tercatat dari hasil regresi untuk konstanta adalah sebesar 416.200.000 menunjukkan bahwa apabila tidak ada biaya pemeliharaan dan perbaikan, maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 416.200.000. Sedangkan untuk koefisien variabel biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis yang tercatat dari hasil regresi sebesar 5.473 menunjukkan bahwa setiap peningkatan biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis sebesar Rp. 1 akan meningkatkan pendapatan operasional sebesar Rp. 5.473.

Y = a + bX

(18)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 18

2. Koefisien Korelasi

Analisis korelasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel independen (biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis) dan variabel dependen (pendapatan). Untuk mencari hubungan antara kedua variabel tersebut maka harus dibandingkan dengan batas koefisien korelasi. Batas untuk koefisien korelasi tersebut antara -1 sampai dengan 1 atau -1 ≤ r ≤ 1. Semakin jauh angka “r” dari nol, maka semakin kuat hubungan antara kedua variabel tersebut.

Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS versi 16.0 (terlampir) mengenai koefidien korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,802 menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang kuat antara biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dengan pendapatan. Artinya, apabila biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis mengalami kenaikan, maka pendapatan juga mengalami kenaikan.

3. Koefisiem Determinasi

Hasil analisis yang diperoleh dari koefisien determinasi dengan program SPSS versi 16.0 adalah sebesar 0,643 atau sebesar 64,30%. Artinya bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis akan mempengaruhi pendapatan sebesar 64,30% sedangkan sisanya 35,70% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalan penelitian ini, diantaranya pemakaian jasa ahli, program pendidikan dan pelatihan, dan lain sebagainya.

4. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS versi 16.0 (terlampir) diperoleh

sebesar 3,796 dan sebesar 2,306 berarti tolak Hipotesis nol (Ho) dan terima Hipotesis alternative (Ha) karena > . Hal tersebut menunjukkan tingkat keyakinan 95% bahwa Hipotesis alternative diterima yang berarti biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah sakit. Hal ini mengandung arti bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis tetap akan meningkatkan pendapatan. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis secara optimal dapat mengoptimalkan kinerja peralatan medis sehingga akan mendukung pencapaian pendapatan yang sesuai dengan harapan.

(19)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 19 Zaki Baridwan ( 2000:245) mengemukakan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan alat-alat produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar berada dalam kondisi operasi baik. Sehingga proses produksi akan berjalan lancar dan produk yang dihasilkan akan sesuai rencana. Biaya pemeliharaan dan perbaikan alat-alat produksi merupakan salah satu faktor dalam mempertahankan dan mencapai volume produksi yang diharapkan perusahaan. Adapun kaitannya dengan penelitian ini adalah bahwa teori tersebut sejalan dengan penelitian hanya berbeda jenis perusahaan. Dalam penelitian ini perusahaan yang diungkapkan adalah perusahaan jasa, akan tetapi peralatan medis yang dimaksud ini merupakan aktiva tetap dari perusahaan atau RSUD yang dipelihara dan diperbaiki agar berada dalam kondisi operasi baik sehingga proses pelayanan kepada pasien akan sesuai rencana dan mencapai pendapatan yang diharapkan perusahaan.

Teori mengenai biaya diungkapkan oleh Krismiaji (2002:8) merupakan kas atau ekuitas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode masa mendatang. Menurut Sunarto (2003:4) biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan. Hal tersebut telah menggambarkan pula bahwa dengan biaya yang dikeluarkan menjadi suatu pengorbanan yang dilakukan dengan harapan di masa mendatang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis yang dikeluarkan diharapkan akan memberikan pendapatan yang jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dimasa yang akan datang.

Hasil hipotesis penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan RSUD Kota Banjar. Hal tersebut relevan dengan penelitian sebelumnya dari F. Faisal (2008) yang mengemukakan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan berperan secara signifikan terhadap pendapatan rumah sakit.

(20)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 20

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar, maka penulis menjawab identifikasi masalah dengan mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis menjadi salah satu pos dalam laporan keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Hal ini berarti Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar melaksanan dan memperhatikan pentingnya pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan medis yang tersedia. Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis di RSUD Kota Banjar dalam kondisi baik, karena realisasi biaya tidak melampaui anggaran yang diputuskan, adanya pedoman dalam menentukan presentase anggaran yang disediakan, dan dilihat pula dari data pendapatan atas penggunaan peralatan medis yang diperoleh menunjukkan jumlah yang terpaut jauh dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis, sehingga biaya dapat tertutup oleh pendapatan yang diperoleh dan menunjukkan pula kemampuan dalam mengelola biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis. Hal tersebut membuktikan bahwa pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga meningkatnya mutu pelayanan dapat meningkatkan pula pendapatan RSUD Kota Banjar.

2. Pendapatan yang diperoleh oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar atas penggunaan peralatan medis ini dalam kondisi baik, karena jumlah pendapatan atas penggunaan peralatan medis yang diperoleh jauh diatas biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis yang dikeluarkan dan dilihat dari data yang diperoleh juga menunjukkan adanya kemampuan dalam meningkatkan pendapatan dari setiap periodenya. Adanya biaya yang dikeluarkan untuk memeliharaan dan memperbaiki peralatan medis dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan kinerja alat sehingga alat dalam keadaan siap pakai, hal tersebutlah yang meningkatkan pendapatan yang diperoleh oleh RSUD Kota Banjar atas penggunaan peralatan medis sehingga pendapatan RSUD Kota Banjar atas penggunaan peralatan medis dalam kondisi baik.

3. Pengaruh biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini

(21)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 21 ditunjukkan dari hasil signifikansi yang mencapai 0.005 atau memiliki pengaruh hingga 64,30%, sedangkan sisanya 35,70% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, diantaranya pemakaian jasa ahli, program pendidikan dan pelatihan, dan lain sebagainya.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan simpulan yang telah dipaparkan, maka

penulis menyertakan pula saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna

bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya yaitu :

1. Bagi Perusahaan

 Perusahaan/ pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar ada baiknya

melindungi peralatan medis melalui asuransi, dengan tujuan menjaga keberadaan

peralatan medis dari kondisi apapun dan dapat pula menekan biaya pemeliharaan

dan perbaikan peralatan medis karena biaya kerusakan yang terjadi akan

ditanggung oleh pihak asuransi.

 Mengingat pentingnya keberadaan peralatan medis bagi rumah sakit dan

kesembuhan pasien, ada baiknya jika terdapat pegawai yang secara khusus

menangani pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis, sehingga pusat

perhatian hanya terfokus pada pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis,

bukan lagi pemeliharaan dan perbaikan di semua aspek, baik itu peralatan medis,

gedung dan bangunan, kendaraan, listrik, dan lain sebagainya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

 Bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai objek biaya pemeliharaan dan

perbaikan bisa menggunakan ruang lingkup lain selain jasa kesehatan seperti

(22)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 22 dagang tentang pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetapnya, baik itu mesin atau

apapun yang dapat mempengaruhi pendapatan.

 Penelitian lebih lanjut dapat diperluas untuk meneliti indikator lain yang dapat

mempengaruhi pendapatan rumah sakit, seperti : faktor sumber daya manusia,

(23)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 23

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Ahyari. 2002. Manajemen Produksi. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE Assauri, Sofjan. 2006. Manajemen Operasional. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Blocher, Edward J. 2000. Manajemen Biaya Buku 1. Terjemahan oleh Susty

Ambarriani. Jakarta: Salemba Empat

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Teknis Perawatan Dasar dan Kecakapan Keperawatan. Jakarta: Binarupa Aksara

Faisal, F. 2008. Analisis Peranan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan dalam Meningkatkan Pendapatan Operasional. Proposal Penelitian Universitas Widyatama.

FASB. 1980. Statement of Financial Accounting Concepts No. 2, Qualitative Characteristics of Accounting Information.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_1960.htm http://husinrm.files.wordpress.com/2008/07/permenkes-159b-1988.pdf. http://www.iiste.org/Journals/index.php/IEL/article/viewFile/1619/1604. http://jurnal.upi.edu/file/6A.Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_Pendapatan.pdf. http://dinkes.jogjaprov.go.id/files/UU_Kesehatan.pdf

Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Krismiaji. 2002, Akuntansi Biaya. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Laksono Trisnanto. 2006. Aspek strategis dalam Manajemen Rumah Sakit, cetakan pertama, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi ke-5 cetakan kesembilan, Yogyakarta: UPP-STIM YKPN

Rosidah, Euis. 2013. Akuntansi Biaya. Bandung: Mujahid Press

Smith, Jay M dan K. Fred Skousen. 2000. Akuntansi Intermediate. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Manajemen. Bandung : Alfabeta

Sukanto, Reksohadiprodjo. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE

(24)

Jurnal Akuntansi 2014 Universitas Siliwangi | 24 T, Hani Handoko. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan operasi, edisi kesatu.

Yogyakarta: BPFE

Weygandt, Jerry J and Kieso, Donald E and Kimmel, Paul D,. 2000. Accounting Principles, Edisi Ketujuh. Jakarta : Salemba Empat

Zaki baridwan. 2000. Intermediate Accounting, Edisi Keenam. Yogyakarta : BPFE.

Gambar

Tabel 1.4  Variabel Pendapatan

Referensi

Dokumen terkait

garam3,2 dan dengan daya 168 Watt (low level) suhu sampel 73o C, suhu naik menjadi 98o C pada daya 330 Watt (medium low), dan naik lagi menjadi 102 o C pada daya 432 Watt

Faktor-faktor masyarakat memilih jasa lembaga keuangan syari’ah salah satunya karena faktor agama, sehingga mereka dinyatakan sebagai sharia loyalist, dengan kata lain karena

berikut :Diuretic Tiazid : merupakan golongan yang umum digunakan seluruh obat –obat golongan ini bekerja pada tubulus disatl ginjal dan memiliki efek...

Terakhir adalah dahan Ken Angrok dengan Ken Umang yang menurunkan Tohjaya dan saudara-saudaranya, meskipun jalur ini tidak terekam secara baik dalam sejarah namun

Status hidrasi pada atlet dapat diketahui melalui berbagai macam parameter, antara lain perubahan berat badan sebelum dan sesudah latihan, pengukuran jumlah total

Strategi Imajinasi yang diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarutung dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi, ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar

8.5v pada gambar 4.8 tidak menunjukkan adanya presipitat karbida pada daerah austenite dan batas butir yang lebih luas akan tetapi pada parameter 12.3v(spesimen 3) dapat

tumbuhan lain yang berada di dekatnya, memiliki akar di dalam tanah berbentuk serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang panjang.. Batang berbentuk bulat, tegak,