BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Letak
Kabupaten Labuhanbatu dengan Ibukota Rantauprapat merupakan salah satu kabupaten yang berada pada kawasan pantai timur Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada koordinat 1°41’- 2°44’ Lintang Utara dan 99°33’ - 100°22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan laut.
Kabupaten Labuhanbatu mempunyai kedudukan yang cukup strategis yaitu berada pada jalur lintas timur Sumatera dan berada pada persimpangan menuju Propinsi Sumatera Barat dan Riau, yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Kawasan Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari kawasan perkotaan, kawasan, kawasan pesisir/pantai dan kawasan perbatasan/pedalaman.
Gambar 1. Peta Kabupaten Labuhanbatu
Tabel 1. Batas Wilayah Kabupaten Labuhanbatu LUAS 256.138 HA atau 2.561,38 KM²
BATAS-BATAS:
Utara Kabupaten Labuhan Batu Utara & Selat Malaka Timur Provinsi Riau
Selatan Kabupaten Labuhan Batu Selatan &Kabupaten Padang Lawas Utara Barat Kabupaten Labuhan Batu Utara
2.2 Sejarah
1.2.1 Sebelum Zaman Penjajahan Belanda
Sistem Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri). Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung yang menjadi Jaksa Merangkap Kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu Panglima Angkatan Laut/Panglima Perang.Di bawah Laksamana ada Hulu Balang atau Panglima Angkatan Darat.Kemudian ada pula Bentara kanan bertugas sebagai ajudan Sultan dan Bentara kiri yang menjadi Penghulu Para Bangsawan.
1.2.2 Zaman Penjajahan Belanda
Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun, diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk ke Labuhan Batu berkisar tahun 1825.Namun ada pula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi (berkisar tahun 1831).
1.2.3 Zaman Penjajahan Jepang
Pada tahun 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang) menduduki seluruh wilayah Indonesia.Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang mendarat di Perupuk
(Tanjung Tiram).Dari Perupuk sebagian tentara Jepang tersebut melanjutkan gerakan Pasukan untuk merebut Kota Tebing Tinggi dan selanjutnya Kota Medan.Dan sebagian lagi ke Wilayah Tanjung Balai yang pada saat itu sebagai Pusat Pemerintahan Afdeling Asahan.Dari Asahan (Tanjung Balai) selanjutnya ke wilayah Labuhan Batu untuk merebut Kota Rantau Prapat.
1.2.4 Setelah Proklamasi
Dalam perkembangan berikutnya jalannya pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Daerah sampai dengan awal Tahun 1946 kurang dapat berfungsi dengan baik.Hal ini akibat fokus pemikiran pada waktu itu lebih ditujukan untuk mempersiapkan perlawanan fisik kepada penjajah Belanda yang selalu berupaya merebut kembali ke Negara RepublikIndonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak tanggal 17 Agustus1945.Pada bulan maret 1946 terjadi Peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur (termasuk Labuhanbatu) yang mengakibatkan tergangggunya roda pemerintahan, keamanan dan ketertiban di wilayah LabuhanBatu.
1.2.5 Pemekaran Labuhanbatu
Pada tahun 2008 kabupaten Labuhanbatu mengalami pemekaran wilayah menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara.Setelah pemekaran wilayah tersebut, Kabupaten Labuhanbatu hanya terdiri dari 9 Kecamatan yaitu:
1. Bilah Hulu 2. Pangkatan 3. Bilah Barat 4. Bilah Hilir
5. Panai Hulur 6. Panai Tengah 7. Panai Hilir 8. Rantau Selatan 9. Rantau Utara 2.3Kependudukan
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu 2014
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Labuhanbatu Per 31 Desember 2015
No Kecamatan Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Rantau Utara 52.585 52.399 104.984 2 Rantau Selatan 35.814 35.623 71.437 3 Bilah Barat 21.198 20.836 42.034 4 Bilah Hilir 29.564 28.331 57.895 5 Bilah Hulu 34.182 33.466 67.648 6 Pangkatan 20.154 19.888 40.042 7 Panai Tengah 19.515 18.296 37.811 8 Panai Hilir 21.121 19.884 41.005 9 Panai Hulu 19.715 18.802 38.517 Jumlah 253.848 247.525 501.373 Kecamatan/District
Luas/Area Penduduk/Population Kepadatan Penduduk/ Population Density KM % JUMLAH % BILAH HULU 293,23 11,45 60.889 13,42 208 PANGKATAN 355,47 13,88 33.157 7,31 93 BILAH BARAT 202,98 7,92 37.519 8,27 185 BILAH HILIR 430,83 16,82 51.798 11,42 120 PANAI HULU 276,31 10,79 36.746 8,10 133 PANAI TENGAH 483,74 18,89 37.291 8,22 77 PANAI HILIR 342,03 13,35 37.037 8,16 108 RANTAU SELATAN 64,32 2,51 68.058 15,00 1.058 RANTAU UTARA 112,47 4,39 91.135 20,09 810 LABUHANBATU 2561,38 100,00 453.630 100,00 177
Tabel 4. Jumlah Penduduk Status Cerai Hidup dan Cerai Mati Kabupaten Labuhanbatu Per 31 Desember 2015
No Kecamatan Keterangan
Cerai Hidup Cerai Mati
1 Rantau Utara 1.240 3.525 2 Rantau Selatan 759 2.134 3 Bilah Barat 395 1.046 4 Bilah Hilir 362 1.616 5 Bilah Hulu 640 1.935 6 Pangkatan 491 1.187 7 Panai Tengah 232 9.12 8 Panai Hilir 271 1.132 9 Panai Hulu 235 1.007 Jumlah 4.625 14.494
Dari penjelasan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penduduk kabupaten labuhanbatu tepatnya di kecamatan Rantau Utara banyak terdapat keluarga yang memiliki status bercerai sebanyak 4.765 jiwa, bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
2.3.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digolongkan secara garis besar menjadi tiga kategori, Usia muda/ belum produktif yaitu usia 0-14 tahun, Usia remaja dan dewasa/ produktif yaitu usia 15-54 tahun, Usia tua/ tidak produktif yaitu usia 55 tahun keatas. Jumlah penduduk kabupaten labuhanbatu menurut umur dan jenis kelamin dari data monografi tahun 2014 tercatat 453.630 jiwa.
Tabel 5.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Labuhanbatu
Tahun 2014 Kelompok Umur /
Age Group
Penduduk / Population (Orang) Laki-laki / Male Perempuan / Female Jumlah / Total 0 – 4 27.890 27.463 55.353 5 – 9 26.143 25.041 51.184 10 – 14 24.137 23.067 47.204 15 – 19 23.360 22.307 45.667 20 – 24 20.678 19.895 40.573 25 – 29 19.584 19.002 38.586 30 – 34 17.855 17.560 35.415 35 – 39 15.717 15.496 31.213 40 – 44 13.622 13.258 26.880 45 – 49 11.688 11.825 23.513 50 – 54 9.832 9.847 19.679 55 – 59 7.635 7.286 14.921 60 – 64 4.785 4.821 9.606 65 – 69 2.632 3.009 5.641 70 – 74 1.750 2.312 4.062 75 + 1.802 2.331 4.133 Labuhanbatu 229.110 224.520 453.630
Dari penjelasan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penduduk kabupaten labuhanbatu sebagian besar merupakan golongan usia remaja dan dewasa (usia produktif), yaitu sebanyak 261.526 jiwa, bila dibandingkan dengan usia muda yaitu 153.741 jiwa dan golongan usia tua (usia non produktif), yaitu 38.363 jiwa.
2.3.2 Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan sumber pendapatan bagi kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia memiliki pekerjaan sesuai dengan usia kemampuan yang dimiliki. Dengan memiliki pekerjaan manusia akan memperoleh pendapatan yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup.
Tabel 6. Banyaknya Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013 Kelompok Umur /
Age Group
Penduduk / Population (Orang) Laki-laki / Male Perempuan / Female Jumlah / Total 15 – 19 14.416 1.818 16.234 20 – 24 12.790 8.312 21.102 25 – 29 18.459 6.250 24.709 30 – 34 16.449 10.839 27.288 35 – 39 14.507 6.935 21.442 40 – 44 13.254 7.220 20.474 45 – 49 8.714 5.066 13.780 50 – 54 10.084 5.162 15.246 55 – 59 3.882 778 4.660 60 + 7.297 1.332 8.629 Labuhanbatu 119.852 53.712 173.564
Penduduk Kabupaten labuhanbatu mempunyai mata pencaharian yang sangat beraneka ragam.Dalam hal itu sektor industri pengolahan masih merupakan penyumbang terbesar dalam perekonomian Labuhanbatu. Kontribusinya terhadap PDRB pada tahun 2013 mencapai 43,79 persen. Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 19,78 persen. Penyumbang terbesar ketiga adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 16,55 persen. Kemudian diikuti dengan sektor jasa-jasa sebesar 9,86 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 4,21 persen, sektor bangunan 2,41 persen, sektor pertambangan dan penggalian 1,64 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,41 persen, serta sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,36 persen.
Tabel 7. Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Labuhanbatu menurut LapanganUsaha/Sektor
(Persen)
Lapangan Usaha/Sektor Tahun 2012 StrukturTahun 2013
Pertanian 19,51 19,78
Pertambangan dan Penggalian 1,67 1,64
Industri Pengolahan 43,83 43,79
Listrik, Gas dan Air Bersih 0,38 0,36
Bangunan 2,42 2,41
Perdagangan, Hotel dan Restoran 16,88 16,55
Pengangkutan dan Komunikasi 4,30 4,21
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,40 1,41
Jasa-jasa 9,62 9,86
PDRB 100,00 100,00
2.3.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan alat yang penting bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan dirinya baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor.Pendidikan diperlukan dalam tercapainya suatu bangsa yang maju di berbagai bidang kehidupan.Dengan adanya pendidikan masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta ikut serta dalam pembangunan, baik dari segi sosial, intelektual, mental dan spritual yang nantinya berpengaruh pada kualitas pembangunan.Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan.
Tabel 8. Jumlah Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Labuhanbatu
Kecamatan
Jumlah Sarana Pendidikan
Umum Agama SD SLTP/ SMP SMA SMK MI MTs MA Bilah Hulu 48 6 2 8 1 11 6 Pangkatan 28 4 1 1 - 4 1 Bilah Barat 32 5 2 1 2 6 2 Bilah Hilir 30 7 2 - 4 9 4 Panai Hulu 22 7 3 1 3 4 2 Panai Tengah 34 6 2 - 6 4 2 Panai Hilir 31 8 1 1 8 8 4 Rantau Selatan 22 5 3 8 5 4 2 Rantau Utara 33 13 9 9 4 7 3 JUMLAH 280 61 25 29 33 57 26
Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kabupaten labuhanbatu dapat terlihat dari tabel diatas bahwa secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kabupaten labuhanbatu sangat beragam.
2.3.4 Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan
Masyarakat di Kabupaten labuhanbatu khususnya di Kecamatan rantau utara termasuk masyarakat yang heterogen dengan latar belakang pendidikan, agama, mata pencaharian yang berbeda-beda, namun dalam pola kehidupan sehari-hari masyarakat begitu menjaga keselarasan hidup bersama dengan saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Sebagian besar masyarakat masih sangat melestarikan kebudayaan yang masih melekat kuat, seperti gotong royong, kekeluargaan, dan acara-acara tradisi yang dilakukan oleh warga masyarakat baik religius maupun tradisional.
Pola kehidupan yang bersifat kekeluargaan masih sangat terasa, hal ini dapat terjaga karena masyarakat senantiasa menghargai satu sama lain. Selain itu apabila ada tetangga yang memiliki hajatan pernikahan, penduduk di sekitar akan membantu dengan sukarela. Seperti
misalnya bapak-bapak bertugas mengatur perlengkapan dan peralatan pernikahan, ibu-ibu bertugas mengatur konsumsi dan pemuda-pemudi akan membantu dalam hal yang lainnya.
Semangat kerukunan dan kekeluargaan merupakan fondasi yang terus dijaga dalam kehidupan bersama demi terciptanya keharmonisan dan keselarasan.Hal ini kemudian diaplikasikan dalam bentuk organisasi masyarakat yang terus berjalan, seperti perwiridan bapak-bapak pada malam-malam tertentu, serta pengajian ibu-ibu pada sore hari yang dilaksanakan pada hari tertentu juga.
2.3.5 Bahasa
Kabupaten labuhanbatu terkhusus kota rantauprapat merupakan kota multi etnis, yang dihuni oleh suku jawa, suku melayu, suku batak, suku mandailing, dan suku tionghoa. Kemajemukan etnis menjadikan kota rantauprapat kaya akan kebudayaan yang beragam. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat kota rantauprapat tergantung dari suku mana mereka dilahirkan dan lingkungan tempat tinggal. Contohnya ketika tinggal di daerah yang mayoritasnya bersuku mandailing maka bahasa yang dominan adalaha bahasa mandailing. Namun tentu tidak semua orang di daerah tersebut bias bahasa Mandailing dan sudah pasti menggunakan bahasa nasional kita yaitu bahasa Indonesia. Hal serupa juga terjadi di daerah dengan mayoritas suku lainnya. Namun juga tidak sedikit masyarakat yang bias berbahasa diluar dari sukunya dan memilih berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Untuk kawasan rantau utara sendiri misalnya yang secara jelas sistem kekeluargaan banyak yang bersuku mandailing, maka bisa kita dengar sering kali berkomunikasi dengan bahasa mandailing yang digunakan.
memberi ajaran mengatur mengenai tata cara beribadah dan tata kelakuan yang dalam kehidupan bersama. Penduduk di Kabupaten labuhanbatu khususnya kecamatan rantau utara memeluk agama yang berbeda-beda.
Dari data sensus penduduk tahun 2010 dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten labuhanbatu beragama Islam sebanyak 344.244 orang, sedangkan Kristen sebanyak 57.921 orang, Katolik 48.11 orang, Hindu sebanyak 53 orang, Budha sebanyak 6.637 orang, Khong Hu Chu sebanyak 9 orang, dan terdapat 31 orang menganut kepercayaan lainnya. Sebagian besar penduduk memeluk agama dan menjalankan kaidah-kaidah sesuai dengan ajaran agama masing-masing.
2.3.7 Sistem Komunikasi dan Transportasi
Komunikasi dan transportasi sangat penting bagi kemajuan dan lancarnya kegiatan penduduk di suatu daerah. Dengan adanya komunikasi yang baik akan mempermudah pekerjaan manusia dan mengetahui segala informasi yang ada. Sarana komunikasi yang ada di Kabupaten ini khususnya di kota rantauprapat telah cukup baik antara lain : telepon, televisi, radio, surat kabar, antena parabola, dan internet. Sarana komunikasi yang ada didukung pula dengan tersedianya sarana transportasi yang cukup memadai dan memiliki posisi yang menguntungkan bagi perokonomian, hal ini dikarenakan kota Rantauprapat yang merupakan ibukota Kabupaten labuhanbatu terletak tidak jauh dari pusat kota, sehingga sebagian besar jalannya merupakan jalur kendaraan darat.
2.3.8 Kesenian
Pada Era sebelum tahun 1960 sebenarnya telah lahir kesenian dari masyarakat daerah Labuhanbatu, yaitu kesenian tertua yang di namakan “Dzikir” yang diambil dari peninggalan syeik dan penyair-penyair yang pernah tinggal di Labuhanbatu. Dzikir ini sendiri begitu
membudaya, karena di setiap acara syukuran yang dilakukan penduduk, sering di tampilkan kesenian Dzikir ini. Dari kesenian ini pula melahirkan pemikiran-pemikiran dari pendiri Kesenian Sinandong Bilah, untuk menciptakan suatu karya seni yang menyerupai kesenian Dzikir tersebut.Dengan menyimak dan mendengarkan nada-nada yang di lantunkan pada kesenian Dzikir tersebut, maka terciptalah nada-nada yang di ciptakan secara tanpa sengaja, yang menjadi cikal bakal terciptanya Lagu Sinandong Bilah.
Peralatan Kesenian terdiri dari Gendang, piul (biola), Bangsi (sejenis suling kecil), Gambang (sejenis gamelan yang terbuat dari kayu nibung), losung dagang (sejenis lumpang yang terbuat dari kayu aloban) gong kecil, kicir (tamborin yang terbuat dari kelapa kecil berbentuk bulat ).
Kesenian sinandong bilah ini adalah penyampaian syair atau pantun yang digubah dengan menggunakan irama sendu atau mendayu dengan diiringi gesekan biola, yang syairnya berisi pantun nasehat, pengalaman hidup, tuntunan bahkan kisah yang menyelimuti terjadinya sinandong bilah tersebut.
Dalam masa perkembangan kesenian di Labuhanbatu, telah terbentuk tiga kesenian di Labuhan batu yaitu :
1. Kesenian Dzikir
2. Kesenian Sinandong Bilah
3. Kesenian Bordah
Pada umumnya kesenian ini diadakan pada acara perkawinan, khitanan anak atau pada acara peringatan hari besar termasuk Hari Kemerdekaan dan hari besar lainnya.