• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

mengurangi permasalahan autokorelasi dan gejala heteroskedastisitas yang disebabkan variasi sisaan yang tidak konstan (Gujarati 2004).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum perdagangan Indonesia ke Afrika Selatan

Nilai total perdagangan non-migas Indonesia dengan dunia pada tahun 2013 sebesar US$ 183 milyar, turun 3.94 persen dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar US$ 190 milyar. Afrika Selatan sendiri berada pada urutan ke-24 dari negara tujuan ekspor Indonesia dengan nilai US$ 1.3 milyar pada tahun 2013. Krisis Eropa dan Amerika merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan pasar ekspor ke pasar non tradisional khususnya Afrika Selatan.

Total perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan tahun 2013 sebesar US$ 1.9 milyar, turun 19.47 persen dibanding tahun 2012 sebesar US$ 2,4 milyar. Ekspor non migas Indonesia ke Afrika Selatan pada tahun 2013 menunjukkan penurunan sebesar 23.04 persen menjadi US$ 1.3 milyar dari US$ 1.7 milyar pada tahun 2012. Impor non migas Indonesia dari Afrika Selatan tahun 2013 sebesar US$ 624 juta, turun 5. persen dibanding tahun 2012 sebesar US$ 660 juta. Neraca perdagangan non migas Indonesia dengan Afrika Selatan selama 5 (lima) tahun terakhir selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Tahun 2013 tercatat surplus sebesar US$ 645 juta, sedangkan pada tahun 2012 tercatat surplus US$ 1,02 milyar. Komoditi Ekspor Utama Indonesia ke Afrika Selatan tahun 2013 adalah Gold in unwrought forms non-monetary senilai US$ 361.67 juta; Palm oil and its fractions refined but not chemically modified US$ 183.97 juta; Technically specified natural rubber (TSNR) US$ 74.53 juta; Sheet piling,i/s whether/not drilled/punchd/made from assem element US$ 59.05 juta; Automobiles w reciprocatg piston engine displacg > 1000 cc to 1500 cc US$ 51.96 juta; Industrial fatty acids, acid oils nes US$ 30.85 juta; Engines, spark-ignition reciprocating displacing more than 1000 cc US$ 24.79 juta; Sports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather US$ 21.34 juta; Palm kernel/babassu oil their fract,refind but not chemically modifid US$ 20.09 juta; dan Pneumatic tire new of rubber f motor car incl station wagons&racg cars US$ 19.92 juta.

Komoditi Impor Utama Indonesia dari Afrika Selatan tahun 2013 adalah Chemical wood pulp, dissolving grades US$ 236.45 juta; Aluminium unwrought, not alloyed US$ 145.1 juta; Raw cane sugar, not containing added flavouring or colouring matter (excl. 1701 13) US$ 59.31 juta; Phosphoric acid and polyphosphoric acids US$ 37.17 juta; Ferrous waste and scrap, iron or steel, ness US$ 20.22 juta; Cotton, not carded or combed US$ 13.62 juta; Chemical wood pulp, soda/sulphate, non-coniferous, semi-bl/bleachd, nes US$ 11.66; Safety/detonatg fuses; percussn/detonatg caps; igniters; elec detonatrs US$ 7.32; Parts of steam or vapour generating boilers ness US$ 6.99; dan Wire,barbd,twistd hoop,single flat o twistd double of i o s,for fencg US$ 5.71 juta.

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Afrika Selatan sudah berlangsung lama. Terdapat sebuah hubungan saling menguntungkan antara

(2)

negara-negara yang terlibat baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hubungan saling menguntungkan tersebut terealisasi dalam bentuk perdagangan ekspor dan impor antar negara.

Gambar 3 Neraca Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan

Pada neraca ekspor dan impor yang tergambar di Gambar 4, terlihat jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia ke Afrika Selatan jauh lebih besar daripada impor. Nilai neraca terbesar terdapat pada tahun 2012, yaitu mendekati angka US$ 1.03 milyar. Neraca terlihat fluktuatif karena adanya banyak faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan nilainya lebih besar daripada impor Indonesia dari Afrika Selatan. Impor Indonesia dari Afrika Selatan berada pada nilai tertinggi di tahun 2011, yaitu sebesar US$ 705.78 juta. Perhitungan neraca diperoleh dari hasil pengurangan nilai ekspor dan nilai impor.

Mulai tahun 2009, secara perlahan nilai ekspor Indonesia terus mengalami kenaikan, yaitu dari nilai US$ 484.57 ke US$ 1.27 milyar. Meski demikian, jumlah impor komoditi non migas Indonesia ke Afrika Selatan nilainya sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah nilai ekspor Indonesia ke Afrika Selatan. Impor Indonesia ke Afrika Selatan selama lima tahun terakhir terjadi fluktuasi dimana terjadi peningkatan nilai impor dari tahun 2009 sampai 2011 dimana pada tahun 2009 sebesar US$ 350.24 juta, 2010 tercatat sebesar US$ 516.59 juta dan tahun 2011 sebesar US$ 705.78. Pada tahun 2012 dan 2013 impor Indonesia ke Afrika Selatan mengalami penurunan yaitu sebesar US$ 661.98 juta dan US$ 624.93.

200,000.0 400,000.0 600,000.0 800,000.0 1,000,000.0 1,200,000.0 1,400,000.0 1,600,000.0 1,800,000.0 2009 2010 2011 2012 2013

(3)

Gambar 4 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia ke Afrika Selatan Baik Indonesia dan Negara-negara di Afrika Selatan saling membutuhkan satu sama lain untuk mendapatkan sejumlah komoditi migas dan non migas. Kerjasama antara negara-negara ini sudah terjalin sejak lama dan saling menguntungkan. Berbagai aturan kerjasama telah dibahas demi tercapainya sebuah kesepakatan komersial antara Indonesia dan Afrika Selatan. Indonesia dengan segala kelebihan sumber daya alamnya memang sepantasnya menjadi sumber pemasok utama untuk Afrika Selatan. Namun keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia dengan kemampuan yang mumpunilah yang membuat komoditas Indonesia harus kalah saing di pasar internasional.

Identifikasi komoditi unggulan ekspor Indonesia ke pasar Afrika Selatan Penelitian ini meneliti komoditi-komoditi ekspor unggulan Indonesia ke pasar Afrika Selatan. Penetapannya dilakukan dengan mensortir komoditi berdasarkan nilai ekspor terbesar pada tahun 2013 dan memiliki konsistensi perdagangan dari tahun 2001-2013 sebagai komoditi unggulan. Berdasarkan nilai ekspor tahun 2013 terdapat beberapa komoditi yang termasuk kedalam kelompok komoditi utama dan komoditi potensial Indonesia yang merupakan kelompok-kelompok komoditi unggulan versi pemerintah. Komoditi yang merupakan komoditi penyumbang ekspor terbesar ke Afrika Selatan, yaitu komoditi Palm oil and its fractions refined but not chemically modified (HS 151190), Technically specified natural rubber (TSNR) (HS 400122), Automobiles w reciprocatg piston engine displacg > 1000 cc to 1500 cc (HS 870322), Industrial fatty acids, acid oils nes (HS 32319), Engines, spark-ignition reciprocating displacing more than 1000 cc (HS 40734), Woven fabrics,>/=85% of textured polyester filaments, dyed, nes (HS 540752), dan Sports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather (HS 640319).

Hasil ini menunjukkan bahwa target ekspor Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah berdasar 10 komoditi utama dan 10 komoditi potensial, tidak selurunya

200,000.0 400,000.0 600,000.0 800,000.0 1,000,000.0 1,200,000.0 1,400,000.0 1,600,000.0 1,800,000.0 2009 2010 2011 2012 2013

(4)

menjadi komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan. Meskipun ada beberapa komoditi unggulan ini yang termasuk ke dalam kategori produk komoditi yang diunggulkan pemerintah untuk dikembangkan nilai ekspornya. Beberapa diantaranya yaitu komoditi yang tergolong kedalam komoditi pertanian dengan kode HS 151190; otomotif dengan kode HS 870322, 840734; tekstil dengan kode HS 540752; alas kaki dengan kode HS 64031. Namun, komoditi lainnya yang tidak termasuk kedalam program peningkatan ekspor dari pemerintah, dikhawatirkan akan kurang terperhatikan pengembangannya. Padahal secara statistik penelitian ini menunjukkan terdapat komoditi lainnya yang patut menjadi perhatian pemerintah sebagai produk unggulan.

Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)

Analisis daya saing komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan RCA. Metode ini digunakan atas dasar suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur yaitu kinerja ekspor komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan terhadap total ekspor Indonesia ke Afrika Selatan yang kemudian dibandingkan dengan pangsa pasar komoditi tersebut dalam perdagangan dunia ke pasar Afrika Selatan.

Nilai RCA yang diperoleh menggambarkan kinerja komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan dengan kisaran nilai antara nol sampai tak hingga. RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan di dalam total ekspor suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi tersebut di dalam total ekspor komoditi dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor komoditi tersebut.

Hasil estimasi nilai RCA komoditi-komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan, seluruhnya menunjukkan hasil yang lebih dari satu. Artinya komoditi-komoditi tersebut memiliki daya saing yang baik dalam pasar dunia. Daya saing yang baik ini merupakan nilai lebih Indonesia dalam memajukan perekonomiannya, karena beberapa di antara komoditi unggulan ekspor ini termasuk ke dalam kelompok komoditi utama dan komoditi potensial Indonesia menurut versi pemerintah yang mendapatkan perhatian lebih dalam pengembangan ekspornya bagi Indonesia.

Meskipun nilai nilai RCA yang tergolong besar dengan klasifikasi yang lebih dari 1 terpenuhi oleh seluruh komoditi, namun terlihat hasilnya yang beragam. Masing-masing komoditi memiliki karakter tersendiri berdasarkan nilai RCA nya. Sebagai contoh komoditi yang memiliki nilai RCA terbesar yaituSports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather (HS 640319) sebesar 108.84 menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat daya saing yang sangat besar dibandingkan dengan dunia. Begitu juga komoditiWoven fabrics,>/=85% of textured polyester filaments, dyed, nes (HS 540752) dan Palm oil and its fractions refined but not chemically modified (HS 151190)yang memiliki nilai RCA cukup besar yaitu 43.30 dan 42.14, artinya bahwa komoditi-komoditi ini berdaya saing di pasar Afrika Selatan.

(5)

Keadaan ini sangat memungkinkan jika dilihat bahwa komoditi Sports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor Indonesia. Sangat dimungkinkan pula besarnya nilai RCA karena Indonesia merupakan salah satu negara pemasok komoditi tersebut ke Afrika Selatan share sebesar 9 persen menjadikan Indonesi berada di urutan keempat sebagai negara pemasok komoditiHS 640319, sehingga meskipun dalam kondisi krisis sekalipun pada tahun 2008-2009, namun aliran perdagangan Indonesia dan Afrika Selatan terhadap komoditi ini cenderung tetap meningkat.

Gambar 5 Share imporSports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather(HS640319) Afrika Selatan tahun 2013

Ketiga komoditi dengan RCA terbesar ini merupakan komoditi dengan nilai ekspor terbesar selama tahun 2013. Indonesia sebagai pengekspor komoditi alas kaki, tekstil dan penghasil hasil bumi terbesar dunia menjadi salah satu pemasok utama dalam memenuhi kebutuhan Afrika Selatan akan komoditi-komoditi ini. Keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Sehingga diharapkan pemerintah mampu menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan kinerja ekspor ke Afrika Selatan.

Analisis Intra Industry Trade (IIT)

Tingkat integrasi diukur melalui pendekatan analisis Intra Industry Trade (IIT). IIT merupakan indikator dari integrasi yang terjadi dalam suatu sektor yang dianalisis. Nilai IIT berfungsi untuk mengukur besarnya perdagangan intra-industri yang terjadi di suatu negara atau wilayah. Selain itu, nilai perdagangan intra-industri juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa dalam integrasi yang terjadi antar negara atau sektor tertentu karena nilai tersebut merefleksikan adanya peningkatan dalam division of labor yang dikombinasikan dengan penurunan dalam biaya transaksi (Austria 2004).

Suatu negara dapat melaksanakan ekspor suatu komoditi tertentu dan pada saat yang sama juga melakukan impor komoditi tersebut. Nilai IIT yang tinggi

43% 19% 10% 9% 5% 14%

(6)

menunjukkan adanya keterkaitan perdagangan antara kedua negara yang bersifat dua arah (two way trade). Adanya nilai IIT yang rendah menunjukkan rendahnya keterkaitan perdagangan antara kedua negara tersebut sehingga perdagangan yang dilakukan hanya bersifat searah atau hanya dilakukan oleh salah satu negara saja yang aktif dalam melakukan kegiatan ekspor atau hanya melakukan impor ke negara lain yang bersangkutan.

Tabel 6 Hasil RCA dan IIT 14 Komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan

HS Keterangan RCA IIT

Sektor Pertanian

400122 Technically specified natural rubber (TSNR) 52.77 0.00 151190 Palm oil and its fractions refined but notchemically modified 42.14 0.00 151329 Palm kernel/babassu oil their fract,refind but notchemically modifid 40.35 0.00 151620 Veg fats &oils&fractions hydrogenatd,inter/re-esterifid,etc,refd/not 36.03 0.00 151790 Edible mx/prep of animal/veg fats&oils/offractions ex hd No 15.16 24.43 0.00 180500 Cocoa powder, not containing added sugar orother sweetening matter 23.22 0.00

180400 Cocoa butter, fat and oil 13.59 0.00

Sektor Manufaktur

640319 Sports rbr/plas/leather&upper of leatherfootwear,o/t ski,outr sole of 108.84 0.00 441820 Doors and their frames and thresholds, of wood 80.62 0.00 540752 Woven fabrics,>/=85% of textured polyesterfilaments, dyed, nes 43.30 0.00 382319 Industrial fatty acids, acid oils nes 24.48 0.00 852190 Video recording or reproducing apparatus nes 24.08 0.00 640419 Footwear o/t sports,w outer soles ofrubber/plastics&uppers of tex mat 1.91 0.00 870829 Parts and accessories of bodies nes for motorvehicles 1.74 0.00

Dalam penelitian ini, pengukuran nilai IIT dilakukan terhadap nilai nominal arus perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Afrika Selatan. Hasil penghitungan nilai IIT akan digunakan sebagai indikator dari integrasi yang terjadi pada komoditas unggulan. Derajat atau tingkatan integrasi akan ditentukan berdasarkan klasifikasi rentang nilai-nilai nilai IIT yang digunakan pada penelitian Austria (2004).

Periode analisis penelitian ini mencakup lima tahun, yaitu dari 2009 sampai dengan 2013. Hasil analisis tingkat integrasi komoditi-komoditi unggulan ekspor Indonesia secara keseluruhan menunjukkan bahwa perdagangan intra industri antara Indonesia dengan Afrika Selatan secara umum berada pada derajat integrasi satu arah (no integration). Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai IIT yang

(7)

tertera pada Tabel 6 di mana seluruh nilai IIT berada pada klasifikasi integrasi satu arah. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa hubungan perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan lebih ke arah perdagangan barang mentah, khususnya dari segi perdagangan komoditi-komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan

Aliran perdagangan Indonesia ke pasar Afrika Selatan dijelaska menggunakan gravity model. Model ini digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel ekonomi dan non ekonomi lainnya terhadap aliran perdagangan komoditi ekspor unggulan Indonesia ke pasar Afrika Selatan. Variabel independen yang digunakan dalam analisis aliran perdagangan ini adalah GDP riil negara tujuan ekspor (RGDPjt), nilai tukar riil Indonesia terhadap negara tujuan ekspor (REXRit), harga ekspor komoditi unggulan Indonesia dengan negara tujuan ekspor (EXPRICEijt), Tarif bea masuk ke negara tujuan ekspor (Tariffjt), dan dummy Non-Tariff Measures negara tujuan ekspor (DNTMjt). Sedangkan variabel dependennya adalah volume ekspor komoditi unggulan Indonesia ke pasar Afrika Selatan (Xijt)

Hasil estimasi koefisien-koefisien variabel persamaan yang menggunakan model permintaan ekspor tersebut dilakukan dengan program software Stata 12 dan menggunakan metode panel data seperti yang telah diuraikan pada metode penelitian. Keputusan penggunaan metode panel data didasarkan pada kondisi sampel dalam penelitian ini, dimana nilai aliran perdagangan komoditi ekspor unggulan Indonesia ke Afrika Selatan didapatkan dari hasil analisis terhadap nilai ekspor Indonesia ke negara-negara Afrika Selatan dalam jangka waktu tiga belas tahun.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan komoditi unggulan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan menggunakan panel data statis pada model permintaan ekspor dari tahun 2001-2013. Pada penelitian ini, random effect model adalah model yang dipilih dalam penggunaan metode panel data untuk model sektor pertanian. Hasil uji chow menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) Lebih baik daripada Pooled Least Square (PLS). Selanjutnya hasil uji Breusch Pagan Lagrange Multiplier (LM) menunjukkan bahwa Random Effect Model (REM) lebih baik daripada Pooled Least Square (PLS). Berdasarkan uji LM maka dilakukan uji hausman untuk menentukan model REM atau FEM yang akan digunakan pada penelitian ini. Hasil uji hausman menunjukkan bahwa REM lebih baik dari FEM. Untuk model sektor manufaktur FEM adalah model yang dipilih. Hasil uji chow menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) Lebih baik daripada Pooled Least Square (PLS). Selanjutnya hasil uji Breusch Pagan Lagrange Multiplier (LM) menunjukkan bahwa Random Effect Model (REM) lebih baik daripada Pooled Least Square (PLS). Berdasarkan uji LM maka dilakukan uji yang menunjukkan bahwa FEM lebih baik dari REM.

Uji Kelayakan dan Kecocokan Model (Goodness of fit)

Uji kecocokan model (goodness of fit ditunjukkan pada nilai koefisien determinasi (R2). Model sektor pertanian menunjukkan nilai R2sebesar 0.42 dan R2 sebesar 0.60 untuk model sektor manufaktur, yang berarti variasi variabel bebas

(8)

mampu menjelaskan 42 persen untuk sektor pertanian dan 60 persen untuk sektor manufaktur variasi variabel tidak bebas, sisanya dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model.

Tabel 7 Hasil estimasi koefisien parameter dengan GLS

Variabel Bebas Sektor Pertanian Sektor Manufaktur Koefisien Prob Koefisien Prob RGDP (GDP riil Afrika

Selatan) 6.029*** 0.000 8.671*** 0.000

REXR (nilai tukar riil) -0.400 0.552 2.089*** 0.006 EXPRICE (harga ekspor) -1.079*** 0.000 -0.319*** 0.000

Tariff 0.054*** 0.000 -0.053*** 0.000

DNTM (dummy NTM, 1=ada

NTM, 0=tidak ada NTM) -1.902*** 0.000 0.259 0.151

C (konstanta) -139.628*** 0.000 -233.035*** 0.000

Keterangan

1) Variabel tak bebas = lnX

2) Signifikansi pada taraf nyata: *** 1%, ** 5%, *10% GDP riil Afrika Selatan

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa variabel GDP riil Afrika Selatan baik pada model sektor pertanian dan manufaktur memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor dengan ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 6.03 dan 8.67 dengan tanda positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan GDP rill Afrika Selatan sebesar satu persen akan meningkatkan volume ekspor komoditi sektor pertanian unggulan Indonesia sebesar 6.03 persen dan volume ekspor komoditi manufaktur sebesar 8.67 persen ke Afrika Selatan, ceteris paribus. Peningkatan GDP riil suatu negara akan secara otomatis meningkatkan daya beli masyarakat di negara tersebut. Daya beli masyarakat Afrika Selatan yang semakin meningkat meyebabkan ekspor Indonesia ke Afrika Selatan akan semakin tinggi pula. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anamana dan Atta-Quaysonb (2009) bahwa suatu negara cenderung untuk berdagang dengan negara yang mempunyai GDP perkapita lebih besar.

Nilai Tukar riil

Berdasarkan hasil estimasi, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang Afrika Selatan (rand) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditi unggulan Indonesia ke Afrika Selatan untuk sektor pertanian. Koefisien yang bernilai negatif tidak sesuai dengan teori dan hipotesis pada penelitian ini. Pada sektor manufaktur nilai tukar riil berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditi unggulan Indonesia ke Afrika Selatan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien 2.09 dengan tanda positif. Hal ini berarti bahwa depresiasi nilai tukar riil rupiah sebesar satu persen akan meningkatkan volume ekspor komoditi sektor manufaktur sebesar 2.09 persen, ceteris paribus. Nilai tukar riil rupiah terhadap rand yang terdepresiasi maka akan mengakibatkan harga komoditi di Indonesia menjadi lebih murah, sehingga meningkatkan permintaan komoditi dari Afrika Selatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ibrahim (2012).

(9)

Harga Ekspor

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa harga ekspor berpengaruh signifikan dan nyata terhadap ekspor komoditi unggulan Indonesia ke Afrika Selatan baik pada sektor pertanian maupun sektor manufaktur dengan ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 1.08 dan 0.32 dengan tanda negatif. Koefisien yang bernilai negatif sesuai dengan teori dan hipotesis pada penelitian ini. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga ekspor sebesar satu persen akan meningkatkan volume ekspor komoditi sektor pertanian unggulan Indonesia sebesar 1.08 persen dan volume ekspor komoditi manufaktur sebesar 0.32 persen ke Afrika Selatan, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nguyen (2010) bahwa peningkatan nilai tukar riilmembuat barang-barang dari negara eksportir menjadi lebih murah dan lebih kompetitif.

Tarif

Hasil estimasi memperlihatkan bahwa variabel Tariff memberikan pengaruh yang signifikan untuk model sektor manufaktur dengan ditunjukan oleh nilai koefisien sebesar -0.053. Hal ini berarti setiap peningkatan tarif impor sebesar satu persen maka akan menurunkan volume ekspor sebesar 0.053 persen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalirajan dan Bhattacharya (2007) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tarif yang diterapkan oleh negara pengimpor membuat terjadinya penurunan pada ekspor ke negara tersebut.

Sedangkan untuk model sektor pertanian hasil estimasi menunjukkan variabel Tariff berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor dengan koefisien sebesar 0.054. Koefisien yang bertanda positif dan tidak sesuai hipotesis. Hal ini berarti bahwa tarif impor yang dikenakan oleh Afrika Selatan bukan menjadi hambatan terhadap ekspor komoditi pertanian Indonesia. Tetap meningkatnya ekspor Indonesia ke Afrika Selatan dapat disebabkan karena Indonesia sebagai salah satu negara importir utama komoditi pertanian di pasar Afrika Selatan.

Dummy NTM

Variabel dummy NTM digunakan untuk mengukur dampak diberlakukannya NTM di Afrika Selatan terhadap volume ekspor komoditi unggulan Indonesia. Pemberlakuan NTM khususnya Technical Barriers to Trade (TBT) dilakukan sebagai proteksi perdagangan pada suatu negara. TBT merupakan regulasi untuk menangani semua peraturan teknis lainnya, standar dan prosedur penilaian kesesuaian yang diberlakukan dengan tujuan non-trade. Sebagai contoh untuk menjamin keamanan, kualitas, dan perlindungan lingkungan, dan lain sebagainya. Variabel dummy NTM memberikan pengaruh signifikan dan bertanda negatif terhadap volume ekspor komoditi unggulan Indonesia pada sektor pertanian dengan koefisien sebesar -1.90. Hal ini berarti setiap adanya NTM maka akan menurunkan volume ekspor sebesar 1.90 persen, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fassarella LM et al.(2010). Sedangkan pada sektor manufaktur variable dummy NTM tidak berpengaruh terhadap volume ekspor dengan koefisien sebesar 0.259 dan tidak sesuai dengan hipotesis yang ditunjukkan dengan koefisien bertanda positif.

Gambar

Gambar 3 Neraca Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan
Gambar 4 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia ke Afrika Selatan Baik  Indonesia  dan  Negara-negara  di Afrika  Selatan saling  membutuhkan satu  sama  lain  untuk mendapatkan  sejumlah  komoditi  migas  dan  non  migas.
Gambar 5 Share impor Sports footwear,o/t ski,outr sole of rbr/plas/leather&upper of leather (HS 640319 ) Afrika Selatan tahun 2013
Tabel  6  Hasil  RCA  dan  IIT  14  Komoditi  unggulan  ekspor  Indonesia  ke  Afrika Selatan

Referensi

Dokumen terkait

20.2 Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang

Penyebab pasti miastenia gravis belum diketahui, jadi tindakan pencegahan yang dapat dilakukanpun belum dapat dipastikan. Pada keadaan miastenia gravis terjadi

Kelompok kerja Unit Layanan Pengadaan Barang Jasa, telah melaksanakan tahapan Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen Pengadaan dengan metode tanya jawab secara elektronik

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah untuk membuat Aplikasi Pemesanan Bahan Kimia Pertanian pada CV.. Gilang Perkasa Berbasis

[r]

Id dosen yang telah dikenali berdasarkan sidik jari akan dicocokan dengan id dosen yang ada di database jadwal, jika data ditemukan maka sistem akan menampilkan data dosen dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Penerapan metode Bil Qolam dan Qiro‟ati di TPQ Al-Hidayah Toyomarto dilakukan dengan cara menggabungkan keduanya, materi pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam film "Alangkah Lucunya (Negeri Ini)" , maka dapat penulis simpulkan