• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syifa Indi Addini Apol Pribadi S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Syifa Indi Addini Apol Pribadi S."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

SYIFA INDI A - 5207100016

ANALISIS PENGARUH IT PORTFOLIO TERHADAP

KEPUTUSAN STRATEGIS INVESTASI IT DALAM

RANGKA PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN

(STUDI KASUS : PT PLN (PERSERO) UPK-JJB III)

Syifa Indi Addini – Apol Pribadi S.

Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuuh Nopember Email: syifaadd@gmail.com

Abstrak

Pengeluaran IT dewasa ini, telah menjadi bagian penting dari organisasi dan menduduki persentase yang besar dalam pembiayaan pada organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa organisasi bisa mendapat nilai yang signifikan dari investasi IT jika organisasi secara aktif dan efektif mengelola investasi IT mereka dengan pendekatan portfolio management. IT Portfolio Management adalah suatu pendekatan proses pengambilan keputusan yang mana jika portofolio investasi yang baik dibuat akan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan.

Dalam penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah perhitungan Index Maturity IT Portfolio Management perusahaan, supaya para manajer dapat mengetahui di mana level maturity IT portfolio management perusahaan mereka. Kedua, menerapkan kerangka kerja IT portfolio management pada perusahaan untuk melakukan analisis pada model kerangka kerja yang diajukan. Selanjutnya, melakukan analisis hipotesis yang diajukan, dan kemudian menarik kesimpulan

Hasil penelitian ini adalah analisis hipotesis dari kerangka kerja IT Portfolio untuk mengetahui pengaruh IT Portfolio Management dalam pengambilan keputusan strategis investasi IT dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan.

Kata kunci: IT Portfolio Management, ITPM, analisis kerangka kerja, keputusan strategis, investasi IT

1. Pendahuluan

Pengeluaran IT dikenal mewakili persentase yang besar dari anggaran pengeluaran organisasi dan bisa terus meningkat. Menurut Maizlish dan Handler (2005) dalam makalah Lih-Bin Oh, pengeluaran IT dapat mencapai 70% dari pengeluaran perusahaan. Oleh karenanya, perlu pengelolaan tepat agar investasi besar yang telah dilakukan mendapat return yang maksimal. Perusahaan yang secara aktif dan efektif mengelola investasi IT mereka dengan menggunakan manajemen IT Portfolio telah diteliti mendapatkan nilai signifikan dari investasi mereka.

Definisi IT Portfolio Management (ITPM) sebagai berikut : “Kombinasi dari berbagai tool dan metode yang digunakan untuk mengukur, mengontrol, dan meningkatkann return dari investasi IT dan pengeluaran perusahaan pada umumnya untuk memenuhi tujuan-tujuan bisnis tanpa melebihi sumber daya yang telah tersedia atau melebihi batas lain”. Secara singkat adalah proses untuk membuat keputusan strategis IT.

Meningkatnya perhatian pada penggunaan ITPM memunculkan banyaknya usulan kerangka kerja untuk menilai index maturity organisasi. Namun, banyak yang tidak meneliti bagaimana hubungan index tersebut dengan kinerja

perusahaan. Kerangka kerja dan hipotesis ITPM yang dianalisis di sini telah dipilih yang bisa menghubungkan index maturity ITPM dengan kinerja perusahaan. Kerangka kerja ini mengemukakan bahwa dua proses utama dari ITPM adalah rasionalitas dalam membuat keputusan dan perilaku poitis pembuat keputusan. Kedua proses ITPM itu selanjutnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Kerangka kerja ITPM yang telah diusulkan tersebut perlu dianalisis lebih lanjut bagaimana kedua proses yang telah dipilih merupakan faktor utama yang mempengaruhi investasi IT dan selanjutnya mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya apa saja bentuk nyata dari kedua proses tersebut. Sehingga, pada akhirnya penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata bagaimana ITPM dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Penelitian ini mengambil obyek organisasi PT PLN (Persero) UPK-JJB III yang ada di Semarang. PT PLN (Persero) UPK-JJB III selama ini telah melakukan investasi IT di dalam proses bisnisnya, tetapi belum ada pendekatan yang jelas untuk mengetahui bagaimana implikasi dari investasi yang mereka lakukan.

(2)

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan analisis pengaruh IT Portfolio

Management pengambilan keputusan

strategis IT dengan contoh kasus nyata di PT PLN (Persero) UPK-JJB III.

2. Mengetahui nilai maturity IT Portfolio

Management di PT PLN (Persero) UPK-JJB

III.

3. Mengetahui rasionalitas dan perilaku politis pengambilan keputusan strategis investasi IT di PT PLN (Persero) UPK-JJB III.

4. Mengetahui kinerja organisasi sebelum dan setelah investasi IT dalam kurun waktu 2009-2011

2. Kajian Pustaka

2.1 IT Portfolio Management

Bagi eksekutif IT, pekerjaan mengelola IT telah meningkat menjadi satu dengan menyelaraskan ekspektasi stakeholder yang terus meningkat dan tanggung jawab –termasuk meningkatnya permintaan untuk proyek dan kumpulan aplikasi yang terus bertambah. Eksekutif IT harus tau untuk menyeimbangkan 3 hal utama : menyelaraskan IT dengan tujuan strategis bisnis; meningkatkan kesempatan untuk IT secara langsung berkontribusi terhadap pertumbuhan organisasi dan keuntungannya; dan secara efektif mengelola investasi IT yang baru atau yang sudah ada.

Untuk menanggapi tantangan-tantangan ini, IT membutuhkan aturan manajemen yang didesain untuk membawa bersama pandangan komprehensif terhadap keseluruhan portofolio. Baru-baru ini mendapatkan perhatian dari para CIO, IT Portfolio Management (ITPM) adalah suatu disiplin dan pendekatan terstruktur yang didesain untuk memetakan requirement bisnis ke keputusan IT. Dengan pendekatan portofolio memungkinkan organisasi IT untuk mengkategorikan, mengevaluasi, dan memprioritaskan inisiatif dan mengelola sumber daya IT untuk menciptakan suatu kesempatan bisnis baru atau meningkatkan nilai dari investasi yang sudah ada.

2.2 Keputusan Strategis Investasi IT

Keputusan strategis adalah memutuskan suatu perubahan lingkungan bisnis dalam rangka untuk meraih keuntungan kompetitif sebagai tujuan jangka panjang.

Investasi IT adalah melakukan implementasi IT di lingkungan bisnis sebagai investasi dengan harapan akan mendapat keunggulan kompetitif.

Jadi, keputusan strategis investasi IT adalah keputusan perusahaan untuk melakukan implementasi IT di perusahaan dengan tujuan jangka panjang untuk meraih keunggulan kompetitif. Namun, karena PT PLN (Persero) merupakan perusahaan tanpa pesaing, maka keunggulan kometitif yang dimaksudkan adalah peningkatan kinerja pegawai.

2.3 Performance Perusahaan

Penelitian ini hanya akan meneliti tentang investasi IT sebagai salah satu faktor peningkat performance perusahaan. Jadi, peneliti akan mereview laporan performance perusahaan dari tahun 2009-2011 sebagai dampak dari investasi IT. Kemudian, membuat kesimpulan dan sara bagaimana baiknya investasi IT (ditilik dari faktor rasionalitas pembuat keputusan dan perilaku politis) untuk peningkatan performance perusahaan.

2.4 Hipotesis-Hipotesis

Hipotesis 1: Level maturity ITPM yang lebih tinggi akan secara signifikan meningkatkan rasionalitas dalam membuat keputusan investasi IT

ITPM dapat meningkatkan komunikasi antara unit bisnis dan IT (Jeffery & Leliveld 2004), yang selanjutnya dapat mengembangkan hubungan antara IT dan pemimpin bisnis (Datz 2003). Hal ini membantu manajemen senior untuk berkomunikasi dengan gelombang yang sama, karena terdapat tata nama, definisi, dan klasifikasi yang sama (Kaplan 2005) bersamaan dengan fakta dan detail yang lebih dibutuhkan untuk meyakinkan eksekutif tentang keputusan investasi IT (Jeffery & Leliveld 2004). Kemampuan untuk mengkomunikasikan proyek mempunyai prioritas secara vertikal maupun horisontal dalam organisasi (Cooper et al. 2000) memimpin adanya transparansi di dalam organisasi dan mengurangi politik dalam pembutan keputusan, yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas keputusan (Kaplan 2005).

Hipotesis 2: Level maturity ITPM yang lebih tinggi akan secara signifikan mengurangi perilaku politis dalam membuat keputusan investasi IT

Sumber daya sering dihabiskan saat manajemen memaksa untuk berinvestasi pada proyek yang dipicu secara politis. Ditemukan bahwa mayoritas organisasi yang mengadopsi manajemen portofolio memiliki keputusan yang lebih baik (Tjan 2001). Oleh karenanya, ITPM sangat dianjurkan sebagai tool yang efektif dan objektif dalam pembuatan keputusan karena mengurangi jika tidak menghilangkan kontes politis antara manajer bisnis dan IT (Hoque et al. 2006; Kaplan 2005).

Hipotesis 3: Level rasionalitas dalam membuat keputusan investasi IT yang lebih tinggi akan secara signifikan meningkatkan kinerja perusahaan

Keputusan rasional dibuat berdasar pada batasan informasi dan pengetahuan yang lengkap. Untuk membuat keputusan komprehensif, manajer mengumpulkan banyak informasi (Dean & Sharfman 1996), mempertimbangkan alternatif, berbagai tindakan, dan banyak kriteria keputusan (Simons et al. 1999). Setelah manajer menganalisis aspek internal organisasi dan lingkungan eksternal, mereka diharapkan membuat keputusan strategis berdasar kriteria yang objektif (Goll & Rasheed

(3)

2005). Akibatnya, mereka dapat mengenali kondisi lingkungan dengan lebih akurat dan membuat keputusan yang lebih baik untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Bourgeois 1985; Goll & Rasheed 2005).

Hipotesis 4: Level perilaku politis dalam membuat keputusan investasi IT yang lebih tinggi akan secara signifikan mengurangi kinerja perusahaan

Untuk meraih tujuan organisasi dan kinerja perusahaan yang lebih baik, keputusan perlu dibuat berdasar objektif organisasi yang tidak berbias, informasi yang relatif akurat, dan pengertian pada batasan-batasan lingkungan (Dean & Sharfman 1996). Namun, dalam sistem politis, orang akan mengambil tindakan dengan menambah kekuatan mereka untuk mempengaruhi suatu keputusan (Eisenhardt & Zbaracki 1992). Tindakan ini termasuk politik, pembentukan koalisi, melobi, mengadakan agenda tertentu, atau pula memanipulasi informasi penting (Pettigrew 1973; Pfeffer 1981, 1992). Karena keputusan dibuat berdasarkan kepentingan pribadi atau kelompok (Pettigrew 1973; Pfeffer 1981), akan dapat menjadi bahwa keputusan tidak selaras dengan kepentingan organisasi (Dean & Sharfman 1996). Dengan informasi yang kurang memenuhi, tidak mengejutkan bahwa hasil dari proses pembuatan keputusan akan kurang optimal. Hal ini, akan mengakibatkan kinerja negatif bagi organisasi.

3. Metode Penelitian

Pada sistem informasi yang diteliti di PT PLN (Persero) UPK-JJB III, analisis kerangka kerja yang dilakukan mengikuti kerangka kerja yang diajukan (gambar 1), yaitu:

1. Mengindentifikasi index maturity IT

Portfolio Management perusahaan.

2. Mengidentifikasi rationalitas dalam membuat keputusan investasi IT.

3. Mengidentifikasi perilaku politis perusahaan dalam membuat keputusan investasi IT.

4. Menganalisis hipotesis yang diajukan, sehingga akhirnya dapat mengetahui hubungannya ITPM dengan kinerja perusahaan.

Gambar 1. Kerangka Analisis Penelitian

Langkah 1: Mengindentifikasi index maturity IT Portfolio Management

Langkah pertama adalah mengindentifikasi index maturity IT Portfolio Management

perusahaan yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah dengan model IT Portfolio Management yang diajukan oleh Jeffery dan Leliveld (2004) dan Reyck et al. (2005) untuk menilai apa yang menjadi best-practice dari IT Portfolio Management dengan mensegmentasi menjadi 4

level: ad hoc, defined, managed, dan synchronised.

Langkah 2: Mengidentifikasi rationalitas dalam membuat keputusan investasi IT

Untuk pengerjaan Langkah 2 ini akan dilakukan survei dan interview langsung. Untuk pelaksanaan survei dilakukan dengan cara menyebarkan angket ke obyek penelitian. Angket yang disebarkan akan berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sendiri oleh penulis mengacu pada poin-poin yang sudah dinyatakan oleh Lin-Bin Oh di makalahnya.

Untuk pelaksanaan interview dilakukan sekaligus saat melakukan penyebaran angket. Jadi, koresponden akan mengisi angket dan kemudian akan dilakukan interview untuk melakukan eksplorasi lebih jauh.

Langkah 3: Mengidentifikasi perilaku politis perusahaan dalam membuat keputusan investasi IT

Penjelasan pengerjaan langkah 3 sama dengan langkah 2.

Langkah 4: Menganalisis hipotesis yang diajukan, sehingga akhirnya dapat mengetahui hubungannya ITPM dengan kinerja perusahaan

Pada penelitian ini diajukan 4 hipotesis yang mengemukakan asumsi awal hubungan-hubungan antara ITPM dan kinerja perusahaan. Untuk selanjutnya analisis terhadap hipotesis ini akan menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan bantuan software LISREL 8.8.

4. Hasil Penelitian dan Analisis Data 4.1 Identifikasi Aktivitas IT

Pada PT PLN (Persero) UPK JJB III, sistem IT yang diterapkan adalah keputusan dari pusat, berupa sistem informasi penilaian kinerja. Sistem IT tersebut adalah hanya Sistem Manajemen Unjuk Kerja.

Sistem Manajemen Unjuk Kerja atau disingkat SMUK merupakan sarana penilaian kinerja pegawai di lingkungan PT PLN (Persero) sejak tahun 2009. SMUK adalah sistem yang berbasis online yang sudah terintegrasi antara kantor pusat PLN dan semua cabang di Indonesia.

(4)

4.2 Hubungan Elemen-Elemen ITPM (dengan SEM)

4.2.1 Analisis Hipotesis 1

Gambar 2. Output Path Hipotesis 1

t-value digunakan untuk menilai signifikansi antar hubungan variabel. Hubungan antar variabel dapat dikatakan signifikan bila t-value secara absolut di atas 1.96.

Pada path diagram di atas t-value dari hubungan maturity dan decision adalah -3.32. Secara absolut nilai -3.32 adalah lebih besar dari 1.96. Kesimpulannya adalah ITPM maturity index yang diwakili variabel laten maturity signifikan mempengaruhi decsision-making rationality yang diwakili variabel laten decision. Jadi, hipotesis 1 bisa diterima dan diterapkan.

4.2.2 Analisis Hipotesis 2

Gambar 3. Ouput Path Hipotesis 2

Pada path diagram di atas t-value dari hubungan maturity dan political adalah -0.54. Secara absolut nilai -0.54 adalah lebih kecil dari 1.96. Kesimpulannya adalah ITPM maturity index yang diwakili variabel laten maturity tidak

signifikan mempengaruhi political behaviour

yang diwakili variabel laten political. Jadi, hipotesis 2 tidak bisa diterima dan kurang dapat diterapkan.

4.2.3 Analisis Hipotesis 3

Gambar 4. Output Path Hipotesis 3

Pada path diagram di atas t-value dari hubungan maturity dan decision adalah 4.23. Secara absolut nilai 4.23 adalah lebih besar dari 1.96. Kesimpulannya adalah decision-making

rationality yang diwakili variabel laten decision

signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan yang

diwakili variabel laten performance. Jadi, hipotesis 3 bisa diterima dan diterapkan.

4.2.4 Analisis Hipotesis 4

Gambar 5. Output Path Hipotesis 4

Pada path diagram di atas t-value dari hubungan maturity dan decision adalah 3.23. Secara absolut nilai 3.23 adalah lebih besar dari 1.96. Kesimpulannya adalah political behaviour yang diwakili variabel laten political signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan yang diwakili variabel laten performance. Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa political mempengaruhi performance dapat diterima. Namun, karena model mempunyai kecocokan yang kurang baik, variabel teramati perlu dilakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud bisa berupa ditambah atau dikurangi.

4.3 Hubungan Elemen-Elemen ITPM (dengan survey)

4.3.1 Index Maturity ITPM

Setelah dilakukan survey, maka dihasilkan penilaian sebagai berikut. Pengisian survey ini dilakukan langsung oleh personel yang berwenang di PT PLN (Persero) UPK JJB III Semarang.

(5)

Tabel 1. Nilai dan Bobot Elemen ITPM No. Nama Komponen Stage Bobot

1. Pemusatan 1 8%

2. Metrik Finansial 2 15%

3.

Teknik pengambilan keputusan investasi IT (misal: Balance Score Card, Critical Success Factor) 1 13% 4. Analisis Resiko 2 14% 5. Saling Ketergantungan 2 10% 6. Batasan-Batasan 3 12% 7. Keterlibatan Manajemen Atas 3 11% 8. Optimasi 3 9% 9. Software Khusus 2 8% ITPM maturity, ƞ = (1x0.08)+(2x0.15)+(1x0.13)+(2x0.14)+(2x0.10)+( 3x0.12)+(3x0.11)+(3x0.09)+(2x0.08) = 2.11  2 (MANAGED)

Jadi, bisa kita dapatkan bahwa index maturity ITPM pada PT PLN (Persero) UPK JJB III adalah 2, sehingga berada di Stage 2 (MANAGED) berdasar teknik Jefferey dan Leliveld (2004).

4.3.2 Analisis Decision-making Rationality

Setelah diadakan survey dengan cara pengisian kuisioner dan interview, penulis mendapatkan hasil sebagai berikut:

I. Perencanaan yang sistematis

Dalam pengambilan keputusan investasi IT, peluang-peluang untuk ke depannya kadang dilakukan. Sedangkan identifikasi permasalahan tentunya sering dilakukan. Namun, perencanaa biaya dan analisis profit tidak dilakukan.

II. Partisipasi manajemen

Dalam membuat strategi investasi IT (jangka panjang), manajemen kadang berpartisipasi dalam penentuan keputusan dan prosesnya di tiap departemen. Namun, untuk pengambilan keputusan yang jangka pendek, manajemen melakukan tindakan berbeda untuk tiap departemen, di satu departemen sering terlibat di departemen lainnya tidak. Begitu juga untuk perencanaan jangka pendek, di tiap departemen berbeda. III. Sosialisasi perubahan

Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai damppak investasi IT tidak disosialisasikan dengan acara khusus dan berkelanjutan. Setelah melakukan interview, penulis mendapati bahwa perubahan tersebut disosialisika dengan dokumen tertulis yang diberikan ke individu, dan untuk pegawai baru bisa menanyakan kepada seniornya. IV. Partisipasi pegawai

Untuk partisipasi pegawai, dimintanya saran dari pegawai untuk tiap departemen berbeda-beda, ada yang tidak diakukan, kadang, sering, hingga selalu dilakukan. Namun untuk proaktif memberi saran, semua pegawai relatif sering memberikannya. V. Komunikasi

Pengambilan keputusan IT dalam prosesnya tidak dilakukan komunikasi terlebih dahulu dengan pegawai, maupun diadakan komunikasi terbuka. Sehingga, memberi gambaran bahwa manajemen keputusan sering diambil tanpa komunikasi. Kesimpulannnya adalah meskipun partisipasi pegawai cukup tinggi, namun pihak pembuat keputusan tetap memegang kendali tertinggi untuk perencanaan hingga pengambilan keputusan.

4.3.3 Analisis Political Behaviour

Setelah diadakan survey dengan cara pengisian kuisioner dan interview, penulis mendapatkan hasil sebagai berikut:

I. Prioritisasi kepentingan

Para pengambil keputusan bis dikatakan relatif sering dalam mempertimbangkan kepentingan organisasi terlebih dahulu di atas kepentingan pribadi.

II. Keterbukaan preferensi

Berdasar hasil survey, didapati anggota yang berkepentingan tidak terbuka terhadap preferensi mereka dalam mengambil keputusan, sehingga pegawai kurang mengetahuinya.

III. Proses pengambilan keputusan

Dalam mengambil keputusan, angggota tim yang berkepentingan lebih sering menggunakan kekuasaan yang diperoleh dari posisinya. Sehingga keputusan bisa dikatakan absolut.

IV. Partisipasi pegawai

Dalam pengambilan keputusan, didapati kurangnya hingga tidak ada partisipasi pegawai. Pegawai hanya melakukan pemberian saran, namun keputusan diambil absolut oleh pihak yang berkepentingan.

Kesimpulannnya adalah pihak pengambil keputusan mengambil keputusan absolut dan kurang terbuka terhadap preferensi mereka, walau terkadang tetap meminta preferensi pegawai, tetapi tetap mementingkan kepentingan organisasi.

4.3.4 Hubungan ITPM dengan Investasi IT

Berikut adalah tabel mapping tentang bagian ITPM mana yang mempengaruhi dari aspek decision-making rationality dan political behaviour.

(6)

Tabel 2. Mapping Elemen ITPM dengan Faktor Investasi

No. Elemen ITPM Decision Political 1 Pemusatan D1, D4, D5 P2, P4 2 Metrik Finansial D1 P2, P4 3 Teknik pengambilan keputusan investasi IT (misal: Balance Score Card, Critical Success Factor) D1, D2, D4, D5 P1, P3 4 Analisis resiko D1, D2, D3, D5 P1, P3, P4 5 Saling ketergantungan D1, D2, D4, D5 P1, P2, P4 6 Batasan-batasan D1 P1, P3 7 Keterlibatan manajemen atas D1, D2, D5 P3 8 Optimisasi D1, D3 P2, P4 9 Software khusus D1 P2, P4

4.3.5 Analisis Performance Perusahaan

Meskipun tiap kriteria mengalami naik turun, yang paling dominan adalah kriteria ooptimal dan potensial. Pada kriteria potensial terus mengalami peningkatan. Jadi, bisa disimpulkan secara umum kinerja perusahaan adalah baik. Hal ini membuktikan bahwa investasi IT secara signifikan membantu meningkatkan kinerja perusahaan.

4.4 Perbandingan Hipotesis dengan Kondisi Nyata

4.4.1 Hipotesis 1 & 3 dengan Kondisi Nyata

Hipotesis ini ternyata sesuai dengan kondisi nyata di perusahaan. Index maturity ITPM setelah dilakukan survey dan perhitungan menghasilkan nilai 2 (dari range nilai 0-3) yang berarti ada di kuadran tinggi. Ternyata dengan index tinggi tersebut, kondisi decision-making rationality perusahaan termasuk baik. Pada akhirnya, mempengaruhi positif performance perusahaan, dibuktikan dengan rekap yang sudah ada.

4.4.2 Hipotesis 2 & 4 dengan Kondisi Nyata

Hipotesis 2 ternyata sesuai dengan kondisi nyata di perusahaan. Meskipun index maturity ITPM bernilai 2 (dari range 0-3), yang berarti di kuadran tinggi, ternyata tetap praktik political

behaviour cukup tinggi. Namun, walau praktik political behaviour cukup tinggi, pihak pengambil

keputusan dalam prosesnya ternyata diimbangi

dengan decision-making rationality yang cukup baik (tetap mengambil keputusan dengan mengutamakan tujuan perusahaan). Hal ini akhirnya menmbuat performance perusahaan tetap baik.

5. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa :

1. IT Portfolio Management yang baik signifikan meningkatkan decision-making rationality.

2. Decision-making rationality yang baik signifikan meningkatkan performance perusahaan.

3. IT Portfolio Management yang baik tidak signifikan mengurangi polical behaviour.

4. Political behaviour mempengaruhi performance perusahaan, tetapi tidak signifikan.

5. ITPM dapat mempengaruhi positif performance perusahaan apabila keputusan strategis investasi IT berjalan baik. Untuk itu dibutuhkan ITPM yang bernilai tinggi dan dilengkapi dengan decision-making rationality yang baik.

Saran yang dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan tugas akhir ini adalah narasumber bagi penelitian ini ditambah dari pihak

expertise mengenai ITPM. Sehingga hasil survey

dan analisis lebih tajam

6. Daftar Pustaka

Diamantopoulos, A. dan Winklhofer, H. M. (2001). Index Construction with Formative Indicators: An Alternative to Scale Development. Journal of Marketing

Research, 38(2), pp.269-277.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami

Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Jeffery, M. dan Leliveld, I. (2004). Best Practices in IT Portfolio Management. MIT Sloan

Management Review, 45(3), pp. 41-49.

Oh, Lih-Bin, Loong-Ttat, B. dan Teo, Hock-Hai. (2010). IT Portfolio Management: A Framework for Making Strategic IT Investment Decisions. pp. 1265-1275. Reyck, B. D., Grushka-Cockayne, Y., Lockett, M.,

Calderini, S. R., Moura, M. dan Sloper, A. (2005). The Impact of Project Portfolio Management on Information Technology Projects. International Journal of Project

Management, 23(7), pp. 524-537.

Whitepaper of Business Management. Integrated

IT Portfolio Management: A Balanced Approach.

http://www.busmanagement.com/article/Int egrated-IT-Portfolio-Management-A-Balanced-Approach/. Diakses tanggal 20 September 2011.

Referensi

Dokumen terkait

1507K/PDT/2010 dalam memutuskan perkara ini adalah tepat dikarenakan perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan semasa hidup antara CF (penyewa/kakek dari para pemohon kasasi) dengan

[r]

Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan tanah lempung ekspansif pada konstruksi bangunan atau jalan raya maka dilakukan suatu uspaya guna memperbaiki sifat tanah

Dari hasil analisis pada matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary), Strength (S) memiliki faktor yang paling menonjol yaitu faktor dari lokasi yang strategis, harga

Muhammad Zarlis, selaku Dekan FasilKom TI Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program

Sultra mengundang saudara untuk menghadiri Pembuktian Kualifikasi dengan membawa dokumen kualifikasi perusahaan asli; Surat pernyataan Perusahaan yang bersangkutan dan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan langsung dengan kepala instalasi farmasi dan staff apotek rawat jalan RSUD Sawahlunto diperoleh bahwa mereka belum merasa puas

Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang ada, terbukti bahwa kombinasi perawatan kulit berupa massage efflurage dengan VCO yang dilakukan 2x sehari pagi dan sore