• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor :96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor :96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA OLEH ANAK

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar Nomor :96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks)

OLEH:

ANDI DIPO ALAM

B 111 12618

BAGIAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

i HALAMAN JUDUL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar

Nomor : 96/Pid.Sus.Anak/2017/PN. Mks)

Disusun dan Diajukan Oleh : ANDI DIPO ALAM

B 111 12 618

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada Bagian Hukum Pidana

Program Studi Ilmu Hukum

Pada

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)
(4)
(5)
(6)

v ABSTRAK

ANDI DIPO ALAM (B 111 12 618), Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan

Pengadilan Negeri Makassar No.

96/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Mks).Dibawah bimbingan Bapak Said Karim, selaku

pembimbing I dan Ibu Wiwie Heryani selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Hukum Pidana Materiil terhadap penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak pada perkara No.96/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Mks dan untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap Anak sebagai pelaku.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, yakni Pengadilan Negeri Makassar dengan menggunakan metode data primer dan sekunder.Data primer diperoleh secara langsung atau dengan teknik Tanya jawab dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dengan cara membaca dokumen atau peraturan-peraturan serta buku-buku literature yang berhubungan dengan materi yang akan dikemukakan dalam skripsi. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara kuantitatif dan selanjutnya disajikan secara deskriptif.

Dari penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil sebagai berikut, 1). Penerapan hukum pidana materiil oleh Hakim pada perkara No.96/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Mks telah tepat dengan terpenuhinya unsur-unsur Pasal 114 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah terbukti dengan dinyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. 2). Adapun pertimbangan hukum oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan pada perkara No.96/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Mks telah sesuai berdasarkan alat bukti keterangan saksi, keterangan terdakwa dan barang bukti yang diperoleh serta pendapat dan saran dari petugas Bapas Makassar. Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta dipersidangan menilai terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya memberikan keringanan hukuman kepada terdakwa dengan menerapkan pidana minimum terhadap Anak yang terlibat penyalahgunaan narkotika.

(7)

vi UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini sebagai syarat untuk penyelesaian studi strata satu (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.Dengan selesainya penulisan skripsi ini, tentu merupakan kebahagiaan dan kenikmatan tersendiri bagi penulis.Walaupun selama menempuh studi, penulis tidak luput dari berbagai hambatan.Namun berkat kesabaran, keikhlasan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Alhamdulillah, skripsi ini dapat selesai dengan segenap kemampuan penulis dalam menyelasaikan skripsi ini, meskipun penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dikemukakan dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak luput dari keterbatasan kemampuan serta berbagai kesulitan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik dalam bentuk sumber hukum, data, saran, kritikan, semangat dan juga doa. Sehingga melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis Ayahandatercinta Muh.Basri dan Ibunda Tercinta A. Hatatiah yang senantiasa mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam hidup dan selalu mendoakan penulis serta membesarkan penulis dengan penuh cinta dan

(8)

vii kasih sayang. Kepada kelima saudara Penulis Kakanda Andi Hage dan Andi Bilae yang selalu memberikan semangat dan menjadi contoh yang baik bagi penulis serta Adindan Andi syamsinar, Andi Jaya, dan Andi Purnama yang menjadi penyemangat penulis dalam meraih sukses.

Melalui kesempatan ini penulis mengucapakan terimah kasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Prof.Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu,M.A selaku Rektor Universitas Hasanuddin beserta Staf dan Jajarannya.

2. Ibu Prof.Dr. Farida Patitingi, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

3. Bapak Prof.Dr.Ahmadi Miru, S.H., M.H selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Syamsuddin Muchtar,S.H.,M.H selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Hamzah Halim, S.H., M.H selaku Wakil Dekan III.

4. Bapak Prof.Dr.H.M. Said Karim, S.H.,M.H.,M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H selaku pembimbing II yang selalu mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

5. Bapak Prof.Dr. Muhadar, S.H., M.S selaku dosen penguji I, Bapak Prof.Dr.Slamet Sampurno Soewodo,S.H.,M.H.,DFM selaku dosen penguji II dan Ibu Dr. Dara Indrawaty, S.H., M.H selaku dosen penguji III yang senantiasa memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi penulis.

(9)

viii 6. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin serta pegawai Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah memberikan banyak tenaga, ilmu, nasehat, melayani urusan administrasi dan bantuan-bantuan lainnya.

7. Kepala Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin beserta staf.

8. Bapak IRJEN POL PURN. Mudji Waluyo, Kapolda Sulselbar Periode tahun 2012-2013) yang membentuk kelas kerjasama antara Polda Sulselbar dengan Universitas Hasanuddin.

9. Kapolres Pelabuhan Makassar, Bapak AKBP Audy A.H.Manus, SIK.,M.Si (Periode Tahun 2012-2013), Bapak AKBP Wishnu Buddhaya, S.IK.,M.H (Periode Tahun 2013-2015), Bapak AKBP Ivan Setiadi, S.IK (Peroide Tahun 2015-2016), Bapak AKBP Said Anna Fauza, S.IK (Periode Tahun 2016-2017) yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk tetap melaksanakan kuliah disamping tugas dan tanggungjawab penulis sebagai Anggota Polri.

10. Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Makassar, Bapak AKP Hardjoko, SH (2012-2013), Bapak AKP Edy Purwanto,S.Sos (2013), Bapak AKP H. Andi Alimuddin, SH(2013-2014), Bapak KOMPOL Wahyu Basuki, S.IK (2014-2016), Bapak KOMPOL Andi Asdar,A.Md (2016), Bapak AKP Ivan Wahyudi,S.H.,S.IK

(10)

ix (2016-2017) atas dukungannya selama penulis melaksanakan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

11. Ketua Pengadilan Negeri Makassar beserta Staf yang telah bersedia memberikan informasi kepada penulis.

12. Kepada rekan-rekan dan saudara-saudaraku beserta keluarga besar Satuan Reserse Kriminal Polres Perlabuhan Makasar yang saya cintai dan hormati, terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat, kasih sayang, dan dukungan kepada penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya kepada mereka.

13. Rekan-rekan mahasiswa kelas kerjasama Polda Sulsel dan Universitas Hasanuddin yang telah memberikan banyak pengalaman, kenangan dan dukungan kepada penulis.

14. Rekan-rekan KKN Tematik Gelombang 94 Tahun 2016 terutama Untuk Lokasi Perdos Antang Kota Makassar, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya.

15. Rekan-rekan Ershi Community Sulsel, terima kasih atas dukungannya tetap dengan Slogan “Tidak Sedarah tapi lebih dari saudara”

16. Kepada sahabat-sahabat, rekan kerja, dan masih banyak lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu oleh penulis , Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

(11)

x Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua dan membalasn kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal.Amin.

Penulis sadar bahwa sebagai manusia biasa yang tentunya memiliki kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis mohon kepada semua pihak yang berkenan memberi koreksi dan petunjuk yang sifatnya membangun guna perbaikan selanjutnya, Terima Kasih.

Makassar, Juli 2017

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ii

PENGESAHAN SKRIPSI ……….iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………iv

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ………..v

ABSTRAK ………vi

DAFTAR ISI ………..xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... . 7

C. Tujuan Penelitian ... . 7

D. Kegunaan Penelitian ... . 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengertian Tinjauan Yuridis ... 9

B. Tinjauan Umum Terhadap Tindak Pidana ... 10

1. Pengertian Tindak Pidana ... 10

2. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 13

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana ... 15

C. Pidana dan Pemidanaan ……… 19

D. Tinjauan Umum Narkotika ... 27

(13)

xii

2. Penggolongan Narkotika ... 30

3. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Narkotika ... 33

4. Unsur-unsur Tindak Pidana Narkotika ... 38

5. Pengertian Penyalahguna Narkotika …………. 41

E. Tinjauan Umum Anak ... 42

1. Pengertian Anak ... 42

2. Perlindungan Anak ... 44

3. Peradilan Terhadap Anak ... 45

F. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman 51 BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Lokasi Penelitian ... 56

B. Jenis dan Sumber Data ... 56

C. Teknik Pengumpulan Data ... 57

D. Analisa Data ………. 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 58

A. Penerapan Hukum Pidana Materil Terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dalam Putusan No. 96/Pid.Sus-Anak/2017/PN.Mks……. .. 58

1. Posisi Kasus ………. 58

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ………. . 60

3. Tuntutan Penuntut Umum ……….. 67

4. Amar Putusan ………... 68

(14)

xiii B. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Menjatuhkan

Pidana Terhadap Terdakwa dalam Putusan No.

96/Pid.Sus-Anak/2017/PN. Mks ... 74

1. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Terdakwa dalam Putusan No. 96/Pid.Sus-Anak/2017/PN. Mks ……… 74 2. Analisis Penulis ………... 83 BAB V PENUTUP ... 88 1. Kesimpulan ……… 88 2. Saran ………. .... 89 DAFTAR PUSTAKA ………. 91

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 telah membuat aturan-aturan yang mengatur tata kehidupan masyarakatnya yang bersumber dari hukum untuk menciptakan keamanan dan ketertiban, yang mana konsekuensi dari hal tersebut diatas adalah segala perbuatan dan tingkah laku dari seluruh komponen masyarakat harus sesuai dan sejalan dengan nilai hukum yang berlaku.

Sebagai negara hukum yang dalam penyelenggaraan seluruh aktivitasnya mengenai kehidupan bernegara dan bermasyarakat selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dimana Penegakan hukum menjadi elemen penting dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

Penegakan hukum di Indonesian menjadi sorotan oleh masyarakat maupun media karena penegakan hukum di anggap sebagai senjata untuk melawan segala jenis kejahatan yang semakin hari semakin berkembang yang mana aparat penegak hukum di tuntut menyelesaikan permalahan hukum sehingga apa yang menjadi tujuan hukum yaitu kepastian hukum, keadilan dan kemamfaatan dapat tercapai. Termasuk tindak pidana yang dilakukan oleh anak.

(16)

2 Dewasa ini berbagai jenis kejahatan yang telah melibatkan anak-anak sebagai pelaku tindak pidana ataun kejahatan.Salah satu fenomena yang sering terjadi sekarang ini adalah penyalahgunaan narkotika. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena penyalahgunaan narkotika oleh anak bukan saja terjadi di Indonesia, hal yang sama melanda di banyak negara didunia

Peredaran narkotika di Indonesia terus meningkat bahkan sudah sampai ketingkat yang sangat mengkhawatirkan.Seperti diketahui narkotika saat ini tidak saja diedarkan di kota-kota besar tetapi sudah sampai ketingkat pedesaan dan pelaku penyalahgunaan narkotika tidak saja mereka yang telah dewasa namun telah meluas keseluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, wiraswasta, pejabat, anak jalanan dan lain sebagainya.

Penyebaran narkoba pada kalangan anak-anak sudah sampai kepad tahap yang sangat sulit dikendalikan, kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak-anak memerlukan pembinaan dan perlindungan khusus. Anak pada umumnya memiliki rasa keingintahuan yang besar, sehingga informasi-informasi atau sesuatu hal yang baru pantas dicoba tanpa menyadari akibat dari hal baru tersebut mengarah kepada kebaikan atau sebaliknya.

Dalam menghadapi dan menanggulangi perbuatan dan tingkah laku anak anak, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan

(17)

3 sifat khasnya.Walaupun anak dapat menentukan sendiri langkah perbuatannya berdasarkan fikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi disekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya.

Perkembangan penyalahgunaan narkotika semakin hari semakin meningkat dan pemerintah telah menerbitkan aturan yang mengatur tentang penanganan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana penayalahgunaan narkotika yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.sedangkan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana atau kejahatan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sedangkan anak sebagi korban diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Oleh karena itu setiap tindak pidana yang dilakukan oleh anak diselesaikan melalui peradilan yang mana proses penyelesaiannya menggunakan mekanisme yang berbeda dari pengadilan pada umumnya.

Penanganan anak yang menghadapi masalah hukum terutama penyalahgunaan narkotika oleh anak harus mengutamakan atau memprioritaskan kepentingan yang terbaik untuk anak tersebut.Anak wajib dilindungi agar tidak menjadi korban baik secara langsung maupunsecara tidak langsung.Dalam hal ini yang dimaksud korban dalam penyalahgunaan narkotika adalah anak-anak yang mengalami kerugian

(18)

4 baik secara mental, fisik maupun sosial disebabkan oleh tindakan orang atau sekelompok orang.

Contoh kasus penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak, pada hari jum’at tanggal 26 februari 2016 sekira pukul 03.30 wita bertempat di Wisma Lidyana Jalan Pelita Raya Kota Makassar atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Makasaar, dengan permufakatan jahat telah dengan tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, dan atau menyediakan Narkotika golongan I bukan tanaman berupa 19 (Sembilan belas) sachet plastic bening berisikan kristal bening dengan berat netto keseluruhan 0,2766 gram yang mengandung metamfetamina dan terdaftar Golongan I dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Bahwa pada waktu itu dan tempat tersebut diatas ketika terdakwa Lk. MUH.SUNAR, Lk. RUSDI dan seorang anak bernama Lk. RAYMOND REVADHI sepakat untuk mengkonsumsi narkotika jenis shabu-shabu di Wisma Lidyana Jalan Pelita Raya Kota Makassar namun karena tidak sesuai dengan harga kamar di Wisma Lidyana maka Lk. MUH. SUNAR, Lk. RAYMOND REVADHI dan Lk. RUSDI keluar dari Wisma Lidyana Jalan Pelita Raya Kota Makassar namun pada saat di depan Wisma Lidyana Jalan Pelita Raya Kota Makassar Lk. MUH. SUNAR, , Lk. RAYMOND REVADHI dan Lk. RUSDI di datangi beberapa orang dan memperkenalkan diri sebagai anggota Polri dan langsung melakukan pemeriksaan terhadap

(19)

5 1

3

Lk. MUH. SUNAR, , Lk. RAYMOND REVADHI dan Lk. RUSDI dan dari hasil pemeriksaan ditemukan barang bukti 19 (Sembilan belas) Sachet berisikan Kristal bening dalam kaleng kecil, bong, pipet, pireks dan sumbu korek gas dalam jaket, untuk proses lebih lanjut Lk. MUH. SUNAR, , Lk. RAYMOND REVADHI dan Lk. RUSDI dibawa ke kantor Polisi untuk proses lebih lanjut.

Berdasarkan contoh kasus diatas maka perlunya pengawasan terhadap anak-anak karena ada kecendrungan pengedar dan bandar narkotika menggunakan anak-anak sasaran utama berkembangnya bisnis narkotika salah satunya menjadikan anak-anak sebagai kurir dalam mengedarkan narkotika.

Istilah Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau

narkam yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.

Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan terutama rasa sakit dan rasa nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stufor atau bengong yang lama dalam keadaan masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan2.

1 Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkotika dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 78

(20)

6 3

5 3 Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika;

Narkotikan adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadarn, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat manimbulkan ketergantungan.

Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012Tentang sistem Peradilan Pidana Anak, maka memberikan landasan hukum yang kuat untuk membedakan perlakuan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum Perlakuan hukum pada anak dibawah umur pada perkara penyalahgunaan narkotika sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari aparat penegak hukum dalam memproses dan memutuskan keputusan yang akan diambil untuk mengatur dan mengembalikan masa depan anak sebagai warga negara yang bertanggungjawab dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika dengan judul : “Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak”(Studi Kasus Putusan Nomor:96/Pid.Sus Anak / 2017/PN.Mks).

3Hari Sasangka,2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana,

(21)

7

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis membatasi pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitiannya, antara lain:

1. Bagaimana penerapan hukum pidana materil terhadap anak sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan Putusan Nomor.96/Pid.Sus Anak/2017/PN.Mks?

2. Apa pertimbangan hukum oleh majelis hakim dalam tindak pidana terhadap anak sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan Putusan Nomor.96/Pid.Sus Anak/20176/PN.Mks ?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum pidana materil terhadap pidana dalam tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak berdasarkan Putusan Nomor.96/Pid.Sus Anak/2017/PN.Mks. 2. Untuk mengetahui apasaja yang menjadi pertimbangan hukum oleh

majelis hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak berdasarkan Putusan Nomor.96/Pid.Sus Anak/2017/PN.Mks

(22)

8

D. Kegunaan Penelitian.

Penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Diharapakan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum pada umumnya dan ilmu hukum pada khusunya tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur.

2) Bagi penulis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa fakultas hukum mengenai tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur.

3) Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penegak hukum dalam praktik mengambil keputusan atau kebijakan dalam menangani masalah tindak pidana narkotika.

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tinjauan Yuridis

Tinjauan Yuridis berasal dari kata "tinjauan" dan "yuridis". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian tinjauan adalah kegiatan mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari dan sebagainya). Sedangkan yuridis berasal dari kata yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi hukum atau berdasarkan hukum dan Undang-Undang. Jadi tinjauan yuridis dapat diartikan sebagai kegiatan mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami) suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum atau berdasarkan hukum dan Undang-Undang.

Adapun pengertian lain dari Tinjauan Yuridis jika dikaji menurut Hukum Pidana, adalah dapat kita samakan dengan mengkaji hukum pidana materil yang artinya kegiatan pemeriksaan yang teliti terhadap suatu ketentuan dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-tindakan mana yang dapat dihukum, Delik apa yang terjadi, unsur-unsur tindak pidana terpenuhi, serta siapa pelaku yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindak pidana tersebut dan pidana yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana tersebut.

(24)

10

B. Tinjauan Umum Tindak Pidana.

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana.Perbuatan jahat atau kejahatan biasa diartikan secara yuridis atau kriminologis.Secara yuridis formal tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah laku yang melanggar Undang-Undang pidana.

Istilah tindak pidana (delik) berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana belanda yaitustrafbaar feit atau delic yang berassal dari bahasa latin delictum. Nomenklatur tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit, yang sebenarnya merupakan istilah resmi dalam Wetboek van Strafrechtr Netherlands Indie (W.v.S.N.I) atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang sekarang berlaku di Indonesia.Walaupun sampai saat ini tidak ada yang memberikan penjelasan resmi tentang yang dimaksud istilah strafbaar feit.Pembentuk Undang-Undang Indonesia telah menerjemahkan perkataan istilah

strafbaar feitsebagai tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tanpa memberikan sesuatu penjelasan yang dimaksud dengan perkataan istilah strafbaar feittersebut.

Dalam ilmu hukum ada beberapa pengertian tindak pidana atau delik, Berikut pendapat para pakar hukum mengenai pengertian tindak pidana istilah (strafbaar feit) :

a. Profesor Doktor W.L.G Lemaire telah mengemukakan rumusan mengenai pengertian hukum pidana sebagai berikut : Hukum

(25)

11 pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan dan larangan-larangan yang (oleh pembuat Undang-Undang) telah dikaitkan dengan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.4

b. Menurut Pompe, strafbaar feityaitu suatu pelanggaran norma (gangguanterhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak sengaja telah dilakukan oleh seoran pelaku dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum5.

c. Menurut Simons, strafbaar feityaitu suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh Undang-Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum6.

4P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana di Indonesia,Sinar Grafika,

2014,hlm 1-2

5P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bhakti,

Bandung1997 Hlm.181

(26)

12 d.Menurut Moelyatno dalam buku Adami Chazawi, (2008:71) bahwa menggunakan istilah perbuatan pidana, yang didefinisikan sebagai “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut”

e. Menurut Poernomo Bambang (1992:130) bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

Sedang menurut Amir Ilyas, Tindak Pidana Merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.7

Para pakar asing hukum pidana menggunakan istilah tindak pidana atau perbuatan tindak pidana atau peristiwa pidana dengan istilah :8

a. Starfbaar Feit adalah peristiwa Pidana;

7Amir Ilyas. Asas-Asas Hukum Pidana , Rangkang Education Yogyakarta dan

Pukap Indonesia, Yogyakarta, 2012, hlm.18

(27)

13 b. Strafbare Hendlung diterjemahkan dengan perbuatan pidana, yang

digunakan oleh para sarjana hukum pidana Jerman; dan c. Criminal Acy diterjemahkan dengan istilah perbuatan criminal.

Menurut Marpaung, Strafbaarfeit adalah suatu tindakan yang melanggar hukum yang telah dilakukan dengansengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh Undang-Undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.9

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Jika kita menjabarkan sesuatu rumusan delik kedalam unsur-unsurnya, maka yang mula-mula kita jumpai adalah disebutkannya sesuatu tindakan manusia, dengan tindakan itu seseorang telah melakukan sesuatu tindak pidana atau tindakan yang terlarang oleh Undang-Undang.

Setiap tindak pidana yang terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada umumnya dapat kita jabarkan kedalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.

9Laden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum pidana, cetakan Ketujuh, sinar

(28)

14 a. Unsur Subjektif.

Unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk kedalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah ;

1). Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa) 2).Maksud atau voonemen pada suatu percobaan atau poging

3). Macam-macam maksud atau oogemerk, misalnya seperti yang terdapat di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain

4). Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan

5). Perasaan takut atau Vres b. Unsur Objektif

Unsur objektif adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu didalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.Unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah ; 1) Perbuatan manusia, berupa :

a). Act, yaitu perbuatan aktif dan

b). Ommission, yaitu perbuatan pasif (perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan)

(29)

15 Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan-kepentingan yang di pertahankan oleh hukum, misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik, kehormatan dan sebagainya.

3) Keadaan-keadaan (circumstances)

a). Keadaan pada saat perbuatan dilakukan. b). Keadaan setelah perbuatan dilakukan. 4) Sifat dapat dihukum dan melawan hukum

Semua unsur delik tersebut merupakan suatu kesatuan. Salah satu unsur saja tidak terbukti , bias menyebabkan terdakwa di bebaskan oleh hakim pengadilan.

Seorang ahli hukum yaitu yang merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :

a. Diancam pidana oleh hukum; b. Bertentangan dengan hukum;

c. Dilakukan oleh orang yang bersalah, dan

d. Orang tersebut dipandang dapat bertanggungjawab atas perbuatannya.

3. Jenis-jenis tindak pidana

Tindak pidana dapat dibedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu sebagai berikut10 :

10Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, PT. Raja Grafindo, Jakarta,

(30)

16 a. Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan (misdrijven) dimuat dalam buku II dan pelanggaran (overtrendingen) dimuat dalam buku III:

1). Kejahatan dan pelanggaran

KUHPidana menempatkan kejahatan di dalam Buku Kedua dan Pelanggaran dalam Buku Ketiga, tetapi tidak ada penjelasan mengenai apa yang disebut dengan kejahatan dan pelanggaran. Semuanya diserahkan kepada ilmu pengetahuan untuk memberikan dasarnya.

Dalam perbedaan bahwa kejahatan merupakan rechtdelict atau delik hukum dan pelanggaran merupakan wetsdelict atau delik Undang-Undang.Delik hukum adalah pelanggaran hukum yang dirasakn melanggar rasa keadilan.Sedangkan delik Undang-Undang melanggar apayang ditentukan oleh Undang-Undang-Undang-Undang. Disini tidak tersangkut sama sekali masalah keadilan.

2). Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil (Formeel delicten) dan tidak pidana materil (materiil delicten) :

Pada umumnya rumusan delik di dalam KUHPidana merupakan rumusan yang selesai, yaitu perbuatan yang dilakukan pelakunya.

Delik Formil adalah delik yang dianggap sesuai dengan dilakukannya perbuatan itu, atau dengan kata lain titik beratnya

(31)

17 berada pada perbuatan itu sendiri. Tidak dipermasalhkan apakah perbuatannya, sedangkan akibatnya hanya merupakan aksidentalia (hal yang kebetulan).Contoh delik formal adalah Pasal 362 KUHPidana (pencurian), dan Pasal 160 KUHPidana (Penghasutan).

Sebaliknya didalam delik materil titik beratnya berada pada akibat yang dilarang, delik itu dianggap selesai jika akibatnya sudah terjadi, cara melakukan perbuatan itu tidak menjadi masalah.

3). Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana sengaja (doleus delicten) dan tindak pidana dengan sengaja (culpose delicten) :

a). Delik dolus adalah delik yang memuat unsur kesengajaan, rumusan itu mungkin dengan kata-kata yang tegas…dengan sengaja, tetapi mungkin juga dengan kata-kata lain yang senada, seperti… diketahuinya, dan sebagainya.

b). Delik culpadi dalam rumusannya memuat unsur kealpaan, dengan kata… karena kealpaannya. Di dalam beberapa terjemahan kadang-kadang dipakai istilah… Karena kesalahannya.

4). Beradasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana aktif/positif juga dapat disebut tindak pidana komisi

(32)

18 (delicta commisionis) dan tindak pidana/negative juga tindak pidana omisi (delicta omissionis) :

Pelanggaran hukum dapat dibentuk sesuatu yang dilarang atau tidak berbuat sesuatu yang diharuskan (to commit = melakukan;

to omit=meniadakan).

a). Delik commisionis tidak terlalu sulit untuk dipahami, misalnya berbuat, mengambil, mengambil, menganiaya, menembak, mengancam, dan sebagainya.

b). Delik amissionis terdapat pada Pasal 522 KUHPidana (tidak datang menghadap kepengandilan sebagai saksi), Pasal 164 KUHPidana (tidak melaporkan adanya permufakatan kejahatan)11.

5). Delik Aduan

Delik aduan adalah tindak pidana yang penuntutannya hanya dilakukan apabila ada pengaduan dari pihak yang terkena atau yang dirugikan atau korban.Dengan demikian, apabila tidak ada pengaduan, terhadap tindak pidana tersebut tidak boleh dilakukan penuntutan. Tindak pidana aduan dibedakan dalam dua jenis yaitu :

a). Tindak Pidana Aduan Absolut

Tindak pidana yang mengsyaratkan secara absolut pengaduan untuk penuntutannya;

(33)

19 b). Tindak Pidana Aduan Relatif

Pada prinsipnya jenis tindak pidana ini bukanlah merupakan Pada prinsipnya jenis tindak pidana ini bukanlah merupakan jenis tindak pidana aduan, jadi dasarnya tindak pidana aduan relativemerupakan tindak pidana laporan (tindak pidana biasa) yang karena dilakukan dalam lingkungan keluarga, kemudian menjadi tindak pidana aduan;

c). Tindak Pidana Bukan Aduan

Tindak pidana yang tidak mempersyaratkan adanyan pengaduan untuk penuntutannya.

C. Pidana dan Pemidanaan

a. Pengertian Pidana dan Pemidanaan

Pidana berasal dari kata Straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan yang sengaja dikenakan /dijatuhkan kepad seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana.Hukum pidana menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum yang dilakukan.Sanksi itu pada prinsipnya merupakan penambahan penderitaan dengan sengaja.Penambahan penderitaan dengan sengaja ini pula yang menjadi pembeda terpenting antara hukum pidana dengan hukum lainnya.

Kata “pidana” pada umumnya diartika sebagai hukum, sedangkan “pemidanaan” diartikan sebagai

(34)

20 penghukuman.Pemidanaan adalah suatu proses atau cara untuk menjatuhkan hukuman/sanksi terhadap orang yang telah melakukan tindak kejahatan (rechtsdelict) maupun pelanggaran (wetsdelict). Pidana dan pemidanaan ialah suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang telah melanggar Undang-Undang hukum pidana.

b. Jenis-jenis Pemindaan

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah merinci jenis-jenis pemidanaan, sebagimana dirumaskan dalam Pasal 10 KUHPidana, pidana pokok itu terdiri atas :

1). Pidana mati 2). Pidana penjara 3). Pidana kurungan 4). Pidana denda

Adapun pidana tambahan dapat pula berupa : 1). Pencabutan dari hak-hak tertentu

2). Penyitaan atau perampasan dari barang-barang tertentu 3). Pengumunan dari putusan hakim

Berdasarkan ketentuan diatas, untuk mengetahui lebih jelas mengenai jenis-jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHPidana, maka akan diuraikan sebagai berikut :

(35)

21 Pidana mati adalah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan oleh pengadilan ataupun tanpa pengadilan sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya.Jenis pidana ini merupakan pidana yang terberat dan paling banyak mendapat sorotan dan banyak menimbulkan pendapat, salah satunya hukuman mati bertentangan dengan Hak asasi manusia.

Terhadap penjatuhan pidana mati, KUHPidana membatasi atas beberapa kejahatan-kejahatan tertentu yang berat saja, seperti :

a). Kejahatan terhadap Negara (Pasal 104, Pasal 105, Pasal 111 Ayat (3), 124 Ayat (3) KUPidana).

b). Pembunuhan dengan berencana (Pasal 130 Ayat (3), Pasal 140 Ayat (3), Pasal 340 KUHPidana).

c). Pencurrian dan pemerasan yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan sebagai yang disebut dalam Pasal 363 Ayat (4) dan Pasal 368 Ayat (2) KUHPidana. d). Pembajakan di laut, di pantai, di pesisir dan di sungai

yang dilakukan dalam keadaan seperti tersebut dalam Pasal 444 KUHPidana.

2). Pidana Penjara

Pidana penjara adalah untuk sepanjang hidup atau sementara waktu (Pasal 12 KUHPidana). Lamanya hukuman

(36)

22 penjara untuk sementara waktu berkisar antara paling sedikit 1 (satu) hari dan 15 (lima belas) tahun berturut-turut paling lama. Akan tetapi dalam beberapa hal lamanya hukuman penjara sementara itu dapat ditetapkan sampai 20 Tahun berturut-turut. Maksimum 15 (lima belas) tahun dapat di naikkan menjadi 20 (dua puluh) tahun apabila :

a). Kejahatan diancam dengan pidana mati

b). Kejahatan diancam dengan pidana penjara seumur hidup c). Terjadi perbuatan pidana karena adanya perbarengan,

recidive atau karena yang tentukan dalam pasal 52 dan 52 bis KUHPidana.

d). Karena keadaan khusus, seperti misalnya Pasal 347 Ayat (2), Pasal 349 KUHPidana.

Pidana penjara selam waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih dari 20 (dua puluh) tahun.Hal ini hendaknya benar-benar diperhatikan oleh pihak yang berwenang memutus perkara.Untuk menghindari kesalahan fatal ini para penegak hukum harus benar-benar mengindahkan/memperhatikan asas-asas dan peraturan-peraturan dasar yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang pidana kita, yaitu batas maksimum pemjatuhan pidana.

(37)

23 Pidana seperti ini sama halnya dengan hukuman penjara, maka dengan hukuman kurunganpun, terpidana selama menjalani hukumannya, kehilangan kemerdekaannya. Menurut Pasal 18 KUHPidana, lamanya hukuman kurungan berkisar paling sedikit 1 hari dan paling lama 1 tahun. Pidana kurungan lebih ringan dari pidana penjara dan ditempatkan dalam keadaan yang lebih , seperti diuraikan sebagai berikut :

a). Terpidana penjara dapat diangkut kemana saja untuk menjalani pidananya, sedangkan bagi yang terpidana kurungan tanpa persetujuannya tidak dapat diangkut ke tempat lain diluar daerah tempat tinggalnya pada waktu itu (Pasal 21 KUHPidana).

b). Pekerjaan terpidana kurungan lebih ringan dari pada pekerjaan yang diwajibkan kepada terpidana penjara (Pasal 19 Ayat (2)) KUHPidana.

c). Orang yang dipidana kurungan boleh memperbaiki nasibnya sendiri (Pasal 23 KUHPidana). Lembaga yang diatur dalam Pasal ini terkenal dengan pistole.

4). Pidana Denda

Pidana denda adalah hukuman yang dijatuhkan dengan membayar sejumlah denda sebagai akibat dari tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang. Pidana denda adalah kewajiban seseorang yang telah dijatuhi pidana denda

(38)

24 tersebut oleh Hakim/Pengadilan untuk membayar sejumlah uang tertentu oleh karena ia telah melakukan suatu perbuatan yang dapat pidana. Pidana denda dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Walaupun denda dijatuhkan terhadap terpidana pribadi. Tidak ada larangan jika denda ini secara sukarela dibayar oleh orang atas nama terpidana.

Sedangkan penjelasan mengenai pidana tambahan diuraikan sebagai berikut :

1). Pencabutan hak-hak tertentu

Pencabutan hak-hak tertentu adalah pencabutan segala hak yang dipunyai atau diperoleh orang sebagai warga negara.Pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu tidak berarti hak-hak terpidana dapat dicabut.Pencabutan tersebut tidak meliputi pencabutan hak-hak kehidupan, hak-hak-hak-hak sipil (perdata), dan hak-hak-hak-hak ketatanegaraan.Menurut Vos, pencabutan hak-hak tertentu itu ialah suatu pidana dibidang kehormatan, berbeda dengan pidana hilang kemerdekaan, pencabutan hak-hak tertentu dalam dua hal :

a) Tidak bersifat otomatis, tetapi harus ditetapkan dengan keputusan hakim.

(39)

25 b) Tidak berlaku seumur hidup, tetapi menurut jangka waktu

menurut Undang-Undang dengan suatu putusan hakim. Hakim boleh menjatuhkan pidana pencabutan hak-hak tertentu apabila diberi wewenang oleh Undang-Undang yang diancamkan pada rumusan tindak pidana yang bersangkutan.Tindak pidana yang diancam dengan pencabutan hak-hak tertentu dirumuskan dalam Pasal 317, 318, 334, 348, 350, 362, 363, 365, 372, 3784, 378, 375.Sifat hak-hak tertentu yang dicabut oleh hakim tidak untuk selam-lamanya melainkan dalam waktu tertentu saja, kecuali apabila terpidana dijatuhi hukuman seumur hidup.

Hak-hak yang dapat dicabut telah diatur dalam Pasal 35 KHUPidana.Sedangkan berapa lama pencabutan-pencabutan hak-hak tertentu dapat dilakukan oleh hakim telah diatur di dalam Pasal 38 Ayat (1) KUHP.

2). Perampasan barang-barang tertentu

Biasa disebut dengan pidana kekayaan, seperti juga halnya dengan pidana denda. Dalam Pasal 39 KUHP, dijelaskan barang yang dapat dirampas yaitu barang-barang yang berasal/diperoleh dari hasil kejahatan. Barang-barang yang dapat dirampas menurut ketentuan Pasal 39 39 Ayat (1) KUHPidana antara lain :

(40)

26 a). Benda-benda kepunyaan terpidana yang diperoleh

karena kejahatan, misalnya uang palsu.

b). Benda-benda kepunyaan terpidana yang telah digunakan untuk melakukan suatu kejahatan dengan sengaja, misalnya pisau yang digunakan terpidana untuk membunuh.

Sebagaimana prinsip umum pidana tambahan, pidana perampasan barang tertentu bersifat fakultatif, tidak merupakan kaharusan (imperatif) untuk dijatuhkan. Akan tetapi, ada juga pidana perampasan barang tertentu yang menjadi keharusan (imperatif), misalnya pada pasal 250 bis (pemalsuan mata uang), Pasal 205 (barang berbahaya), Pasal 275 (menyimpan bahan atau benda, seperti surat dan sertifikat hutang, surat dagang).

3). Pengumuman Putusan Hakim

Didalam pasal 43 KUHPidana, ditentukan bahwa apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan Kitab Undang-Undang ini atau berlaku aturan yang lain. Maka harus ditetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah atas biaya terpidana. Pidana pengumuman putusan hakim ini merupakan suatu publikasi ekstra dari suatu putusan pemidanaan seseorang dari pengadilan pidana. Jadi dalam pengumuman putusan hakim

(41)

27 ini, hakim bebas untuk menentukan perihal cara tersebut, misalnya melalui surat kabar, papan pengumuman, radio, televise, dan pembebanan biayanya ditanggung oleh terpidana.

D. Tinjauan Umum Narkotika

1. Pengertian Narkotika

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, narkotika dapat diartikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika yang terkenal di Indonesia sekarang ini berasal dari kata Narkoties, yang sama artinya dengan kata narcosis yang artinya berarti membius.

Istilah narkotika yang dipergunakan disini bukanlah “narcotics

pada farmacologie (farmasi), melainkan sama artinya dengan “drugs”, yaitu sejenis zat yang apabila dipergunakan akan

membawa efek dan pengaruh pengaruh tertentu pada tubuh si pemakai, yaitu12:

a). Mempengaruhi kesadaran;

12Moh. Taufik Makaro, Tindak Pidana Narkotika, Ghala Indonesia, Bogor, 2005,

(42)

28 b). Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap

perilaku manusia;

c). Pengaruh-pengaruh tersebut berupa : 1). Penenang;

2). Perangsangan (bukan rangsangan sex);

3). Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat).

Didalam bukunya, Ridha Ma’roef mengatakan bahwa narkotika adalah candu, ganja, cocaine, dan zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda termasuk yakni morphine, heroine, codein hashisch, cocaine. Dan termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat yang tergolong dalam hallucinogen dan stimulan.13

WHO (world Health Organization) memberikan defenisi tentang pengertian narkotika, yaitu suatu zat yang apabila dimasukkan kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi fisik dan psikologis (kecuali makanan, air, atau oksigen).14

13Ridha Ma’roef, 1987, Narkotika, Masalah dan bahayanya, PT. Bina Aksara,

Jakarta, hlm.15

14Juliana Lisa FR dan Nengah Sutrisna W, Narkoba, dan Gangguan Jiwa, Nuha

(43)

29 A.R. Soejono dan Bony Daniael mengemukakan bahwa kata narkotika yang pada dasarnya berasal dari kata Yunani “narkoun” yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa.15

Sebenarnya naroktika diperlukan oleh manusia untuk pengobatan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan dan studi ilmiah diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus untuk para penderita tersebut.

Dalam dasar menimbang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika disebutkan bahwa naroktika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan disisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama. Narkotika apabila dipergunakan secara tidak teratur menurut takaran/dosis akan dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi yang menggunakannya serta dapat menimbulkan ketergantungan padapengguna itu sendiri. Artinya keinginan sangat kuat yang bersifat psikologis untuk mempergunakan obat tersebut secara terus menerus karena sebab-sebab emosional.

15AR. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan pembahasan Undang-Undang

(44)

30 2. Penggolongan Narkotika

Penggolongan Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terbagi menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :13

a). Narkotika Golongan I : Jenis narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : opium, tanaman koka, kokain, tanaman ganja, heroin, dan lai-lain.

b). Narkotika Golongan II : Yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai tujuan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, Narkotika golongan II mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : metadona, morfin, petidina, fentanyl, dan lain-lain. c). Narkotika Golongan III : Yaitu narkotika yang berkhasiat

pengobatan dan biasa digunakan dalam terapi, dan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Narkotika Golongan II mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.

Contoh : etilmorfina, kodeina, propiram, buprenorfina dan lain-lain.

(45)

31 Berikut adalah jenis-jenis narkotika disertai dengan karasteristik masing-masing menurut Moh. Taufik Makarao, diantaranya yaitu:17 a). Candu atau disebut juga dengan opium

Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang dinamakan

papaversomniferum, nama lain dari candu selain opium adalah madat. Bagian yang dapat dipergunakan dari tanaman ini adalah getahnya yang diambil dari buahnya.

Narkotika jenis candu atau opium termasuk jenis depressants

yang mempunyai pengaruh hypnitics dantranglizers.Depressants

yaitu merangsang sistem syaraf parasimpatis, dalam dunia kedokteran dipakai sebagaipembunuh rasa sakit yang kuat. Candu ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis candu yaitu candu mentah dan candu matang. Untuk candu mentah dapat ditemukan dalam kulit buah

daun, dan bagian-bagian lainnya yang terbawa sewaktu pengumpulan getah yang mengering pada kulit buah, bentuk candu mentah berupa adonan yang membeku seperti aspal lunak, berwarna cokelat kehitam-hitaman dan sedikit lengket. Sedangkan candu masak merupakan hasil olahan dari candu mentah.

17Moh. Taufik Makaro, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia,Bogor,2005,

(46)

32 b). Morphine

Morphine adalah zat utama yang berkhasiat narkotika yang terdapat pada candu mentah, diperoleh dengan jalan mengolah secara kimia.Morphine termasuk jenis narkotika yang membahayakan dan emiliki daya ekskalasi yang relative cepat, dimana seseorang pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingini selalu memerlukan penambahan dosis yang lambat laun membahayakan jiwa.

c). Heroin

Berasal dari papaversomniferum, seperti telah disinggung diatas bahwa tanaman ini juga menghasilkan codeine, morphine, dan opium.Heroin disebut juga dengan sebutan putau, zat ini sangat berbahaya bila dikonsumsi kelebihan dosis, bisa mati seketika.

d). Cocain

Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut everythroxylon coca, untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun Coca, lalu keringkan dan diolah di pabrik dengan menggunakan bahan-bahan kimia.

e). Ganja

Berasal dari bunga-bunga dan daun-daun sejeinis tumbuhan rumput bernama cannabis sativa. Sebutan laindari ganja yaitu

(47)

33 dibuat dari damar tumbuhan cannabis sativa. Efek dari hashis lebih kuat daripada ganja.

f). Narkotika sejenis atau buatan

Adalah sejenis narkotika yang dihasilkan dengan melalui proses kimia secara farmokologi yang sering disebut dengan istilah Napza, yaitu kependekan dari narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Dari uraian jenis-jenis narkotika diatas, maka dapat diketahui bahwa narkotika dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok:18 1). Golongan narkotika (Golongan I) : seperti opium, morphine,

heroine dan lain-lain.

2). Golongan psikotropika (Golongan II) : seperti ganja, ectacy, shabu-shabu, hashis dan lain-lain.

3). Golongan Zat adiktif lain (Golongan III) : yaitu minuman yang mengandung alcohol seperti beer, wine, whisky, vodka, dan lain-lain.

3. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Narkotika

Penggunaan narkotika pada awalnya ditujukan untuk kepentingan pengobatan, memiliki khasiat dan bermanfaat

digunakan dalam bidang kedokteran, kesehatan, serta berguna bagi penelitian, perkembangan ilmu pengetahuan farmasi dan farmakologi.

(48)

34 Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya perkembangan teknologi obat-obatan maka jenis-jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak, serta dapat pula di salahgunakan fungsinya yang bukan lagi untuk kepentingan pengobatan, bahkan sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu bangsa.19

Umunnya , jenis-jenis tindak pidana narkotika dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tindak pidana, yaitu :

a). Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan narkotika Tindak pidana penyalahgunaan narkotika dibeddakan menjadi dua macam yaitu perbuatannya untuk orang lain dan untuk diri sendiri.

b). Tindak pidana yang menyangkut produksi dan jual beli narkotika.

Tindak pidana yang menyangkut produksi dan jual beli narkotika disini bukan hanya dalam arti sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor impor narkotika.

c). Tindak pidana yang menyangkut pengangkutan narkotika Tindak pidana pengangkutan narkotika dalam arti luas termasuk perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, dan mentransito narkotika.

d). Tindak pidana yang menyangkut penguasaan narkotika. 19Ibid,hlm 19

(49)

35 e). Tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan pecandu

narkotika.

Orang tua atau wali memiliki kewajiban untuk melaporkan pecandu narkotika.Karena jika kewajiban tersebut tidak di lakukan dapat merupakan tindak pidana bagi orang tua atau wali dan pecandu yang bersangkutan.

f). Tindak pidana yang menyangkut label dan publikasi.

Seperti yang diketahui bahwa pabrik obat diwajibkan Narkotika syaratnya harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media farmasi.Apabila tidka dilaksanakan dapat merupakan tindak pidana.

g). Tindak pidana yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika.

Barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana dilakukan penyitaan untuk dijadikan barang bukti perkara yang bersangkutan dan barang bukti tersebut harus diajukan dalam persidangan.Status barang bukti di tentukan dalam Putusan Pengadilan.Apabila barang bukti tersebut terbukti dipergunakan dalam tindak pidana maka harus ditetapkan dirampas untuk dimusnahkan.

Dalam pidana narkotika ada kemungkinan barang bukti yang sita merupaka tanaman yang jumlahnya sangat banyak,

(50)

36 sehingga tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan kepersidangan semuanya.Dalam hal ini, penyidik wajib membuat barita acara sehubungan dengan tindakan penyidikan berupa penyitaan, penyisihan, dan pemusnahan kemudian dimasukkan dalam berkas perkara.Sehubungan dengan hal tersebut, apabila penyidik tidak melaksanakan tugasnya dengan baik merupakan tindak pidana.

h). Tindak pidana yang menyangkut pemanfaatan anak dibawah umur.

Tindak pidana dibidang narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan itu dilakukan pula bersama-sama dengan anak dibawah umur (usianya belum cukup 18 tahun).Oleh karena itu perbuatan memanfaatkan anak dibawh umur untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan tindak pidana.

Penyalahgunaan narkotika sampai saat ini mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan.Hampir seluruh seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapatkan narkotika, misalnya dari Bandar/pengedar yang menjual di sekitar sekolah, kampus, diskotik dan berbagai tempat lainnya.Bisnis narkotika telah tumbuh menjadi bisnis yang banyak diminati karena keuntungan ekonomis.

Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan tanpa hak dan kewajiban melawan hukum, yang dulakukan tidak untuk maksud

(51)

37 pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosial.

Didalam UU Narkotika telah diatur mengenai bentuk penyalahgunaan narkotika, misalnya dalam Pasal 114 Ayat (1) UU Narkotika menyatakan bahwa :

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepulah miliar rupiah).

Larangan-larangan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 114 Ayat (1) UU Narkotika diatas menunjukkan bahwa Undang-Undang menetukan semua perbuatan dengantanpa hak atau melawan hukum untuk menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jaul beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan I karena sangat membahayakan dan berpengaruh terhadap meningkatnya kriminalitas. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang dengan tanpa hak, maka dapat dikategorikan sebagai perbuatan penyalahgunaan narkotika atau merupakan suatu tindak pidana khusus yang dapat diancam dengan sanksi hukum yang berat.

(52)

38 Ketentuan mengenai sanksi dalam UU Narkotika sangat besar. Sanksi pidana paling sedikit 4 (empat) tahun penjara sampai 20 (dua puluh) tahun penjara bahkan pidana mati jika memproduksi narkotika Golongan I lebih dari 1 (satu) atau 5 (lima) kilogram. Denda yang dicantumkan dalam UU Narkotika tersebut berkisar antara Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

4. Unsur-unsur Tindak Pidana Narkotika

Undang-Undang Republik Indosenia Nomor 35 Tahun 2009 telah menagtur tentang tindak pidana narkotika dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 yang merupakan ketentuan khusus.

Didalam Undang-Undang Narkotika, perbuatan –perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagi berikut :

a). Tanpa hak, atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111).

b). Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I bukan tanaman (Pasal 112). c). Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,

mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan 1 (Pasal 113).

(53)

39 d). Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan 1 (Pasal 114). e). Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim,

mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I (Pasal 115).

f). Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika Golonga I terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain (Pasal 116).

g). Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika Golongan II (Pasal 117).

h). Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan II (Pasal 118).

i). Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan II (Pasal 119). j). Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim,

mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan II (Pasal 120).

(54)

40 k). Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika

Golongan II terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain (Pasal 121).

l). Tanpa hak, atau melawan hukum memiliki, menyimpan, mengasai atau menyediakan narkotika Golongan III (Pasal 122). m). Tanpa hak, atau melawan hukum memproduksi, megimpor,

mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan III (Pasal123).

n). Tanpa hak, atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan III (Pasal 124). o). Tanpa hak, atau melawan hukum membawa, mengirim,

mengangkut, atau mentransito narkotika Golongan III (Pasal 125).

p). Tanpa hak, atau melawan hukum menggunakan narkotika golongan III terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain (Pasal 126).

q). Setiap penyalahguna (pasal 127) ;

1). Narkotika Golongan I bagi diri sendiri; 2). Narkotika Golongan II bagi diri sendiri; dan 3). Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri.

r). Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, yang sengaja tidak melapor (Pasal 128)

(55)

41 s). Tanpa hak, atau melawan hukum (Pasal129) :

1). Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor narkotika untuk pembuatan narkotika;

2). Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan narkotika;

3). Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadiperantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan precursor Narkotika untuk pembauatan narkotika;

4). Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor narkotika untuk pembauatan narkotika.

t). Setiap orang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak pidana narkotika (Pasal 131).

5. Pengertian Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika 1. Pengertian Penyalahgunaan

Istilah Penyalahgunaan berasal dari kata dasar “salah guna” yang artinya melakukan sesuatu yang tidak sebagaimana mestinya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, penyalahgunaan didefinisikan sebagai berikut :

“Proses, cara, perbuatan menyalahgunakan” Sementara Salaimdan Salim (1991:37) merumuskan

(56)

42 “Penyalahgunaan adalah Proses, cara, perbuatan menyeleweng untuk melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya atau menggunakan sesuatu sebagaimana mestinya”

2. Pengertian Penyalahgunaan Narkotika

Pasal 1 ayat (15) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tidak memberikan penjelasan yang jelas mengenai istilah penyalahgunaan tersebut. Hanya istilah penyalahguna yaitu orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum.

Penyalahgunaan narkotika dan penyalahgunaan obat (drug abuse) dapat pula artikan mempergunakan obat atau narkotika bukan untuk tujuan pengobatan, padahal fungsi obat narkotika adalah untuk membantu penyembuhan dan sebagai obat terapi. Apabila orang yang tidak sakit mempergunakan narkotika, maka ia akan merasakan segala hal yang berbau abnormal.

E. Tinjauan Umum Anak

1. Pengertian Anak

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.Namun secara umum kita ketahui yang dimaksud

(57)

43 dengan anak yaitu orang yang belum dewasa atau masih belum kawin.

Di Indonesia memiliki berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai anak.Dalam berbagai ketentuan tersebut, tidak terdapat pengaturan yang spesifik mengenai kriteria anak. Berikut ini adalah kriteria anak menurut beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan :

a). Menurut KUHPerdata, dalam Pasal 330 ditetapkan bahwa belum dewasa adalah mereka belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu kawin.

b). Menurut KUHPidana, dalam Pasal 45, anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas) tahun. Sedangkan apabila ditinjau batasan umur anak sebagai korban kejahatan (Bab XIV) adalah apabila berumur kurang dari 15 (lima belas) tahun.

c). Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tantang Pemasyarakatan, dalam Pasal 1 Ayat (8) ditentukan bahwa anak didik pemasyarakatan baik anak pidana, anak Negara, dan anak sipil yang dididik di lapas paling lama berumur 18 (delapan belas) tahun.

d). Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak, dalam Pasal 1 Ayat (1) anak

(58)

44 adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang berada dalam kandungan.

e). Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dalam Pasal 1 Ayat (3) dijelaskan anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Menurut Sugiri sebagaimana dikutib dalam buku karya Maidi Gultom mengatakan bahwa :

selama ditubuhnya masih berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan, anak itu masih menjadi anak dan baru menjadi dewasa bila proses perkembangan dan peetumbuhan itu selesai, jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa, yaitu 18 (delapan belas) tahun untuk wanita dan 21 (dua puluh satu) tahun untuk laki-laki”.20

2. Perlindungan Anak

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menjelaskan bahwa, perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi 20Maidi Gultom, 2010, Perlidungan Hukum Terhadap Anak, Cetakan Kedua,

(59)

45 secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah kepada anak dalam situasi darurat adalah perlidungan khusus sebagaimana yang diatur dalam Pasal 59 Undang-Undang Perlindungan Anak sebagai berikut :

Pasal 59 Ayat (1) berbunyi :“Pemerintah, pemerintah daerah,

dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan

bertanggungjawab untuk memberikan perlidungan khusus kepada anak”.

Selanjutnya Pasal 59 Ayat (2) berbunyi :”Perlindungan khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada :

a). Anak dalam situasi darurat;

b). Anak berhadapan dengan hukum;

c). Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi;

d). Anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual; f). Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,

alkohol, psikotropika, dan zat badiktif lainnya; g). Anak dengan HIV/AIDS;

h). Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan; i). Anak korban kekerasan fisik dan/atau psikis;

(60)

46

k). Anak korban jaringan terorisme; l). Anak penyandang disabilitas;

m). Anak korban perlakuan salah dan disabilitas; n). Anak dengan perilaku sosial menyimpang;

o). Anak yang menjadi korban stigmatisasi perlabelan terkait dengan kondisi orang tuanya”

berdasarkan penjelasn diatas, maka anak sangat perlu dilindungi dari segala bentuk kejahatan yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, serta rohaninya, oleh karena itu perlunya peran serta semua pihak agar peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dapat berjalan dengan efektif.

3. Peradilan Terhadap Anak

Berdasarkan undang-Undang nomor 11 Tahun 2012 Tentang Peradilan Pidana Anak telah mengatur anak yang terlibat hukum setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak diperlakukan secara manusiawi dan bertujuan agar dapat terwujud peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan hukum.

Berikut hal-hal penting yang diatur dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Terhadap Anak, antara lain:

a). Defenisi Anak di Bawah Umur

Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak mendefenisikan anak dibawah umur sebagai anak yang telah

Referensi

Dokumen terkait

1. M Quraish Shihab berpendapat kata jahiliyah terambil dari kata jahl yang digunakan Alquran untuk menggambarkan suatu kondisi dimana masyarakatnya

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan dengan penyertaaan Roh Kudus-Nya yang berkat kasih cinta dan bimbingan-Nya,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara asupan vitamin D, kalsium, energi, karbohidrat, lemak, protein, serat, dan aktivitas

pengembang aplikasi untuk berlomba – lomba untuk menciptakan aplikasi yang bermanfaat bagi masyarakat banyak baik itu dalam bentuk game maupun animasi interaktif. Perancangan

1) Melaksanakan kegiatan SMA Zonasi tahun 2019 sesuai dengan RAB dan Surat Perjanjian yang telah disepakati dengan PIHAK PERTAMA. 2) Mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan

[r]

Penggunaan CT pengukuran terlentang sebagai penilaian dasar dari lordosis sagital dari torakolumbalis tulang belakang cedera tampaknya tidak cocok ketika tegak radiografi

Ngula wirlinyllki yanu yangkaju yaparranji wiri, Pina yanurnu wirlinyi-jangkaju marlu-kurlulku kuja panturnu., ngulalpa-palangu nyanunguku ngatinyanu manu.. nyanunguku