• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kurikulum program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis kurikulum program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KURIKULUM PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

MENGACU PADA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

Firda Zakiyatur Rofi’ah

NIM F03A15187

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)

KEMENTERIANAGAMA REPUALIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AII/IPEL SIIRABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN XEGURUAN rere 1031)34373e3 rye6si'e h'p,nk uins6y &.d E{a,:fik@umbvacid

I,[!IBAR

P[RNY{'TAAN PERSTJ TIJJTIAN PUBLTKASI

X,\RYA ILMIYAH

U\TtrX

Xltp[h'TTNCA]

AKADDtTIS

Sebagai silnas akadcmika UIN Sunan Ampet Sumbata yaig benanda tanga. di bar"h ini. saya:

1(L\u 1av'-(a\n @\

dh

NIM

Demrpengembanean rlmu Fen$rahuan. ncnyerujur untut henb€.kan kepad! peryusiakaan rJrN

SunanAinF.l Su6bala. Hak Bebas RolaltiNoi Elisktusjtanas kdrya itmivah:

atf

J*n

Besenr pemngkat yang dipenukan (bila ada). Densan

Hat

Bebls Royahi Non Eisklusjt ini

peAusta\dan

UIN

Sunan Ampe! Surabara berhak menlinpan. mengatih mcdiakrn/lbmatkan, mcngelolanya dalam benruli pangkalan dala (databas), frendrstribusitannya dan menanpilkarr mempublitasikannya di internel atau media lain secam tutlre\i untuk kepentingan akadehn ranplu

pe u mcmiiu

tnin

dari saya selama tclap mencatumkan najna sata sebagai penutiypencipa dan alau penerbit yanE betanskutan

Saya beMedia untuk menanggung secar. pnbadi tanra metibatk.n pihxk peQusrakaln

UN

Sunan Ampel Su.abaya. seeala benruk tunruran hukum yang timbul ar6 p€tanggamn Hak Cipra dalam

Detrikm pernvalaan ini sayabua! dengan sebcnarnya

sunbaya,25

Ai1

20

ls

(3)

PfRNYATAAN KEASLIAN

'r'mg hcnand, r,ngu di ha\rh nri, siya:

Nlr't

TESIS iiri

Fo:At5l87

Pascasadinr UIN Sunan

Arpel

densar sun8euhaungeuh nhyatakan bahwa

ad!l$

hcsil peoelili.n atxu karya saya sendn,j

(4)

PERSETTJJT,\:!

Tc\is Ftrdr

Z.kiyitulloi

rh mi

r.l

Jr\durui PrdarrngsaL9Februr

l0l3

(5)

P[NGf SAHAN TII\'I PENCUJI

rcsis Firdx

zxkiliturRoii'ih

nrirelxI dnLi] tdda tang$l

ll

Februari20l1i

I

Dr. HGbullah Hudx.

\l

As(Ketua)

l.

Dr.l.l

Amirl\,lallki

Abdk[..M.

E(Pensui])

3 Dr.

A

SaeDul Hamdani,

y

AIrOenJ:ujil

Surabar,!.

ll

le5ruxi1 20 I 3

i;\

3.'

(6)

vii

ABSTRAK

Firda Zakiyatur Rofi’ah. 2018. Analisis Kurikulum Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Tesis Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing : Dr. A. Saepul Hamdani, M.Pd

Kata Kunci : Kurikulum dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Penelitian ini berawal dari latar belakang kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara lain. Kualitas lulusan pendidikan tinggi sangat ditentukan oleh bekal yang diperoleh ketika menjalani proses pendidikan. Pemaparan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Lubis yang menyatakan bahwa kualitas SDM ditentukan oleh kualitas pendidikanannya. Namun, pengelolaan pendidikan di Indonesia mengalami kendala yang beragam, salah satunya adalah mutu pendidikan. Pada bidang mutu pendidikan, faktor yang sangat berpengaruh adalah kurikulum. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan standar tentang kurikulum yanga termaktub dalam SN-Dikti sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya mutu pendidikan Indonesia.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu Standar Kompetensi Lulusan pada SN-Diktii?, (2) Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan bahan kajian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar isi pembelajaran pada SN-Diktii?, (3) Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan proses pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar proses pembelajaran pada SN-Dikti?, (4) Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan penilaian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar penilaian pembelajaran pada SN-Diktii?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-evaluatif. Data penelitian diperoleh melalui dokumentasi dan wawancara. Adapun data hasil dokumentasi dianalisis menggunakan teknik analisis validitas isi. Adapun data hasil wawancara dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Tingkat kesesuaian rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar kompetensi lulusan adalah 37,5% (kurang sesuai) 2) Tingkat kesesuaian rumusan bahan kajian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar isi pembelajaran adalah 10% (sangat kurang sesuai). 3) Tingkat kesesuaian rumusan proses pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar proses pembelajaran adalah 75% (sesuai). 4) Tingkat kesesuaian rumusan penilaian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar penilaian pembelajaran adalah 25% (kurang sesuai).

(7)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... .. vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah... 12

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 14

E. Manfaat Penelitian ... 15

F. Penelitian Terdahulu ... 15

G. Metode Penelitian... 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Kurikulum Pendidikan Tinggi 1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Tinggi ... 24

2. Peran Kurikulum Pendidikan Tinggi ... 27

3. Komponen Kurikulum Pendidikan Tinggi... .. 28

4. Perkembangan Singkat Kurikulum Pendidikan Tinggi... ... 33

(8)

xii

6. Penyusunan Dokumen Kurikulum Pendidikan Tinggi... ... 46

7. Skema Aturan dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Tinggi ... 52

B. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 1. Pengertian Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ... 52

2. Penyetaraan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ... 53

3. Pelevelan atau Penjenjangan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)... 56

4. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) ... 59

C. Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) 1. Pengertian Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) ... 60

2. Tujuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) ... 61

3. Unsur-unsur Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti)... 61

4. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Tinggi ... 62

5. Standar Isi Pembelajaran Pendidikan Tinggi ... 73

6. Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Tinggi ... 76

7. Standar Penilaian Pembelajaran Pendidikan Tinggi... 93

BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN A. Profil Program Studi PGMI Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ... 106

B. Fakultas dan Program Studi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ... 106

C. Visi Misi Program Studi PGMI Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ... 109

D. Sarana Prasarana Program Studi PGMI Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang... 109

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Tingkat Kesesuaian Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) ... 112

(9)

xiii

B. Tingkat Kesesuaian Rumusan Bahan Kajian Pembelajaran Mengacu

Standar Isi Pembelajaran ... 150

C. Tingkat Kesesuaian Rumusan Proses Pembelajaran Mengacu Standar Proses Pembelajaran... 158

D. Tingkat Kesesuaian Rumusan Penilaian Pembelajaran Mengacu Standar Penilaian Pembelajaran ... 181

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 184

B. Implikasi Teoritik ... 184

C. Keterbatasan Penelitian ... 185

D. Saran atau Rekomendasi ... 185 DAFTAR PUSTAKA

(10)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Deskripsi Singkat Tingkat Kedalaman dan Keluasan Bahan Kajian

atau Materi Pembelajaran ...38

2.2 Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI ...56

2.3 Deskripsi Singkat Tingkat Penguasaan Pengetahuan atau Tingkat Kedalaman dan Keluasan Bahan Kajian ...67

2.4 Deskripsi Singkat Tingkat Keterampilan Khusus ...71

2.5 Contoh Format Tugas Sebagai Wujud Pengalaman Belajar Mahasiswa ...84

2.6 Contoh Format RPS ...87

2.7 Penjelasan dari Komponen Utama RPS ...88

2.8 Hubungan antara Ranah Penilaian, Teknik Penilaian, dan Instrumen Penilaian ...96

2.9 Contoh Rubrik Holistik dari Penilaian Presentasi Makalah ...97

2.10 Contoh Rubrik Deskriptif dari Penilaian Presentasi Makalah (1) ...98

2.11 Contoh Rubrik Deskriptif dari Penilaian Presentasi Makalah (2) ...98

2.12 Contoh Rubrik Portofolio dari Memilih dan Meringkas Artikel Jurnal Ilmiyah ...100

3.1 Program Studi pada Fakultas Humaniora UIN Malang ...106

3.2 Program Studi pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Malang ...107

3.3 Program Studi pada Fakultas Syariah UIN Malang ...107

3.4 Program Studi pada Fakultas Ekonomi UIN Malang ...107

3.5 Program Studi pada Fakultas Psikologi UIN Malang ...108

3.6 Program Studi pada Fakultas SAINS dan Teknologi UIN Malang ...108

3.7 Program Studi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Malang ...108

(11)

xv

4.1 Tingkat Kesesuaian Peletakan Rumusan Sikap PGMI UIN

Malang Mengacu SN-Dikti ...119

4.2 Ketidaksepadanan yang Disebabkan Oleh Tidak Tercakupnya Suatu Poin Rumusan Sikap SN-Dikti dalam Rumusan Sikap PGMI UIN Malang secara Keseluruhan...124

4.3 Ketidaksepadanan yang Disebabkan oleh Tidak Tercakupnya Sebagian Poin Rumusan Sikap SN-Dikti dalam Rumusan Sikap PGMI UIN Malang ...124

4.4 Tingkat Kesesuaian Peletakan Rumusan Keterampilan Umum PGMI UIN Malang Mengacu SN-Dikti ...131

4.5 Tingkat Kesesuaian Peletakan Rumusan Pengetahuan PGMI UIN Malang Mengacu SN-Dikti ...143

4.6 Tingkat Kesesuaian Rumusan CPL terhadap Standar yang Mewajibkan untuk Mengacu pada Deskripsi Capaian Pembelajaran Lulusan KKNI dan Memiliki Kesetaraan dengan Jenjang Kualifikasi pada KKNI ...145

4.7 Tingkat Kesesuaian Rumusan CPL PGMI UIN Malang Mengacu pada SKL ...149

4.8 Sebaran Mata Kuliah Semester I PGMI UIN Malang ...152

4.9 Sebaran Mata Kuliah Semester II PGMI UIN Malang ...152

4.10 Sebaran Mata Kuliah Semester III PGMI UIN Malang ...153

4.11 Sebaran Mata Kuliah Semester IV PGMI UIN Malang ...153

4.12 Sebaran Mata Kuliah Semester V PGMI UIN Malang ...154

4.13 Sebaran Mata Kuliah Semester VI PGMI UIN Malang ...154

4.14 Sebaran Mata Kuliah Semester VII PGMI UIN Malang ...155

4.15 Tingkat Kesesuaian Rumusan Bahan Kajian Pembelajaran Mengacu pada Standar Isi Pembelajaran ...157

4.16 Tabulasi Alokasi Waktu Mata Kuliah Berdasarkan Jadwal Mata Kuliah Semester Ganjil PGMI UIN Malang ...159 4.17 Tingkat Kesesuaian Komponen Penyusun RPS PGMI

(12)

xvi

UIN Malang Mengacu pada Komponen Penyusun RPS SN-Dikti ...172 4.18 Tingkat Kesesuaian RPS PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang Mengacu Pada Standar Proses Pembelajaran ...176 4.19 Tingkat Kesesuaian Rumusan Proses Pembelajaran PGMI UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang Mengacu Pada Standar

Proses Pembelajaran ...178 4.20 Tingkat Kesesuaian Rumusan Penilaian Pembelajaran Prodi PGMI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Mengacu pada Standar

(13)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perkembangan Singkat Kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia ...33 2.2 Skema Tahapan Perancangan Kurikulum Pendidikan Tinggi ...35 2.3 Skema Tahapan Perumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) ...36 2.4 Skema Tahapan Perumusan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)

bagi Program Studi Baru ...37 2.5 Skema Tahapan Pembentukan Mata Kuliah ...38 2.6 Contoh Penggambaran Hubungan Antara Bidang IPTEKS,

Bahan Kajian, dengan Tingkat Keluasan dan Kedalaman ...40 2.7 Alur Penyusunan Matriks ...41 2.8 Contoh Matriks yang Menghubungkan antara CPL dan Mata Kuliah

yang Sudah Ada ...42 2.9 Contoh Matriks Penetapan Mata Kuliah Bagi Program Studi Baru ...44 2.10 Skema Penyusunan Mata Kuliah ...45 2.11 Skema Aturan dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan

Tinggi ...53 2.12 Skema Perumusan CPL ...72 4.1 Surat Edaran dari Kemenristekdikti agar Seluruh PT di Indonesia

Segera Melakukan Rekontruksi Kurikulum Sesuai dengan

(14)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Dokumen kurikulum PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2. RPS Bahasa Indonesia SD/MI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 3. RPS Matematika SD/MI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 4. RPS Eksprerimen IPA SD/MI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 5. Kisi-kisi instrumen penilaian

6. Instrumen penilaian 7. Pedoman penskoran 8. Transkrip wawancara

9. Jadwal Mata Kuliah Semester Ganjil PGMI UIN Malang 10. Surat tugas

11. Surat izin penelitian dari Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 12. Kartu konsultasi tesis

(15)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Sejarah pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya pendidikan yang berbasis Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pada zaman kemerdekaan sebenarnya telah dimulai sejak awal 1950-an. Sebelum itu, seperti pada zaman Hindia Belanda sampai masa Jepang, lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon-calon guru keberadaannya hanya setara dengan jenjang SLTP dan SLTA, kemudian mengalami perkembangan vertical sampai jenjang pendidikan tinggi pada masa kemerdekaan seperti IKIP. Beriringan dengan itu, pada tahun 1954 didirikan pula Universitas Andalas di Padang, Universitas Airlangga di Surabaya, Universitas Padjajaran di Bandung, Univesitas Udayana di Denpasar, dan Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin. Selain itu, lahir pula institut-institut seperti IPB, ITS, dan ITB.1 Adapun pendidikan tinggi saat ini berjumlah 4.549 PT, yang meliputi Universitas sebanyak 563, Institut sebanyak 179, Sekolah Tinggi sebanyak 2.454, Politeknik sebanyak 256, Akademi sebanyak 1.097.2 Kuantitas perguruan tinggi Indonesia ini lebih besar dibandingkan kuantitas perguruan tinggi Tiongkok yang hanya sebanyak 2.825 Perguruan Tinggi, padahal Tiongkok memiliki kuantitas penduduk yang lebih besar.3 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi Indonesia memiliki kuantitas yang besar serta selalu mengalami progres dalam hal kuantitas dari masa ke masa.

Dari segi kualitas, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada tanggal 17 Agustus 2016 merilis pengumuman tentang peringkat pendidikan tinggi di Indonesia. Dari 3244 pendidikan tinggi negeri dan swasta yang masuk dalam pemeringkatan tersebut, diperoleh hasil bahwa

1 Muhammad Turhan Yani, Fenomena Keagamaan di Perguruan Tinggi Umum (Surabaya: Unesa

University Press, 2009), 15-16

2 Tersedia di: http://forlap.ristekdikti.go.id/pendidikantinggi/homegraphpt. diakses 11 September

2017

(16)

2

peringkat pertama diraih oleh Intitut Teknologi Bandung (ITB), lalu disusul oleh Universitas Gajah Mada (UGM), kemudian Universitas Indonesia (UI), sedangkan indikator penilaiannya adalah kualitas dosen, kecukupan dosen tetap, akreditasi, prestasi kegiatan mahasiswa, dan kualitas kegiatan penelitian.4 Pada tanggal 18 Agustus 2017, Kemenristekdikti kembali merilis pengumuman tentang peringkat pendidikan tinggi di Indonesia. Dari 100 peringkat Perguruan Tinggi non Politeknik di Indonesia, diperoleh hasil bahwa peringkat pertama diraih oleh Universitas Gajah Mada (UGM), lalu disusul oleh Intitut Teknologi Bandung (ITB), kemudian Institut Pertanian Bogor (IPB).5 Hal ini menunjukkan bahwa selama dua tahun berturut-turut, terjadi persaingan ketat antara UGM, ITB, UI, dan IPB, sehingga secara bergantian menempati tiga peringkat teratas.

Adapun pemeringkatan kualitas pendidikan tinggi dunia dilakukan oleh beberapa lembaga yang setiap tahunnya melakukan pemeringkatan universitas dunia. Beberapa lembaga tersebut antara lain adalah Times Higher Education (THE), Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings, dan Academic Ranking of World Universities (ARWU). Hasilnya, 100 universitas terbaik dunia masih didominasi oleh negara-negara barat, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Swedia, dan lain-lain. Hanya sedkit negara Asia yang mampu bersaing seperti China, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. Pada tahun 2016, hanya QS World University Rankings yang menempatkan pendidikan tinggi Indonesia dalam 500 universitas terbaik dunia. Pendidikan tinggi itu adalah Universitas Indonesia yang berada pada peringkat 325 dan Institut Teknologi Bandung pada peringkat 401-410.6 Kemudian pada tahun 2017, Universitas Indonesia berada pada peringkat 277 dan Institut Teknologi Bandung pada peringkat 331.7 Dengan demikian, dari 3244 pendidikan tinggi

4http://kelembagaan.ristekdkti.go.id, diakses pada tanggal 17 Januari 2017 5 Ibid, diakses pada tanggal 11 September 2017

6

http://www.kopertais12.or.id, diakses pada tanggal 11 September 2017

(17)

3

di Indonesia, hanya terdapat dua lembaga yang berhasil masuk ke peringkat 500 universitas terbaik dunia, yaitu: UI dan ITB.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia yang mampu bertanding di kancah internasional masih sangat sedikit. Kualitas pendidikan tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal. Padahal, fungsi pendidikan tinggi sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab I pasal 4. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa Pendidikan Tinggi berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, pendidikan tinggi berfungsi untuk mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.8 Hal ini memberikan pengertian, bahwa pendidikan tinggi mempunyai posisi amat strategis untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) profesional di berbagai bidang. Di sanalah profesionalitas individu ditingkatkan dan kegiatan pengembangan berbagai disiplin ilmu digalakkan.

Pendidikan tinggi merupakan institusi yang sangat penting dalam upaya memberi bekal bagi SDM.9 Kualitas lulusan pendidikan tinggi sangat ditentukan oleh bekal yang diperoleh ketika menjalani proses pendidikan.10 Untuk itu, kinerja perguruan tinggi (PT) dalam menyelenggarakan pendidikan harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. Hal ini bertujuan agar hasil (outcome) pendidikan tinggi menjadi SDM yang berkualitas sehingga pendidikan tinggi mampu menjadi katalisator tingginya kualitas SDM.

8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab I

pasal 4

9 Ekawahyu Kasih & Azis Suganda, Pendidikan Tinggi Era Indonesia Baru (Jakarta: PT.

Grasindo, 1999), 57

(18)

4

Menurut Suprihatiningsih, kualitas suatu hasil ditentukan oleh komponen yang terdapat dalam proses tersebut. Adapun komponen dalam proses pendidikan yang menunjang hasil, yaitu: pendidik, sarana prasarana, dan kurikulum.11

Dalam perspektif Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Permenristekdikti) Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.12 Jadi, terdapat dua substansi dalam kurikulum, yaitu: Pertama,

suatu rencana yang akan dijadikan pedoman penyelenggaraan pembelajaran.

Kedua, pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan (tujuan), bahan kajian (materi), proses (strategi). Rencana dan pengaturan tersebut dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu atau capaian pembelajaran lulusan. Dengan demikian, kurikulum berkedudukan sebagai alat untuk mencapai tujuan, sehingga mempunyai peran yang sangat urgen dalam penyelenggaraan pendidikan.

Kurikulum merupakan inti pendidikan dari tiga bidang utama pendidikan yaitu manajemen pendidikan, bimbingan siswa, dan kurikulum. Kurikulum merupakan bidang yang paling besar memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan peserta didik.13 Hal ini mengingat kurikulum merupakan rencana dan pengaturan yang dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan sehingga mempunyai peran yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

Sebuah kurikulum terbentuk dari adanya komponen-komponen yang saling berhubungan. Adapun komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum menurut Hernawan dkk. adalah: tujuan, materi, strategi, dan

11

Suprihatiningsih, Perspektif Manajemen Pembelajaran Program Ketrampilan (Yogyakarta: Deepublish, 2012), 55

12 Peraturan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015

tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab I Pasal I Ayat 6

13

Nana Syaodeh Sukmadinata, ―Kurikulum dan Pembelajaran‖, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, ed Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (t.t.: PT. Imtima, 2007) 97

(19)

5

evaluasi.14 Hal ini memberikan pengertian bahwa kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa unsur yang terintegrasi.

Dilihat dari sudut pandang Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Permenristekdikti) Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, tujuan dirumuskan dalam bentuk capaian pembelajaran lulusan, isi dirumuskan dalam bentuk bahan kajian pembelajaran, strategi atau metode dirumuskan dalam bentuk proses pembelajaran, dan evaluasi dirumuskan dalam bentuk penilaian pembelajaran.

Adapun komponen kurikulum yang pertama adalah tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh suatu kurikulum. Karena itu tujuan dirumuskan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti: tujuan pendidikan nasional, kesesuaian antara tujuan kurikulum dengan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan, kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, serta kesesuain tujuan kurikulum dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.15 Wina Sanjaya dalam bukunya ―Kurikulum dan Pembelajaran” mengemukakan alasan pentingnya perumusan tujuan kurikulum. Pertama, tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kedua, melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran. Ketiga, tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran16. Dengan demikian, perumusan tujuan merupakan suatu hal yang yang harus dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur.

14

Assep Herry Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 1.16

15 Oemar Hamalik. Menejemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosda karya,2012 )

hlm. 122-123

16

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, 2009) hlm. 101

(20)

6

Urgensi perumusan tujuan di atas menjadi latar belakang diperlukan standarisasi dalam perumusan tujuan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keseragaman perspeksi antar pengembang kurikulum di setiap lembaga pendidikan dalam merumuskan tujuan kurikulum sehingga mampu me break-down kriteria minimal kompetensi secara tepat. Untuk itu, diperlukan standarisasi yang mengatur tentang kriteria minimal kompetensi lulusan yang diatur dalam standar kompetensi lulusan.

Dalam perspektif Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan disebut sebagai standar kompetensi lulusan.17 Mengingat standar kompetensi lulusan merupakan pijakan dasar dalam penentuan kualifikasi kemampuan lulusan agar terjadi keseragaman antar lembaga pendidikan dan keberlanjutan kompetensi pada setiap jenjeang pendidikan, maka eksistensi standar kompetensi lulusan pembelajaran dalam proses penyelenggaraan pendidikan menjadi signifikan

Adapun komponen kurikulum kedua setelah tujuan adalah isi atau materi kurikulum. Isi kurikulum merupakan aspek yang menyangkut semua aspek yang berhubungan pengalaman belajar peserta didik yang diarahkan untuk tujuan tertentu, baik itu merupakan materi ataupun aktivitas.18 Untuk menjamin isi kurikulum agar sesuai dengan tujuan maka diperlukan standar yang mengatur kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran.

Kemudian, kriteria minimal tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran dalam perpektif Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar

17 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab II Pasal 5 ayat 1

18

Warni Tune Sumar & Intan Abdul Razak, Strategi Pembelajarn dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sot skill (Yogyakarta: Deepublish, 2016), 95

(21)

7

Nasional Pendidikan Tinggi disebut sebagai standar isi pembelajaran.19 Menurut Mulyasa, standar isi pembelajaran adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai standar kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.20 Mengingat standar isi merupakan pijakan dasar dalam penentuan lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan maka eksistensi standar isi pembelajaran dalam proses penyelenggaraan pendidikan menjadi signifikan.

Kemudian, komponen kurikulum yang ketiga adalah strategi pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya, strategi pembelajaran adalah pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.21 Strategi pembelajaran merupakan petunjuk dalam membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, dibutuhkan standarisasi yang mengatur tentang kriteria minimal pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Selanjutnya, standarisasi yang mengatur tentang kriteria minimal pelaksanaan pembelajaran dalam pespeksi Mulyasa disebut sebagai standar proses, yaitu standar nasional pendidikan yang dengan pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi lulusan.22 Dalam perspektif Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi agar capaian pembelajaran lulusan dapat terpenuhi disebut sebagai standar proses.23 Mengingat standar proses pembelajaran merupakan pijakan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran agar tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran maka

19 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab II Pasal 8 Ayat 1

20

Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakata: Bumi Aksara, 2013), 21

21 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Jakarta:

Kencana, 2006), 99

22 Mulyasa, Kurikulum Tingkat…, 25 23

Peraturan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab II Pasal 10 Ayat 1

(22)

8

eksistensi standar proses pembelajaran dalam proses penyelenggaraan pendidikan menjadi urgen.

Adapun komponen kurikulum terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan memberi nilai terhadap kualitas sesuatu.24 Evaluasi dalam hal ini dapat ditujukan secara luas, yaitu untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara komperhensif, termasuk menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Selain itu, evaluasi secara sempit ditujukan pada hasil dan perilaku yang dicapai peserta didik.25 Untuk itu, agar evaluasi tetap berada dalam rangka tujuan kurikulum sehingga berpusat pada pencapaian kompetensi (learning outcomes) maka diperlukan standar yang mengatur tentang penilaian proses dan hasil belajar.

Standar tentang penilaian proses dan hasil belajar dalam perpektif Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia disebut sebagai standar penilaian pembelajaran.26 Sejalan dengan hal tersebut, Mulyasa juga menegaskan bahwa standar penilaian pembelajaran adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.27 Mengingat standar penilaian pembelajaran merupakan pijakan dasar dalam melakukan penilaian agar tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran maka eksistensi standar penilaian pembelajaran dalam proses penyelenggaraan pendidikan menjadi signifikan.

Pemaparan di atas diperkuat oleh hasil penelitian Lubis yang menyatakan bahwa kualitas SDM ditentukan oleh kualitas pendidikanannya. Pendidikan merupakan salah satu human invesment yang mampu menyebabkan peningkatan kesejahteraan apabila dikelola secara efektif dan efisien. Namun, pengelolaan pendidikan di Indonesia mengalami kendala yang beragam, yaitu pada bidang: mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, dan manajemen

24 LAPIS-PGSD, Evaluasi Pembelajaran (Surabaya: LAPIS-PGSD, 2008), 1.9 25 Hernawan, dkk, Pengembangan Kurikulum…, 1.24 – 1.26

26 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun

2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab II Pasal 19 Ayat 1

(23)

9

pendidikan. Pada bidang mutu pendidikan, indikator yang mempunyai pengaruh sangat penting adalah kurikulum yang mencakup konten pendidikan, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, tenaga pendidik, sarana dan prasarana.28 Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi rendahnya mutu pendidikan Indonesia yaitu ditetapkannya standar pada bidang pendidikan yang di dalamnya mengatur tentang kurikulum.

Urgensi kurikulum di atas, senada dengan pernyataan Tim Kurikulum dan Pembelajaran di bawah naungan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan yang menjelaskan bahwa sistem pendidikan tinggi di Indonesia memiliki empat tahapan pokok, yaitu: input, proses, output, dan outcome. Adapun pada tahapan proses, beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran yaitu: Pertama, capaian pembelajaran yang jelas. Kedua, organisasi PT yang sehat. Ketiga, pengelolaan PT yang transparan dan akuntabel. Keempat, kemampuan dan keterampilan SDM akademik dan nonakademik yang handal dan profesional. Kelima,

ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Keenam, ketersediaan dokumen kurikulum yang jelas dan relevan.29 Dokumen kurikulum dapat dikatakan jelas dan relevan apabila mempunyai kesesuaian terhadap ukuran tertentu pada suatu patokan atau standar.

Adanya standar dapat meningkatkan komponen input dan procces

pembelajaran sehingga hasilnya lebih optimal. Hal ini dikarenakan pembelajaran lebih terpusat pada kompetensi output yang harus dicapai. Selain itu, dengan adanya standar, para pendidik tidak akan memberikan interpretasi berbeda terhadap kedalaman sebuah kompetensi dasar dalam kurikulum.30

28

Asri Lubis, ―Pelaksanaan Standar Nasional dalam Dunia Pendidikan‖, Digital Repository Universitas Negeri Medan (Maret 2016), 15

29 Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Buku

Kurikulum Pendidikan Tinggi (tt: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), 1.1

(24)

10

Dalam kerangka inilah standar dalam pendidikan dianggap penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur kurikulum pendidikan sebagaimana tercantum pada Bab X pasal 36 ayat 1, dinyatakan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.31

Selanjutnya, kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang pendidikan tinggi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) disebut sebagai Standar Nasional Pendidikan (SNP).32 Kemudian, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Pendidikan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan.33 Kemudian, Standar Nasional Pendidikan Tinggi tersebut diatur dalam Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 yang di dalamnya mengatur standar kompetensi lulusan, standar proses pembelajaran, standar isi pembelajaran, dan standar penilaian pembelajaran.34

Permenristekdikti (Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi) Nomor 44 tahun 2015 merupakan transformasi dari Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Pergerakan responsif dari dunia pendidikan memang wajib dilakukan sebagai akibat dari perkembangan zaman. Hal inilah yang pada akhirnya mendorong terjadinya perubahan atau

31 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab X Pasal 36 Ayat 1

32

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab I Pasal 1 ayat 2

33 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab II

Pasal 35 ayat 2

34

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab II

(25)

11

penambahan beberapa peraturan dari pemerintah untuk dunia pendidikan. Dengan berlakunya Permenristekdikti ini yaitu pada tanggal 28 Desember 201535 maka Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib dipenuhi dalam penyelenggaran pendidikan di setiap perguruan tinggi.36

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang), merupakan salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia, sehingga perlu memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi dalam penyelenggaran pendidikan. Hal ini berdasarkan UU nomor 12 tahun 2012 pasal 35 ayat 2 tentang kurikulum yang menyatakan kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap perguruan tinggi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) untuk setiap prodi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual (pengetahuan), akhlak mulia (sikap), dan keterampilan.

Salah satu prodi yang berada di bawah naungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang adalah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).37 Secara garis besar, out put dari prodi PGMI diarahkan untuk menjadi sarjana pendidikan atau calon guru MI yang akan mempunyai peranan penting dalam proses transformasi dan penanaman nilai-nilai ilmu pengetahuan kepada anak-anak.

Usia anak MI/SD merupakan usia emas (golden age). Munif Chatib dalam bukunya yaitu Orangtuanya Manusia mengatakan bahwa ―Usia emas (golden age) ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Jika fondasi tesebut disusun dengan bahan-bahan yang baik dan teranyam kuat, bangunan setinggi apapun yang dibangun di atasnya akan berdiri kukuh. Fondasi itu adalah anak usia 0-8 tahun dan bangunan itu adalah usia anak setelahnya‖.38

Hal senada juga diungkapan oleh Iskandar Agung bahwa rendahnya pencapaian mutu hasil

35

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab VII Pasal 67 dan 68

36 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 tentang

Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab I Pasal 3 Ayat 2

37

Ibid, diakses pada tanggal 11 September 2017

(26)

12

pendidikan di tingkat dasar cenderung pula mempengaruhi rendahnya hasil pendidikan di tingkat selanjutnya. Baik itu terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.39 Untuk itu, pendidikan yang berhubungan dengan usia ini harus dikemas secara apik. Hal ini dikarenakan usia ini ibarat fondasi sehingga diharapkan apabila fondasinya kuat, maka bangunan di atasnya dapat berdiri dengan kokoh.

Memandang begitu pentingnya suatu kurikulum mengacu pada standarnya, maka penelitian ini menjadi sangat urgen untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul ―Analisis Kurikulum Program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi‖.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi dan batasan masalah diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang keliru dalam memahami maksud dari penelitian ini serta sebagai penegasan judul.

1. Identifikasi Masalah

Adapun berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kesesuaian capaian pembelajaran lulusan mengacu standar kompetensi lulusan yang belum diketahui

b. Tingkat kesesuaian bahan kajian pembelajaran mengacu standar isi pembelajaran yang belum diketahui

c. Tingkat kesesuaian proses pembelajaran mengacu standar proses pembelajaran yang belum diketahui

d. Tingkat kesesuaian penilaian pembelajaran mengacu standar penilaian pembelajaran yang belum diketahui

(27)

13

e. Tingkat kesesuaian dosen dan tenaga kependidikan mengacu standar dosen dan tenaga kependidikan yang belum diketahui

f. Tingkat kesesuaian sarana dan prasarana pembelajaran mengacu standar sarana dan prasarana pembelajaran yang belum diketahui

g. Tingkat kesesuaian pengelolaan pembelajaran mengacu standar pengelolaan pembelajaran yang belum diketahui

h. Tingkat kesesuaian pembiayaaan pembelajaran mengacu standar pembiayaaan pembelajaran yang belum diketahui

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:

a. Tingkat kesesuaian rumusan capaian pembelajaran lulusan yang mengacu standar kompetensi lulusan yang belum diketahui

b. Tingkat kesesuaian rumusan bahan kajian pembelajaran mengacu standar isi pembelajaran yang belum diketahui

c. Tingkat kesesuaian rumusan proses pembelajaran mengacu standar proses pembelajaran yang belum diketahui

d. Tingkat kesesuaian rumusan penilaian pembelajaran mengacu standar penilaian pembelajaran yang belum diketahui

Pada penelitian ini, objek penelitian meliputi komponen kurikulum yang dianalisis menggunakan acuan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti). Komponen kurikulum yang dijadikan bahan penelitian tersebut adalah rumusan capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran, sehingga fokus penelitian bukan pada implementasi pembelajaran.

Oleh karena, ruang lingkup penelitian dibatasi pada capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran, maka bahan studi yang djadikan acuan

(28)

14

analisis dibatasi pada standar kompetensi lulusan, standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran, dan standar penilaian pembelajaran yang terdapat pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Standar ini tertuang pada Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

C.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu Standar Kompetensi Lulusan pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi?

b. Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan bahan kajian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar isi pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi?

c. Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan proses pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar proses pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi?

d. Bagaimana tingkat kesesuaian rumusan penilaian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar penilaian pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tingkat kesesuaian rumusan capaian pembelajaran lulusan program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar kompetensi lulusan pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi 2. Untuk mendeskripsikan tingkat kesesuaian rumusan bahan kajian

pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar isi pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi

(29)

15

3. Untuk mendeskripsikan tingkat kesesuaian rumusan proses pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar proses pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi

4. Untuk mendeskripsikan tingkat kesesuaian rumusan penilaian pembelajaran program studi PGMI Universitas Islam Negeri Malang mengacu standar penilaian pembelajaran pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi

E.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik praktis maupun teoritis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan wawasan khazanah keilmuan tentang analisis kurikulum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para pemangku kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengevaluasi dokumen kurikulum stata I. Sehingga, diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan munculnya perbaikan atau redesain dokumen kurikulum dari stakeholders.

b. Bagi para praktisi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi petunjuk dalam meningkatkan kinerja dan akhirnya dapat meningkatkan mutu lembaga pendidikan.

F. Penelitian Terdahulu

Sepanjang yang penulis ketahui, studi yang membahas analisis komponen pokok kurikulum program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi belum pernah dilakukan. Penelitian terdahulu cenderung berkutat pada analisis dokumen mutu berdasarkan SN-Dikti, studi deskripsi kurikulum KKNI dan SN-Dikti, analisis prospek dan kesiapan beberapa perguruan tinggi terhadap KKNI, analisis pemikiran pengembangan kurikulum berbasis KKNI,

(30)

16

analisis materi kurikulum, studi komparasi antara dua kurikulum, dan implementasi kurikulum.

Penelitian sebelumnya berjudul ―Sinkronisasi Standar Nasional Perguruan Tinggi (SN-Dikti) di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan‖. Penelitian ini ditulis oleh Nurmala Berutu, M. Ridha S. Damanik, dan Meilinda Suriani Harefa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kesesuaian dokumen mutu jurusan/prodi dan fakultas dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti), serta mengetahui kendala-kendala dan solusi dalam penerapannya di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Adapun subvariabel yang dijadikan tolak ukur berdasarkan SN-Dikti adalah standar pendidikan, standar penelitian, dan standar pengabdian kepada masyarakat.40

Penelitian yang lain adalah ―Manajemen Pengembangan Kurikulum Sistem KKNI di PGMI‖ yang ditulis oleh Kisbiyanto. Penelitian ini berupaya meneliti tentang manajemen kurikulum pada program studi Pendidikan Guru MadrasahIbtidaiyah (PGMI) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus yang dikembangkan dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT).41

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Ali Akbar Jono yang berjudul ―Studi Implementasi Kurikulum Berbasis KKNI Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Di LPTK Se-Kota Bengkulu‖ penelitian ini berusaha untuk mengetahui prospek dan kesiapan beberapa perguruan tinggi di kota Bengkulu yang berposisi sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) pogram studi pendidikan bahasa Inggris terhadap wacana pemberlakukan kurikulum berbasis KKNI. Selan itu, peneltian ini

40 Nurmala Berutu, ―Sinkronisasi Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT) di Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Medan‖, JUPIIS, Vol 8, No 2 (2016), 213

41

Kisbiyanto, ―Manajemen Pengembangan Kurikulum Sistem KKNI di PGMI‖, QUALITY, Vol. 4 No. 2 (2016), 387

(31)

17

bertujuan menjadi sarana penemuan solusi terhadap kendala yang menjadi rintangan dari pemberlakukan kurikulum berbasis KKNI.42

Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Muhbib Abdul Wahab yang berjudul ―Standarisasi Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri‖. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pemikiran pengembangan kurikulum Pendidikan bahasa Arab (PBA) berbasis KKNI yang standar.43

Penelitian lainnya adalah ―Analisis Materi Jinayah pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam perspektif Pengembangan Bahan Ajar‖ yang ditulis oleh Dina Alafia. Tesis ini berupaya meneliti perspektif pengembangan bahan ajar Fikih terhadap materi jinayah pada buku Fikih kelas XI Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah (MA).44

Kemudian, Ishaq Latif yang membahas ―Analisis Kurikulum [Studi Komparasi terhadap Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)]‖. Titik tekan pada penelitian ini masih seputar mengetahui alasan-alasan penyempurnaan dan pergantian KTSP ke kurikulum 2013 serta mengetahui komparasi antara dua kurikulum tersebut.45 Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Mujahadah yang berjudul ―Analisis Kurikulum Matematika di Sekolah Inklusi SD Kreatif The Naff Sidoarjo‖. Skripsi ini berupaya menganalisis materi Matematika sebagai salah satu komponen kurikulum.46

42

Ali Akbar Jono, ―Studi Implementasi Kurikulum Berbasis KKNI Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Di LPTK Se-Kota Bengkulu‖, MANHAJ, Vol. 4, No. 1, (Januari – April 2016), 57

43 Muhbib Abdul Wahab, ―Standarisasi Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab di Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam Negeri‖, Arabiyat, Vol. 3 No. 1, (Juni 2016), 32

44

Dina Alafia, ―Analisis Materi Jinayah pada Kurkulum Tngkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam perspektif Pengembangan Bahan Ajar‖ (Tesis—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012)

45 Ishaq Latif, ―Analisis Kurikulum (Studi Komparasi terhadap Kurikulum 2013 dan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP))‖ (Skripsi—IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013)

46

Nurul Mujahadah, ―Analisis Kuikulum Matematika di Sekolah Inklusi SD Kreatif The Naff Sidoarjo‖ (Skrpsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014)

(32)

18

Sedangkan, penelitian tentang analisis kurikulum program studi Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi sepengetahuan penulis belum pernah ada.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif-evaluatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi suatu objek penelitian secara apa adanya.47 Sedangkan penelitian evaluatif merupakan penelitian yang berusaha mengumpulkan dan menganalisis data dalam rangka menentukan nilai atau manfaat dari suatu objek penelitian dengan mengacu standar atau kriteria tertentu.48 Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian deskriptif-evaluatif merupakan penelitian yang berusaha memberikan gambaran dan menarik makna suatu objek penelitian dengan cara menganalisis data yang mempunyai keterkaitan dengan objek penelitian, sehingga bisa diketahui nilai atau manfaatnya.

2. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau kalimat. Pada penelitian ini, data kualitatif merupakan hasil analisis data tentang kesesuaian dokumen kurikulum dengan SN-Dikti yang dideskripsikan melalui kata-kata atau kalimat.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Pada penelitian ini, data kuantitatif merupakan hasil analisis data tentang

47

Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), 145

(33)

19

kesesuaian dokumen kurikulum dengan SN-Dikti yang dideskripsikan melalui angka. Data ini meliputi data hasil prosentase subvariabel instrumen penilaian, data hasil rata-rata prosentase subvariabel instrumen penilaian, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipilih peneliti adalah sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peratuan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dalam pengertian yang lebih luas, benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol juga termasuk dokumen.49 Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan keadaan kurikulum program studi PGMI Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang secara tertulis.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk suatu tujuan tertentu dengan mengedepankan trust sebagai pondasi utama dalam memahami dan dilakukan atas dasar ketersediaan serta dalam latar alamiah.50 Adapun bentuk wawancara yang dipilih peneliti adalah wawancara semi terstruktur, yaitu suatu wawancara yang ciri utamanya adalah peneliti hanya mengandalkan guedline intervew sebagai penggalian data,

49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), 149-150 50

Haris Herdiansyah, Wawancara, observasi, dan Focus Groups (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), 31

(34)

20

sehingga pertanyaan bersifat terbuka namun masih dalam batasan tema dan alur pembicaraan.51

Teknik ini digunakan sebagai penguat data atau penunjang apabila terdapat sesuatu yang tidak difahami oleh peneliti terkait dokumen kurikulum. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi dualisme pengertian antara peneliti dan stake holders lembaga pendidikan mengenai dokumen kurikulum tersebut.

3. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Check List dan Field Note

Adapun check list yang digunakan adalah model rating scale.

Menurut Haris Herdiansyah, model rating scale digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang diteliti. Model ini dilengkapi dengan item tertulis yang disertai dengan pilihan jawaban yang bersifat tingkatan.52 Adapun pilihan jawaban yang digunakan peneliti terdiri dari skala 0-4 dengan keterangan: 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (cukup sesuai), 1 (kurang sesuai), dan 0 (tidak sesuai). Sebelum menyusun lembar penilaian, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penilaian.

Selanjutnya, field note digunakan untuk mencatat ketidaksesuaian dokumen kurikulum agar dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam merevisi dokumen kurikulum.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi tentang interview guidlines (garis besar pokok permasalahan dalam wawancara) yang digunakan sebagai batasan dan alur wawancara kepada responden penelitian. Namun, pedoman ini bersifat sebagai penunjang atau atau cadangan apabila

51

Ibid, 66

(35)

21

terdapat sesuatu yang tidak difahami oleh peneliti terkait dokumen kurikulum.

4. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Teknik Analisis Data Dokumentasi

Data dalam penelitian ini adalah data tentang kesesuaian antar dokumen kurikulum dengan standarnya. Adapun data hasil dokumentasi dianalisis menggunakan teknik analisis validitas isi (content validity). Validitas isi berarti suatu kurikulum dinilai valid atau baik apabila sesuai dengan acuan kurikulum. Adapun prosedur yang dapat digunakan adalah: 1) Mendefinisikan domain yang hendak diukur, dan 2) Membandingkan item kurikulum dengan domain yang sudah ditetapkan.

Peneliti juga memberlakukan sistem coding untuk menyingkat beberapa aspek yang berasal dari data hasil dokumentasi. Adapun cara pengkodean dijelaskan sebagai berikut:

Kode Arti R Rumusan S Sikap KU Keterampilan Umum KK Keterampilan Khusus P Pengetahuan

a, b, c,... dst Poin ke-a, poin ke-b, poin ke-c,... dst

u Kategori umum

k Kategori khusus

Sebagai misal dari pengkodean tersebut adalah RS.a.u yang berarti Rumusan sikap poin ke-a pada kategori umum.

(36)

22

Adapun format penilaian kurikulum menggunakan format chek list atau skala prosentase yang kemudian dideskripsikan dengan analisis kulitatif dan kuantitatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesesuaian kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi. Adapun rumus yang digunakan yaitu:

1) Menghitung jumlah skor tertimbang maksimum

2) Menghitung nilai prosentase subvariabel instrumen

3) Menghitung rata-rata

Adapun kriteria interpretasi nilai dari hasil prosentase subsubvariabel instrumen adalah sebagai berikut:

No. Prosentase Kriteria

1 0% - 19,99% Sangat kurang sesuai

2 20% - 39,99% Kurang sesuai

3 40% - 59,99% Cukup sesuai

4 60% - 79,99% Sesuai

5 80%-100% Sangat sesuai

b. Teknik Analisis Data Hasil Wawancara

Data hasil wawancara digunakan sebagai penguat data atau penunjang untuk mencari keterangan atau penjelasan mengenai dokumen kurikulum suatu lembaga pendidikan. Adapun data hasil wawancara dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Peneliti juga menggunakan teknik triangulasi

x 100%

(37)

23

sebagai teknik pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Adapun triangulasi metode yang dilakukan adalah membandingkan data hasil dokumentasi dengan data hasil wawancara atau sebaliknya.

(38)

24

BAB II

LANDASAN TEORI A.Kurikulum Pendidikan Tinggi

1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Tinggi a. Kurikulum

Istilah kurikulum (curriculum), pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari bahasa latin, yaitu “curere” yang berarti lapangan perlombaan lari yang mempunyai start dan finish. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.1 Cakupan kurikulum pada zaman dahulu memang hanya sebatas pada mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Adapun tujuan, isi, dan penilaian tidak termasuk dalam cakupan kurikulum.

Menurut Hernawan dkk., bahwa kurikulum terbagi menjadi dua makna. Pertama, kurikulum bermakna sempit, yaitu sejumlah mata pelajaran. Kedua, kurikulum bermakna luas, yaitu semua pengalaman belajar (learning experience) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.2 Makna kedua ini sudah mengalami perkembangan dari yang hanya bermakna sejumlah mata pelajaran menjadi semua pengalaman belajar. Adapun pengalaman belajar merupakan sejumlah kegiatan peserta didik yang dilaksanakan untuk meraih kompetensi dalam rangka pemenuhan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, makna kedua ini mencakup tujuan, materi, strategi, dan segala hal tentang pembelajaran yang dialami peserta didik.

1

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), 2

(39)

25

Makna di atas sejalan dengan yang disebutkan oleh Hamalik, bahwa kurikulum zaman dahulu memang hanya berorientasi pada rencana mata pelajaran yang pada akhirnya akan mendapatkan ijazah. Namun dalam kenyataannya, kurikulum tidak hanya membahas mata pelajaran saja melainkan lebih luas. Maka, pengertian kurikulum diperluas, yakni kurikulum adalah sebuah program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran peserta didik.3 Dengan demikian pengertian kurikulum yang saat ini digunakan adalah pengertian kurikulum dalam arti luas, yakni program pendidikan yang mencakup tujuan, materi, strategi, dan segala hal tentang pembelajaran yang dialami oleh peserta didik.

Kemudian, Said Hamid Hasan menegaskan bahwa saat ini, istilah kurikulum memiliki empat bentuk pengertian, yaitu: kurikulum sebagai suatu gagasan atau hasil pemikiran, kurikulum sebagai rencana tertulis, kurikulum sebagai realisasi, dan kurikulum sebagai hasil belajar.4 Empat bentuk pengertian kurikulum di atas, pada hakikatnya adalah satu keutuhan. Hal ini disebabkan oleh kurikulum pada awalnya merupakan suatu hasil pemikiran mengenai pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran. Kemudian, hasil pemikiran tersebut dituangkan secara tertulis, sehingga menjadi rencana pembelajaran. Selanjutnya, rencana tersebut diimplementasikan dalam kegiatan nyata yang diharapkan memberikan hasil yang positif.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana yang dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran yang mengatur tentang tujuan, materi, strategi, dan evaluasi dalam rangka upaya untuk menjadikan manusia lebih baik dari segi intelektual, sikap, dan keterampilan.

3

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 17

(40)

26

b. Pengertian Pendidikan Tinggi

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menjelaskan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.5 Pengertian di atas sama persis dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.6 Jadi, ada dua substansi dalam pengertian pendidikan tinggi yaitu, Pertama, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Adapun jenjang pendidikan menengah meliputi SMA atau MA, atau program penyetaran seperti program kejar paket C. Kedua, pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Agar pendidikan tinggi yang diselenggarakan berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia, maka diperlukan regulasi yang mengatur batasan mnimal dari hal tersebut, yang terdapat pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

c. Pengertian Kurikulum Pendidikan Tinggi

Acuan dalam penelitian ini adalah Permenristekdikti Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Oleh karena itu, pengertian kurikulum yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada Permenristekdikti tersebut, sehingga yang dimaksud kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang

5 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Bab I

Pasal 1 ayat 2

6

Peraturan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab I Pasal I Ayat 7

(41)

27

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.7 Interpretasi tersebut mengindikasikan bahwa terdapat dua substansi dalam kurikulum, yaitu: Pertama, suatu rencana yang akan dijadikan pedoman penyelenggaraan pembelajaran. Kedua, pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan (tujuan), bahan kajian (materi), proses (strategi). Rencana dan pengaturan tersebut dilaksanakan untuk mencapai kompetensi tertentu yang tertuang dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL).

2. Peran Kurikulum Pendidikan Tinggi

Kurikulum mempunyai peranan yang sangat penting. Kurikulum mempunyai peranan yaitu: peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif.8 Adapun penjelasan mengenai peran kurikulum pendidikan tinggi adalah sebagai berikut:

Peran kurikulum yang petama adalah peranan konservatif. Menurut KBBI Daring, arti kata konservatif adalah bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku, selain itu konservatif juga bermakna kolot.9 Pendidikan mempunyai peran sebagai suatu proses sosial. Hal ini berarti pendidikan dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku sesuai dengan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.10 Kurikulum mempunyai peranan konservatif berarti kurikulum berperan dalam mempertahankan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Peran kurikulum yang kedua adalah peranan kritis atau evaluatif. Menurut KBBI Daring, arti kata kritis adalah bersifat tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan, dan tajam dalam penganalisisan. Sedangkan, arti kata evaluatif adalah bersifat memberikan

7 Peraturan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015

tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Bab I Pasal I Ayat 6

8 Oemar Hamalik, Dasar- Dasar Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 10 9

http://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada tanggal 4 Mei 2017

(42)

28

penilaian.11 Kebudayaan senantiasa mengalami perubahan. Dalam hal ini kurikulum mempunyai peranan kritis atau evaluatif.12 Kurikulum mempunyai peranan kritis atau evaluatif berarti kurikulum berperan dalam berpikir kritis dan berperan aktif sebagai kontrol sosial. Unsur-unsur kebudayaan atau nilai-nilai sosial yang tidak lagi sesuai dengan keadaan atau perkembangan teknologi dihilangkan, dimodifikasi dan diperbaiki. Sedangkan, unsur-unsur kebudayaan atau nilai-nilai sosial yang sesuai diorganisasikan menjadi bentuk pengalaman belajar yang mampu mengembangkan sikap kritis peserta didik.13

Peran kurikulum yang terakhir adalah peranan kreatif. Menurut KBBI Daring, arti kata kreatif adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, dan bersfat mengandung daya cipta.14 Dalam hal ini, kurikulum berperan sebagai pencipta dan penyusun suatu hal baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa akan datang.15 Dengan demikian kurikulum harus mampu mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan disajikan dalam bidang studi atau mata kuliah.

Adapun keterangan ini dilampirkan agar pembaca memahami sisi aksiologi dari kurikulum pendidikan tinggi. Dengan demikian, diharapkan pembaca memiliki pengetahuan yang utuh mengenai kurikulum pedidikan tinggi berdasarkan landasan penelaaahan ilmu dalam perspeksi filsafat.

3. Komponen Kurikulum Pendidikan Tinggi

Komponen kurikulum menurut Hernawan dkk. ada empat yaitu: tujuan, isi atau materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi.16 Adapun penjelasan mengenai komponen kurikulum adalah sebagai berkut:

11

http://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada tanggal 4 Mei 2017

12 Hamalik, Dasar- Dasar…, 10

13 Ahmad, dkk., Pengembangan Kurikulum (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), 111 14 http://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada tanggal 4 Mei 2017

15

Hamalik, Dasar- Dasar…, 10

Gambar

Gambar           Halaman
Gambar 2.7  Alur Penyusunan Matriks
Gambar 2.12  Skema Perumusan CPL
Tabel 2.6  Contoh Format RPS

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi;.. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan

Selanjutnya dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

Menurut Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Dosen adalah pendidik

Menurut Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Dosen adalah

Standar Penilaian Pembelajaran mengacu pada: Permenristek Dikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Standar Nasional Pendidikan,

Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor: 44 Tahun 2015 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Pasal 37 ayat (1) Perguruan Tinggi harus

Data yang diperoleh dari website Center for Public Mental Health (CPMH) Universitas Gadjah Mada ditemukan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Perlakuan lepas sapih dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu yang pertama dengan melihat umur dari anak sapi tersebut, kedua dengan cara melihat bobot badan yang telah dicapai