• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 1

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Untuk itu Perintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang laya huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.

Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, diantaranya adalah :

1. Peran Kabupaten/Kota dalam pengembangan wilayah 2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota

3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya

4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5. Dalam penyusunan RPIJM mengacu pada Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam Pengembangan Permukiman.

7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik.

8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. 9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan

Perkotaan pada kota bersangkutan.

10. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

11. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman

12. Investasi PS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya.

13. Safeguard Sosial dan Lingkungan.

(2)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 2

6.1.1 Permukiman Prioritas Kota Ternate

Sebaran kawasan permukiman prioritas di Kota Ternate 4 (empat) kawasan pengembangan yang termuat dalam dokumen SPPIP Kota Ternate yaitu sebagai berikut: a. Kawasan Dodoku Mari (Benteng Orange dan Kawasan Kumuh Leleong), meliputi;

Kelurahan Gamalama, Kampung Makassar Timur, Soasio, Salero, Toboleu, Sangaji dan Kelurahan Dufa-Dufa

b. Kawasan Kota Baru, meliputi; Kelurahan Fitu, Gambesi Sasa dan Kelurahan Jambula c. Kawasan RTH (Land Mark Kota Ternate)

d. Kawasan Pulau Hiri, meliputi; Kelurahan Faudu, Tangolobe, Dorari Isa dan Kelurahan Tomajiko

6.1.2 Isu Strategi, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman Kota Ternate

1. Isu Strategis

Kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas pada dasarnya merupakan kajian untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan pada kawasan yang menjadi obyek dalam perumusan SPPIP Kota Ternate. Kawasan yang dimaksud meliputi; Kawasan Dodoku Mari, Kawasan Kota Baru, Kawasan RTH (Land Mark Kota Ternate) dan Kawasan Pulau Hiri. Kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Ternate dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Tabel.6.1 Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kawasan Priotas Kota Ternate

No Kawasan Isu-Isu Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

1 2 3

1 Kawasan Dodoku Mari

Pembauran fungsi kawasan mengakibatkan degradasi fisik lingkungan

Dominasi kawasan kumuh yang tidak tertata dengan baik

Partisipasi masyarakat rendah dan didominasi MBR Konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang Sistem drainase kawasan belum berfungsi optimal Tingkat pelayanan air minum belum optimal

Sistem sanitasi lingkungan permukiman sangat buruk Sistem transportasi belum tertata dengan baik

Kapasitas jaringan jalan belum optimal untuk mendukung aksesibilitas dan mobilitas penduduk Tingkat pencemaran lingkungan cukup tinggi

Volume timbulan sampah belum tertangani dengan baik Pola perkembangan permukiman cenderung sporadis Ketersediaan RTH belum memadai

KDB, KLB, GSB dan GSP belum tertata dengan baik

2 Kawasan Kota Baru

Didominasi lahan produktif

Kondisi kawasan belum tertata dengan baik

Ketersediaan sarana dan prasarana kawasan sangat terbatas

(3)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 3 Ketersediaan RTH sangat terbatas

Sistem infrastruktur kawasan belum tertangani secara optimal

3

Kawasan Permukiman di Sekitar RTH

Pembauran fungsi kawasan mengakibatkan degradasi fisik lingkungan

Dominasi kawasan kumuh yang tidak tertata dengan baik

Partisipasi masyarakat rendah dan didominasi MBR Konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang Sistem drainase kawasan belum berfungsi optimal Tingkat pelayanan air minum belum optimal

Sistem sanitasi lingkungan permukiman sangat buruk Sistem transportasi belum tertata dengan baik

Kapasitas jaringan jalan belum optimal untuk mendukung aksesibilitas dan mobilitas penduduk Tingkat pencemaran lingkungan cukup tinggi

Volume timbulan sampah belum tertangani dengan baik Pola perkembangan permukiman cenderung sporadis Ketersediaan RTH belum memadai

KDB, KLB, GSB dan GSP belum tertata dengan baik

4 Kawasan Pulau Hiri

Tingkat pelayanan air minum sangat rendah dan belum terjangkau oleh pelayanan PDAM

Infrastruktur kawasan sangat terbatas

Dominan orientasi pekerjaan masyarakat sebagai nelayan

Kawasan ditetapkan sebagai daerah konservasi Sumber : SPPIP Kota Ternate

2. Kondisi Eksisting dan Potensi a. Kawasan Dodoku Mari

Potensi Kawasan Dodoku Mari, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, kemiringan lereng ± 2 % dengan kondisi lahan relatif datar.

 Aspek Ekonomi, masyarakat pada umumnya bergerak di sektor informal dan mendukung untuk pengembangan obyek wisata Kota Ternate.

 Aspek Sosial, masyarakat heterogen dimana dihuni oleh TNI, POLRI, pedagang kaki lima, merekonstruksi struktur sosial masyarakat, mengondisikan stratifikasi sosial yang berbeda dalam masyarakat serta (masyarakat heterogen).

 Aspek Investasi, akan diadakan relokasi penghuni yang ada didalam kawasan benteng orange, khususnya pada perumahan TNI dan POLRI pada 2 (dua) lokasi dan di identifikasi memerlukan penataan kembali kawasan serta dominan pendanaan yang terselenggara melalui swadaya masyarakat.

 Aspek Pembiayaan, membutuhkan dukungan pendanaan Pemda dan Pusat dalam penanganan sarana dan prasarana kawasan.

 Aspek Legalitas, lahan pada Kawasan berstatus tanah pemerintah dan sebagian telah dibebaskan khususnya pada lokasi Rusunawa.

 Aspek sarana permukiman, memerlukan konsep penanganan (revitalisasi) kawasan, dalam kerangka merefungsi kembali bangunan-bangunan vital sebagai kawasan Heritage dan dominan diusahakan secara swadaya dan diusahakan oleh Pemda Kota Ternate.

 Aspek prasarana permukiman, memerlukan dukungan pendanaan dalam kerangka peremajaan dan vitalitas kawasan dan dominan dibiayai oleh Pemda Kota Ternate

(4)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 4  Aspek partisipasi masyarakat, sangat mendukung dalam rangka pengembalian

kawasan sebagai salah satu situs sejarah (benteng orange) dan sangat rendah dalam hal memelihara estetika lingkungan khususnya pada kawasan permukiman (kumuh lelong).

b. Kawasan Kota Baru

Potensi Kawasan Kota Baru, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, kemiringan lereng 2 – 15 % dengan kondisi lahan relatif datar hingga bergelombang

 Aspek ekonomi, merupakan lahan perkebunan, pendidikan dan sektor informal (existing) dan diperuntukkan untuk pengembangan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru Kota Ternate.

 Aspek sosial, didominasi oleh penduduk pendatang dan penduduk lokal dengan karakteristik masyarakat relatif heterogen dan merekonstruksi berlangsungnya proses akulturasi budaya

 Aspek Investasi, infrastruktur dasar telah disiapkan oleh Pemda Kota Ternate dan memerlukan dukungan investasi pemerintah pusat, swasta dan masyarakat.

 Aspek pembiayaan, memerlukan dukungan sumber dana Pemda dan Pusat serta sumber dana lainnya.

 Aspek Legalitas, dominan lahan masih dikuasai oleh masyarakat.

 Aspek sarana permukiman, masih dominan diusahakan oleh PEMDA dan masyarakat.

 Aspek prasarana permukiman, pembiayaannya melalui Pemda Kota Ternate akan tetapi masih sangat terbatas

 Aspek Partisipasi, masyarakat cukup tinggi dan mendukung pembangunan Kawasan Kota Baru

c. Kawasan Permukiman Sekitar RTH

Potensi kawasan permukiman sekitar RTH, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, kemiringan lereng 0 - 2 % dengan kondisi lahan realatif datar

 Aspek ekonomi, sebagai pusat kegiatan ekonomi Kota Ternate

 Aspek sosial, wadah interaksi sosial masyarakat Kota Ternate

 Aspek Investasi, simbol Kota Ternate

 Aspek pembiayaan, dilaksanakan oleh pemda

 Aspek Legalitas, lahan kawasan berstatus kepemilikan pemerintah Kota Ternate

 Aspek sarana permukiman, RTH belum terpenuhi

 Aspek prasarana permukiman, RTH untuk taman kota dalam proses pembenahan

 Aspek Partisipasi, sangat mendukung keberadaan RTH sebagai paru-paru Kota Ternate

d. Kawasan Pulau Hiri

Potensi Kawasan Pulau Hiri, sebagai berikut:

 Aspek Fisk, kemiringan lereng 2 – 15 % kondisi lahan relatif datar hingan bergelombang

(5)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 5  Aspek ekonomi, umumnya masyarakat bergerak pada sektor perkebunan, pertanian

dan nelayan

 Aspek sosial, karakteristik masyarakat homogen

 Aspek Investasi, memungkinkan perkembangan pusat-pusat kegiatan baru untuk mendukung produktivitas masyarakat

 Aspek pembiayaan, dilaksanakan oleh Pemda Kota, Propinsi dan Pusat

 Aspek Legalitas, penguasaan lahan oleh masyarakat dan pemda

 Aspek sarana permukiman, dilaksanakan melalui swadaya masyarakat dan Pemda Kota Ternate.

 Aspek prasarana permukiman, dominan diusahakan oleh Pemda dan masyarakat

 Aspek Partisipasi, masyarakat mendukung dalam rangka pengembangan kawasan (partisipasi masyarakat tinggi)

3. Kondisi Eksisting Perumahan

Karakteristik perumahan di Kota Ternate meliputi; rumah permanen dan semi permanen. Fasilitas perumahan merupakan sarana pokok dalam membina keluarga, tempat hidup dan aktivitas keseharian penduduk. Jumlah dan banyaknya rumah berdasarkan kecamatan di sajikan dalam Tabel berikut.

Tabel .6.2 Jumlah Fasilitas Perumahan di Kota Ternate Dirinci Menurut Kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah (Unit) Persentase (%) 1 2 3 4 5 1 Pulau Ternate 14.788 3.697 7,97 2 Moti 63.707 15.927 34,31 3 Pulau Batang Dua 45.487 11.372 24,50 4 Ternate Selatan 4.399 1.100 2,37 5 Ternate Tengah 2.463 616 1,33 6 Ternate Utara 52.083 13.021 28,05 7 Pulau Hiri 2.728 682 1,47 Total 185.655 46.415 100,00

Sumber : Kota Ternate Dalam Angka, 2010

Dari Tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah dan jenis fasilitas perumahan terbanyak terdapat di Kecamatan Moti dengan jumlah 15.927 unit atau 34,31%. Sedangkan jumlah fasilitas perumahan paling sedikit berada di Kecamatan Ternate Tengah yaitu 616 unit atau 1,33%.

(6)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 6

4. Permasalahan a. Kawasan Dodoku Mari

Permasalahan Kawasan Dodoku Mari, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, pembauran fungsi kawasan mengakibatkan degradasi fisik lingkungan.

 Aspek Ekonomi, nilai ekonomis kawasan mengalami penurunan dan didominasi masyarakat miskin kota.

 Aspek Sosial, relatif heterogen, rawan konflik sosial dan urban crame.

 Aspek Investasi, sangat terbatas dan memerlukan investasi tinggi.

 Aspek Pembiayaan, memerlukan keterpaduan pembiayaan.

 Aspek Legalitas, konflik dalam penguasaan lahan dan lahan permukiman masyarakat sebagian menempati lahan ilegal.

 Aspek sarana permukiman, masih terbatas dan mengalami kerusakan serta memerlukan refungsi kembali.

 Aspek prasarana permukiman, sangat terbatas dan memerlukan penataan infrastruktur kawasan

 Aspek partisifasi masyarakat, sangat rendah dan tingginya konflik kepentingan. b. Kawasan Kota Baru

Permasalahan Kawasan Kota Baru, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, sebagian lahan merupakan areal produktif

 Aspek ekonomi, belum didukung dengan keberadaan pusat-pusat kegiatan ekonomi, sehingga memerlukan pengendalian.

 Aspek sosial, dominasi dihuni oleh komunitas lokal Kota Ternate dengan sistem sosial tertutup

 Aspek Investasi, sepenuhnya belum berkembang baik (dukungan investasi swasta, pemerintah dan masyarakat).

 Aspek pembiayaan, memerlukan biaya cukup besar.

 Aspek Legalitas, memerlukan pengaturan, pengendalian dan pengaturan pengalihan hak kepemilikan lahan.

 Aspek sarana permukiman, masih terbatas.

 Aspek prasarana permukiman, belum terpenuhi

 Aspek Partisipasi, memerlukan sosialisasi untuk pengembangan Kota Baru c. Kawasan Permukiman Disekitar RTH

Permasalahan Kawasan Disekitar RTH, sebagai berikut:

 Aspek Fisik, pembauran fungsi dalam pemanfaatan ruang

 Aspek ekonomi, produktivitas ekonomi menurun

 Aspek sosial, didominasi pedagang kaki lima (PKL) dengan sistem sosial masyarakat terbuka

 Aspek Investasi, belum berkembang untuk mendukung produktivitas ekonomi kawasan

 Aspek pembiayaan, belum di dukung oleh sumber pendanaan secara terpadu

 Aspek Legalitas, kepemilikan pemerintah dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang bergerak pada sektor informal

(7)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 7  Aspek prasarana RTH belum memadai berfungsinya RTH Kota Ternate

 Aspek Partisipasi, memerlukan penggalangan melalui sosialisasi d. Kawasan Pulau Hiri

Permasalahan Kawasan Pulau Hiri, sebagai berikut:

 Aspek Fisk, dominan merupakan lahan masyarakat

 Aspek ekonomi, masyarakat belum berkembang

 Aspek sosial, sistem sosial masyarakat relatif tertutup

 Aspek Investasi, memerlukan investasi yang sangat besar

 Aspek pembiayaan, memerlukan sumber dana yang sangat besar

 Aspek Legalitas, dominan status kepemilikan lahan oleh masyarakat

 Aspek sarana permukiman, belum mamadai.

 Aspek prasarana permukiman, distribusi pelayanan air minum belum tersedia

 Aspek Partisipasi, memerlukan penggalangan partisipasi masyarakat

6.1.3 Analisa Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Prioritas Kota Ternate

a. Proyeksi Jumlah Penduduk

Proyeksi jumlah penduduk dilakukan untuk melihat kecenderungan perkembangan penduduk untuk masing-masing kawasan prioritas permukiman dimasa yang akan datang dan memperkirakan jumlah penduduk dalam kurun waktu 20 tahun ke depan berdasarkan perkembangan jumlah penduduk saat ini. Berdasarkan data perkembangan penduduk kawasan prioritas pembangunan permukiman selama 5 tahun, maka proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2031 diperkirakan akan mencapai kurang lebih 63.839 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel .6.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Prioritas Kota Ternate

No Kawasan

Prioritas Kelurahan

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 2016 2021 2026 2031 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Dodoku Mari Gamalama 3.871 3.929 4.170 4.492 4.840 5.214 Makassar Timur 5.573 5.657 6.004 6.468 6.968 7.506 Soasio 1.773 1.800 1.910 2.058 2.217 2.388 Salero 2.829 2.871 3.048 3.283 3.537 3.810 Toboleu 3.908 3.967 4.210 4.535 4.886 5.264 Sangaji 5.904 5.993 6.360 6.852 7.381 7.952 Dufa-Dufa 5.031 5.106 5.420 5.839 6.290 6.776 Jumlah 28.889 29.323 31.122 33.527 36.119 38.910 2 Kota Baru Fitu 2.648 2.688 2.853 3.073 3.311 3.566 Gambesi 1.892 1.920 2.038 2.196 2.365 2.548 Sasa 2.322 2.357 2.501 2.695 2.903 3.127 Jambula 1.895 1.923 2.041 2.199 2.369 2.552 Jumlah 8.757 8.888 9.433 10.163 10.984 11.793 3 RTH Santiong 3.538 3.645 3.869 4.168 4.490 4.837

(8)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 8

Kalumpang 3.987 4.108 4.360 4.696 5.059 5.450 Jumlah 7.525 7.753 8.229 8.864 9.549 10.287 4 Pulau Hiri Faudu 625 634 673 725 781 842 Tangolobe 379 385 408 440 474 510 Dorari Isa 702 713 756 815 878 945 Tomajiko 410 416 442 476 513 552 Jumlah 2.116 2.148 2.279 2.456 2.646 2.849 Total 47.287 48.112 51.063 55.010 59.298 63.839

Sumber : SPPIP Kota Ternate

b. Fasilitas Perumahan

Fasilitas permukiman dan perumahan merupakan wadah bagi penduduk untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan membina keluarga. Penentuan jumlah fasilitas ini didasarkan pada kecenderungan jumlah penduduk hasil proyeksi hingga akhir tahun perencanaan.

Tabel . 6.4 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Prioritas Kota Ternate N o Kawasan Prioritas Kelurahan Tipe Kavling Jumlah Rumah (Unit) Luas Kavelin g (m2) Luas Lahan (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 1 Dodoku Mari Gamalama Tipe A Tipe B Tipe C 778 2.335 4.669 135 120 108 10,50 28,02 50,43 Makassar Timur Soasio Salero Toboleu Sangaji Dufa-Dufa 2 Kota Baru Fitu Tipe A Tipe B Tipe C 236 708 1.415 135 120 108 3,19 8,50 15,28 Gambesi Sasa Jambula 3 RTH Santiong Tipe A Tipe B Tipe C 206 617 1.234 135 120 108 2,78 7,40 13,33 Kalumpang 4 Pulau Hiri Faudu Tipe A Tipe B Tipe C 57 171 342 135 120 108 0,77 2,05 3,69 Tangolobe Dorari Isa Tomajiko Jumlah 12.768 145,94

Sumber : SPPIP Kota Ternate

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas permukiman di kawasan prioritas hingga tahun 2031 membutuhkan kurang lebih sebanyak 12.768 unit. Dengan asumsi masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka lahan peruntukan fasilitas permukiman hingga tahun 2031 menggunakan lahan seluas kurang lebih 145,94 Ha.

(9)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 9

Tabel .6.5 Peringkat Lokasi Kawasan Permukiman Prioritas Kota Ternate

No Kawasan Permukiman Nilai Prioritas Peringkat

1 Kawasan Dodoku Mari 0.3910 1

2 Kawasan Kota Baru 0.2441 2

3 Kawasan Permukiman Disekitar

RTH 0.2308 3

4 Kawasan Pulau Hiri 0.1340 4

Jumlah 1.0000

Sumber : SPPIP Kota Ternate

Tabel . 6.6 Kebutuhan Perumahan Berdasarkan Tipe Kavling di Kawasan Permukiman Prioritas Dodoku Mari

No Kawasan Permukima n Prioritas Kelurahan Tipe Kavling Jumlah Rumah (Unit) Luas Kaveling (m2) Luas Lahan (Ha) Konstruksi 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Dodoku Mari Gamalama Tipe A 83 135 1,12 Pasangan Batu Tipe B 250 120 3,00 Pasangan Batu Tipe C 500 108 5,40 Pasangan Batu Jumlah 833 9,52 Makassar Timur Tipe A 120 135 1,62 Pasangan Batu Tipe B 360 120 4,32 Pasangan Batu Tipe C 720 108 7,78 Pasangan Batu Jumlah 1.200 14,72 Soasio Tipe A 38 135 0,51 Pasangan Batu Tipe B 115 120 1,38 Pasangan Batu Tipe C 229 108 2,47 Pasangan Batu Jumlah 382 4,36 Salero Tipe A 61 135 0,82 Pasangan Batu Tipe B 183 120 2,20 Pasangan Batu Tipe C 366 108 3,95 Pasangan Batu Jumlah 610 6,97 Toboleo Tipe A 84 135 1,13 Pasangan Batu Tipe B 253 120 3,04 Pasangan Batu Tipe C 505 108 5,45 Pasangan Batu Jumlah 842 9,62

(10)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 10

Batu Tipe B 382 120 4,58 Pasangan Batu Tipe C 763 108 8,24 Pasangan Batu Jumlah 1.272 14,53 Dufa-Dufa Tipe A 108 135 1,46 Pasangan Batu Tipe B 325 120 3,90 Pasangan Batu Tipe C 650 108 7,02 Pasangan Batu Jumlah 1.083 12,38 Total 6.222 70,10

Sumber : RPKPP Kota Ternate

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas perumahan di kawasan permukiman prioritas Dodoku Mari hingga tahun 2016 membutuhkan kurang lebih sebanyak 6.222 unit. Dengan asumsi masing-masing luas kapling pada tiap tipe rumah, maka peruntukan fasilitas perumahan hingga tahun 2016 menggunakan lahan seluas kurang lebih 70,10 Ha.

Tabel .6.7 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang di Kawasan Permukiman Prioritas Dodoku Mari

No Fasilitas Jenis Fasilitas (Unit) Jumlah (Unit) Kebutuhan Ruang (Ha) 1 2 3 3 4 A Sarana Permukiman 1 Perumahan Tipe A 621 8,37 Tipe B 1.868 22,42 Tipe C 3.733 40,31 Rusunawa 4 1,00

2 Perbaikan Permukiman Kumuh di Kelurahan

Makassar Timur - -

3 Perbaikan Permukiman Kumuh Nelayan di Kelurahan

Sangaji - -

4 Perbaikan Permukiman Kumuh Nelayan di Kelurahan

Dufa-Dufa - - 5 Pendidikan SD 2 0,54 SLTP 1 0,27 6 Kesehatan Puskeskel 3 0,36 7 Peribadatan Masjid 2 0,06 Mushallah 2 0,06 B Infrastruktur Permukiman 1 Jalan

Jalan Reklamasi 2 Jalur (A) - 1,88

Jalan Reklamasi (B) - 0,89

Jalur Hijau Pemisah Jalan - 0,21

Jalan di Atas Kanal - 0,04

Trotoar Tipe A - 0,24

Trotoar Tipe B - 0,29

Trotoar Tipe C - 0,36

2 Drainase

Drainase Sekunder Tipe 1 - 0,60

Drainase Sekunder Tipe 2 - 1,53

(11)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 11

Talud - 0,54 3 Air Minum Air Minum (lt/hr) Domestik 1.866.600 - Non Domestik 10.000 - 4 Persampahan TPS 151 - TPA 1 2

5 Limbah Septik Tank 6.232 -

c Fasilitas Pendukung 1 Taman Taman 8 0,77 Restoran 1 0,03 Panggung Pegelaran 1 0,004 Dermaga Speed 1 0,14 2 Anjungan Anjungan 1 0,68 3 Kuliner Kuliner Tipe A 2 0,49 Kuliner Tipe B 5 0,47 Kuliner Tipe C 6 0,45

4 Kerajinan Tangan Pusat Kerajinan Tangan 1 (2 Lantai) 0,23

5 Tempat Duduk Tempat Duduk 1 0,99

(12)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 12 Gambar 6.1 : Peta Master Plan Dodoku Mari

(13)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 13 Gambar 6.2 : Peta Konsep Makro Kawasan Priorotas

(14)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 14 Gambar 6.3 : Peta strategi mikro kawasan prioritas segmen 1

(15)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 15 Gambar 6.4 : Peta strategi mikro kawasan prioritas segmen 2

(16)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 16 Gambar 6.5 : Peta strategi mikro kawasan prioritas segmen 3

(17)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 17 Gambar 6.6 : Peta strategi penanganan kawasan prioritas

(18)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 18 Gambar 6.7 : Peta program pembangunan kawasan prioritas segmen 1

(19)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 19 Gambar 6.8 : Peta program pembangunan kawasan prioritas segmen 2

(20)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 20 Gambar 6.9 : Peta program pembangunan kawasan prioritas segmen 3

(21)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 21

6.1.4 Rencana Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Kota Ternate Rencana pengembangan kawasan permukiman Kota Ternate disusun berdasarkan kondisi fisik perkotaan dan rencana penataan permukiman. Pengembangan permukiman merupakan implementasi sarana dan prasarana kawasan permukiman yang layak baik dari sisi fisik lingkungan maupun social budaya masyarakat. (RTRW Kota Ternate)

Rencana pengembangan Kawasan peruntukan perumahan/Permukiman di Kota Ternate seluas 1.508,25 ha, yang terdiri dari :

1) Perumahan/Permukiman berkepadatan tinggi (Kepadatan > 60 Unit rumah /Ha)

Perumahan dan permukiman berkepadatan tinggi terdapat di pusat kota yang merupakan kawasan perumahan perkotaan dengan pola kegiatan perekonomian yang dominan adalah sektor perdagangan modern, serta tersedia pusat pelayanan pemerintahan dan fasilitas pelayanan umum skala kota. Perumahan kawasan pusat kota merupakan perumahan padat serta memiliki kelengkapan fasilitas dan utilitas. Perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota Ternate tersebar di kelurahan dalam Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah dan Ternate Selatan.

Perumahan dan permukiman berkepadatan tinggi lainnya yang cenderung kumuh dan minim fasilitas umum, dapat dijumpai di beberapa lokasi di Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah dan Ternate Selatan. Kawasan ini tersebar khususnya pada bagian pesisir pantai dari kelurahan-kelurahan seperti Mangga Dua, Mangga Dua Utara, Toboko, Bastiong Karance, Bastiong Talangame, Kayu Merah, Kalumata, Makassar Timur, Soasio, Salero, Kasturian, Sangaji dan kelurahan Dufa-dufa . Kepadatan pada kawsan-kawsan ini berkisar antara 60-143 unit rumah/Ha (RTRW Kota Ternate, 2012)

Pada kawasan permukiman berkepadatan bangunan tinggi yang cenderung kumuh, tentu saja tidak dapat serta merta dilakukan pembongkaran, tetapi harus ditempuh cara yang lebih arif, antara lain : a. Dilakukan pembinaan terhadap aspek penyehatan lingkungan perumahan

dan permukiman, untuk menghindari atau mencegah terjadinya proses kekumuhan kawasan. Program yang dilakukan misalnya dalam bentuk KIP (Kampung Improvement Program), pendekatan dengan metode Tri Daya (pemberdayaan masyarakat, ekonomi dan infrastruktur), PNPM Mandiri serta peremajaan kawasan atau sejenisnya

b. Pengendalian terhadap aspek KDB (Koefisien Dasar Bangunan), dimana dilakukan pengawasan terhadap upaya perluasan bangunan secara horisontal agar tidak menambah tingkat kepadatan, sebaliknya diarahkan pembangunan secara vertikal misalnya dengan pembangunan Rumah Susun Sewa (RUSUNAWA) dan Rumah Susun Milik (RUSUNAMI).

c. Penetapan Kawasan permukiman kumuh di Kota Ternate melalui Surat Keputusan Walikota berdasarkan hasil survey konprehensip.

(22)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 22

d. Dilakukan pengkajian yang lebih mendetail yaitu melalui penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan permukiman kumuh.

e. Memaksimalkan daya tampung lahan efektif yang masih tersisa pada kelurahan-kelurahan lain.

2) perumahan dan permukiman berkepadatan sedang (30 - 60Unit rumah/Ha)

Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan sedang tersebar pada seluruh kecamatan di Kota Ternate. Untuk kecamatan Ternate Utara, Tengah dan kecamatan Ternate Selatan dapat dijumpai pada kawasan yang terletak bagian atas dengan tingkat kemiringan lereng 15% hingga 25%. Untuk kecamatan pulau Ternate.

Rencana pengembangan perumahan berkepadatan sedang di Kota Ternate yaitu :

 Pengembangan kawasan Kota Baru sebagai pusat pertumbuhan baru wilayah kota, kedepan akan menjadi andalan lokasi pengembangan perumahan dan permukiman skala menengah / besar yang dikembangkan dalam bentuk pembangunan perumahan terencana dengan pola real estate ataupun Lisiba BS, Rusunawa / Rusunami. Pengembangan kawasan kota baru meliputi kelurahan Fitu, Gambesi, Sasa dan Jambula serta kawasan pendukung di kelurahan Kastela, Rua dan kelurahan Foramadiahi. Konsep real etate yang di gunakan yaitu dengan tipe

perumahan terjangkau serta dapat dimiliki sepenuhnya oleh masyarakat, guna pemenuhan kebutuhan perumahan perkotaan.

 Pengembangan perumahan swadaya masyarakat dalam artian di bangun oleh masyarakat sendiri dengan mengacu pada KDB dan KLB yang telah ditetapkan.

3) Perumahan berkepadatan Rendah (<30 Unit rumah/Ha).

Kawasan perumahan berkepadatan rendah di Kota Ternate bercirikan perdesaan dengan pola kegiatan perekonomian yang dominan adalah sektor pertanian / perkebunan dan merupakan kawasan produksi pertanian / perkebunan.

Lingkungan perumahan dan permukiman berkepadatan rendah tersebar di kecamatan Pulau Ternate, Pulau Hiri, Moti dan kecamatan Pulau Batang Dua.

Rencana pengembangan pada kawasan yang berkepadatan rendah meliputi :

 mengarah pada pola perubahan fungsi lahan dari lahan tidur menjadi ruang perumahan serta sebagian konversi lahan pertanian/perkebunan tetapi tetap dibatasi pada kelas kelerengan 25 %

(23)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 23

Di Kecamatan Pulau Ternate, Moti, Hiri dan kecamatan Batang Dua dimungkinkan terjadi peluang konversi lahan pertanian/perkebunan pada kelas lereng dibawah 25% menjadi ruang perumahan/permukiman.

Rencana pengelolaan kawasan peruntukan perumahan antara lain meliputi : 1. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana

permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

2. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan denganberbasisperkebunan dan hortikultura;

3. Permukiman pusat kota diarahkan dalam penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

4. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;

5. Pengembangan permukiman pusat kota dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan; dan

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa di Kota Ternate terdapat kawasan-kawasan permukiman berkepadatan tinggi perkotaan dimana dibutuhkan suatu kebijakan pendistribusian penduduk sehingga akan tercipta suatu keseimbangan kepadatan atau menekan tingkat kepadatan pada kawasan kepadatan tinggi yang ada saat ini atau mencegah timbulnya kawasan berkepadatan tinggi baru dimasa akan datang.

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk kota Ternate hingga tahun 2031 sekitar 251.376 jiwa yang tersebar tidak merata di seluruh wilayah Kota Ternate yang tentunya memerlukan tempat tinggal/hunian. Untuk kebutuhan jumlah rumah diasumsikan 1 kepala keluarga (KK) terdiri dari 5 orang anggota keluarga dan membutuhkan 1 unit rumah. Perbandingan masing-masing klasifikasi rumah beserta luas tipe kapling diuraikan sebagai berikut :

- Untuk kapling tipe A (besar) dengan luasan 600 m2 (20 x 30) - Untuk kapling tipe B (sedang) dengan luasan 300 m2 (15 x 20) - Untuk kapling tipe C (kecil) dengan luasan 150 m2 (10 x 15)

Perbandingan jumlah rumah untuk masing-masing tipe kapling adalah 1 : 3 : 6, dengan asumsi 10% untuk tipe A, 30% untuk tipe B dan 60% untuk tipe C. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dapat diperkirakan kebutuhan sarana permukiman dan perumahan di kawasan perkotaan adalah kurang lebih 50.275 unit dengan luas lahan keseluruhan kurang lebih 1.508,25 Ha. Secara rinci jumlah rumah yang dibutuhkan diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 6.9. Rencana kebutuhan sarana permukiman Kota Ternate hingga tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%)

1 Pulau Ternate 28.103 5.621 168,62 11%

(24)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 24

3 Batang Dua 3.885 777 23,31 2% 4 Ternate Selatan 89.006 17.801 534,04 35% 5 Ternate Tengah 57.399 11.480 344,39 23% 6 Ternate Utara 61.725 12.345 370,35 25% 7 Hiri 4.309 862 25,85 2% Kota Ternate 251.376 50.275 1.508,25 100% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.10.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Pulau Ternate Sampai tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) % 1 Jambula 7.737 1547 46,42 3,08% 2 Foramadiahi 1.624 325 9,74 0,65% 3 Kastela 1.390 278 8,34 0,55% 4 Rua 2.273 455 13,64 0,90% 5 Afetaduma 1.532 306 9,19 0,61% 6 Togafo 1.159 232 6,95 0,46% 7 Loto 1.348 270 8,09 0,54% 8 Takome 1.641 328 9,85 0,65% 9 Sulamadaha 2.677 535 16,06 1,06% 10 Tobololo 1.856 371 11,14 0,74% 11 Bula 1.365 273 8,19 0,54% 12 Kulaba 2.541 508 15,25 1,01% 13 Dorpedu 961 192 5,77 0,38%

Kec. Pulau Ternate 28.103 5621 168,62 11,18% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.11.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Moti Sampai Tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%) 1 Takofi 1.279 256 7,68 0,51% 2 Moti Kota 1.715 343 10,29 0,68% 3 Tafamutu 1.283 257 7,70 0,51% 4 Tafaga 1.099 220 6,60 0,44% 5 Figur 936 187 5,62 0,37% 6 Tadenas 635 127 3,81 0,25% Kec. Moti 6.949 1390 41,69 2,76%

Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.12.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Pulau Batang Dua Sampai Tahun 2031

No Kelurahan

Jumlah Penduduk

Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%)

1 Mayau 1.207 241 7,24 0,48%

(25)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 25

3 Lelewi 668 134 4,01 0,27%

4 Bido 560 112 3,36 0,22%

5 Pantai Sagu 355 71 2,13 0,14%

6 Perum Bersatu 214 43 1,28 0,09%

Kec. Batang Dua 3.885 777 23,31 1,55% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.13.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Ternate Selatan Sampai Tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%) 1 Sasa 8.411 1682 50,47 3,35% 2 Gambesi 7.470 1494 44,82 2,97% 3 Fitu 8.926 1785 53,56 3,55% 4 Kalumata 13.986 2797 83,91 5,56% 5 Kayu Merah 5.799 1160 34,80 2,31% 6 Bastiong Talangame 5.474 1095 32,84 2,18% 7 Ubo-Ubo 3.016 603 18,09 1,20% 8 Mangga Dua 3.962 792 23,77 1,58% 9 Jati 4.348 870 26,09 1,73% 10 Toboko 2.256 451 13,53 0,90% 11 Tanah Tinggi 3.801 760 22,81 1,51%

12 Tanah Tinggi Barat 2.267 453 13,60 0,90%

13 Mangga Dua Utara 4.954 991 29,73 1,97%

14 Jati Perumnas 3.067 613 18,40 1,22%

15 Tobona 4.366 873 26,20 1,74%

16 Bastiong Karance 5.212 1042 31,27 2,07%

17 Ngade 1.690 338 10,14 0,67%

Kec. Ternate Selatan 89.006 17801 534,04 35,41% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.14.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Ternate Tengah Sampai Tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%) 1 Makassar Barat 4.064 813 24,39 1,62% 2 Makassar Timur 5.573 1115 33,44 2,22% 3 Salahudin 4.885 977 29,31 1,94% 4 Kalumpang 3.659 732 21,96 1,46% 5 Santiong 4.116 823 24,70 1,64% 6 Gamalama 3.871 774 23,23 1,54% 7 Moya 2.359 472 14,15 0,94% 8 Marikurubu 7.337 1467 44,02 2,92% 9 Kampung Pisang 2.086 417 12,52 0,83% 10 Takoma 2.251 450 13,51 0,90% 11 Muhajirin 2.307 461 13,84 0,92%

(26)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 26

12 Maliaro 8.037 1607 48,22 3,20%

13 Kota Baru 3.848 770 23,09 1,53%

14 Tanah Raja 1.151 230 6,90 0,46%

15 Stadion 1.853 371 11,12 0,74%

Kec Ternate Tengah 57.399 11480 344,39 22,83% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.15.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Ternate Utara Sampai Tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%) 1 Soa 5.541 1.108 33,25 2,20% 2 SoaSio 1.773 355 10,64 0,71% 3 Kasturian 4.645 929 27,87 1,85% 4 Salero 2.829 566 16,97 1,13% 5 Toboleu 6.173 1.235 37,04 2,46% 6 Sangaji 7.640 1.528 45,84 3,04% 7 Dufa-Dufa 7.946 1.589 47,68 3,16% 8 Tafure 4.928 986 29,57 1,96% 9 Tabam 2.610 522 15,66 1,04% 10 Sango 2.438 488 14,63 0,97% 11 Tarau 1.705 341 10,23 0,68% 12 Sangaji Utara 5.886 1.177 35,31 2,34% 13 Akehuda 5.031 1.006 30,19 2,00% 14 Tubo 2.580 516 15,48 1,03% Kec.Ternate Utara 61.725 12.345 370,35 24,55% Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

Tabel 6.16.Rencana kebutuhan sarana permukiman Kecamatan Pulau Hiri Sampai Tahun 2031 No Kelurahan Jumlah Penduduk Rumah tangga

Kebutuhan Total Luas Kavling Rata-rata Hunian

(Jiwa) (RT) (Ha) (%) 1 Togolobe 379 76 2,28 0,15% 2 Dorari Isa 702 140 4,21 0,28% 3 Faudu 1.477 295 8,86 0,59% 4 Mado 311 62 1,87 0,12% 5 Tamajiko 1.138 228 6,83 0,45% 6 Tafraka 301 60 1,81 0,12% Kec. Hiri 4.309 862 25,85 1,71%

Sumber : RTRW Kota Ternate, 2012

6.1.5 Kebutuhan Sarana Dan Prasarana a. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kawasan permukiman prioritas terdiri atas Tk, SD/sederajat, SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat, pemenuhan kebutuhan pelayanan pendidikan di kawasan permukiman prioritas pada tahun 2031 perlu peningkatan kuantitas dan kualitas, untuk lebih jelasnya lihat Tabel dibawah ini.

(27)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 27

Tabel. 6.17. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2031

No Kawasan

Prioritas Kelurahan

Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit) SD SLTP SLTA SD SLTP SLTA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Dodoku Mari Gamalama 2 1 - - - 1 Makassar Timur - - - 1 - - Soasio 1 - - - - - Salero 3 - - - - - Toboleu - - - 1 - - Sangaji 2 - - - 1 - Dufa-Dufa 4 2 4 - - - 2 Kota Baru Fitu - - - 1 - - Gambesi 1 1 1 - - - Sasa - - - 1 - - Jambula 1 1 - - - - 3 RTH Santiong 2 - - - - - Kalumpang 1 1 - - - - 4 Pulau Hiri Faudu - - - - Tangolobe - - - - Dorari Isa - - - - Tomajiko - - - - Jumlah 17 6 5 4 1 1

Sumber : SPPIP Kota Ternate

Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas pendidikan di kawasan prioritas hingga akhir tahun perencanaan 2031 di butuhkan penambahan 4 unit SD, berlokasi di Kawasan Dodoku Mari dan Kota Baru. Fasilitas Jenjang Pendidikan SLTP dibutuhkan penambahan sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Dodoku Mari. Sedangkan fasilitas pendidikan jenjang SLTA dibutuhkan sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Dodoku Mari.

b. Fasilitas Kesehatan

Upaya memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas, jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis. Sejauh ini pelayanan fasilitas kesehatan secara kuantitas dapat menjangkau seluruh masyarakat. Kebutuhan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada kajian Tabel dibawah ini. Tabel. 6.18. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan di Kawasan Permukiman Prioritas

Hingga Akhir Tahun Perencanaan 2031

N o Kawasa n Prioritas Kelurahan

Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit) Puskesm as Pus tu Puskes kel Puskesm as Pus tu Puskes kel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Dodoku Mari Gamalama - - 1 - - - Makassar Timur - - - 1 Soasio - - - 1

(28)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 28

Salero - - 1 - - - Toboleu - - - 1 Sangaji 1 - 1 - - - Dufa-Dufa - 1 1 - - - 2 Kota Baru Fitu - - - 1 Gambesi 1 - - - - 1 Sasa - - - 1 Jambula - 1 - - - 1 3 RTH Santiong - - 1 - - - Kalumpang 1 - 1 - - - 4 Pulua Hiri Faudu - - - 1 Tangolobe - - - 1 Dorari Isa - - - 1 Tomajiko - - - 1 Jumlah 3 2 6 - - 12

Sumber : SPPIP Kota Ternate

Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas kesehatan di kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan 2031 memerlukan penambahan fasilitas kesehatan berupa pusat kesehatan kelurahan (puskeskel) sebanyak 12 unit berlokasi disemua kawasan prioritas.

c. Fasilitas Perkantoran

Fasilitas perkantoran merupakan sarana untuk melakukan kegiatan perkantoran dan pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat. Kebutuhan fasilitas perkantoran di kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan tidak dibutuhkan pembangunan. Namun demikian fasilitas perkantoran yang ada memerlukan peningkatan (rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perkantoran yang sudah terbangun.

d. Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan merupakan salah satu sarana yang memegang peranan penting, oleh karena fungsinya berperan sebagai pusat distribusi barang kebutuhan masyarakat. Penyediaan fasilitas perdagangan didasarkan pada kebutuhan pelayanan penduduk, sehingga penentuan jumlah fasilitas ini mempertimbangkan jumlah penduduk pendukung sesuai standar perencanaan.

Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan fasilitas perdangan di kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan tidak dibutuhkan pembangunan. Namun demikian fasilitas perdagangan yang ada memerlukan peningkatan (rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perdagangan yang sudah terbangun.

e. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Penempatan fasilitas peribadatan ini pada lokasi yang menyebar pada kawasan permukiman penduduk. Struktur penduduk berdarkan kelompok agama di kawasan permukiman prioritas didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Untuk lebih jelasnya kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

(29)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 29

Tabel.6.19 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Tahun 2031

N o

Kawasan

Prioritas Kelurahan

Eksisting (Unit) Kebutuhan (Unit) Masji d Mushall ah Gereja Masjid Mushal lah Gereja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Dodoku Mari Gamalama 1 4 1 1 - - Makassar Timur 2 3 - 1 - - Soasio 2 1 - - - - Salero 3 1 - - 1 - Toboleu 2 5 - - - - Sangaji 8 1 - - 1 - Dufa-Dufa 8 9 - - - - 2 Kota Baru Fitu 1 2 - - - - Gambesi 2 1 - - - - Sasa 1 4 - - - - Jambula 1 5 - - - 3 RTH Santiong 4 2 - - - - Kalumpang 2 2 2 - - - 4 Pulau Hiri Faudu - - - - Tangolobe - - - - Dorari Isa - - - - Tomajiko - - - - Jumlah 37 40 3 1 2 -

Sumber : SPPIP Kota Ternate

Dari Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas peribadatan hingga tahun 2031 terlihat bahwa fasilitas masjid dibutuhkan sebanyak 1 unit yang berlokasi di Kawasan Dodoku Mari dan fasilitas mushallah sebanyak 2 unit berlokasi dikawasan Dodoku Mari.

f. Prasarana Jalan

Kebutuhan prasarana jaringan jalan kawasan permukiman prioritas membutuhkan ruang secara khusus. Berdasarkan analisis kebutuhan jaringan jalan, untuk pelayanan hingga tahun 2031 membutuhkan peningkatan untuk semua jenis jalan yang ada. Peningkatan jalan tersebut sebagai berikut :

 Jalan Kolektor, peningkatan dan pemeliharaan (pengaspalan)

 Jalan Lokal Primer, dari kondisi pengerasan ke kondisi aspal

 Jalan Lokal Sekunder, dari pengerasan ke kondisi aspal

 Pembangunan jalan baru, dari kondisi tanah ke pengerasan

 Kebutuhan prasarana jaringan jalan tersebut terdistribusi pada seluruh kawasan permukiman prioritas sesuai dengan kebutuhan.

(30)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 30

Tabel. 6.20. Kebutuhan Jaringan Jalan di Kawasan Permukiman Prioritas Dodoku Mari

N o

Kawasan

Prioritas Jenis Prasarana

Kebutuh an Ruang (Ha) Konstruk si Lokasi 1 2 3 4 5 6 1 Dodoku Mari

1. Jalan Reklamasi Dua Jalur (A)  Panjang 1.176,80 M  Lebar 16 M (1 Jalur Lebar 8 M) 1,88 Hotmix Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B 2. Jalan Reklamasi (B)  Panjang 1.490,30 M  Lebar 6,00 M 0,89 Hotmix Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B

3. Jalur Hijau Pemisah Jalan  Panjang 1.052,90 M  Lebar 2,00 M 0,21 Beton Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B 4. Pembangunan jalan beton Panjang 385,30 M

0,04 Beton Segmen 3 Blok B

5. Jalan Lokal  Panjang 2.797,56 M  Lebar 6,00 M 1,68 Hotmix Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B, C Segmen 3 Blok A 6. Jalan Lokal  Panjang 61,78 M  Lebar 4 M

0,02 Hotmix Segmen 3 Blok A

7. Pedestrian Tipe A  Panjang 1.739,90 M  Lebar 1,40 M 0,24 Paving Block Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B 8. Pedestrian Tipe B  Panjang 1.959,70 M  Lebar 1,50 M 0,29 Paving Block Segmen 1 Blok C, D Segmen 2 Blok A, B 9. Pedestrian Tipe C  Panjang 3.039,60 M  Lebar 1,20 M 0,36 Paving Block Segmen 1 Blok A, B Jumlah 3,87

Sumber : RPKPP Kota Ternate

h. Prasarana Listrik

Untuk meningkatkan frekwensi kegiatan dalam suatu kawasan permukiman perlu didukung oleh prasarana kelistrikan, oleh karena itu penyediaan jaringan listrik di kawasan permukiman prioritas memegang peranan penting. Alokasi peruntukan jaringan mengikuti jaringan jalan agar dapat menjangkau seluruh bagian kota dan menggunakan sistem sambungan kabel yang dilengkapi oleh kantor pengelolah dan gardu induk atau travo pengontrol untuk mengatur sistem distribusi.

(31)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 31

Dengan menggunakan asumsi diatas, maka dapat diidentifikasi kebutuhan prasarana listrik di kawasan permukiman prioritas hingga tahun 2031 dengan rincian pada Tabel berikut.

Tabel.6.21. Kebutuhan Prasarana Listrik di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun 2031

No Jenis Penggunaan Volume Daya (Watt) Jumlah Daya (KWH) 1 2 3 4 5 I Perumahan 1. Tipe A 2. Tipe B 3. Tipe C 1.277 3.830 7.660 2.200 1.300 1.300 2.809.400 4.979.000 9.958.000 II Pendidikan 1.SD 2.SLTP 3.SLTA 4 1 1 1.300 2.200 2.200 5.200 2.200 2.200 III Kesehatan 1. Puskeskel 12 1.300 15.600 IV Peribadatan 1. Masjid 2. Mushallah 1 2 1.300 900 1.300 1.800 Jumlah 12.788 14.000 17.774.700

Sumber : SPPIP Kota Ternate

l. Prasarana Telepon

Salah satu prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan komunikasi dan informasi adalah jaringan telepon. Pelayanan kebutuhan prasarana komunikasi di kawasan permukiman prioritas untuk masa perencanaan 20 tahun kedepan (tahun 2031) diperlukan jaringan telepon untuk pelayanan penduduk untuk semua permukiman penduduk, perkantoran dan fasilitas pelayanan umum. Penyediaan sambungan telepon ditentukan dengan mempertimbangkan jumlah permintaan dan strata ekonomi penduduk. Kebutuhan jaringan telepon di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel.6.22. Kebutuhan Prasarana Jaringan Telepon di Kawasan Permukiman Prioritas Hingga Akhir Tahun 2031

No Jenis Penggunaan Volume Kebutuhan

Sambungan (Unit) 1 2 3 4 I Perumahan 1.Tipe A 2.Tipe B 3.Tipe C 1.277 3.830 7.660 1.277 3.830 7.660 II Pendidikan 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4 1 1 4 1 1

(32)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 32

III Kesehatan

1. Puskeskel 12 12

Jumlah 12.785 12.785

Sumber : SPPIP Kota Ternate

6.1.6 Kawasan Permukiman Kumuh Kota Ternate Permasalahan :

a. Tingkat kepadatan permukiman tinggi

b. Tidak memadai prasarana permukiman seperti jaringan jalan, drainase, persampahan dan jaringan air bersih yang tidak berfungsi dengan baik; c. Terjadi ketidakjelasan legalitas hak milik atas bangunan di atas permukaan

laut (Squatter Settlements);

d. Kurangnya pengawasan dan perhatian dari aparat pemerintah dalam hal menangani pengembangan permukiman seiring dengan kondisi dan perubahan kota;

2. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.

Tabel 6.23. Identifikasi Kawasan Kumuh Kota Ternate

(33)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 33 Gambar 6.10 : Peta Kawasan Kumuh Gamalama

(34)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 34 Gambar 6.11 : Peta Kawasan Kumuh Makassar Timur

(35)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 35 Gambar 6.12 : Peta Kawasan Kumuh Bastiong

(36)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 36 Gambar 6.13 : Peta Kawasan Kumuh Soasio

(37)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 37 Gambar 6.14 : Peta Kawasan Kumuh Salero

(38)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 38 Gambar 6.15 : Peta Kawasan Kumuh Toboleu

(39)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 39 Gambar 6.16 : Peta Kawasan Kumuh Dufa-Dufa.

(40)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 40 Gambar 6.17 : Peta Kawasan Kumuh Mangga Dua

(41)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 41

6.1.7 Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Ternate Usulan Program Dan Kegiatan Pembangunan Permukiman Kota Ternate dapat dilihat pada lampiran 6.1.

(42)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 42

6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaaatn ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.

6.2.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Dan Permasalahan Penataan Bangunan Dan Lingkungan Kota Ternate

A. Isu Strategis

Isu strategis penataan lingkungan permukiman yaitu :

a. Revitalisasi kawasan bersejarah dan penataan kawasan permukiman kumuh yang berada di wilayah pesisir maupun dipusat kota,

b. Perencanaan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau Privat dan Publik untuk memenuhi standar minimal kebutuhan RTH 30% dari luas wilayah,

c. Peningkatan kualitas lingkungan kawasan dan permukiman dengan rekayasa hijau d. Pengendalian penggunaan lahan yang berlebihan dengan pembangunan berbasis

penataan ruang,

e. Peningkatan peran stakeholder dalam proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian lingkungan kawasan dan permikiman.

Isu strategis penyelenggaraan bangunan gedung yaitu :

a. Penataan bangunan tradisional/bersejarah atau yang termasuk dalam benda cagar budaya yang dilindungi oleh Negara,

b. Tertib bangunan gedung dengan regulasi PERDA Bangunan Gedung termasuk IMB, c. Peningkatan kualitas bangunan gedung yang serasi, selaras dengan lingkungannya

yang andal dan berkelanjutan,

d. Penataan bangunan dan kawasan dengan system insentif dan disinsentif, B. Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan Kota Ternate terkait peraturan daerah atau peraturan Walikota yaitu :

Tabel.6.24. Peraturan Daerah/Peraturan Walikota terkait Penataan Bangunan Dan Lingkungan Kota Ternate

NO PRODUK PENGATURAN NOMOR & TAHUN KETERANGAN 1 Peraturan Daerah Tentang

Bangunan Gedung

Nomor 9 tahun 2001 2 Peraturan Walikota Tentang

Penataan Bangunan dan

Lingkungan Kawasan Kota Tua Gamalama Ternate

(43)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 43

3 Peraturan Walikota Tentang

Penataan Bangunan dan

Lingkungan Kawasan Koloncucu Ternate

Nomor 22 tahun 2013

1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan

Secara umum bangunan-bangunan yang berada di semua kabupaten kota di wilayah Kota Ternate disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada Aturan-aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran

Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharsunya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain.

Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan

Beberapa daerah kawasan di wilayah Kota Ternate memang telah memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun belum terdapat penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL yang ada belum disahkan yang berarti belum memiliki landasan hukum untuk ditegakkan. Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak terlaksanakan secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi lahan/kawasan.Akhirnya ini berdampak pada tidak tertibnya kawasan yang telah direncanakan dan akan menurunkannya citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan tidak bisa terwujud dengan baik. C. Permasalahan dan Tantangan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(44)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 44

a. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung

Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut :

1. Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan. 2. Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang

berwenang terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

3. Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan Kota Ternate sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten/kota.

b. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan Pada bidang penataan lingkungan, sebagai berikut :

1. Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan kurang tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka hijau akibat pemabangauan gedung yang tidak terencana semakin menurunkan kuantitas dan kualaitas sarana lingkungan tersebut.

2. Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya. Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

3. Belum terkelolanya sarana parker dan reklame menjadikan sarana-sarana tersebut memiliki dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan di wilayah perkotaan.

4. Keberadaan Usaha Pedagang Kaki Lima di ruang-ruang publik yang tidak tertib ikut memberikan dampak negatif terhadap citra lingkungan yang serasi dan selaras.

6.2.2 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan berdasarkan kondisi eksisting dan permasalahan kawasan yaitu :

a. Penataan Bangunan Gedung

1. Untuk menangani permasalahan penataan bangunan gedung maka diperlukan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi daerah yang belum memilikinya.

2. Untuk menegakkan hukum pada sektor penataan bangunan gedung perlu dilakukan legalisasi rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah disusun. 3. Perlu ada sosialisasi RTBL yang telah disusun kepada masyarakat secara umum 4. Perlu ada langkah-langkah penguatan fungsi kelembagaan dalam penegakan

hukum di bidang penataan bangunan dan lingkungan.

5. Untuk menanggulangi bencana kebakaran perlu disusun Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(45)

Bantuan Teknis Penyusunan

RPI2JM

Kabupaten/Kota

Bidang Cipta Karya -

Termasuk KSN -

2014

VI - 45

b. Penataan Lingkungan

1. Pelestarian Bangunan Tradisional Bersejarah Untuk melestarikan dan merevitalisasi kawasan wisata dan bangunan tradisonal bersejarah perlu disusun program penataan dan revitalisasi khusus untuk kawasan wisata dan tradisional bersejarah

2. Penataan / Peremajaan Permukiman Kumuh Untuk meningkatkan kualitas pemukiman penduduk di kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan jalan portal beton, jalan con block, pembuatan talud, pembuatan Jamban keluarga dan lain-lain.

3. Ruang Terbuka Hijau dan taman Jalan

• Perlu dilakukan pemetaan dan studi karakter ruang kota sehingga dapat diketahui pola, tingkat kebutuhan dan lokasi pengadaan ruang terbuka kota tiap kabupaten/kota

• Perlu ada penyusunan masterplan taman jalan dan ruang terbuka hijau sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota

• Perlu ada pemberdayaan SDM di bidang perawatan taman jalan dan pengadaan ataupun penambahan sarana pendukung perawatan taman jalan. Keberadaan tenaga opersional dibidang perawatan taman jalan harus ditunjang dengan sarana pendukung perawatan, misalnya mobil penyiram tanaman, mesing pemotong rumput dll.

4. Sarana Reklame, Parkir dan BTS

• Untuk menertibkan sarana reklame perlu dibuat master plane penataan sarana reklame di ruang publik

• Untuk menertibkan kawasan parkir perlu dilakukan manajemen dan pengelolan kawasan parkir

5. Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL)

• Diperlukan relokasi bagi PKL yang menempati Jalan Utama Kota. Namun demikian relokasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan PKL dan tidak semakin membebani usaha PKL

• Perlu penyediaan bangunan usaha PKL yang baik

• Diperlukan pembinaan oleh pemerintah daerah setempat melalui jalur kelembagaan PKL misalnya koperasi atau paguyuban yang memberikan berbagai macam pelatihan dan penyuluhan.

Penataan bangunan dan lingkungan merupakan bahagian tak terpisahkan dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Ternate, yang memerlukan penataan bangunan dan lingkungan dalam hal:

a. Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Penyusunan rencana tindak penataan dan revitalisasi kawasan yang dimaksud antara lain;

 Penataan dan revitalisasi kawasan bersejarah Kota Ternate

Gambar

Tabel  tersebut  menunjukkan  bahwa  kebutuhan  fasilitas  perumahan  di  kawasan  permukiman  prioritas  Dodoku  Mari  hingga  tahun  2016  membutuhkan  kurang  lebih  sebanyak  6.222 unit
Gambar 6.2 : Peta Konsep Makro Kawasan Priorotas
Gambar 6.4 : Peta strategi mikro kawasan prioritas segmen 2
Gambar 6.5 : Peta strategi mikro kawasan prioritas segmen 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji reliabilitas instrument adalah pengujian untuk membuktikan bahwa instrument yang berupa tes itu mempunyai nilai reliabiltias yang tinggi, maksudnya tes tersebut

Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada materi indahnya asmaul husna di RA

Lengan robot didesain agar dapat mengikuti gerak sesuai dengan gerakan yang dilakukan oleh gerakan lengan manusia, input pengontrol dibuat dengan potensiometer untuk

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan

MENIMBANG : a.Bahwa Tata Cara membuat Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah sampai saat ini masih mempergunakan ketentuan-ketentuan yang diatur didalam

Varietas Unggul Baru Inpari-19 layak diadopsi petani karena dari aspek teknis dapat meningkatkan hasil panen GKP, dari aspek ekonomis dapat meningkatkan keuntungan