• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN SINTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN SINTANG"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KEUANGAN DAN RENCANA PENINGKATAN

PENDAPATAN KABUPATEN SINTANG

6.1. PETUNJUK UMUM

Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM Kabupaten Sintang dilakukan untuk membuat taksiran dana yang tersedia memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Sintang, yang meliputi:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada;

3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Dalam pembahasan ini aspek keuangan yang diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut.

6.1.1. KOMPONEN KEUANGAN

6.1.1.1. KOMPONEN PENERIMAAN PENDAPATAN

Komponen Penerimaan Pendapatan Kabupaten Sintang adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah Kabupaten Sintang yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan tersebut terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen pendapatan dan gambaran umum tentang subkomponen pendapatan di daerah pada umumnya.

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sintang adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

(2)

perundangan. PAD bersumber dari :

1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.

2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan,

Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu,

Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah.

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD; dan

4. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah. B. DANA PERIMBANGAN

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan ke Kabupaten Sintang untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :

1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya alam. BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan maupun Pribadi; sedangkan BHBP antara lain : kehutanan, pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

(3)

selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan, dan bencana alam.

6.1.2. KOMPONEN PENGELUARAN BELANJA Komponen pengeluaran belanja terdiri dari:

1. Belanja Operasi 2. Belanja Modal

3. Transfer ke Desa/Kelurahan 4. Belanja Tak Terduga

6.1.3. KOMPONEN PEMBIAYAAN

Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali. Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan. Selanjutnya, Penerimaan Pendapatan dari Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dicatat pembayaran kembali; sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan Pembiayaan yang perlu dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali. 6.2. PROFIL KEUANGAN KABUPATEN SINTANG

6.2.1. KEUANGAN DAERAH

Sub bab ini menguraikan profil keuangan Kabupaten Sintang dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program KeCiptaKarya Kabupaten Sintang. Gambaran umum kondisi keuangan Kabupaten Sintang selama 5 tahun terakhir, adalah sebagai berikut:

(4)

1. Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), mencakup (i) Struktur Penerimaan; (ii) Struktur Belanja

Secara garis besar struktur APBD Kabupaten Sintang yang mencakup struktur penerimaan dan struktur belanja dapat dilihat pada tabel 6.3 dan 6.4 berikut ini:

Tabel 6.1 Struktur Penerimaan APBD Kabupaten Sintang

NO URAIAN POS

REALISASI

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1 Pendapatan Asli Daerah 45.827.281.228 72.905.694.916 103.968.416.330 108.261.409.070 97.500.000.000 97.500.000.000

2 Dana Perimbangan 905.773.480.500 1.003.346.567.374 1.146.462.781.137 1.294.363.476.154 1.332.049.177.000 1.216.284.682.000

3 Pendapatan Lain Yang Sah 16.000.000.000 40.655.635.640 248.163.449.790 271.816.588.300 352.776.823.000 349.276.823.000

TOTAL 967.600.761.728 1.116.907.897.930 1.498.594.647.257 1.674.441.473.524 1.782.326.000.000 1.663.061.505.000

Dari tabel 6.1 di atas dapat dilihat bahwa penerimaan dalam APBD Kabupaten Sintang sebagian besar berasal dari dana perimbangan. Pada periode 2013-2018 rata-rata PAD Kabupaten Sintang hanya sekitar 5,47 persen dari total APBD. Sementara kontribusi dana perimbangan justru terus menurun dari sekitar 77,30 persen pada tahun 2016 menjadi 74,74 persen pada tahun 2017. Hal ini berarti bahwa APBD Kabupaten Sintang sangat tergantung pada transfer yang berasal dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan. Akan tetapi menarik untuk dicermati bahwa meskipun masih dibawah pertumbuhan dana perimbangan yang rata-rata sekitar 28,88 persen pertahun, ternyata pertumbuhan PAD juga relatif tinggi yaitu rata-rata sekitar 17,12 persen pertahun.

Dari sisi belanja, struktur APBD Kabupaten Sintang dapat dilihat pada tabel 6.4 berikut ini.

(5)

Tabel 6.2 Struktur Belanja APBD Kabupaten Sintang NO URAIAN POS R E A L I S A S I % Pertahun 2014 2015 2016 2017 2018 1 B E L A N J A 1 Belanja Pegawai 444.354.352.066 501.251.941.348 564.036.278.338 646.723.683.380 721.959.188.380,59 9.05

2 Belanja Barang dan Jasa 323.297.872.777 344.173.291.238 385.354.996.176 343.489.700.757 195.029.500.953,76 20.38

3 Belanja Modal 234.565.329.823 368.744.096.187 429.542.758.984 348.334.696.537 290.929.360.023,87 28.47

4 Belanja Bunga 0 0 0 0 0 0

5 Belanja Subsidi 7.358.650.483 8.378.298.854 0 0 0 0

6 Belanja Hibah 33.151.198.643 72.207.829.147 37.313.154.559 51.483.000.000 35.000.000.000

7 Belanja Bantuan Sosial 2.768.370.000 503.500.000 159.111.000 2.700.000.000 1.500.000.000 20

8 Belanja Perjalanan Dinas 2,521,700,000 6,382,940,000 7,088,910,000 8,397,000,000 16,141,967,300 21.03

9 Belanja Operasional dan Pemeliharaan 2,448,240,000 28,603,520,000 19,854,750,000 22,472,180,000 77,486,889,692 5.48

10 Belanja Bantuan Keuangan/Bagi Hasil 0 3.382.241.500 0 3.334.387.684 3.461.487.301,60 4.55 11 Belanja Tidak Terduga 115.568.000 2.265.093.200 2.227.166.968 21.995.700.967 3.000.000.000 1.41

12 Lain-lain 12,724,400,000 1,905,210,000 0 0 5.21 T O T A L 217,362,250,000 261,566,830,000 257,370,510,000 272,640,600,000 424,076,641,989 2 PEMBIAYAAN DAERAH 1 Penerimaan Daerah 143.644.566.356 193.859.568.000 184.677.472.757 58.648.506.488 10.000.000.000 28.39 2 Pengeluaran Daerah 5.500.000.000 34.996.000.000 17.237.209.809 12.500.683.993 12.500.683.993 5.09 T O T A L 149.144.566.356 228.855.568.000 11,539,370,000 17,231,050,000 24,639,474,278

(6)

Dari tabel 6.2 tersebut tampak bahwa selama periode 2014-2018 belanja pegawai memperoleh proporsi terbesar dalam struktur APBD, rata-rata sekitar 45 persen. Pada tahun 2014 proporsi belanja pegawai sekitar 47 persen, setelah mengalami penurunan pada tahun 2015 dan 2016, pada tahun 2017 kembali meningkat menjadi sekitar 47,30 persen. Apabila belanja perjalanan dinas kita kategorikan juga sebagai belanja pegawai, maka angka tersebut tentu saja akan semakin besar. Penggunaan anggaran untuk belanja pegawai memiliki dampak pengganda yang kecil terutama jika dikaitkan dengan efektivitas anggaran untuk mengurangi angka pengangguran dan angka kemiskinan.

Jika kita perbandingkan antara penerimaan dan belanja, maka APBD Kabupaten Sintang menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa APBD Kabupaten Sintang cenderung surplus. Hanya pada tahun 2003 dan 2007 terjadi defisit. Berarti pemerintah Kabupaten Sintang selama ini belum dibebani oleh tekanan untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan berupa pinjaman daerah.

2. Trend perkembangan penerimaan dari: (i) Dana Perimbangan; (ii) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (iii) Penerimaan Daerah Yang Sah; Untuk mengetahui lebih jauh profil keuangan Kabupaten Sintang, dapat dilihat melalui trend perkembangan penerimaan dari Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Penerimaan Daerah Yang Sah pada tabel 6.5, 6.6, dan 6.7.

Tabel 6.3 Trend Perkembangan Dana Perimbangan

Tabel 6.5 menunjukkan bahwa selama periode 2010-2015 sebagian besar dana perimbangan bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), rata-rata sekitar 86 persen. Namun demikian jika dilihat dari kecenderungannya, tampak bahwa

No URAIAN POS R E A L I S A S I

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 14.913.000.000 13.557.000.000 19.690.000.000 20.826.000.000 26.652.128.041 20.335.421.983

2 Dana Alokasi Umum 178.641.850.000 201.810.000.000 207.729.000.000 213.446.000.000 362.536.000.000 395.220.000.000

3 Dana Alokasi Khusus 1.190.180.000 12.345.450.000 8.950.000.000 21.189.580.000 37.814.612.645 60.468.794.858

4 Lain-Lain 0 0 0 0 7.449.830.591 0

(7)

besaran proporsi DAU terus menurun dari sekitar 92 persen pada tahun 2010 menjadi sekitar 82,5 persen pada tahun 2015. Keadaan ini disebabkan oleh trend pertumbuhan DAU (7,82 persen per tahun) yang jauh lebih rendah dibandingkan trend pertumbuhan DAK (31,66 persen per tahun). Jika pada tahun 2002 besaran DAK masih lebih rendah dibanding besaran Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, maka sejak tahun 2005 besaran DAK justru menjadi lebih besar.

Trend penerimaan dari PAD dapat dilihat pada tabel 6.6.

Tabel 6.4 Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

No URAIAN POS R E A L I S A S I

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pajak Daerah 1.598.990.000 2.005.860.000 2.272.060.000 2.510.890.000 2.737.987.459 2.786.276.797 2 Retribusi Daerah 2.767.920.000 2.205.360.000 2.473.620.000 4.606.830.000 6.933.134.027 8,557,263,922 3 Hasil Kekayaan Daerah Yang Pengelolaan

Dipisahkan 0 0 399.950.000 335.320.000 335.017.345

833,993,898

4 Lain-Lain Asli Daerah Yang Sah Pendapatan 3.275.770.000 3.386.730.000 5.122.330.000 2.049.150.000 4.254.113.957 6,019,890,740

T O T A L 7.642.680.000 7.597.950.000 10.267.960.000 9.502.190.000 14.260.252.788 18.197.425.357 Dari tabel 6.6 tampak bahwa selama periode 2010-2015 kontribusi retribusi

daerah sangat dominan dalam perkembangan PAD, rata-rata sekitar 40 persen. Jika pada tahun 2010 kontribusi retribusi daerah baru sekitar 35,50 persen, maka pada tahun 2015 kontribusinya telah menjadi sekitar 47 persen. Hal ini dapat dipahami karena pertumbuhan retribusi daerah dalam perkembangan PAD memang paling tinggi yaitu rata-rata sekitar 10,33 persen per tahun. Jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain seperti pajak daerah (5,6 persen), hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (2,87 persen), dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (-0,25 persen). Secara umum rendahnya kontribusi pajak daerah juga bisa dimaklumi mengingat jenis pajak daerah kabupaten/kota sesuai dengan UU No. 34/2000 memang semuanya masuk kategori “pajak yang kurus”, yaitu jenis pajak yang potensinya relatif kecil.

Selanjutnya, trend perkembangan penerimaan daerah yang sah dapat dilihat pada tabel 6.7.

(8)

Tabel 6.5 Trend Perkembangan Penerimaan Daerah yang sah

No URAIAN POS R E A L I S A S I

2011 2011 2012 2013 2014 2015

1 Hibah 0 0 0 0 0 0

2 Dana Darurat 0 1.129.260.000 0 0 0 0

3 Penerimaan dari Pemerintah Pusat 2.860.000.000 13.349.600.000 12.517.830.000 10.840.790.000 6.651.690.600 0

4 Dana Otonomi Khusus Penyesuaian dan 0 0 0 0 0 0

5 Bagi Hasil Pajak/Bantuan Keuangan dari Provinsi /

Pemda 1.602.810.000 6.753.270.000 4.836.740.000 6.746.480.000 0 6.778.208.563

6 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 29.382.450.000 0 0 0 0 0

T O T A L 33.845.260.000 21.232.130.000 17.354.570.000 17.587.270.000 6.651.690.600 6.778.208.563

Dari tabel 6.7 tampak bahwa selama periode 2010-2015 perkembangan penerimaan daerah yang sah sebagian besar berasal dari penerimaan dari pemerintah pusat dan bantuan keuangan dari pemerintah provinsi. Akan tetapi jika dilihat dari kecenderungannya, akan tampak bahwa penerimaan dari pemerintah pusat terus mengalami penurunan, rata-rata sekitar -13,93 persen per tahun. Sementara bantuan keuangan dari pemerintah provinsi terus meningkat, rata-rata sekitar 12,32 persen per tahun. Bahkan pada tahun 2007 satu-satunya penerimaan daerah yang sah hanya berasal dari bantuan keuangan dari pemerintah provinsi, yaitu sebesar Rp 6,8 Milyar.

6.2.2. KEUANGAN PERUSAHAAN DAERAH

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang penyediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat. Keberadaan PDAM sebagai unsur pelayanan publik harus mengutamakan dimensi sosial (sosial oriented). Hal ini tercermin di dalam penetapan harga produk lebih mempertimbangkan kemampuan masyarakat, namun di samping fungsinya sebagai unsur pelayanan publik juga tidak terlepas dari dimensi ekonomi yaitu mencari keuntungan (profit oriented) yang merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690-069 tahun 1992, tentang Pola Petunjuk Teknis ditegaskan bahwa PDAM mempunyai fungsi pokok pelayanan umum kepada masyarakat, sehingga di dalam menjalankan fungsinya tersebut PDAM harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanan dan diharapkan mampu memberikan sumbangan kepada Pemerintah Daerah dalam fungsinya sebagai sumber pendapatan asli daerah. Oleh karena itu

(9)

perlu penyelenggaraan dan pembinaan PDAM yang didasarkan pada asas ekonomi yang sehat.

Selanjutnya dalam Kepmendagri Nomor 47 tahun 1999, tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan air minum kepada masyarakat baik secara kualitas dan kuantitas, PDAM harus dikelola oleh direksi yang profesional. Untuk mengetahui keberhasilan direksi dalam pengelolaannya dilakukan penilaian terhadap kinerjanya pada setiap akhir tahun. Penilaian kinerja membantu manajemen untuk memastikan bahwa sumber-sumber sudah dipakai secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Alat ukur untuk menilai kinerja dapat berupa ukuran dari aspek keuangan dan non keuangan. Dari aspek keuangan, secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi/laba, dan laporan aliran kas. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (snapshot keuangan perusahaan), yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut. Laporan rugi/laba merupakan laporan prestasi perusahaan selama

jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapshot, maka

laporan rugi/laba mencakup suatu periode tertentu. Dimana laba bersih merupakan selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya. Pendapatan mengukur aliran masuk aset bersih (setelah dikurangi hutang) dari penjualan barang atau jasa. Biaya mengukur aliran keluar aset bersih karena digunakan atau dikonsumsikan untuk memperoleh pendapatan. Sedangkan pendapatan dibedakan menjadi pendapatan operasional yaitu pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan pokok perusahaan atau pendapatan non operasional (atau pendapatan lain-lain) yang dihasilkan oleh kegiatan sampingan perusahaan.

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari peristiwa-peristiwa yang setidak-tidaknya bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya dan dinyatakan dalam uang serta penafsiran dari hal-hal yang ditimbulkannya. Saat ini, banyak PDAM memiliki kinerja yang kurang baik, karena keterbatasan di bidang keuangan. Permasalahan tersebut juga dihadapi oleh PDAM Kabupaten Sintang yang kinerjanya belum mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai konsumen yang harus dilayani dengan baik dan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah belum ada kontribusinya, karena mengalami kerugian.

(10)

Analisis laporan keuangan dapat dilakukan melalui analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal melihat perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun, sedangkan analisis vertikal (common size statement) adalah analisis yang dilakukan dengan cara menghitung proporsi pos-pos dalam Neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu Laporan Laba Rugi dengan jumlah tertentu laporan Laba Rugi. Misal proporsi piutang terhadap jumlah aktiva lancar, proporsi aktiva lancar terhadap jumlah aktiva, dan proporsi hutang lancat terhadap total hutang. Analisis Vertikal dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Rasio, sedangkan analisis horisontal dilakukan dengan melihat trend atau kecenderungan perubahan pos tertentu selama beberapa periode.

6.2.2.1. Analisis Vertikal A. Rasio Likuiditas

Mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajiban atau utang jangka pendek yang dimilikinya. Rasio likuiditas dapat diukur dengan Rasio Lancar (Current Ratio) dan Rasio Kas (Cash Ratio).

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutupi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek.

Current Ratio =

Lancar Kewajiban

Lancar Aktiva

Tabel 6.6 Rasio Lancar

Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Current

Ratio 2010 895,098,880.40 5,208,287,369.49 17,18% 2011 1,024,752,018.74 7,615,770,634.82 13,45% 2012 1,160,176,540.14 11,746,701,318.62 9,87% 2013 1,116,647,502.59 14,853,356,664.63 7,52% 2014 1,457,347,304.99 18,899,689,485.32 7,71% 2015 2,040,602,898.31 24,208,432,685.95 8,43%

(11)

Rasio Lancar pada PDAM Kabupaten Sintang menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini memberikan indikasi bahwa perusahaan mungkin tidak dapat membayar tagihan-tagihannya di masa mendatang. Pada tahun 2007 Rasio Lancar menunjukkan angka 8,43% yang menunjukkan bahwa aktiva lancar hanya mampu menutupi 8,43% kewajiban lancar. Pada umumnya berdasarkan rule of thumb prinsip kehati-hatian rasio 2:1 dianggap kurang baik, sedangkan rasio lancar PDAM Kab. Sintang tahun 2007 adalah 0.0843:1 yang menunjukan kondisi yang jauh dari ideal.

2. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini menunjukkan ketersediaan kas untuk membayar kewajiban/utang yang akan segera jatuh tempo.

Cash Ratio =

Lancar Kewajiban

Kas

Tabel 6.7 Rasio Kas

Tahun Kas Kewajiban Lancar Cash Ratio

2010 153,366,908 5,208,287,369.49 2.94% 2011 96,231,314 7,615,770,634.82 1.26% 2012 90,806,184 11,746,701,318.62 0.77% 2013 49,413,992 14,853,356,664.63 0.33% 2014 158,714,273 18,899,689,485.32 0.83% 2015 647,233,230 24,208,432,685.95 2.67%

Rasio Kas pada PDAM Kabupaten Sintang menunjukkan nilai yang sangat rendah. Pada tahun 2015 Rasio Kas hanya mampu membayar 2,67% kewajiban lancar yang akan jatuh tempo.

B. Rasio Leverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan dimodali oleh utang disamping modal sendiri. Untuk mengukur rasio ini dapat menggunakan Debt to total Assets Ratio (rasio total utang terhadap total aktiva). Debt to total Assets Ratio (rasio total utang terhadap total aktiva) mengukur persentase total aktiva yang diperoleh dari utang kepada kreditur.

(12)

Trend Rugi (3,861,768,296.74) (3,563,285,780.07) (2,370,894,487.53) (1,382,414,229.54) (1,243,142,557.78) (2,071,846,711.54) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun K e ru g ia n

Debt to total assets =

Aktiva

Total

g

tan

U

Total

Tabel 6.8 Debt to total assets

Tahun Aktiva Total Kewajiban Total Debt to total assets

2010 15,572,922,666 15,039,642,905 96.57% 2011 15,989,121,952 16,838,256,421 105.31% 2012 19,759,143,449 20,366,470,134 103.07% 2013 20,268,558,479 22,947,731,875 113.22% 2014 28,733,573,517 26,711,148,966 92.96% 2015 29,863,364,146 31,702,707,892 106.16%

Pada tahun 2015 rasio debt to total assets mencapai angka 106.16%. Hal ini menunjukkan bahwa total nilai assets jauh lebih rendah dari nilai utang yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga jika perusahaan (PDAM Kabupaten Sintang) ditutup maka nilai assets belum mencukupi untuk menutupi nilai utang perusahaan. Hal ini sangatlah tidak wajar, dan terjadi karena kerugian yang terus dialami oleh PDAM Kabupaten Sintang.

6.2.2.2. Analisis Horisontal / Analisis Kecenderungan (Trend) A. Trend Laba Rugi

Selama lima tahun terakhir, PDAM Kab. Sintang mengalami kerugian. Kerugian terjadi karena pendapatan yang diperoleh tidak mempu untuk menutupi beban yang dikeluarkan untuk operasional PDAM Kab Sintang. Kerugian yang paling besar terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp. 3.861.768.296,74.

(13)

Trend Kewajiban/Utang Jangka Panjang 7,811,459,481 7,494,275,206 8,094,375,210 8,619,768,815 9,222,485,786 9,831,355,536 -2,000,000,000 4,000,000,000 6,000,000,000 8,000,000,000 10,000,000,000 12,000,000,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun K ew aj iba n

Trend Kewajiban/Utang Jangka Pendek

5,208,287,3697,615,770,635 11,746,701,319 14,853,356,665 18,899,689,485 24,208,432,686 -5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 30,000,000,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Ke w aj ib an /U ta ng

B. Trend Utang/Kewajiban Jangka Panjang

Jumlah kewajiban jangka panjang menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun. Kewajiban jangka panjang PDAM terdiri dari Hutang jangka panjang, Uang jaminan langganan, dan Cadangan Dana Meter. Penurunan jumlah Utang jangka panajang menunjukkan bahwa PDAM tidak pernah melakukan pinjaman jangka panjang baru selama lima tahun terakhir (2010-2015). Kewajiban Jangka Panjang Biasanya digunakan untuk membiayai pembelian aktiva tetap. Pada Tahun 2007 Jumlah Kewajiban jangka panjang PDAM sebesar Rp. 7.494.275.206,00.

Gambar 6.2 Trend Utang/Kewajiban Jangka Panjang

C. Trend Utang/Kewajiban Jangka Pendek

Jumlah kewajiban jangka pendek menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Kewajiban jangka pendek PDAM Kabupaten Sintang terdiri dari Hutang Usaha, Hutang Non Usaha, Hutang Pajak, Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo, Biaya Yang Masih Harus Dibayar, Hutang Lainnya. Pada Tahun 2007 Jumlah Kewajiban jangka pendek PDAM Kabupaten Sintang sebesar Rp. 24.208.432.686,- . Kenaikan Utang jangka pendek setiap tahun menunjukkan bahwa PDAM Kabupaten Sintang memiliki kewajiban terutama untuk menutupi operasional perusahaan. Komposisi Utang jangka pendek terbesar berada pada pos Biaya yang masih harus dibayar sebesar Rp. 16.132.817.971,40 .

(14)

6.2.2.3. Kesimpulan Laporan Keuangan PDAM.

Dari hasil Analisis Vertikal dan Analisis Horisontal, menunjukkan bahwa kondisi keuangan PDAM Kabupaten Sintang sangat tidak ideal. PDAM Kabupaten Sintang selalu merugi selama lima tahun terakhir. Sebagai suatu perusahaan daerah yang menyediakan hajat hidup orang banyak, PDAM Kabupaten Sintang terikat pada berbagai aturan, sehingga dalam penentuan tarif atau harga air yang disalurkan harus mematuhi aturan yang ditetapkan. Sehingga PDAM Kabupaten Sintang tidaklah dapat dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang sifatnya komersil. Tetapi Perbandingan dapat dilakukan dengan membandingkan antara PDAM Kabupaten Sintang dengan Kabupaten lainnya diwilayah lain yang memiliki karakteristik daerah yang kurang lebih sama dengan karakteristik Kabupaten Sintang.

Kerugian dapat dikurangi antara lain dengan cara menaikkan tarif atau dengan beroperasi secara lebih efisien. Beroperasi secara lebih efisien dapat dilakukan dengan mencari sumber air yang jernih sehingga dapat mengurangi biaya pemrosesan, tetapi mungkin akan berdampak pada diperlukannya investasi jaringan air yang baru.

6.3. PERMASALAHAN DAN ANALISA KEUANGAN DAERAH 6.3.1. Kondisi Keuangan Pemerintah Kab. Sintang

Secara umum terjadi trend kenaikan penerimaan daerah Kab. Sintang untuk kurun waktu 2010-2015. Persoalannya adalah bahwa penerimaan dana perimbangan berperan sangat dominan dalam struktur pendapatan daerah, dan kontribusinya cenderung bertambah besar. Pada tahun 2010, kontribusi dana perimbangan dalam penerimaan daerah sebesar 82,44%, dan tahun 2005 meningkat menjadi 91,06%, dan naik lagi menjadi 92,50% pada tahun 2015. Kecenderungan meningkatnya kontribusi dana perimbangan lebih dikarenakan terbatasnya kemampuan fiskal daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan daerah. Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah selama tahun 2002-2007 berkisar antara 2,80%-3,50%. Kontribusi PAD tahun 2002 sebesar 3,24% , dan mengalami sedikit kenaikan menjadi 3,39% tahun 2005. Pada tahun 2006 turun lagi menjadi 3,13%. Untuk tahun 2007, kontribusinya sebesar 3,45% dari total pendapatan daerah.

(15)

Komponen terbesar dari PAD bersumber dari penerimaan Retribusi Daerah. Penerimaan pajak daerah selama tahun 2002-2007 menyumbang rata-rata sekitar 21,73% dalam PAD, sedangkan retribusi daerah rata-rata sekitar 38,86%. Kondisi masing-masing komponen penerimaan dapat dilihat pada tabel 6.11 dan 6.12.

(16)

Tabel 6.9 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kab. Sintang, Tahun 2002-2007 REALISASI 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1 Pajal Hotel 66,753,700 26,546,000 26,259,300 29,934,700 31,191,300 71,250,200 2 Pajak Restoran 0 42,492,000 43,749,000 49,549,500 59,662,000 68,229,000 3 Pajak Hiburan 52,264,100 49,668,250 38,652,000 42,964,650 41,644,100 55,400,850 4 Pajak Reklame 15,049,031 22,417,390 27,078,500 39,855,600 35,431,861 54,363,119

5 Pajak Penerangan Jalan 1,366,546,405 1,769,725,110 2,050,636,795 2,250,620,985 2,368,745,085 2,359,796,230 6 Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. C 83,443,807 79,753,911 68,876,986 58,115,664 182,513,113 149,601,398

7 Pajak Parkir 0 15,255,000 16,810,000 20,300,500 10,800,000 14,400,000

8 Pajak Pengel. & Pengusahaan S.B.Walet 0 0 0 19,546,600 8,000,000 13,236,000

9 Pajak Pemanf. Air Bwh Tanah & Permukaan 14,936,600 0 0 0 0 0

Total Pajak Daerah 1,598,993,643 2,005,857,661 2,272,062,581 2,510,888,199 2,737,987,459 2,786,276,797

No JENIS PENERIMAAN

(17)

Tabel 6.10 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kab. Sintang, Tahun 2002-2007

REALISASI

2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 1,484,999,131 795,812,704 815,504,976 2,254,172,797 4,085,503,487 5,831,886,265 2 Retribusi Pelayanan Persampahan & Kebersihan 19,484,375 19,003,375 17,330,438 77,113,103 188,449,000 230,687,500 3 Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP, KK & Capil 378,217,500 384,121,000 467,499,000 647,329,000 510,288,000 495,977,500

4 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum 15,850,000 0 0 0 12,035,000 19,450,000

5 Retribusi Pelayanan Pasar 198,852,000 246,563,000 261,016,500 266,748,500 282,786,000 304,148,000 6 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 17,428,000 18,002,000 21,854,000 30,225,500 27,002,000 34,283,000 7 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 75,298,706 86,438,090 67,992,626 61,839,480 88,068,300 62,227,500 8 Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan Jeruk 0 0 25,816,000 175,158,000 207,941,000 172,085,000 9 Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan TPI 210,366,683 277,703,581 152,858,000 166,173,017 362,483,623 453,005,876

10 Retribusi Terminal 40,129,000 36,101,000 42,927,390 45,650,200 42,398,000 45,651,000

11 Retribusi Tempat Khusus Parkir 0 0 0 0 0 1,200,000

12 Retribusi Rumah Potong Hewan 54,975,700 46,339,900 55,400,700 56,121,900 60,593,200 18,133,500 13 Retribusi Penyeberangan di atas Air 35,481,200 40,615,000 43,970,000 44,382,600 46,466,050 60,280,000 14 Retribusi Tempat Pendaratan Kapal 39,735,100 41,004,000 37,730,000 40,763,200 35,001,995 41,820,000 15 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 105,727,000 83,000,100 148,911,385 279,417,270 302,526,431 310,940,863 16 Retribusi Izin Gangguan 80,373,950 106,080,800 126,164,525 178,951,100 164,170,190 113,654,238

17 Retribusi Izin Trayek 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,120,500 6,125,000 6,120,000

18 Retribusi Izin Usaha Perikanan 0 0 3,400,000 5,765,000 5,088,000 5,595,000

19 Retribusi Izin Pengambilan Hasil Hutan Ikutan 5,000,000 2,250,000 9,000,000 1,576,000 2,453,350 3,086,680

20 Retribusi Izin Usaha Konstruksi 0 16,325,000 24,050,000 9,775,000 22,775,000 52,025,000

21 Retribusi Izin usaha Perdagangan 0 0 47,792,970 52,515,000 120,225,000 107,100,000

22 Retribusi Izin usaha Perkebunan 0 0 98,400,000 74,000,000 338,091,000 179,431,000

23 Retribusi izin usaha pertambangan umum 0 0 0 131,848,000 19,461,500 4,712,000

24 Retribusi pelayanan bidang koperasi 0 0 0 3,189,770 3,202,900 3,764,000

Total Retribusi Daerah 2,767,918,345 2,205,359,550 2,473,618,510 4,608,834,937 6,933,134,026 8,557,263,922

No JENIS PENERIMAAN

(18)

Gambaran kondisi keuangan tersebut mengindikasikan adanya berbagai persoalan/permasalahan berkenaan dengan penguatan kapasitas fiskal daerah dalam kaitannya dengan penyusunan RPIJM Kab. Sintang. Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain sebagai berikut:

1. Belum efektifnya pelaksanaan bimbingan teknis, pembinaan dan

penertiban pajak daerah. Kondisi ini menjadikan kemampuan perpajakan lokal (local taxing power) relatif rendah. Indikasinya, sangat dominannya penerimaan pajak yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan (PPJ).

2. Pembinaan dan penertiban pengelolaan retribusi daerah masih berhadapan

dengan kepentingan sektoral.

3. Aplikasi sumber pendapatan daerah belum disertai dengan sistem dan prosedur yang efektif untuk menggali sumber-sumber PAD yang potensil. Program intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan terkendala dengan adanya perubahan peraturan tentang pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah.

4. Pemutakhiran data wajib pajak dan wajib retribusi daerah belum optimal dilaksanakan.

5. Keterbatasan sarana dan prasarana, serta personil lapangan yang terbatas sehingga menjadikan belum optimalnya penagihan dan pemungutan pajak dan retribusi daerah.

6. Belum optimalnya sistem informasi layanan publik bidang pendapatan dan

pemungutan daerah.

7. Masih terbatasnya pembentukan jaringan pengelolaan pendapatan daerah.

8. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

6.3.2. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kab. Sintang

Kemampuan Pemerintah Kab. Sintang untuk menggali sumber-sumber keuangannya sangat menentukan dalam upaya memenuhi kebutuhan pelayanan publik, penyediaan inprastruktur yang semakin meningkat, maupun dalam penyediaan investasi di daerah. Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa kemampuan keuangan daerah mempunyai implikasi yang sangat luas dan

(19)

menjadi determinan penting dalam menentukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di daerah.

Dalam kaitannya dengan penyusunan RPIJM, dipandang perlu untuk memperkirakan kemampuan keuangan daerah Kab. Sintang, meliputi: proyeksi penerimaan dan belanja, proyeksi PAD dan Dana Perimbangan, serta proyeksi public saving.

6.3.2. Proyeksi Penerimaan dan Belanja

Dalam penyusunan RPIJM Kab. Sintang, proyeksi kemampuan penerimaan dan belanja daerah untuk lima tahun mendatang (2008-2012) dapat dilihat pada tabel 6.13 dan 6.14 berikut ini:

(20)

Tabel 6.11 Proyeksi Penerimaan Kab. Sintang, Tahun 2008-2012

Tabel 6.12 Proyeksi Belanja Kab. Sintang, Tahun 2008-2012

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Belanja Operasi

Belanja Pegawai 152,089,265,043 254,881,588,332 67.59 6.00 243,342,824,069 267,677,106,476 281,060,961,799 295,114,009,889 309,869,710,384

Belanja Barang dan Jasa 64,667,665,701 138,500,354,308 114.17 4.00 144,040,368,480 149,801,983,219 155,794,062,548 162,025,825,050 170,127,116,302

Belanja Bunga 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0 0

Belanja Subsidi 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0 0

Belanja Hibah 0 0 0.00 0.00 0 0 0 0 0

Belanja Bantuan Sosial 0 13,542,036,850 100.00 1.00 14,083,718,324 14,083,718,324 14,083,718,324 14,647,067,057 14,647,067,057

Belanja Perjalanan Dinas 16,141,967,300 22,539,537,000 39.63 2.00 16,949,065,665 17,457,537,635 17,806,688,388 18,162,822,155 18,344,450,377

Belanja Operas. & Pmlharaan 77,486,889,692 0 -100.00 6.00 80,586,365,280 84,615,683,544 89,692,624,556 95,971,108,275 103,648,796,937

2 Belanja Modal 81,417,105,211 108,110,726,309 32.79 28.00 124,327,335,255 136,760,068,781 177,788,089,415 222,235,111,769 300,017,400,888

3 Belanja Bantuan Keu./Bagi Hasil 31,940,235,042 0 -100.00 5.00 32,898,442,093 34,543,364,198 36,270,532,408 38,084,059,028 40,369,102,570

4 Belanja Tidak Terduga 333,514,000 1,000,000,000 199.84 0.00 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000 1,000,000,000

424,076,641,989 538,574,242,799 657,228,119,166 705,939,462,176 773,496,677,438 847,240,003,224 958,023,644,515

Total Belanja Daerah

No B E L ANJ A DAE R AH R E AL IS AS I % P ertahun P ertumbuhan% P royeks i P R O Y E K S I

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1 Dana Perimbangan 427,002,740,686 487,742,325,578 14.22 10.56 611,742,974,996 663,924,571,496 741,142,080,656 815,051,650,601 934,620,453,287

2 Pendapatan Asli Daerah 14,260,252,788 18,197,425,357 27.61 14.43 19,674,473,661 22,248,301,895 25,357,385,551 29,933,053,787 33,873,682,941

3 Lain-Lain Pendapatan 6,651,690,600 21,352,368,725 221.01 4.00 22,419,987,161 23,540,986,519 24,718,035,845 25,953,937,638 27,251,634,519 447,914,684,074 527,292,119,660 653,837,435,818 709,713,859,910 791,217,502,052 870,938,642,026 995,745,770,747

Total Penerimaan Daerah

% Proyeks i Pertumbuhan

P R O Y E K S I

No PE NE R IMAAN DAE R AH

R E AL IS AS I

% Pertahun

(21)

Berdasarkan proyeksi komponen-komponen utama belanja daerah menunjukkan bahwa akumulasi belanja modal serta belanja operasi dan pemeliharaan di Kab. Sintang masih lebih besar dibandingkan dengan akumulasi belanja rutin khususnya untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja perjalanan dinas daerah. Kondisi ini membuka peluang cukup besar bagi peningkatan program dan kegiatan Keciptakarya Kabupaten Sintang di masa mendatang.

6.3.3. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kab. Sintang dalam kaitan dengan penyusunan RPIJM untuk lima tahun mendatang (2008-2012) dapat dilihat pada tabel 6.15 dan 6.16.

(22)

Tabel 6.13

Proyeksi PAD Kab. Sintang, Tahun 2008-2012

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1 Retribusi Daerah 6,933,134,027 8,557,263,922 23.43 15.00 9,412,990,314 10,824,938,861 12,448,679,691 14,938,415,629 16,432,257,191

2 Pajak Daerah 2,737,987,459 2,786,276,797 1.76 20.00 3,064,904,477 3,524,640,148 4,229,568,178 5,075,481,813 6,090,578,176

3 Hsl Pengel. Kkyaan Daerah Yg Dipshkan 335,017,345 833,993,898 148.94 8.00 875,693,593 945,749,080 1,030,866,498 1,123,644,482 1,236,008,931

4 Lain-Lain PAD Yang Sah 4,254,113,957 6,019,890,740 41.51 12.00 6,320,885,277 6,952,973,805 7,648,271,185 8,795,511,863 10,114,838,642 14,260,252,788 18,197,425,357 19,674,473,661 22,248,301,895 25,357,385,551 29,933,053,787 33,873,682,941

No K omponen PAD

R E AL IS AS I

% Pertahun % Proyeks i

Pertumbuhan

P R O Y E K S I

Total PAD

Tabel 6.14

Proyeksi Dana Perimbangan Kab. Sintang, Tahun 2008-2012

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1 Dana Alokasi Umum 362,536,000,000 395,220,000,000 9.02 11.00 513,786,000,000 560,026,740,000 627,229,948,800 689,952,943,680 793,445,885,232

2 Dana Alokasi Khusus 37,814,612,645 60,181,000,000 59.15 9.00 63,190,050,000 66,349,552,500 72,984,507,750 80,282,958,525 92,325,402,304

3 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 26,652,128,041 32,341,325,578 21.35 8.00 34,766,924,996 37,548,278,996 40,927,624,106 44,815,748,396 48,849,165,751 427,002,740,686 487,742,325,578 611,742,974,996 663,924,571,496 741,142,080,656 815,051,650,601 934,620,453,287

Total Dana Perimbangan

(23)

Berdasarkan proyeksi komponen-komponen pokok PAD menunjukkan bahwa untuk lima tahun mendatang (2008-2012) penerimaan retribusi daerah masih memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan PAD Kab. Sintang. Proporsi terbesar dalam bentuk penerimaan retribusi mengindikasikan bahwa PemKab. Sintang memiliki kemampuan dalam penyediaan jasa pelayanan publik. Potensi penerimaan PAD lainnya adalah dari sektor pajak daerah, meskipun selama ini penerimaan pajak daerah masih lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan retribusi. Penerimaan pajak masih berpeluang untuk ditingkatkan apabila disertai dengan strategi intensifikasi objek pajak secara efektif, serta peningkatan kegiatan bimbingan dan penyuluhan terhadap wajib pajak.

Sementara, penerimaan Dana Perimbangan untuk lima tahun mendatang (2008-2012) masih tetap mengandalkan kontribusi dari Dana Alokasi Umum (DAU). Namun secara bertahap perlu diupayakan agar proporsi DAU terhadap total penerimaan daerah semakin menurun.

6.3.2.3. Proyeksi Public Saving

Public Saving merupakan akumulasi penerimaan dari PAD, BHP/BHBP, DAU,

dan DAK dikurangi dengan total belanja wajib berupa belanja daerah dan kewajiban daerah/pembiayaan daerah. Kondisi eksisting potensi tabungan masyarakat di Kab. Sintang tahun 2002-2007 dapat dilihat pada tabel 6.17.

Tabel 6.15 Public Saving di Kab. Sintang, Tahun 2002-2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007 I PENERIMAAN 1 PAD 7,642,684,957 7,597,951,036 10,267,953,096 9,587,012,431 14,674,866,467 18,197,425,357 27.62 3.68 2 BHP/BHBP 14,913,000,000 13,557,000,000 19,690,000,000 20,826,000,000 26,652,128,041 20,335,421,983 7.27 4.11 3 DAU 178,641,850,000 201,810,000,000 207,729,000,000 213,446,000,000 362,536,000,000 395,220,000,000 24.25 79.97 4 DAK 1,190,180,000 12,345,450,000 8,950,000,000 21,189,580,000 37,814,612,645 60,468,794,858 996.13 12.24 II BELANJA WAJIB 1 Pembelanjaan 138,621,100,000 261,565,830,000 257,370,510,000 272,640,600,000 424,076,641,989 538,574,242,799 20.10 97.95 2 Pembiayaan 0 5,023,300,000 0 0 0 11,275,123,139 28.03 2.05 63,766,614,957 -31,278,728,964 -10,733,556,904 -7,592,007,569 17,600,965,164 -55,627,723,740 20.10 100.00 Propors i (%) Public Saving

(24)

Selama tahun 2002-2007, tampak bahwa potensi tabungan masyarakat di Kab. Sintang sangat fluktuatif, dan hanya pada tahun 2002 dan 2006 public saving cukup memadai. Mencermati kondisi keuangan Kab. Sintang, diperkirakan potensi tabungan masyarakat yang dapat digunakan untuk bidang PU/Cipta Karya di Kab. Sintang diperkirakan mendekati angka 20%.

Terkait dengan proyeksi penerimaan dan belanja daerah Kab. Sintang serta perkiraan kemampuan pinjaman yang dapat dialokasikan untuk bidang bidang PU/Cipta Karya, maka diproyeksikan debt service coverage ratio (DSCR) Kab. Sintang sebagaimana disajikan pada tabel 6.18.

DSCR = Lain Biaya Bunga Pinjaman Pokok Belanja BHBP BHP DAK DAU PAD       / ) (

(25)

Tabel 6.16

Proyeksi DSCR di Kab. Sintang, Tahun 2002-2007

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Rasio Perhitingan DSCR n.a n.a n.a n.a -6 -5 -2 -1 3

2 PAD 14,260,252,788 18,197,425,357 27.61 14.5 19,674,473,661 22,248,301,895 25,357,385,551 29,933,053,787 33,873,682,941

3 BHP/BHBP 26,652,128,041 32,341,325,578 21.35 8.00 34,766,924,996 37,548,278,996 40,927,624,106 44,815,748,396 48,849,165,751

4 DAU 362,536,000,000 395,220,000,000 9.02 11.00 513,786,000,000 560,026,740,000 627,229,948,800 689,952,943,680 793,445,885,232

5 DAK 37,814,612,645 60,181,000,000 59.15 9.50 63,190,050,000 66,349,552,500 72,984,507,750 80,282,958,525 92,325,402,304

6 Belanja 424,076,641,989 538,574,242,799 41.53 9.00 657,228,119,166 705,939,462,176 773,496,677,438 847,240,003,224 958,023,644,515

7 Angsuran Pokok Pinjaman 0 0 0 0 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000

8 Angsuran Bunga Pinjaman 0 0 0 0 480,000,000 480,000,000 480,000,000 480,000,000 480,000,000

9 Biaya lain-lain 0 0 0 0 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000

DSCR n.a n.a -6 -5 -2 -1 3

(26)

Dalam kaitannya dengan penyusunan RPIJM, besaran pinjaman yang dapat dilakukan untuk kegiatan Bidang PU/Cipta Karya di Kab. Sintang maksimum sebesar Rp 17,5 Milyar, dengan asumsi jangka waktu pengembalian pinjaman selama 5 tahun. Dari besaran pinjaman dan jangka waktu pengembaliannya, persyaratan pinjaman dipandang sesuai dengan ketentuan mengingat pada tahun 2012 nilai DSCR=3. Nilai pinjaman dimungkinkan lebih besar lagi manakala kemampuan penerimaan keuangan meningkat dari yang diperkirakan, serta pelunasan pinjaman dalam rentang waktu yang lebih lama (pinjaman jangka panjang).

6.4. Analisa Tingkat Ketersediaan Dana

Ketersediaan dana Pemerintah Kab. Sintang sangat menentukan bagi proses penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan maupun pelayanan, termasuk dalam kaitannya dengan penyusunan RPIJM Kab. Sintang. Kemampuan keuangan dapat dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Secara keseluruhan, ketersediaan dana di Kabupaten Sintang selama tahun 2002-2007 meningkat rata-rata sebesar 24,64% per tahun. Pertumbuhan penerimaan dana perimbangan pada periode yang sama rata-rata sebesar 30,09% per tahun, dan kontribusinya terhadap penerimaan daerah rata-rata sebesar 89,94% per tahun.

Ketersediaan dana di Kab. Sintang juga tidak terlepas dari dukungan penerimaan PAD, meskipun nilainya jauh lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan dana perimbangan. PAD sebagai indikator derajat kemandirian fiskal daerah (local fiscal autonomy) diperoleh dari hasil penerimaaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pertumbuhan penerimaan PAD di Kab. Sintang selama tahun 2002-2007 rata-rata sebesar 27,62% per tahun, dan kontribusnya terhadap penerimaan daerah rata-rata sebesar 3,35% per tahun.

(27)

Komponen terbesar dari PAD bersumber dari penerimaan Retribusi Daerah. Penerimaan pajak daerah selama tahun 2002-2007 menyumbang rata-rata sekitar 21,73% dari total penerimaan PAD, dengan pertumbuhan sekitar 14,85% per tahun. Sedangkan penerimaan retribusi daerah menyumbang rata-rata sekitar 38,86% dari total penerimaan PAD, dengan pertumbuhan sekitar 41,83% per tahun.

6.4.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, sumber keuangan internal PemKab. Sintang dalam bentuk tabungan masyarakat (public saving) cenderung fluktuatif dan nilainya relatif rendah. Kondisi demikian menjadikan kemampuan keuangan daerah Kab. Sintang masih sangat tergantung pada sumber-sumber eksternal khususnya dari pemerintah pusat dalam bentuk penerimaan dana perimbangan. Sementara, penerimaan dari pemerintah provinsi relatif terbatas dan lebih mengandalkan pada penerimaan bagi hasil pajak khususnya PKB/BBN-KB dan PKA/BBN-KA.

Untuk penerimaan pinjaman yang sifatnya diusahakan sendiri, selama ini belum dilakukan mengingat kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas untuk pemenuhan angsuran pokok dan angsuran bunga pinjaman. Sementara sumber dana dari partisipasi pihak swasta dan swadaya masyarakat masih belum bisa diandalkan.

Berdasarkan kondisi eksisting sumber pendanaan eksternal di Kabupaten Sintang tahun 2002-2007, terkaitan dengan penyusunan RPIJM maka diestimasi sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiayai bidang PU/Cipta Karya sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6.19

(28)

Tabel 6.17 Estimasi Sumber Dana Eksternal untuk membiayai Bidang PU/Cipta

Karya di Kab. Sintang, Tahun 2008-2012

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Bantuan Pemerintah Pusat 6,651,690,600 0 (100.00) 20.54 8,647,197,780 9,511,917,558 11,414,301,070 13,697,161,284 15,751,735,476 2 Bantuan Pemerintah Pusat 7,449,830,591 6,778,208,563 (9.02) 13.27 7,456,029,419 8,201,632,361 9,431,877,215 10,375,064,937 11,412,571,431 3 Pinjaman 0 0 0.00 0.00 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000 3,500,000,000

Total 14,101,521,191 6,778,208,563 19,603,227,199 21,213,549,919 24,346,178,285 27,572,226,220 30,664,306,907

% Proyeksi Pertumbuhan

P R O Y E K S I

No S umber pendanaan eksternal

REALIS AS I

% Pertahun

Berdasarkan tabel 6.18 menunjukkan bahwa dengan asumsi diperoleh dana bantuan dan atau sumber dana eksternal berupa bantuan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pinjaman daerah maka diperoleh estimasi ketersediaan dana untuk membiayai bidang PU/Cipta Karya rata-rata sebesar Rp 23,169 Milyar. Sumber pendanaan eksternal diupayakan dari pemerintah pusat, yakni rata-rata Rp 11,804 Milyar per tahun, dari dana pemerintah provinsi rata Rp 7,865 Milyar per tahun, dan dari dana pinjaman rata-rata sebesar Rp 3,5 Milyar per tahun.

6.4.2. Analisis Keuangan Perusahaan

Mencermati kondisi keuangan PDAM sebagai satu-satunya perusahaan daerah yang dimiliki PemKab. Sintang menunjukkan bahwa secara umum kondisi keuangan perusahaan menunjukkan kinerja yang kurang sehat, dikarenakan terus merugi. Kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan PDAM Kab. Sintang (neraca, laporan rugi/laba, dan laporan aliran kas)

menunjukkan posisi yang cukup mengkhawatirkan sebagai business coorporate

yang dikelola oleh Pemda.

Tabel 6.18 Indikator Keuangan PDAM Kab. Sintang, Tahun 2010-2015

Tahun

Indikator Keuangan (%)

Current Ratio Cash Ratio Debt to Total Assets

2010 17,18 2,94 96,57

(29)

Tahun

Indikator Keuangan (%)

Current Ratio Cash Ratio Debt to Total Assets

2012 9,87 0,77 103,07

2013 7,52 0,33 113,22

2014 7,71 0,83 92,96

2015 8,43 2,67 106,16

Kemampuan keuangan PDAM Kab. Sintang terus menurun. Kondisi keuangan tahun 2007 menunjukkan PDAM semestinya tidak beroperasi lagi. Rasio lancar berada pada angka yang kritis, dikarenakan perusahaan kemungkinan tidak dapat memenuhi kewajibannya di masa mendatang. Selanjutnya, Rasio kas hanya mampu memenuhi 2,67% kewajiban lancar yang akan jatuh tempo.

Sementara, rasio utang kepada kreditur terhadap total aktiva mencapai angka yang sangat tidak wajar, dikarenakan nilai utang perusahaan lebih besar total nilai asset. Artinya, nilai asset belum mencukupi untuk menutupi nilai utang PDAM Kabupaten Sintang manakala perusahaan ini sudah tidak beroperasi lagi/ditutup.

Gambar

Tabel 6.1 Struktur Penerimaan APBD Kabupaten Sintang
Tabel 6.2 Struktur Belanja APBD Kabupaten Sintang  NO  URAIAN  POS  R E A L I S A S I  %  Pertahun  2014  2015  2016  2017  2018  1  B E L A N J A                       1  Belanja Pegawai  444.354.352.066  501.251.941.348  564.036.278.338  646.723.683.380
Tabel 6.3 Trend Perkembangan Dana Perimbangan
Tabel 6.4 Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cornellia Sella Prasiska. HOROK-HOROK MAKANAN PENGGANTI NASI MASYARAKAT JEPARA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG. Program Studi S1 Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan

a. Mendidik melalui keteladanan: dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan peserta didiknya. Mendidik melalui pembiasaan misalnya, membiasakan

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan hasil usaha. Kewajiban dari

Kepentingan dan kebutuhan masyarakat akan hidup sejahtera lahir dan bathin, tempat tinggal dan lingkungan yang baik dan sehat yang terbebas dari dampak negative

Penelitian ini bertujuan adalah untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada peserta didik melalui modifikasi kogintif perilaku dengan teknik

Pada dasarnya pemberian insentif atau hadiah pada lembaga keuangan syariah diperbolehkan asalkan pihak koperasi tidak memperjanjikan hadiah tersebut diawal akad dan tidak

Untuk meningkatkan kinerja dan etos kerja, maka diperlukan kepemimpinan yang baik dan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Seoarang pemimpin dituntut agar memiliki

Multrnomral Logrstik bagr membangunkun satu model yang dapat meivakrlr pencapaian pelajar tersebut Hasrl kajran menunjukkan bahait a kelayakan kemasukan dan faktor demogrlrfi