• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Aswan, Andi Agustang| 62

PERIAKU ANOMI

(STUDI PADA SISWA DI SMP NEGERI 21 MAKASSAR) Aswan1, Andi Agustang2

Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa siswa SMP Negeri 21 Makassar berperilaku menyimpang, apa dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyimpang bagi siswa SMP Negeri 21 Makassar, dan Bagaimana cara menanggulangi perilaku menyimpang siswa SMP Negeri 21 Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif tipe deskriptif. Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling dengan kriteria siswa yang berperilaku menyimpang berstatus siswa SMP Negeri 21 Makassar sebanyak enam orang, guru Bimbingan Konseling (BK) satu orang, dan Wakasek Kesiswaan satu orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengabsahan data menggunakan member chek. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa siswa berperilaku menyimpang dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekolah dan faktor teman sebaya. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyimpang bagi siswa di SMP Negeri 21 Makassar adalah dampak negatif seperti; merasa malu, membatasi pergaulan, mendapatkan hinaan, nilai tidak tuntas, scorsing, dipindahkan. Kemudian dampak Positif seperti; merasa terkenal di antara guru dan siswa-siswi di SMP Negeri 21 Makassar, banyak teman, menguatkan solidaritas antar teman sebaya atau geng yang berperilaku sama atau menyimpang, disegani sehingga mudah untuk memerintah siswa lain. Adapun tindakan yang dilakukan pihak sekolah dalam menanggulangi perilaku menyimpang siswa SMP Negeri 21 Makassar yakni tindakan preventif; sosialisasi tata tertib saat masa MOS siswa, Pemeriksahan rutin atau swiping, penyuluhan setiap upacara pagi dan apel, melakukan koordinasi dengan BIMAS (kepolisisan), kelurahan, dan masyarakat, menugaskan pegawai honor sebagai intelejen. Adapun tahapan selanjutnya yaitu tindakan represif, diantara tindakan yang diambil yaitu; teguran langsung dan pemberian hukuman oleh guru atau wali kelas, kemudian di rujuk ke BK untuk tindakan lanjutan, pemangilan orang tua, dan kunjungan rumah.

Kata kunci: Prilaku Menyimpang, Anomi

ABSTRACT

The research aimed to know why the student delinquency behavior of SMP Negeri 21 Makassar, what the impacts of delinquency behavior for student of SMP Negeri 21 Makassar, and how to solving of delinquency behavior. The method used is descriptive and qualitative. Informants selection used purposive sampling method included six delinquency behavior student of SMP Negeri 18 Makassar, Counselling teachers, and headmaster deputy of student. Data collection techniques used by the author is observation, interview and documentation. Data analyzed with data reduction, data presentation and conclusions making. Data legalized with member chek techniques. Based on result of the study delinquency behavior of student happened because fazed by school environment and a peer of student. The result of delinquency behavior for student in SMP Negeri 21 Makassar including negative effects like as shame, restricting their relationship, having other people insulted them, but there are also positive effects including they feel famous, they got more male friends, strengthen their solidarity, and made them respected so they could order other students. The problem solving of delinquency behavior from SMP Negeri 21 Makassar is preventif action like as socialization regulation when MOS, inspection, illumination, coordination whith BIMAS (police), subdistrict, and the public, employee assignment become spy. The next step is represif action like as warning, punishment by teacher, then making reference to BK for next step, parent call, house visit.

Keywords: Deliquency,Anomie

PENDAHULUAN

Kata nilai dan norma tidak asing lagi bagi telinga kita. Sesuatu yang berharga yang ingin diraih manusia yaitu nilai. Sedangkan norma dipahami sebagai aturan yang berlaku didalam masyarakat yang disertai sanksi bagi individu atau kelompok bila melanggar aturan tersebut. Nilai dan norma sangat diperlukan untuk membangun karakter yang baik

(2)

Aswan, Andi Agustang| 63

dalam masyarakat terutama dalam lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah dua hal inilah yang menjadi faktor pendorong dan tolak ukur siswa dalam berperilaku sebagaimana yang diharapkan oleh personil sekolah maupun lingkungan dimana siswa beradah. Perilaku siswa yang baik selalu berjalan lurus dengan kepatuhan siswa terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang dianut oleh sekolah. Dengan adanya norma kita dapat mengerti tindakan apa yang pantas dilakukan dan tindakan apa yang tidak boleh atau tidak pantas untuk dilakukan. jika hal ini dapat ditanamkan pada diri siswa sejak dini maka akan mengahasilkan sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu mengaplikasikan ilmunya ke hal-hal yang lebih positif, yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk perkembangan pendidikan yang lebih baik.

Namun kondisi siswa saat ini sangat jauh dari ajaran nilai dan norma yang menjadi pedoman dalam berperilaku, dimana akhir-akhir ini muncul fenomena lama kembali meresahkan masyarakat. kenakalan yang dilakukan pelajar marak terjadi di tengah kehidupan bermasyarakat dimana pelakuhnya masih berstatus siswa yang mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Dalam kajian sosiologi kondisi ini dikenal sebagai penyimpagan sosial dimana keadaan ini muncul akibat adanya ketegangan atau lebih di kenal dengan kondisi Anomie. Kata anomie mungkin terdengar asing, padahal kata ini sudah muncul dari abad ke-19 yang dicetuskan oleh Emile Durkheim seorang sosiolog dari

Prancis. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani a: “tanpa”, dan nomos: “hukum”

atau “peraturan”. Secara sederhana anomie ini dapat diartikan sebagai kekacauan, ketidak pedulian atau pelanggaran hukum baik pada diri individu maupun pada masyarakat. Robert King Merton mendefinisikan anomie sebagai kesenjangan antara tujuan-tujuan sosial bersama dan cara-cara yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain, individu yang mengalami anomie akan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama dari suatu masyarakat tertentu, namun tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan sah karena berbagai keterbatasan sosial. Akibatnya, individu itu akan memperlihatkan perilaku menyimpang untuk memuaskan dirinya sendiri.(Awaru, 2016)

Observasi awal dilakukan di SMP N 21 Makassar, saat itu peneliti bertemu dengan guru yang menangani masalah kenakalan siswa dalam hal ini adalah Wakasek Kesiswaan saat itu peneliti bertanya tentang gambaran umum perilaku menyimpang yang dilakukan siswa kemudian beliau menjawab: “pelanggaran yang biasa dilakukan siswa disini seperti berpakaian tidak rapi saat masuk sekolah, terlambat, berkelai, mengambil barang teman tampa izin (mencuri), membolos sekolah, membawa barang yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan sekolah, terlambat masuk sekolah, merokok, bahkan sering ditemukan siswa yang memalak temannya”.

Peneliti juga menyaksikan secara langsung bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, dimana salah seorang siswa sedang di introgasi di ruang BK karena kedapatan mencuri, saat siswa tersebut digeledah Wakasek Kesiswaan menemukan sepuntung rokok milik siswa tersebut. Berdasarkan informasi dari Wakasek Kesiswaan, adapun tindakan yang diambil untuk menekan perilaku indisipliner yang dilakukan siswa yakni memanggil siswa yang bermasalah dan memberikan peringatan, tahap selanjutnya pemberian surat peringatan, apabila siswa masih melakukannya tahap selanjutnya pihak sekolah akan mengunjungi rumah siswa yang bersangkutan untuk bertemu Orang Tua siswa atau Walinya.

(3)

Aswan, Andi Agustang| 64 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan penarikan

informan secara purposive sampling. Dengan menjadikan siswa berperilaku menyimpang

di SMP Negeri 21 Makassar sebanyak enam orang sebagai informan guru Bimbingan Konseling (BK) satu orang, dan Wakasek Kesiswaan satu orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan dengan teknik pengabsahan data

member chek

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ada dua faktor penting yang menjadi pemicuh timbulnya perilaku anomi pada siswa. Faktor pertama adalah lingkungan sekolah, Lingkungan sekolah yang merupakan lingkungan dimana remaja menimba ilmu dan siswa di didik kebaikan-kebaikan, aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Di sekolah mereka menghabiskan waktu mereka selama 7 jam, artinya sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Sekolah juga memiliki peran yang cukup penting dalam perkembangan pembentukan fase remaja yang dialami oleh para siswa. Asmuni (2011:15) mengatakan bahwa “sekolah adalah lembaga pendidikan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, keterampilan, dan sosial anak didik”.

Berbagai program dilaksanakan untuk mewujudkan fungsi agung tersebut. Salah satunya adalah tata. Namun peraturan yang diterapkan sekolah terkadang memberikan tekanan terhadap siswa, kondisi semacam ini juga dirasakan oleh sebagian siswa di SMP Negeri 21 Makassar, dengan adanya peraturan yang tegas maka siswa akan merasa tertekan sehingga menimbulkan ketegangan antara perilaku siswa dengan peraturan tata tertip sekolah, dari hasil wawancara dengan siswa yang berperilaku menyimpang di SMP Negeri 21 Makassar ditemukan bahwa siswa cenderung mengaktualisasikan perilakunya kearah yang jauh dari peraturan sekolah hal ini disebabkan adanya benturan antara perilaku siswa dengan peraturan sekolah. Siswa yang berperilaku menyimpang di SMP Negeri 21 Makassar merasa bahwa tata tertib sekolah memberi batasan terhadap perilaku mereka sehingga menimbulkan kenakalan di sebagian siswa. Dimana siswa yang berperilaku menyimpang mendapatkan tekanan yang disebabkan oleh peraturan sekolah yang begitu tegas dan siswa merasa dibatasi untuk melakukan apa yang diinginkan.

Faktor terakhir yang berperan dalam membentuk perilaku menyimpang siswa adalah teman sebaya. Dari hasil penelitian di SMP Negeri 21 Makassar menunjukkan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa disebabkan karena adanya tekanan dari pergaulan teman sebayanya. Setiap anak yang bergaul akan saling terikat satu sama lain dan fakor yang paling utama dalam mengikat hubungan antara teman bergaul seorang anak adalah rasa solidaritas, hal ini pun menjadi tali pengikat hubungan diantara teman sebaya, kondisi semacam ini juga di temukan pada siswa di SMP Negeri 21 Makassar. Sehingga seorang anak yang bergaul dengan teman sebaya yang berperilaku menyimpang akan memberikan tekanan terhadap diri seorang anak, teman yang berperilaku buruk akan selalu mengajak temannya untuk berperilaku sama dengan memberikan berbagai tekanan seperti tidak solid, kurang gaul, cemen, cowok ko gitu sih, coba sekali saja, hargai ki.

(4)

Aswan, Andi Agustang| 65

Tekanan-tekanan semacam ini akan selalu muncul dalam pergulan antara teman sebaya, nantinya tekanan-tekanan semacam ini akan menimbulakan kekangan pada diri seorang anak untuk berperilaku sama dengan teman sebayanya.

Perilaku anomi yang terjadi memberikan dampak pada siswa, berikut ini beberapa dampak negatif dialami siswa yang berperilaku menyimpang di SMP Negeri 21 Makassar yaitu, kesulitan dalam proses pembelajaran disebabkan karena jarang hadir di kelas, penampilan sedikit jadul karena ukuran rambut yang pendek, nilai tidak tuntas, tinggal kelas, dipindahkan, dijauhi oleh beberapa siswa karena alasan takut, dan menjadi terkenal di kalangan guru dan siswa. Selain dampak negatif terdapat juga dampak Positif seperti; merasa terkenal di antara guru dan siswa-siswi di SMP Negeri 21 Makassar, banyak teman, menguatkan solidaritas antar teman sebaya atau geng yang berperilaku sama atau menyimpang, disegani sehingga mudah untuk memerintah siswa lain.

Sekolah menyadari bahwa perluh adanya penanggulangan terhadap perilaku siswa. Dari hasil observasi peneliti di SMP Negeri 21 Makassar, kita dapat melihat bahwa ada dua bentuk tindakan yang digunakan staf sekolah untuk menanggulangi perilaku menyimpang siswa SMP Negeri 21 Makassar. Dua bentuk tersebut yaitu:

a. Tindakan Preventif

Pengendalian sosial preventif dilakukan sebelum penyimpangan terjadi dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang. Adapun bentuk tindakan yang dilakukan pihak sekolah, yaitu sosialisasi tata tertib saat masa MOS siswa, selain sosialisasi tersebut pihak sekolah juga mengadakan pertemuan atau membuka forum untuk membahas tata tertib yang sudah di sosialisasikan agar siswa dan Orang Tua dapat saling memberikan masukkan keapada pihak sekolah. Tindakan selanjutnya yakni pemeriksahan rutin atau swiping. Kemudian pihak sekolah juga melakukan penyuluhan setiap upacara pagi dan apel, diharapkan dengan tindakan ini dapat memberikan motivasi dan ultimatum kepada siswa agar selalu mematuhi tata tertib yang ada di sekolah. Pihak sekolah juga mealakukan koordinasi dengan BIMAS (kepolisisan), kelurahan, dan masyarakat.

b. Tindakan Represif

Tindaka represif adala tindakan yang dilakukan ketika individu sudah melakukan penyimpangan, dengan tindakan ini dimaksudkan agar perilaku individu tersebut dapat kembali di normalisasikan. Adapun tindakan yang dilakukan pihak sekolah, yaitu teguran langsung oleh guru atau wali. Memberikan hukuman kepada siswa yang berperilaku menyimpang agar tidak melakukan perbuatan yang sama, hukuman juga dimaksudkan agar memberi efek jerah terhadap siswa. Bentuk hukuman yang biasa diberikan guru yakni membersihkan WC, dijemur, berlari memutari lapangan, dijewer. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muin (2006:170) bahwa “Pengendalian sosial secara represif dilakukan dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan”. Jika perilaku siswa tersebut tidak menunjukan perubahan maka tindakan selanjutnya yang dilakukan pihak sekolah adalah merujuk siswa ke BK untuk tindakan lanjutan , tindakan selanjutnya adalah pemangilan orang tua. Tindakan represif berikutnya adalah kunjungan rumah, hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja aktivitas siswa yang berperilaku menyimpang dan sebagai dorongan agara siswa yang bersangkutan dapat merubah sikapnya.

(5)

Aswan, Andi Agustang| 66

Faktor yang menyebabkan siswa berperilaku menyimpang karena anomie atau tekanan adalah tekanan dari lingkungan sekolah dan tekanan teman sebaya. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku menyimpang bagi siswa di SMP Negeri 21 Makassar, ada dua dampak yang di rasakan oleh siswa yang berperilaku menyimpang yakni dampak negatif seperti; merasa malu, membatasi pergaulan, mendapatkan hinaan, nilai tidak tuntas, scorsing, dipindahkan. Untuk dampak Positif seperti; merasa terkenal di antara guru dan siswa-siswi di SMP Negeri 21 Makassar, banyak teman, menguatkan solidaritas antar teman sebaya atau geng yang berperilaku sama atau menyimpang, disegani sehingga mudah untuk memerintah siswa lain. Adapun cara yang digunakan sekolah dalam menanggulangi perilaku menyimpang siswa di SMP Negeri 21 Makassar ada dua yakni tindakan preventif dan refresip

DAFTAR PUSTAKA

Awaru, A. O. T. (2016). Merokok Dalam Perspektif Pelajar. Literacy Institute.

Anselm Strauss dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka

Pelajar: Diterjemahkan Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqin.

Asmuni. 2011. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja Di Sekolah. Jogjakarta: Batu Biru

Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Cullen, Agnew. 1980. Juvenile Delinguency. J.B. Lippincott Company, Philadelphia and

New York. Remaja dan Masalahnya. Alfabeta, Bandung.

Dimiyati. S, A. 1980. Kenakalan Remaja. Rineka Cipta, Jakarta.

Elizabeth B Hurlock. 1999. Child Development. Jakarta: Erlangga

Gomme. 1982. Anomi, Lippincott Company Philadelphia, New York.

Referensi

Dokumen terkait

dan hasil identiikasi hambatan bahasa, budaya, bahasa, kebiasaan dan penghalang lain Membuat bukti pelaksanaan upaya tindak lanjut tentang hambatan bahasa, budaya, bahasa,

Penilaian kepala sekolah adalah salah satu penilaian kinerja pendidik dan tenaga pendidik untuk menjaga profesionalitas saat menjalankan tugas. Penilaian kinerja kepala

Event yang dirancang digunakan untuk meningkatkan aspek promosi dari hal-hal seperti bukaan besar, ulang tahun merek atau perusahaan, pengenalan produk baru, dan pertemuan

– Dari total Rp 61,169 miliar dugaan kerugian negara pengadaan alkes TA 2012 hasil audit BPK terbagi menjadi; Rp 48,779 miliar pengadaan alkes pada Prov Banten dan Rp 12,389

(2) dengan asam sulfat membentuk endapan putih (3) dengan hidrogen sulfida membentuk endapan hitam (4) dengan larutan jenuh dari besi (II) sulfat dalam.. asam sulfat pekat

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 jo Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu dalam Pasal 27 Ayat (2) dengan ancaman

• Perilaku ini terkadang ditemukan pada anak biasa yang berumur 3 tahun. • Pada anak autisme perilaku

layanan di Sekertariat Daerah Provinsi Maluku Utaraseperti digambarkan dalam pernyataan berikut. “Saya dari subuh berangkat dari rumah, dengan maksud datang lebih pagi