• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kabupaten Brambang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kabupaten Brambang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI

KABUPATEN BRAMBANG

Azfandi Miftakhul Yaqin, M.R. Khairul Muluk, M. Makmur

Program Magister Ilmu Administrasi Publik, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang Email. nganjoekensis88@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Serta untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat yang berawal dari pemberdayaan rumah tangga yang dimana mencakup tiga hal yaiitu: pemberdayaan sosial ekonomi, pemberdayaan politik dan pemberdayaan psikologis. Dalam menyusun tesis ini, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumen. Adapun fokus penelitian peneliti adalah Kinerja Fasilitator Kecamatan dalam rangka pelaksanaan Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd). Hasil dari penelitian ini yaitu, kinerja fasilitator yang dimana masih adanya intervensi dari berbagai pihak yang dimana hal tersebut mengakibatkan proses pemberdayaan yang ada di masyarakat dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) dilapangan masih kurang maksimal mengingat adanya penyimpangan yang dilakukan dari berbagai pihak. Selain itu juga program yang seharusnya menjadi alat pengentasan kemiskinan bagi pemerintah digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendulang keuntungan bagi kepentingan pribadi ataupun golongan.

Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Fasilitatot, Penguatan Komunitas

Abstract : This study aims to investigate the implementation of Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPD) And to know the process of community empowerment that came from households in which empowerment includes three things that is: socio-economic empowerment, political empowerment and psychological empowerment.

In preparing this thesis, the research method used is descriptive research with a qualitative approach. Researchers used data collection techniques through interviews, observation, and documents. The focus of the research study is the District Facilitator performance in the implementation of the Implementation of Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPD). Results from this study that, the performance of facilitators which is still the intervention of various parties which it resulted in a process of empowerment in the community in implementing Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPD) field is still less than the maximum given the deviations from various parties. In addition, the program is supposed to be a tool for the government's poverty alleviation used by certain parties to gain advantage for personal or group interests.

Keyword : Performance, Facilitator, Community Empowerment

PENDAHULUAN

Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kemiskinan. Hal ini bisa dilihat dengan masih banyaknya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk miskin, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Mengalami penurunan sebesar 2,43 juta bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen). Di tahun 2010, angka kemiskinan ditargetkan bisa turun lagi hingga mencapai 12-13,5 persen. Membaiknya

(2)

kondisi kemiskinan secara umurn merupakan dampak dari berbagai campur tangan pemerintah dimana pemerintah memandang pemerintah perlu melakukan campur tangan dalam perekonomian nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, walaupun tidak selamanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian menyebabkan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Khusaini ; 2006:5).

Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd), pendekatan pembangunan dilakukan melalui pembangunan dengan sistem partisipatif. Artinya, hasil pembangunan bukan lagi bersifat given dan charity, tapi lebih menggunakan model pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diperlakukan sebagai subyek / pelaku pembangunan yang berperan aktif dalam upaya menentukan bentuk program yang akan dilangsungkan. Atau dengan kata lain pembangunan partisipatif adalah (1) pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka sendiri ; (2) Pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaan-monitoring-evaluasi ; dan (3) Pengerahan massa (baca: mobilisasi) diperlukan jika program berupa padat karya. Sementara itu, upaya-upaya penanggulangan kemiskinan melalui masing-masing sektor terkait terus dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar terutama pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar seperti air minum dan sanitasi, keluarga berencana dan kesehatan ibu hamil dan balita, pangan dan gizi. Berbagai program tersebut pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin melalui pola pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering, dan sustainable". Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunan itu sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat, adalah konsep yang relatif baru dan bertolak belakang dengan konsep pembangunan yang berorientasi pada "proyek", artinya, peran birokrasi yang besar dan seringkali dijalankan sebagai program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin, tapi masyarakat itu sendiri tidak terlibat di dalamnya.

Prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan PNPM-MPd yang diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan program yang pro poor, yaitu keberpihakan kepada orang miskin, transparansi, partisipasi, desentralisasi kompetisi sehat akuntabilitas dan keberlanjutan. Dengan prinsip-prinsip dasar diatas pelaksanaan PNPM-MPd sampai tahun ke 9, telah menghasilkan pembangunan Infrastruktur berbagai bentuk seperti pengerasan jalan, perbaikan/pembuatan jembatan, perpipaan air bersih, sumur air bersih, sumur irigasi, bangunan polindes, MCK, saluran irigasi/plengsengan, rehab dam, gedung sekolah (TK), pasar desa, pelatihan keterampilan dan posyandu. Selain berupa bangunan fisik (85,56%), sasaran dana juga ditujukan untuk kegiatan usaha ekonomi produktip (UEP; 3,08%) dan simpan pinjam perempuan (SPP; 91,01%). Dari uraian hasil pembangunan diatas tidak lepas dari peran serta masyarakat perdesaan sendiri yang tidak dapat dipisahkan dari kesatuan program ini sebagi pelaku utama di lapangan.

Dengan adanya latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat yang mandiri di tingkat perdesaan yang didasari dengan kenyataan yang ada

dilapangan. Sehingga dalam penelitian ini, penulis mengambil judul ” Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan di Kabupaten Brambang.

Belum ada kata sepakat tentang definisi kemiskinan, hal ini bisa dilihat dari beberapa pendapat antara lain, definisi yang sering dipakai untuk menggambarkan kemiskinan adalah

(3)

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang baik yang mencakup material maupun non material (Reitsma dan Kleinpenning, 1985). Memang definisi ini sangat bermanfaat untuk mempermudah membuat indikator orang miskin, tetapi definisi ini sangat kurang memadai karena ; (1) tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan; (2) dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi kemiskinan cukup hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai ; (3) tidak bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan lintas sektor, bahkan bisa kontraproduktif.

Friedmann (1992,h.131) juga merumuskan kemiskinan sebagai minimnya kebutuhan dasar sebagaimana yang dirumuskan dalam konferensi ILO tahun 1976. Kebutuhan dasar menurut konferensi itu dirumuskan sebagai berikut :

1. Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi privat (pangan, sandang, papan dan sebagainya).

2. Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan oleh dan untuk komunitas pada umumnya (air minum sehat, sanitasi, tenaga listrik, angkutan umum, dan fasilitas kesehatan dan pendidikan).

3. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka

4. Terpenuhinya tingkat absolut kebutuhan dasar dalam kerangka kerja yang lebih luas dari hak-hak dasar manusia.

5. Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat maupun tujuan dari strategi kebutuhan dasar.

BAPPENAS (2004,h.13) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin, BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain ; pendekatan kebutuhan dasar basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objektive dan subjective.

Menurut Ife (1995,h.82), pemberdayaan berarti “ providing people with the resources, opportunities,knowledges, and skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of their community.” Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Sedangkan Kartasasmita (1995, h. 87) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan keberdayaan masyarakat, yaitu kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

Pranaka (1996, h.44) menjelaskan Empowerment yang dalam bahasa Indonesia berarti

“pemberdayaan” adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran

masyarakat dan kebudayaan Barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep empowerment secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep empowerment mulai nampak disekitar dekade 70-an, dan kemudian

(4)

berkembang terus sepanjang dekade 80-an dan sampai saat ini pada dekade 90-an pada akhir Abad ke-20.

METODE PENELITIAN

Kajian dari penelitian ini bermaksud ingin mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Brambang yang didasarkan pada (1) Pemberdayaan sosial ekonomi yang difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga dalam proses produksi seperti akses informasi, pengetahuan, dan ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan akses kepada sumber-sumber keuangan.(2)Pemberdayaan politik difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depannya. (3)Pemberdayaan psikologis difokuskan pada upaya membangun kepercayaan diri bagi setiap rumah tangga yang lemah. Kepercayaan diri adalah proses pemberdayaan sosial ekonomi dan pemberdayaan politik

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi Kabupaten Brambang.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan : Pengamatan (Observasi),Wawancara (Interview). dan Dokumentasi

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan model interaktif, dimana dalam model initerdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Miles dan Hubberman, 1992, h. 20). Selanjutnya analisis dilakukan dengan memadukan secara interaktif ketiga komponen tersebut, dapat disajikan dengan bagan 1 :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kabupaten Brambang

Kabupaten Brambang merupakan salah satu kabupaten yang menerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan yang dimana didalamnya terdapat proses pelaksanaan PNPM-MPd yang dapat dilihat dari segi pemberdayaan sosial ekonomi, pemberdayaan politik dan pemberdayaan psikologis untuk mengukur keberhasilan program tersebut. Pemberdayaan sosial ekonomi di masyarakat kabupaten brambang terlihat dari banyak penggunaan dana perguliran simpan pinjam perempuan sebagai dana stimulus dalam pengembangan perekonomian masyarakat setempat. Tetapi masih belum didukung dengan pembinaan usaha yang optimal. Peminjaman hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut diperkuat pendapat salah satu masyarakat yang berinisial M yang dimana desanya merupakan penerima bantuan langsung PNPM-MPd dijelaskan bahwa “ peminjaman uang di

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Kesimpulan/ Redukasi

(5)

PNPM-MPd untuk menutupi kebutuhan sehari-hari mengingat peminjaman yang berbunga cuma

1% dan tidak memakai jaminan, tidak seperti pinjaman pada bank harian ” (wawancara tanggal 12

April 2012 di desa M kecamatan P).

Sedangkan untuk pemberdayaan politik masyarakat di Kabupaten Brambang dilihat dari salah satu penduduk di desa S kecamatan L menyatakan bahwa kepala desa setempat sudah sering mengajak masyarakat untuk bersama-sama memikirkan dan mencari jalan keluar dalam menghadapi permasalahan yang ada di desa.(wawancara tanggal 20 april 2012 di desa S kecamatan L). Dalam pelaksanaan musyawarah antar desa setiap desa sudah dapat memikirkan kebutuhan prasarana dan sarana umum di desa masing-masing. Dalam forum mereka sudah dapat melakukan barter kepentingan dalam rangka pembangunan desa masing-masing sehingga prioritas pembangunan di desa-desa dapat berjalan secara merata. Tetapi masih ditemukan adanya intervensi dari pihak birokrasi dalam melaksanakan pemberdayaan, hal tersebut terjadi karena adanaya tendensi kepentingan dari para elit politik di tingkat kabupaten. Seringkali ditemui bahwa bupati melakukan kecurangan dengan dalih pemberian bantuan program tetapi disisi lain untuk melakukan kampanye terselubung mengingat bupati yang bersangkutan akan maju ke pemilihan umum kepala daerah pada periode yang akan datang. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan saudara L

dijelaskan bahwa “ bupati sering turun ke lapangan untuk memberikan bantuan tetapi pada saat

acara penyerahan bantuan yang diberikan sering diklaim pemberian pribadi bukan atas nama program dari pusat.(wawancara pada tanggal 27 April 2012 di Kantor Kecamatan W).

Selain itu dapat ditunjukkan dengan adanya data sebagai berikut : Tabel 1. Data Jumlah Bantuan Sembako

No Jenis Bantuan Jumlah Desa Kecamatan Tanggal

1. Paket sembako (Beras, Minyak Goreng, Mie instan, Gula Pasir)

34 Paket Jmb Brn 20 Juni 2012

2. Paket Sembako (Beras dan Gula Pasir)

21 Paket Sdkr Rjs 01 Agustus

2012 3. Paket Sembako (Mie Instan,

Minyak goreng, Beras)

16 Paket Bjng Ngly 04 Agustus

2012 4. Paket Sembako (Mie Instan,

Minyak Goreng, Beras)

1000 Paket Slmrj Brbk 18 Juni 2012 5. Bantuan Rehab Rumah tidak

layak huni @ Rp. 2.500.000,- - Smbrj - Nglngg - Mjst - Krngsm Gndng 29 Maret 2012 6. Paket Sembako - - Jwt - Tjklng - Kltn - Cngk Ngrt 22 Juni 2012 7. - Paket Sembako - Bea siswa 10 paket 16 Desa - Klrhn - Tjnm - Wrjyng Tjnm 04 April 2012

8. Paket Sembako (beras,minyak goreng, gula pasir)

44 Paket Dwhn Jtkln 19 Juni 2012 Sumber : Data Pemberian Bantuan Sembako 2012

(6)

Di lapangan dalam peneliti melaksanakan penelitian juga banyak menemukan bahwa masyarakat kabupaten brambang sudah bisa membangun asosiasi politik dilihat dengan adanya kelompok-kelompok yang dimana memiliki kepentingan sama yaitu membangun kabupaten brambang untuk menuju kemandirian. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat salah satu staf kantor pemberdayaan masyarakat dijelaskan bahwa sekarang sudah mulai muncul kelompok-kelompok yang dimana tujuan dari kelompok-kelompok tersebut untuk mencapai kemandirian dengan berlandaskan berwirausaha (wawancara dengan bapak A pada tanggal 30 April 2012 di kantor pemberdayaan masyarakat).Untuk pemberdayaan psikologis dapat dilihat dari dampak pemberdayaan politik dan pemberdayaan sosial ekonomi yang dimana psikologis masyarakat di kabupaten brambang dapat berperan aktif dalam proses pembangunan. Hal tersebut merupakan indikator dari kemandirian masyarakat di Kabupaten Brambang. Dari hasil penelitian dapat dilihat jumlah kelompok masyarakat yang dimana sebagai pemanfaat dana simpan pinjam perempuan dapat ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Data SPP tahun 2011 dari alokasi BLM

Sumber : Profil PNPM-MPd Kabupaten Brambang Tahun 2011

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dari 17 kecamatan terdapat 3 kecamatan yang tidak menerima alokasi bantuan langsung masyarakat yang diperuntukkan untuk simpan pinjam bagi perempuan. Sedangkan 6 kecamatan yang memiliki alokasi tersebut hanya memiliki jumlah kelompok pemanfaat yang cukup rendah dalam memanfaatkan dana stimulan tersebut. Hal tersebut menunjukkan tingkat responsif masyarakat dalam memanfaatkan dana stimulan yang diberikan oleh pemerintah dalam membantu memperbaiki perekonomian keluarga di desa-desa.

Kelompok

Pemanfaat

1

Sawahan

134,000,000

8

53

2

Ngetos

126,315,700

9

100

3

Berbek

736,100,100

50

569

4

Loceret

57,894,800

3

30

5

Pace

148,821,300

13

141

6

Tanjunganom

7

Prambon

117,894,700

12

112

8

Ngronggot

128,416,500

12

128

9

Patianrowo

500,000,000

40

479

10

Baron

500,000,000

29

339

11

Gondang

12

Sukomoro

73,683,500

9

60

13

Wilangan

14

Rejoso

149,473,700

14

155

15

Ngluyu

250,000,000

15

144

16

Lengkong

15,789,500

1

15

17

Jatikalen

83,153,000

5

60

3,021,542,800

220

2,385

Total

Jumlah

Total

Kecamatan

No

(7)

Selain untuk digunakan sebagai dana stimulan kepada masyarakat dana PNPM-MPd dikabupaten Brambang juga digunakan sebagai pembangunan sarana dan prasarana dalam proses perencanaan pembangunan saran dan prasarana juga mengalami proses yang panjang. Adapun tahapan yang dilalui sebagai berikut :

1. Musyawarah desa yang dilakukan oleh masyarakat pada tingkat desa yang dimana mereka sendiri yang merencanakan agenda tahun ini untuk pembangunan desa mereka sendiri.

2. Setelah diadakan musyawarah desa adanya musyawarah antar desa yang dimana para wakil pelaku di tingkat desa melakukan perangkingan atau prioritas pembangunan hal tersebut dinilai dari penting atau tidaknya rencana pembangunan tersebut. Mengingat pendanaan yang terbatas juga dan tidak sesuai dengan jumlah desa pada tiap-tiap kecamatan.

3. Setelah adanya perangkingan tersebut pihak Unit Pengelola Kegiatan segera menetapkan hasil rumusan tersebut dan menjadi agenda tahunan dalam rangka pembangunan infratruktur sesuai dengan musyawarah antar desa yang telah ditetapkan.

(8)

Tabel 3. Hasil Pembangunan Sarana dan Prasarana PNPM-MPd

Jenis Kegiatan

Jumlah Biaya Pemanfaat

Unit Panjang (m) Luas (m2) BLM Swadaya L P RTM Sarana Prasarana 1 Jalan 99 43.564 5.390.383.200 321.056.550 39.109 45.946 40.195 2 Jembatan 1 3 39.646.400 1.000.000 143 133 276 3 Air Bersih 4 Irigasi 38 21.162 2.549.580.200 131.988.200 25.708 30.755 27.615 5 MCK 4 18 63.770.100 1.200.000 200 250 410 6 Listrik Desa 7 Lain2 Prasarana 9 1.972 30 500.417.750 31.837.500 3.088 3478 3.282 Pendidikan 1 Gedung Pend. 42 150 5.805 3.438.173.600 256.578.900 5.266 5.136 5.082 2 Beasiswa

3 Insentif Tenaga Pendidikan

4 Prasarana Pendidikan Lain 3 100.675.400 2.000.000 23 91 48

Kesehatan

1 Gedung Kes. 6 414 546.210.500 4.0529.500 1.306 1.368 1.042

2 Posyandu

3 Pemb. makanan tambahan 4 Insentif Tenaga Kesehatan 5 Prasarana Kes. Lain Kegiatan Dana Bergulir

1 SPP 220 3.021.142.800 1.635.000 2.385 1.825

2 UEP

Jumlah 422 66.851 6.267 15.650.000.000 751.355.650 74.843 89.542 79.775 Sumber : Profil PNPM-MPd Kabupaten Brambang Tahun 2011

(9)

Dalam melaksanakan program tersebut ada tahapan-tahapan yang harus dijalankan seiring hal tersebut dilakukan menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan hal tersebut. Mengingat hal tersebut merupakan hal yang utama dalam menentukan arah perencanaan pembangunan di tingkat kecamatan maupun desa itu sendiri. Adapun data yang menunjukkan hal tersebut seperti dibawah ini :

NO Tahap Kegiatan Progre

s

Desa

Tanggal kegiatan

Jumlah partisipan Kualitas partisipan

suda h bel um Total Laki-laki Perem puan RT. Miskin San gat Akti f Aktif Rata-rata Ren dah

1 Musyawarah Antar Desa I - - - 17/06/09-08/12/10 1.456 682 774 250 0 17 0 0

2 Musyawarah Desa I (sosialisasi) 100% 234 0 02/09/09- 26/08/10 11.151 5.128 6.023 5.112 0 17 0 0 3 Penggalian Gagasan 100% 234 0 10/10/09- 13/01/11 25.227 11.361 13.866 13.645 0 17 1 0 4 Musyawarah Khusus Perempuan 100% 234 0 13/11/09- 10/02/11 7.160 0 7.160 4.192 0 17 0 0 5 Musyawarah Desa II 100% 234 0 16/11/09- 10/02/11 11.409 5.242 6.167 5.118 0 17 0 0 6 Musrenbang Desa 100% 234 0 17/01/11- 10/03/11 11.409 5.242 6.167 5.118 0 17 0 0 7 Musyawarah Antar Desa II

(Prioritas) - - - 31/01/11- 20/04/11 1.734 944 790 332 0 17 0 0

8 Musrenbang Kecamatan

(Integrasi) - - - 31/01/11- 10/02/11 1.752 950 802 262 0 17 0 0

9 Musyawarah Antar Desa II

(Pendanaan) - - - 20/04/11- 27/07/11 1.385 630 755 0 1 16 0 0

10 Musyawarah Desa III (Informasi) 100% 234 0 23/04/11- 26/08/11 10.107 4.387 5.720 5.070 0 17 0 0 11 MD Pertanggungjawaban Tahap I 100% 182 0 23/06/11- 01/03/12 7.345 3.879 3.466 3.948 0 17 0 0 12 MD Pertanggungjawaban Tahap II 100% 182 0 07/07/11- 15/03/12 7.913 3.800 4.113 4.219 0 17 0 0

13 MD serah terima 100% 190 0 14/07/11- 05/04/12 8.558 4.121 4.437 4.037 0 17 0 0

(10)

Tabel diatas jika dilihat secara menyeluruh menunjukkan pada dasarnya masyarakat telah melaksanakan semua tahapan yang telah ditetapkan dalam aturan program yang ada. Sehingga untuk sementara ini dalam proses perencanaan antara PNPM-MPd dengan musrenbang kecamatan masih berjalan dengan sendiri. Jika dilihat dari tingkat partisipasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sudah ada keaktifan masyarakat dalam menjalankan perencanaan pembangunan khususnya dalam perencanaan pembangunan melalui PNPM-MPd.

Selain data diatas juga tabel dibawaha ini menyebutkan jumlah pemanfaat untuk simpan pinjam bagi perempuan dan penggunaan dana stimulan bagi pengguna dana usaha ekonomi produktif. Yang dimana diperuntukkan untuk para masyarakat yang memiliki usaha rumah tangga dalam pengembangan ke usaha yang lebih produktif dan berkembang ke arah usaha yang lebih baik dari sebelumnya.

Tabel 4. Perkembangan Dana Simpan Pinjam Perempuan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)

No. Kecamatan Jumlah Kelompok Jumlah anggota SPP/UEP

SPP UEP SPP UEP 1 Lengkong 215 1.755 2 Sawahan 245 5 1.843 48 3 Berbek 182 1.977 4 Gondang 183 4 1.826 60 5 Ngluyu 69 672 6 Prambon 124 1.459 7 Ngetos 224 11 2.188 98 8 Tanjunganom 327 2.832 9 Baron 117 1.036 10 Pace 104 1.341 11 Loceret 144 1.401 12 Wilangan 105 892 432 13 Sukomoro 131 1.140 14 Rejoso 179 1.650 15 Patianrowo 178 2.337 16 Ngronggot 118 1.665 17 Jatikalen 76 16 904 102 Jumlah 2.721 36 26.918 740

Sumber : Data Progres PNPM-MPd Kabupaten Brambang Tahun 2012

Data diatas menjelaskan bahwa Kabupaten Brambang pada tahun 2012 memiliki total jumlah kelompok pemanfaat untuk kegiatan simpan pinjam perempuan sebanyak 2.721 (dua ribu tujuh ratus

(11)

dua puluh satu) kelompok sedangkan untuk usaha ekonomi produktif sebanyak 36 (tiga puluh enam) kelompok. Adapun untuk jumlah keseluruhan anggota untuk kegiatan simpan pinjam perempuan sampai pada tahun 2012 berjumlah 26.918 (dua puluh enam sembilan ratus delapan belas) orang dan untuk pemanfaat kegiatan usaha ekonomi produktif sebanyak 740 (tujuh ratus empat puluh) orang. Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan dari 17 kecamatan yang mendapat alokasi bantuan langsung masyarakat masih banyak masyarakat yang belum maksimal menggunakan dana anggaran tersebut untuk menaikkan taraf hidupnya. Masyarakat di Kabupaten Brambang masih berpola pada kehidupan yang lama mereka tetap masih mengandalkan rentenir yang ada di sekitar masyarakat desa. Hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan salah satu Penanggungjawab Operasional Kecamatan pada kecamatan P yang dimana mengatakan bahwa masih ada beberapa masyarakat yang belum sadar meskipun sudah ada sosialisasi baik melalui media elektronik seperti radio ataupun penyuluhan ke desa-desa tetapi mereka masih mengandalkan dalam penopang ekonomi mereka menggunakan rentenir dalam memberikan pinjaman keuangan padahal bunga yang diberikan lebih tinggi dari bunga yang ditetapkan para unit pengelola kegiatan pada kecamatan (wawancara pada tanggal 12 Juni 2013 di Kantor Kecamatan P).

KESIMPULAN

Proses pemberdayaan yang berjalan di Kabupaten Brambang masih sering dicampuri urusan kepentingan politik yang dimana hanya menguntungkan beberapa golongan atau perorangan. Hal tersebut mengakibatkan peyimpangan persepsi konsep pemberdayaan yang sesungguhnya. Dalam artian yang dimaksud disini adalah agar masyarakat menyadari bahwa PNPM-MPd adalah program nasional dari pemerintah pusat yang dimana memiliki tujuan dalam pengentasan kemiskinan. Selama ini yang ada bahwa PNPM-MPd adalah buah hasil pemikiran dari kepala daerah yang diberikan kepada masyarakat tingkat desa. Dan akhirnya hal tersebut berdampak pada pola pikir masyarakat yang menjadi pasif dalam partisipasi pelaksanaan program.

Mereka berpikir bantuan hibah yang diberikan hanya untuk pemenuhan kebutuhan sementara tanpa harus memikirkan keberlanjutan bantuan tersebut. Dampak dari hal tersebut merubah tujuan dari PNPM-MPd yang dimana semula untuk kemandirian dan keberdayaan menjadi pola pikir masyarakat yang konsumtif dan pasif.

SARAN

Dari kesimpulan diatas dapat ditarik berbagai saran bagi masyarakat dalam rangka pelaksanaan pemberdayaan yang dimana eksistensi dari pemberdayaan dalam rangka menuju masyarakat yang mandiri, berdaya guna dan partisipatif dalam proses pembangunan pada tingkat desa khususnya dan pada umumnya pada tingkat pemerintah secara luas.

Untuk itu dituntut peran aktif masyarakat dalam menggali informasi baik dari media cetak maupun elektronik serta berkoordinasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanakkan progam dan agar masyarakat desa lebih aktif dalam mendapatkan informasi agar kedepannya program-program yang bersifat pemberdayaan dapat sesuai dengan sasaran yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ala, Andre B. 1981. Strategi Anti Kemiskinan Lima Tahap. Analisa Tahap Tahun X, No.9. September 1981

(12)

Bernadin, Jand Russel J.1993. Human Resource Management an experiental approach. Mc Graw-Hill International Edition. Siangapore

Bryant, Coralie, White, Louise G.1989. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. Terjemah oleh Rusyanto L. LP3ES.Jakarta.

Friedmann, J.1992. Empowerment: the politics of alternative development. Oxford. Blackwell Publishers

Herrick, Bruce. 1983. Ekonomi Pembangunan. Bumi Aksara. Jakarta

Ife, Jim. 1996. Community Development Creating community alternatives-vision, analysis and practice. Longman. Australia.

Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman. 1987. Qualitative Data Analysis. Sage Publications. London New Delhi

Petunjuk Tehnik Operasional PNPM Mandiri Perdesaan. 2009. Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan. Jakarta.

Pranaka dan Priyono. 1996. Pemberdayaan Konsep,Kebijakan, dan Implementasi. CSIS. Jakarta Reitsma, H.A, and Kleinpenning, J.M.G. 1991. The third World in Perspective. Asssen. Van Gorcum Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju, Bandung.

Gambar

Tabel 2. Data SPP tahun 2011 dari alokasi BLM
Tabel 3. Hasil Pembangunan Sarana dan Prasarana PNPM-MPd  Jenis Kegiatan
Tabel  diatas  jika  dilihat  secara  menyeluruh  menunjukkan  pada  dasarnya  masyarakat  telah  melaksanakan semua tahapan yang telah ditetapkan dalam aturan program yang ada

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi kebijakan kota layak anak di Kota Probolinggo sudah berjalan selama 10 bulan sejak disahkannya Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 36 Tahun 2013

Maluku Utara (2012) SD-B merupakan sekolah yang berada di selatan Kota Ternate yang diharapkan dapat mengembangkan sekolahnya karena berada disekitar

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Data dalam penelitian ini adalah: (1) Skor kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan Metode Drill untuk meningkatkan

Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator Aktivitas siswa terdiri dari 7

pada individu normal, walaupun pengenalan antigen sendiri oleh klon limfosit tidak terjadi, suatu respon autoimun yang merugikan tetap diawasi oleh mekanisme kontrol yang aktif

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

“Aku harus merawat kerbau ini dengan baik apabila Si Boke datang suatu kali kepadaku dia tidak akan kecewa karena aku merawat kerbau ini dengan baik,” pikir sang guru.. Kerbau itu