• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MERIT SYSTEM DI PD. BPR BKD KARANGANYAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN SISTEM PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MERIT SYSTEM DI PD. BPR BKD KARANGANYAR."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN METODE MERIT SYSTEM

DI PD. BPR BKD KARANGANYAR

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMAD UMAR WINDARDO

NPM : 0532315050

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul

“Perancangan Sistem Pemberian Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Dengan Menggunakan Metode Merit System di PD. BPR BKD Karanganyar”, yang merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh

mahasiswa jenjang pendidikan Strata satu (S-1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

untuk meraih gelar Kesarjanaan.

Atas tersusunnya penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. M. Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ir. Hari Purwoadi, MM selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Dosen

Penguji II Ujian Lesan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan

bimbingan yang bapak berikan kepada penulis.

5. Ir. Joumil A. SZS., MT selaku Dosen Pembimbing Kedua dalam penyelesaian

skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang bapak berikan

kepada penulis.

(3)

ii

7. Ir. Yustina Ngatilah, MT selaku Dosen Penguji I Ujian Lesan.

8. Ir. Handoyo, MT selaku Dosen Penguji I Seminar II.

9. Ir. Endang P.W., MMT selaku Dosen Penguji II Seminar I dan II.

10. Semua Dosen Pengajar serta Staff Jurusan Teknik Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atas segala bantuannya.

11. Sri Mulyani, SE selaku Kepala Bagian Umum PD. BPR BKD Karanganyar

atas bimbingannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

12. Sri Soebono, SE selaku Direktur Utama PD. BPR BKD Karanganyar, atas

segala bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

13. Teman-temanku angkatan 2002 kelas sore , terima kasih atas dukunganya

selama ini.

14. Dan semua pihak yang telah banyak membantu di dalam penyelesaian tugas

akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikannya yang telah

bersedia membantu dan membimbing penulis didalam menyusun Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir (Skripsi) ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis sangat berharap

semoga Tugas Akhir ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita.

Hormat Kami,

(4)

JUDUL HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Operasional PD. BPR BKD Karanganyar... 7

2.1.1 Sumber Dana....…..………. 7

2.1.2 Produk Jasa dan Pelayanan ... 8

(5)

Karanganyar ... 12

2.1.4.1 Penerapan Prosedur Pemberian Kredit pada PD. BPR BKD Karanganyar ... 12

2.1.4.2 Perhitungan Angsuran Kredit ... 14

2.1.4.3 Prosedur Pengembalian Pinjaman ... 14

2.1.4.4 Dokumen yang Digunakan ... 15

2.1.4.5 Catatan Akuntansi yang Digunakan ... 17

2.1.4.6 Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pemberian Kredit ... 18

2.1.5 Pelaksanaan SistemPelayanan Deposito pada PD. BPR BKD Karanganyar ... 20

2.1.5.1 Deposito ... 20

2.1.5.2 Tabungan ... 21

2.2 Analisis Jabatan ... 23

2.3 Uraian Jabatan ... 24

2.4 Evaluasi Jabatan ... 27

2.4.1 Metode Poin atau Metode Angka... 29

2.5 Definisi Penilaian Prestasi Kerja ... 31

2.5.1 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja ... 32

2.5.2 Metode Penilaian Prestasi Kerja ... 33

2.5.2.1 Macam-Macam Skala Pengukuran ... 33

2.5.2.2 Skala Pengukuran Prestasi Kerja ... 36

(6)

2.6.1 Definisi Kompensasi ... 42

2.6.2 Jenis-jenis Kompensasi ... 42

2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi ... 47

2.6.4 Tujuan Pemberian Kompensasi... 49

2.7 Merit System ... 52

2.8 Penelitian Terdahulu ... 55

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 72

3.2 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 72

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 74

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 78

3.5 Metode Analisis Data ... 79

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 83

4.1.1 Data Analisa Jabatan ... 83

4.1.2 Kriteria-Kriteria Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 89

4.2 Evaluasi Jabatan dengan Metode Poin ... 90

4.3 Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 93

4.4 Hasil Penilaian Prestasi Kerja Karyawan Dalam

(7)

vi

4.5.1 Tanpa Pengelompokan Gaji ... 100

4.5.2 Pengelompokan Gaji ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Distribusi Nilai Poin Kederajat

Faktor-Faktor Pekerjaan... 30

Tabel 2.2 Contoh Penilaian Jabatan dengan Metode Poin... 31

Tabel 2.3 Contoh Skala Ordinal... 34

Tabel 2.4 Contoh Skala Linkert ... 35

Tabel 2.5 Prosentase Kenaikan dengan Merit System... 54

Tabel 2.6 Data Penghasilan Karyawan ... 55

Tabel 2.7 Bobot Penilaian Prestasi Kerja... 56

Tabel 2.8 Distribusi Poin Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 58

Tabel 2.9 Contoh Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 59

Tabel 2.10 Hasil Penilaian Prestasi Kerja Karyawan... 61

Tabel 2.11 Tabel Struktur Upah... 63

Tabel 2.12 Tabel Hubungan Bobot Prestasi Kerja dengan Gaji Tengah (Midt Point), Gaji Dasar dan Gaji Puncak ... 66

Tabel 2.13 Titik Bawah, Titik Tengah dan Titik Atas Bobot Prestasi Kerja Tiap Kelompok ... 68

(9)

Tabel 2.14 Merit Pay Increase... 69

Tabel 2.15 Tabel Gaji Bulanan Baru Karyawan dengan Merit System... 70

Tabel 2.16 Gaji Dasar dan Gaji Puncak Setiap Kelompok ... 71

Tabel 3.1 Merit Pay Increase... 82

Tabel 4.1 Data Penghasilan Karyawan ... 83

Tabel 4.2 Bobot Penilaian Prestasi Kerja... 90

Tabel 4.3 Distribusi Poin Penilaian Prestasi Kerja Karyawan... 92

Tabel 4.4 Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... 94

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Prestasi Kerja Karyawan... 97

Tabel 4.6 Gaji Bulanan Baru Karyawan dan Prosentase Kenaikan Imbalan dengan Merit System ... 99

Tabel 4.7 Tabel Struktur Upah... 103

Tabel 4.8 Hubungan Bobot Prestasi Kerja dengan Gaji Tengah (Midt Point), Gaji Dasar dan Gaji Puncak ... 106

Tabel 4.9 Titik Bawah, Titik Tengah dan Titik Atas Bobot Prestasi Kerja Tiap Kelompok ... 109

Tabel 4.10 Gaji Dasar dan Gaji Puncak Setiap Kelompok ... 110

Tabel 4.11 Merit Pay Increase... 110

(10)

Tabel 4.12 Gaji Bulanan Baru Karyawan dengan Merit System... 112

Tabel 4.13 Struktur Pengelompokan Penggajian dengan Merit System ... 113

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Merit System... 52

Gambar 3.1 Flowchart Pemecahan Masalah... 74

Gambar 4.1 Garis Regresi Hubungan Antara Poin Prestasi Kerja

Dengan Penghasilan... 102

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Gambaran Perusahaan... I

Perhitungan Nilai Poin Dari Kriteria Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... II

Penilaian Prestasi Kerja Karyawan ... III

Perhitungan Gaji Tengah ( Midt Point), Gaji Dasar dan Gaji Puncak ... IV

(13)

kompensasi yang tepat yaitu yang mampu memberi kepuasan kepada karyawan dan pihak perusahaan. Untuk memberi kepuasan kepada pihak perusahaan maka karyawan harus mempunyai prestasi kerja yang tinggi, sedangkan memberi kepuasan kepada karyawan berarti perusahaan mampu memberikan kompensasi yang sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan karyawan. Hal ini akan berdampak langsung pada peningkatan produktivitas karyawan dalam perusahaan, sehingga karyawan dapat memberikan kinerja terbaiknya.

PD. BPR BKD Karanganyar adalah salah satu unit bisnis daerah yang

bergerak dalam usaha simpan pinjam. Dari sistem penggajian di perusahaan,

banyak karyawan yang merasa tidak puas. Karena dengan jabatan yang sama namun prestasi kerjanya berbeda akan mendapatkan kompensasi yang sama. Sehingga karyawan menginginkan sistem kompensasi yang didasarkan atas penilaian besarnya kontribusi mereka yang telah diberikan kepada perusahaan.

Dalam penelitian tugas akhir ini, akan dirancang suatu sistem kompensasi yang berdasarkan besarnya prestasi kerja atau kontribusi dari karyawan yang diberikan kepada perusahaan. Setelah dianalisa, maka diupayakan untuk merancang sistem pemberian kompensasi dengan menggunakan metode merit system. Pada metode merit system ini, sistem kompensasi dikaitkan dengan prestasi kerja karyawan yang bertujuan untuk memotivasi para karyawan agar meningkatkan kinerja mereka, karena pada sistem ini makin baik kinerja mereka maka makin tinggi pula imbalan yang akan diterima. Penilaian prestasi kerja karyawan akan sangat dibutuhkan dalam membuat sistem penggajian yang baru. Penilaian ini dilakukan melalui evaluasi jabatan dengan metode poin. Hasil penilaian prestasi kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kelompok I dengan performance rating tertinggi yaitu diantara >691 - ≤760

poin dengan kenaikan kompensasi sebesar 6 %, dimana terdapat 30 karyawan dengan perolehan poin sebesar 700 poin, 715 poin, 730 poin, 745 poin dan 760 poin.

2. Kelompok II dengan performance rating diantara >622 - ≤691 poin dengan

kenaikan kompensasi sebesar 5 %, dimana terdapat 11 karyawan dengan perolehan poin sebesar 625 poin, 640 poin, 655 poin, 670 poin dan 685 poin.

3. Kelompok III dengan performance rating diantara >553 - ≤622 poin dengan

kenaikan kompensasi sebesar 4 %, dimana terdapat 5 karyawan dengan perolehan poin sebesar 565 poin, 580 poin, 595 poin dan 610 poin.

4. Kelompok IV dengan performance rating diantara >484 - ≤553 poin dengan

kenaikan kompensasi sebesar 3 %, dimana terdapat 6 karyawan dengan perolehan poin sebesar 505 poin, 520 poin, 535 poin dan 550 poin.

5. Kelompok V dengan performance rating terendah yaitu diantara ≥415 - ≤484

poin dan kelompok ini tidak mengalami kenaikan kompensasi, dimana terdapat 5 karyawan dengan perolehan poin sebesar 415 poin, 430 poin, 445 poin dan 460 poin.

Kata Kunci : perancangan sistem kompensasi, merit system, penilaian prestasi kerja, performance rating, merit pay increase.

(14)

BAB I 

PENDAHULUAN 

   

1.1 Latar Belakang

Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia diantaranya adalah masalah mengenai penurunan prestasi kerja karyawan, pelaksanaan kerja yang kurang efektif serta pemberian kompensasi yang tidak sesuai. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan produktivitas karyawan yang merupakan masalah utama dalam suatu perusahaan agar mampu memberikan kinerja yang terbaik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan adalah dengan memberikan kompensasi yang sesuai dengan prestasi kerjanya. Sehingga kompensasi yang didapatkan dapat terasa lebih adil dan bukan hanya didasarkan pada latar belakang pendidikan maupun lamanya masa kerja tetapi juga

didasarkan pada prestasi kerjanya. 

PD. BPR BKD Karanganyar adalah salah satu unit bisnis daerah yang

bergerak dalam usaha simpan pinjam. Para karyawan bekerja dari pukul 08.00

(15)

Dari sistem penggajian yang tersebut diatas, banyak karyawan yang merasa tidak puas. Karena dengan jabatan yang sama namun beban dan tanggung jawab yang berbeda serta prestasi kerja yang berbeda akan mendapatkan kompensasi yang sama. Hal ini yang menjadi pemikiran untuk menggunakan konsep merit system dalam membuat sistem pemberian kompensasi bagi karyawan dengan harapan dapat mengatasi rasa ketidakpuasan para karyawan maupun masalah mengenai penurunan prestasi kerja karyawan dan tentunya dapat meningkatkan kinerja

perusahaan. 

Merit system merupakan suatu sistem pembayaran imbalan (reward) yang

dikaitkan dengan jasa atau prestasi kerja seseorang yang disesuaikan dengan kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan. Konsep dan implikasi dari merit system ini adalah bahwa seseorang akan memperoleh imbalan yang lebih tinggi jika memiliki prestasi kerja yang baik. Prestasi kerja dapat dinilai dari sejauh mana kedisiplinan, kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, kemandirian, kerja sama, tanggung jawab maupun keterampilan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Merit system mempunyai tujuan untuk memotivasi karyawan agar terus

meningkatkan kinerja mereka sehingga secara otomatis kinerja perusahaan menjadi baik. Untuk penilaian kinerja seseorang ditentukan dengan adanya penilaian prestasi kerja yang dilihat dari kriteria-kriteria yang erat hubunganya dengan pekerjaan dan karakteristik dari karyawan.

 

(16)

Berdasarkan  latar  belakang  diatas,  maka  dapat  dirumuskan  suatu 

permasalahan yaitu: 

“  Bagaimana  membuat  rancangan  sistem  pemberian  kompensasi  yang 

didasarkan  pada  penilaian  prestasi  kerja  karyawan  di  PD.  BPR  BKD 

Karanganyar ?  

 

1.3    Batasan Masalah 

Untuk  mencapai  tujuan  yang  diinginkan  dalam  penelitian  maka  perlu 

dilakukan pembatasan terhadap masalah yang dihadapi : 

1. Penilaian prestasi kerja karyawan adalah penilaian prestasi kerja individu.  2. Kriteria‐kriteria dalam penilaian prestasi kerja yang digunakan ditentukan 

oleh  pihak  perusahaan  dengan  memperhatikan  kondisi  yang  ada  di 

perusahaan. 

3. Karyawan yang dinilai adalah karyawan tetap tingkat pelaksana PD. BPR 

BKD Karanganyar. 

 

1.4 Asumsi 

Asumsi ‐ asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 

1. Tingkat  keterampilan  karyawan  dalam  melaksanakan  tugas‐tugasnya 

dianggap cukup sesuai dengan syarat‐syarat yang dibutuhkan. 

2. Diasumsikan jumlah poin keseluruhan yang digunakan dalam metode 

poin adalah 1000 poin.   

(17)

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai 

dari penelitian ini adalah membuat rancangan sistem pemberian kompensasi 

berdasarkan  prestasi  kerja  karyawan  dengan  menggunakan  metode  Merit 

System di PD. BPR BKD Karanganyar.  1.6 Manfaat Penelitian 

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:   a. Bagi Perusahaan : 

Dengan adanya perancangan sistem pemberian kompensasi yang 

penilaiannya  didasarkan  pada  penilaian  prestasi  kerja  karyawan  dan 

tingkat penghasilan para karyawan. Dimana kriteria penilaiannya antara 

lain adalah penilaian terhadap kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, 

kerja sama, tanggung jawab, kedisiplinan, keterampilan dan kemandirian 

dari masing‐masing karyawan. Maka PD. BPR BKD Karanganyar dapat 

lebih  baik  dalam  hal  sistem  pemberian  kompensasinya,  oleh  karena 

sistem pemberian kompensasi ini lebih rinci dan dapat lebih memotivasi 

karyawan  dalam  meningkatkan  prestasi  kerjanya  dan  tentunya 

produktivitas dari perusahaan akan lebih meningkat.  b. Bagi Peneliti : 

Dengan  adanya  pelaksanaan  penelitian  ini  maka  peneliti  dapat 

mengetahui,  merancang,  maupun  menganalisa  sistem  pemberian 

kompensasi  yang  didasarkan  pada  prestasi  kerja  karyawan  yang 

menggunakan  dua  macam  variabel  yaitu  kriteria‐kriteria  penilaian 

(18)

penelitian  tersebut  peneliti  dapat  menerapkan  sistem  pemberian 

kompensasi dengan menggunakan merit system di perusahaan tempat 

peneliti bekerja nanti.  c. Bagi Universitas : 

Dari penelitian  yang bertujuan untuk merancang  sebuah sistem 

kompensasi  yang  didasarkan  pada  penilaian  prestasi  kerja  dengan 

menggunakan metode merit system manfaat yang dapat diambil bagi 

universitas adalah pihak universitas memperoleh bahan atau masukan 

tentang kriteria‐kriteria penilaian prestasi kerja yang terdapat pada PD. 

BPR BKD Karanganyar berikut tingkat penghasilan yang diterima para 

karyawannya dan dari data‐data tersebut pihak universitas dapat lebih 

memperdalam maupun melakukan penelitian lanjutan yang semakin rinci 

dan spesifik.   

1.7    Sistematika Penulisan 

Penulisan laporan penelitian disusun sebagai berikut :  BAB I :  PENDAHULUAN 

Pada  bab  ini  akan  diberikan  gambaran  mengenai  latar  belakang      

dilakukannya  penelitian,  perumusan  masalah  yang  akan  dibahas, 

batasan  masalah  dan  asumsi  yang  digunakan,  penetapan  tujuan 

penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang didapatkan, 

(19)

BAB II :   TINJAUAN PUSTAKA 

Pada bab ini akan dipaparkan teori–teori yang relevan dan sesuai 

dengan  topik  penelitian  yang  dilakukan  dan  teori‐teori  tentang 

operasional  PD.  BPR  BKD  Karanganyar,  analisis  jabatan, penilaian 

prestasi  kerja,  kompensasi  dan  konsep  dari  Merit  System  yang 

digunakan sebagai acuan dalam pembahasan permasalahan. 

 

BAB III :   METODE PENELITIAN 

Pada  bab  ini  berisi  uraian  singkat  mengenai  langkah‐langkah 

penyelesaian  masalah  dengan  menggunakan  Merit  System  dalam 

pengerjaan tugas akhir ini.   

BAB IV :   ANALISA DAN PEMBAHASAN 

Bab ini berisikan tentang pengumpulan data yang akan digunakan 

dalam  perhitungan  penilaian  prestasi  kerja  karyawan  dan 

perancangan  sistem  pemberian  kompensasi  berdasarkan  prestasi 

kerja karyawan.   

BAB V :   KESIMPULAN DAN SARAN 

Pada bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari perancangan sistem 

pemberian kompensasi berdasarkan penilaian prestasi kerja karyawan 

(20)

DAFTAR PUSTAKA 

 

LAMPIRAN 

                         

BAB

 

II

 

TINJAUAN

 

PUSTAKA

 

 

1.1 Operasional PD. BPR BKD Karanganyar 2.1.1 Sumber Dana

Modal utama dalam kegiatan operasional suatu bank adalah dana,

sehingga PD. BPR BKD Karanganyar berusaha semaksimal mungkin untuk

menggali dana dari masyarakat. Hal ini harus diimbangi dengan kemampuan

untuk menyalurkan kembali dana itu. Tidak tertutup kemungkinan juga suatu saat

bank menggali dana dari pinjaman antar bank, yang diperoleh dari bank umum

dalam bentuk penyaluran kredit usaha kecil.

Komposisi dana yang ada di PD. BPR BKD Karanganyar untuk

operasionalnya adalah :

(21)

Diambil dari pos modal disetor. Jumlah sampai saat ini Rp

15.000.000.000,00. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan penyediaan

modal minimal yang harus disediakan oleh BPR, yaitu Rp 500.000.000,00

untuk tingkat Kabupaten dan Rp 1.000.000.000,00 untuk tingkat Kodya.

b. Masyarakat

Dana dari masyarakat dihimpun melalui berbagai jasa simpanan yang

diselenggarakan. Hingga saat ini jumlah dana dihimpun dari pihak ketiga

telah jauh melebihi dari modal disetor.

c. Dana kerjasama dengan bank umum.

Dana kerjasama ini adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh BPR

dengan Bank Umum yang penyalurannya melalui Kredit Usaha Kecil.

1.1.2 Produk Jasa dan Pelayanan 

Produk yang dihasilkan BKD ada dua yaitu produk funding dan produk 

lending.  Produk  funding  yaitu  produk  yang  dapat  menarik  dana  untuk 

kelangsungan hidup bank sedangkan produk lending adalah produk yang dapat 

menyalurkan dana yang ada kepada masyarakat. 

a. Pelayanan Kredit : 

1. Kredit Umum 

Kredit umum adalah kredit yang diperuntukkan bagi usaha mikro dan 

(22)

ditetapkan sebesar 1,5 % sampai dengan 2 % dengan masa angsuran 

maksimal selama 72 bulan. 

2. Kredit Karyawan/ Pegawai 

Kredit Karyawan/ Pegawai adalah kredit yang khusus diperuntukkan 

kepada  PNS,  anggota  TNI,  dan  POLRI  dengan  tujuan  membantu 

meningkatkan kesejahteraannya. Suku bunga yang ditawarkan rata‐rata 

1,25 % ‐ 1,50 % per bulan dengan masa pengembalian selama 96 bulan 

dengan jaminan gaji dan dipotong oleh bendahara gaji. 

3. Kredit Jasa Konstruksi 

Kredit ini diperuntukkan kepada kantor kontraktor ataupun rekanan 

yang mengerjakan proyek‐proyek APBD II. Suku bunga yang ditawarkan 

adalah bunga tetap 2 % per bulan atau 3,5 % per bulan efektif dengan 

masa pelunasan rata‐rata antara 3 sampai 6 bulan. 

4. Kredit Ketahanan Pangan (KKP) 

KKP adalah  kredit untuk  memperkuat  persediaan  pangan terutama 

beras ataupun bahan pangan lainnya. Suku bunga yang ditawarkan 

adalah 1 % per bulan dengan masa pelunasan 24 bulan. 

5. Kredit PNM 

Kredit PNM terdiri  dari tiga jenis kredit  adalah merupakan  linkage 

program atau kerja sama antara PNM dengan BPR guna mengemban 

sektor UMKM. Adapun bentuk kredit tersebut adalah sebagai berikut : 

(23)

Kredit yang ditujukan untuk membantu para pengusaha terutama di 

sektor  UKM  dalam  rangka  pengadaan  sarana  usaha  untuk 

meningkatkan kapasitas produksi. Suku bunga SUP adalah 1,03 % 

flat per bulan dengan masa pinjaman maksimal 36 bulan. 

b. Kredit Modal Kerja (KMK) 

Merupakan  sarana  permodalan    khususnya  ditujukan  untuk 

pengembangan UKM dengan plafon kredit diatas Rp. 1.000.000,00 

dengan suku bunga 1,5 % per bulan dan masa pelunasan sampai 

dengan 36 bulan. 

c. Kredit Equity / Kredit Umum PNM 

Kredit ini secara umum hampir sama dengan kredit umum biasa 

sedangkan perbedaannya terletak pada sumber dananya (PNM) dan 

tingkat suku bunga. Untuk kredit PNM suku bunga sebesar 1,3 %  

dengan masa angsuran selama 36 bulan.  

6.  Kredit Kepemilikan Sarana Usaha (KSSU) 

KSSU merupakan kredit untuk membiayai kepemilikan kios maupun los 

di proyek pasar, ruko di kompleks pertokoan dan lainnya dengan suku 

bunga sebesar 1,8 % dengan masa pelunasan sampai dengan 36 bulan. 

7.  Kredit Pemilikan Rumah (KPR) 

KPR merupakan kredit untuk membiayai kepemilikan rumah dengan 

suku bunga 1,5 %  ‐ 2 % dengan masa pelunasan sampai dengan 62 

bulan. 

(24)

Merupakan sarana pembiayaan pendidikan dengan suku bunga 1,5 % 

dengan masa pelunasan sampai dengan 36 bulan. 

b.   Jasa Layanan Simpanan atau Tabungan 

1. Tabungan Wajib 

Tabungan wajib adalah tabungan yang dihimpun dari para debitur pada 

setiap realisasi kredit dengan suku bunga sebesar 4 % per tahun. 

2. Tabungan Umum 

Simpanan bagi masyarakat umum agar dana simpanannya memberikan 

manfaat yang maksimal bagi nasabah atau penabung. Terdapat dua 

jenis produk tabungan, yaitu : 

a. Tabungan Harian Masyarakat (Harimas) 

Tabungan Harimas merupakan tabungan dengan bunga harian. Jasa 

bunga yang diberikan sebesar 6 % per tahun. Tabungan ini sangat 

efektif  bagi wirausaha. 

b. Tabungan Srikandi 

Tabungan Srikandi adalah tabungan berhadiah yang diundi pada 

bulan November dan Mei dengan hadiah utama sepeda motor. Jasa 

bunga yang ditawarkan kepada penabung sebesar 6 % per tahun. 

3. Deposito 

Deposito adalah simpanan dengan masa keterikatan dana berjangka 

waktu tertentu diperuntukkan bagi masyarakat agar investasinya aman 

dan memberikan hasil yang menguntungkan. Macam produk deposito 

(25)

a. Deposito jangka waktu 1 bulan dengan bunga 9 % per tahun. 

b. Deposito jangka waktu 3 bulan dengan bunga 9,5 % per tahun. 

c. Deposito jangka waktu 6 bulan dengan bunga 10,5 % per tahun. 

d. Deposito jangka waktu 12 bulan dengan bunga 11,5 % per tahun. 

 

2.1.3    Wilayah Pemasaran 

Wilayah pemasaran baik untuk kredit maupun tabungan sesuai dengan 

Perda,  meliputi  seluruh  wilayah  Kabupaten  Karanganyar.  Khusus  untuk 

pemasaran  kredit  BKD  telah  menjangkau  hampir  85  %  wilayah  Kabupaten 

Karanganyar. Pelayanan kredit dilaksanakan ditiap wilayah pelayanan masing‐

masing daerah dan untuk membantu kelancaran kredit maka dibangun beberapa 

kantor  cabang  dan  kantor  kas  yaitu  kantor  kas  Jambangan,  Klodran, 

Karangpandan,  Palur,  Jumapolo,  Suruhkalang  dan  kantor  cabang  Grompol 

sehingga pemasaran dilakukan langsung kepada calon nasabah. 

 

2.1.4 Pelaksanaan Sistem Pemberian Kredit pada PD. BPR BKD Karanganyar

2.1.4.1 Penerapan Prosedur Pemberian Kredit pada PT. BPR BKD Karanganyar

1. Customer Service

a. Nasabah mengisi Formulir Permohonan Kredit (FPK) dan diserahkan ke

customer service.

b. Menerima permohonan pinjaman nasabah yang diisikan dalam FPK.

(26)

2. Bagian Kredit

a. Menerima FPK dan meneliti kelengkapan berkas administrasinya.

b. Diregister di buku pengajuan kredit.

c. Diberikan ke petugas analisis untuk dianalisis sesuai wilayah

masing-masing, jika ditolak maka proses selesai.

d. Jika diterima, maka dimintakan persetujuan Kabag Kredit.

e. FPK dikirim ke bagian administrasi kredit.

3. Staf Administrasi Kredit

a. Menerima FPK dan melakukan pengetikan, kemudian menyimpan FPK

sesuai abjad.

b. Dimintakan verifikasi dan paraf kepada administrasi kredit atau petugas

yang ditunjuk.

c. Dimintakan tandatangan kepada Direksi dan paraf kepada Kabag Kredit.

d. Nasabah menunjukkan KTP asli, menyerahkan jaminan, dan diterima

oleh bagian administrasi kredit.

e. Nasabah menandatangani perjanjian kredit dan berkas lain yang

diperlukan.

f. Bagian administrasi kredit meneliti kebenaran atas jaminan dan kartu

identitas tersebut.

g. Bagian administrasi kredit membukukan ke buku mutasi kredit.

h. Bagian administrasi memberikan kepada kasir kartu identitas, kartu

angsuran (2 lembar) dan tanda terima barang jaminan.

(27)

a. Bagian kasir membuat kuitansi (rangkap 3) berdasarkan kartu identitas,

kartu angsuran dan tanda terima barang jaminan, serta setelah mengecek

KTP asli nasabah.

b. Bagian kasir membuat bukti pengeluaran kas (rangkap 2).

c. Bagian kasir mengirimkan kwitansi lembar III ke bagian administrasi

kredit yang kemudian disimpan menurut nomor.

d. Bagian kasir memberikan kwitansi lembar II, bukti pengeluaran kas

lembar I, dan kartu angsuran I kepada nasabah.

e. Nasabah menandatangani kwitansi pinjaman, menerima uang, bukti

pengeluaran kas lembar I, dan kartu angsuran lembar I.

f. Bagian kasir mengirimkan kwitansi lembar I, bukti pengeluaran kas

lembar II, kartu angsuran lembar II, kartu identitas, dan tanda terima

barang jaminan ke bagian pembukuan.

5. Bagian Pembukuan

a. Berdasarkan kwitansi lembar I, bukti pengeluaran kas lembar II, kartu

angsuran lembar II, kartu identitas, dan tanda terima barang jaminan,

bagian pembukuan mencatatnya ke jurnal.

b. Setelah itu diposting ke buku besar dan ke buku bantu harian kredit.

c. Kemudian bagian pembukuan membuat neraca.

d. Seluruh dokumen tersebut kemudian disimpan menurut nomor.

(28)

Besarnya bunga untuk kredit pegawai adalah 1,25 % sampai dengan 1,5

% sedangkan untuk kredit umum sebesar 1,5 % sampai dengan 2 %. Perhitungan

besar angsuran berikut bunganya dilakukan dengan sistem bunga flat. Artinya

jumlah angsuran yang dibayarkan setiap bulan besarnya sama. Contoh

perhitungan angsuran kredit umum adalah sebagai berikut :

Pinjaman = Rp 6.000.000,00 : 12 bulan = Rp 500.000,00

Bunga = 1,75 % x Rp 6.000.000,00 = Rp 105.000,00

Jadi angsuran = Rp 500.000,00 + Rp 105.000,00

= Rp 605.000,00

2.1.4.3 Prosedur Pengembalian Pinjaman

Mayoritas waktu pelunasan kredit yang ditawarkan oleh PD. BPR BKD

Karanganyar adalah mulai dari 12 bulan sampai 96 bulan. Prosedur pembayaran

angsuran adalah sebagai berikut :

1. Nasabah membawa kartu pembayaran angsuran.

2. Bagian kredit mengambil kartu pengawas, kemudian membukukan ke

buku mutasi dan komputer.

3. Administrasi kredit membukukan ke kartu pembayaran angsuran nasabah.

4. Pemeriksaan oleh bagian akuntansi atau yang ditunjuk.

5. Kartu pembayaran angsuran diberikan kepada kasir.

6. Kasir menerima pembayaran angsuran nasabah.

7. Dari kasir dibukukan oleh bagian pembukuan dan mengetahui Direksi.

2.1.4.4 Dokumen yang Digunakan

Setiap kegiatan dari segala kejadian yang ada pada suatu organisasi

(29)

sumber informasi yang dibutuhkan. Dokumen dasar atau arsip pada hakekatnya

akan menjadi salah satu media rekaman informasi yang memainkan peran penting

dan menentukan di dalam setiap kehidupan organisasi baik organisasi pemerintah

maupun swasta. PD. BPR BKD Karanganyar dalam melakukan kegiatannya

mempergunakan dokumen atau bukti tertulis sebagai berikut :

a. Formulir Permohonan Kredit

Formulir ini pertama kali diisi oleh nasabah untuk pengajuan pinjaman. Di

dalamnya berisi pernyataan tertulis dari peminjam bahwa data yang

diisikan adalah benar dan bersedia mengikuti segala persyaratan yang

berlaku. Dari dokumen ini dapat diketahui berapa besarnya pinjaman dan

jangka waktu pembayaran. Formulir Permohonan Kredit (FPK) yang

digunakan ada tiga macam sesuai dengan kebutuhan, yaitu Formulir

Permohonan Kredit Pegawai, Formulir Permohonan Kredit Umum dengan

jaminan sertifikat tanah atau rumah/bangunan, dan Formulir Permohonan

Kredit Umum dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor. Yang

membedakan dari ketiganya hanyalah pada lampiran. Pada FPK Pegawai,

lampirannya berupa daftar perincian gaji, surat kuasa dan surat pernyataan

dari pimpinan yang menyatakan kesanggupan untuk melakukan

pemotongan gaji guna pembayaran angsuran kredit. Lampiran FPK umum

dengan jaminan sertifikat berupa surat keterangan dari Kepala Desa

mengenai jaminan yang akan diberikan. Sedangkan FPK umum dengan

jaminan BPKB berisi surat pernyataan dari calon debitur dan data-data

(30)

ditandatangani oleh petugas 1 dan petugas 2 setelah diteliti

kelengkapannya.

b. Kartu Identitas

Kartu identitas nasabah berisi data-data tentang peminjam. Disimpan oleh

bagian pembukuan.

c. Kartu angsuran

Kartu angsuran berwarna kuning yang berisikan perincian pembayaran

angsuran. Dibuat oleh staf administrasi kredit sebanyak dua lembar.

Lembar I (asli) diberikan kepada nasabah dan harus dibawa tiap kali

membayar bunga/angsuran, sedangkan lembar II disimpan oleh bagian

pembukuan.

d. Tanda terima barang jaminan

Surat tanda terima barang jaminan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Surat ini sebagai bukti bahwa peminjam telah menyerahkan barang

sebagai tanggungan/jaminan pinjaman yang diperoleh dari PD. BPR BKD

Karanganyar. Dalam dokumen ini juga terdapat surat tanda pengambilan

barang jaminan karena tiga sebab, yaitu kreditnya lunas atau dicabut atau

ditolak.

e. Kwitansi

Kwitansi dibuat oleh kasir sebagai bukti telah mengeluarkan uang.

Kwitansi dibuat rangkap tiga. Lembar I berwarna putih disimpan oleh

bagian pembukuan, lembar II berwarna merah muda untuk diberikan

kepada nasabah, sedangkan lembar III berwarna kuning sebagai arsip

(31)

f. Bukti pengeluaran kas

Dibuat rangkap dua oleh kasir, lembar I (asli) berwarna putih diberikan

kepada nasabah, dan lembar II berwarna merah muda diserahkan ke bagian

pembukuan. Dokumen ini dibuat sebagai bukti pengeluaran kas.

g. Bukti penerimaan kas

Dokumen ini dibuat sebagai bukti penerimaan kas. Dibuat rangkap dua

oleh kasir. Lembar I (asli) diberikan kepada nasabah dan lembar II

diserahkan ke bagian pembukuan. Keduanya berwarna putih.

2.1.4.5 Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pemberian

kredit pada PD. BPR BKD Karanganyar adalah :

a. Jurnal

Jurnal ini digunakan untuk mencatat seluruh transaksi keluar masuknya

uang.

b. Buku besar

Catatan akuntansi ini untuk membukukan transaksi dari jurnal ke posnya

masing-masing.

c. Buku bantu harian

Buku Bantu Harian yang digunakan dalam pemberian kredit pada PD. BPR

BKD Karanganyar adalah Buku Bantu Harian Kredit. Buku Bantu Harian

Kredit digunakan untuk mencatat realisasi kredit dan angsuran kredit.

d. Neraca harian

Neraca harian digunakan untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan.

(32)

1. Prosedur Permohonan Kredit

Pertama-tama calon nasabah mendatangi bank untuk mengajukan

permohonan kredit. Namun, pada PD. BPR BKD Karanganyar ada petugas

(account officer) yang akan mendatangi calon nasabah apabila calon

nasabah tidak dapat datang ke bank. Sistem ini disebut sistem jemput bola.

Nasabah kemudian mengisi formulir permohonan kredit.

2. Prosedur Verifikasi Permohonan

Formulir permohonan kredit dimasukkan ke bagian kredit untuk diteliti

kelengkapannya dan dicek kebenarannya oleh petugas analisis. Apabila

dinilai layak, maka permohonan tersebut akan diproses dan dimintakan

persetujuan Kabag Kredit. Namun apabila dinilai tidak memenuhi syarat,

maka permohonan tersebut ditolak. Pemberitahuan penolakan dapat

dilakukan secara lisan oleh petugas atau dikirim melalui surat.

3. Prosedur Pemrosesan Persetujuan

Permohonan yang telah disetujui diproses oleh staf administrasi kredit. Staf

administrasi mengetik warkat kredit, melakukan verifikasi dan memberi

paraf, selanjutnya memintakan tanda tangan direksi dan paraf kabag

marketing. Setelah itu staf administrasi kredit membuat perjanjian kredit dan

berkas-berkas lain yang diperlukan untuk ditandatangani nasabah. Berbagai

dokumen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam buku mutasi kredit

(33)

identitas, kartu angsuran, dan tanda terima barang jaminan yang selanjutnya

dikirim ke kasir.

4. Prosedur Pencairan Kredit

Berdasarkan kartu identitas, kartu angsuran, dan tanda terima barang

jaminan yang dikirim oleh staf administrasi kredit, bagian kasir kemudian

membuat kwitansi sebagai bukti pembayaran uang dan bukti pengeluaran

kas sebagai bukti pengeluaran kas. Selanjutnya dokumen tersebut diberikan

ke bagian pembukuan. Proses pencairan kredit dapat dilaksanakan dalam

waktu 2-3 hari dan paling lama adalah satu minggu.

5. Prosedur Penjurnalan

Bagian pembukuan menjurnal seluruh transaksi keluar masuknya uang ke

dalam jurnal berdasarkan dokumen dari bagian kasir. Kemudian

memposting ke buku besar dan buku bantu harian dan setelah itu

mengerjakan neraca harian.

2.1.5 Pelaksanaan Sistem Pelayanan  Deposito  pada PD. BPR BKD Karanganyar

2.1.5.1    Deposito 

Pengertian deposito yaitu jenis simpanan atau penerimaan dana dari 

nasabah yang menginvestasikan dananya kepada pihak bank dengan berjangka 

waktu atau menurut ketentuan aturan Bank. 

Pelayanan  deposito  meliputi  penyetoran  dan  penarikan  atau 

pengambilan  dana.  Untuk  syarat‐syarat  dan  prosedur  penyetoran  deposito 

(34)

1. Deposan menyerahkan foto copy KTP atau identitas lain yang masih berlaku 

serta  mengisi  formulir  permohonan  secara  lengkap  yang  kemudian 

menyerahkan kembali ke bagian dana. 

2. Setoran minimal Rp 2.500.000,‐ ( Dua juta lima ratus ribu rupiah ) kemudian 

bagian dana mengadakan wawancara dengan deposan atau investor yang 

meliputi : 

a. Tujuan penempatan. 

b. Jangka waktu penempatan. 

c. Jasa bunga simpanan. 

d. Ketentuan yang harus dipatuhi sesuai dengan peraturan yang ada. 

e. Setelah diteliti dan sudah benar maka oleh bagian dana dibuatkan 

warkat penerimaan uang deposito. 

f. Pihak  ke  tiga kemudian  menyerahkan dananya  kepada  pihak  bank 

melalui bagian  kas  sesuai dengan warkat  penyetoran deposito dari 

bagian dana. 

g. Sesuai dengan bukti penyetoran dari bagian kas dimasukkan dalam 

register dan dibuatkan sertifikat deposito. 

h. Bagian kas mencatat dalam buku kas harian dan kemudian diberikan 

data ke bagian Pembukuan untuk dilakukan pencatatan. 

Sedangkan untuk pengambilan deposito syarat dan prosedurnya adalah : 

1. Deposan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan ke bagian kas bahwa 

dana yang diinvestasikan akan diambil dalam jangka waktu yang sudah 

(35)

2. Bagian  kas  menyiapkan dana  sebesar deposito  pengambilan tersebut 

sesuai tanggal yang sudah disepakati. 

3. Pihak deposan menyerahkan sertifikat deposito kepada direksi melalui 

bagian  dana  untuk  ditandatangani  sebagai  bukti  kebenarannya  dan 

dibuatkan  warkat  pengambilan  dana  deposito  secara  tunai  yang 

kemudian diserahkan pada bagaian kas. 

4. Bagian kas menerima warkat pengambilan tunai dari bagian dana untuk 

ditanda tangani oleh deposan dan menyerahkan dana tersebut sesuai 

dengan warkatnya. 

5. Bagian kas mencatat ke buku kas harian dengan melampirkan sertifikat 

deposito beserta warkat pengambilannya untuk ditandatangani direktur. 

6. Bagian dana dan Pembukuan juga melakukan pencatatan berdasarkan 

data dari lampiran buku kas harian. 

2.1.5.2    Tabungan 

Pengertian tabungan yaitu penerimaan dana dari para pedagang atau 

masyarakat umum yang diambil langsung oleh petugas lapangan atau pihak 

nasabah datang sendiri ke kantor PD.BPR BKD Karanganyar. Pada jenis tabungan 

ini dikategorikan juga prosedur penerimaan dan pengambilan dana. 

Syarat dan prosedur penerimaan tabungan 

1. Dari pihak penabung memberikan foto copy identitas berupa KTP atau 

identitas lain yang masih berlaku kemudian mengisi formulir permohonan 

tabungan yang sudah disediakan petugas, setelah selesai menyerahkan 

(36)

bagian dana memberi buku tabungan kepada nasabah dengan terlebih 

dahulu mengisi saldo awal minimal Rp 100.000,‐ (seratus ribu rupiah). 

Untuk  penabung  yang  datang  langsung  ke  kantor  PD.  BPR  BKD 

Karanganyar langsung dilayani oleh petugas bagian tabungan sedangkan 

untuk  para  pedagang  yang  ada  dipasar‐pasar  bagian  petugas  luar 

melakukan pengambilan uang tiap hari atau mingguan dan seterusnya. 

2. Petugas luar melakukan penyetoran ke bagian kas dengan melampirkan 

bukti setor tabungan secara lengkap. 

3. Bagian kas mencatat dalam buku kas harian setelah itu lembar nota bukti 

setor  kas  diserahkan  ke  bagian  dana  untuk  dilakukan  pencatatan 

berdasarkan nomor rekening yang sudah ada. 

4. Setelah  dilakukan  pencatatan  bagian  dana  menyerahkan  bukti  setor 

kembali ke bagian kas untuk dijadikan satu dengan transaksi‐transaksi lain 

sesuai dengan tanggal penerimaan. 

 

 

 

2.2    Analisis Jabatan 

Analisis  Jabatan  merupakan  kegiatan  besar  yang  pertama  tetapi  yang 

merupakan langkah kedua dari  seluruh  proses pembuatan, perumusan atau 

penataan ulang kebijakan dan sistem imbalan (kompensasi). Beberapa sistem 

(37)

rekrutmen,  pengembangan  karier,  pelatihan,  perancangan  kerja,  penilaian 

kinerja dan pemberian kompensasi. 

Achmad S. Ruky (2002) menyebutkan bahwa analisis jabatan mencakup 

kegiatan mengidentifikasi dan menggambarkan (dengan kata‐kata) mengenai 

apa yang sedang terjadi dalam sebuah pekerjaan dan jabatan yang ada dalam 

sebuah organisasi. 

Mutiara S. Panggabean (2002) menyebutkan analisa jabatan merupakan 

suatu  proses  penyelidikan  yang  sistematis  untuk  memperoleh  informasi 

mengenai pekerjaanya. 

Analisa  jabatan  adalah  proses  pengumpulan  dan  pemeriksaan  atas 

aktivitas‐aktivitas  kerja  pokok  didalam  sebuah  posisi  serta  kualifikasi  atas 

keahlian, pengetahuan, dan sifat‐sifat individu untuk melaksanakan aktivitas ini 

(Henry Simamora, 2006). 

Menurut Dale Yoder (dikutip  oleh Anwar Prabu Mangkunegara, 2005). 

tujuan dari analisa jabatan adalah : 

1. Menentukan kualifikasi yang diperlukan pemegang jabatan. 

2. Melengkapi bimbingan dalam seleksi dan penarikan pegawai. 

3. Mengevaluasi kebutuhan pegawai untuk pemindahan ataupun promosi. 

4. Menentukan tingkat upah, gaji dan pemeliharaan administrasi upah dan gaji. 

5. Mempertimbangkan  keadilan  dari  jasa  yang  kurang  puas  terhadap 

pernyataan yang diberikan. 

(38)

7. Melengkapkan  rumusan‐rumusan  untuk  peningkatan  metode  dan 

penyederhanaan kerja. 

Dari penjelasan analisis jabatan diatas dapat menghasilkan informasi yang 

lengkap dan menyeluruh tentang pekerjaan‐pekerjaan dan tugas‐tugas yang ada 

dalam organisasi dan persyaratan yang diperlukan agar pekerjaan tersebut dapat 

diselesaikan. 

 

2.3    Uraian Jabatan 

Achmad  S.  Ruky  (2002)  menyebutkan  bahwa  uraian  jabatan  atau 

dikalangan praktisi sumber daya manusia lebih sering disebut job description 

adalah sebuah dokumen yang menggambarkan segala informasi yang relevan 

tentang sebuah pekerjaan atau jabatan. 

Menurut Mutiara S. Panggabean (2002), uraian jabatan mempunyai definisi 

sebagai ringkasan yang menyeluruh mengenai persyaratan pekerjaan. 

Tujuan dari uraian jabatan adalah agar pada saat orang‐orang yang akan 

menduduki  jabatan  atau  posisi  yang  ada  dalam  skema  organisasi  tersebut 

ditunjuk atau diangkat mereka diharapkan akan langsung bisa melaksanakan 

tugas mereka dengan bantuan uraian jabatan yang sudah disiapkan itu. 

Sebuah uraian jabatan adalah satu pernyataan tertulis tentang apa yang 

sesungguhnya dilakukan pemegang jabatan, bagaimana dia melakukannya. dan 

dalam kondisi apakah pekerjaan itu dijalankan (Gary Dessler, 2007). Informasi ini 

(39)

Tidak ada format standar yang harus digunakan dalam menulis suatu uraian 

jabatan, namun kebanyakan uraian memuat bagian‐bagian tentang : 

1. Identifikasi Jabatan 

Bagian identifikasi jabatan mengandung beberapa informasi, diantaranya 

nama jabatan yang berfungsi untuk menspesifikasi nama jabatan seperti 

penyelia dari operasi pengolahan data, manajer penjualan atau pegawai 

pengendalian  inventori.  Kemudian  status  jabatan  yang  memungkinkan 

untuk identifikasi cepat atas status eksem (bebas) atau tidak eksem dari 

jabatan. Kode jabatan memungkinkan perujukan yang mudah atas semua 

jabatan. 

2. Ringkasan Jabatan 

Ringkasan jabatan hendaknya menggambarkan sifat umum dari jabatan, 

yang mendaftarkan hanya fungsi dan kegiatan utamanya. 

3. Hubungan, Tanggung Jawab dan Kewajiban 

Penetapan  hubungan  memperlihatkan  hubungan  pemegang  jabatan 

dengan yang di dalam dan di luar organisasi. Bagian tanggung jawab dan 

kewajiban menggambarkan daftar yang rinci tentang tanggung jawab dan 

kewajiban yang sebenarnya dari jabatan. 

4. Wewenang dari pemegang jabatan 

Bagian ini akan menentukan batas‐batas wewenang pemegang jabatan, 

termasuk wewenang pengambilan keputusannya, supervise langsung dari 

personil yang lain dan batas‐batas penganggaran. 

(40)

5. Standar Kinerja 

Bagian ini menetapkan standar‐standar yang diharapkan bisa dicapai oleh 

karyawan  dalam masing‐masing tugas dan tanggung jawab  utama dari 

uraian jabatan. 

6. Kondisi Kerja 

Uraian jabatan juga akan mendaftarkan kondisi kerja umum yang tercakup 

pada  jabatan.  Bagian  ini  mungkin  mencakup  hal‐hal  seperti  tingkat 

kebisingan, kondisi yang berbahaya atau kepanasan. 

7. Spesifikasi Jabatan 

Spesifikasi tersebut menunjukkan orang macam apakah yang direkrut dan 

dalam kualitas apakah orang tersebut hendaknya diuji. Spesifikasi jabatan 

bisa merupakan satu bagian terpisah pada uraian jabatan atau dokumen 

yang sama sekali terpisah (sering disajikan pada bagian belakang dari uraian 

jabatan). 

Gary  Dessler  (2007)  menyebutkan  ada beberapa  pedoman final  untuk 

menulis uraian jabatan, yaitu : 

a.  Jelas 

Uraian jabatan hendaknya melukiskan pekerjaan dan posisi itu sebegitu 

baik sehingga tugas‐tugas itu jelas tanpa rujukan ke uraian jabatan lain. 

b. Spesifik 

Kata‐kata yang digunakan haruslah spesifik dan mengandung aksi. Misalnya 

adalah menganalisis, menyampaikan, mengumpulkan, merencanakan dan 

(41)

pada umumnya memiliki tugas‐tugas yang paling rinci, sementara posisi 

tingkat lebih tinggi berhadapan dengan aspek yang lebih luas. 

c. Singkat 

Pernyataan  yang  singkat  dan  akurat  biasanya  paling  baik  dalam 

menyelesaikan tujuan. 

d. Periksa ulang (rechek

Pemeriksaan kembali bertujuan apakah uraian jabatan itu bisa dipahami 

oleh pembaca. 

 

2.4   Evaluasi Jabatan 

Evaluasi jabatan adalah metode pembobotan berat atau ringannya suatu 

jabatan dibandingkan terhadap jabatan lain dalam perusahaan yang sama (Jiwo 

Wungu dan Hartanto Brotoharsojo, 2003). 

Evaluasi  jabatan  merupakan  langkah  pertama  yang  dilakukan  dalam 

membuat suatu sistem penggajian yang adil. Manajemen perlu menetapkan 

suatu  hubungan  yang  konsisten  dan  sistematis  diantara  tingkat‐tingkat 

kompensasi dasar bagi semua pekerjaan dalam organisasi. 

Pemberian  bobot  atau  nilai  kepada  sebuah  jabatan  atau  pekerjaan 

dilakukan  melalui  sebuah  proses  atau kegiatan  yang  biasa  disebut evaluasi 

jabatan. Jadi  dengan  kata lain evaluasi  jabatan  adalah sebuah  proses  yang 

dilakukan dalam ruang lingkup manajemen sumber daya manusia yang bertujuan 

(42)

pekerjaan  dibandingkan  dengan  pekerjaan‐pekerjaan  lain  dalam  organisasi 

(Achmad S. Ruky, 2002). 

Ada beberapa metode yang digunakan dalam penilaian jabatan menurut 

Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo (2003), yaitu : 

1. Rangking Method 

Pada  metode  penilaian  jabatan  ini,  satu  jabatan  secara  keseluruhan 

dibandingkan  terhadap  setiap  jabatan  yang  lain  dalam  perusahaan. 

Sehingga terdapat urutan rangking dari jabatan yang paling ringan sampai 

jabatan yang paling berat atau sebaliknya. 

2. Classification Method 

Dalam  metode  klasifikasi,  jabatan‐jabatan  dikelompokkan  pada  kelas 

tertentu berdasarkan kesesuaian uraian jabatannya dengan pedoman atau 

karakteristik yang telah ditentukan untuk setiap kelas jabatannya. 

3.  Factors Comparison Method 

Pada  metode  ini  setiap  jabatan  dibandingkan  dan  dinilai  berdasarkan 

faktor‐faktor  kritisnya.  Yang dimaksud  faktor kritis adalah  faktor‐faktor 

yang secara umum ditemukan pada sebagian besar dan bila mungkin juga 

pada semua jabatan yang hendak dinilai. 

4. Point Method 

Metode ini sering digunakan karena merupakan metode yang paling kritis 

dan rinci. Penilai jabatan juga diberikan skala penilaian, namun rumusannya 

tidak terhadap jabatan sebagai keseluruhan melainkan berupa rumusan 

(43)

menggunakan nilai dan bobot untuk kriteria‐kriteria pada penilaian prestasi 

kerja karyawan. 

 

2.4.1    Metode Poin atau Metode Angka 

Metode  ini  termasuk  metode  analitis,  dimulai  dengan  memilih  dan 

menetapkan faktor‐faktor yang ada pada jabatan atau pekerjaan yang  akan 

dijadikan  tolak  ukur.  Diharapkan  dengan  metode  ini  aspek  subyektif  dan 

kemungkinan terjadinya ketidakpuasan dapat diperkecil (Simamora, 2006). 

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian 

jabatan dengan metode ini, yaitu : 

1. Menentukan jabatan yang akan dinilai. 

2. Tentukan  faktor‐faktor yang  dianggap  berpengaruh terhadap  imbalan 

yang akan diterima karyawan, cara yang digunakan bisa melalui analisa 

jabatan. 

3. Menentukan  bobot  faktor,  dimana  bobot  faktor  jabatan  ditetapkan 

berdasarkan kepentingan setiap faktor penilaian. 

4. Menentukan jumlah seluruh poin yang akan digunakan. Jumlahnya dapat 

bervariasi, tetapi 500 sampai 1000 poin adalah cukup baik. 

5. Mendistribusikan nilai poin ke derajat faktor‐faktor pekerjaan. 

6. Memberikan penilaian berdasarkan tingkat pekerjaannya. 

7. Mengkonversikan total nilai atau skor poin menjadi imbalan yang akan 

ditambahkan pada gaji yang diterima. 

(44)

 

 

 

 

 

Tabel 2.1  Contoh distribusi nilai poin kederajat faktor‐faktor pekerjaan 

 

TINGKAT  (POIN) 

 

FAKTOR‐FAKTOR  PEKERJAAN 

 

BOBOT 

1  2  3  4  5 

1. PENDIDIKAN  50%  50  100  150  200  250 

2. TANGGUNG JAWAB  30%  30  70  110  150   

3. UPAYA FISIK  12%  12  24  36  48  60 

4. KONDISI KERJA  8%  8  24  40     

Sumber : Simamora (2006)   

Faktor Pendidikan : 

Jumlah total poin = 500 poin 

Poin Maksimal    =   250  (Bobot 50% X Jumlah Total Poin) 

Poin Minimal    =   50  (dapat disamakan dengan persentase bobot yang telah 

ditentukan) 

Interval Tingkat atau Derajat   = Jumlah Poin Maksimal‐Jumlah Poin Minimal  Jumlah Derajat atau Tingkat ‐ 1 

 

  =  250 ‐ 50  5 ‐ 1 

    =  50 

(45)

1. Menyusun data poin hasil evaluasi jabatan dari yang terbesar sampai 

terkecil 

2. Menghitung  sebaran  dan  menentukan  banyak  job  class  yang  akan 

digunakan. 

Sebaran = data terbesar ‐ data terkecil 

3. Menghitung panjang class interval. 

Panjang Class Interval =     Sebaran    banyaknya job class   

 

Tabel 2.2  Contoh penilaian jabatan dengan metode poin 

Tanggung  jawab  :  Kesediaan  untuk  melibatkan  diri  sepenuhnya  dalam  melaksanakan  pekerjaan  dan  menanggung konsekuensi akibat kesalahan / kelalaian / 

kecerobohan pribadi dalam melaksanakan tugas.  BOBOT 30%  

  Tingkat  Nilai (Poin) 

Selalu  bersedia  menerima  segala  bentuk  tanggung jawab tugas yang melibatkan berbagai  konsekuensi secara pribadi. 

4   

Hampir setiap saat bersedia menerima tanggung  jawab  tugas  yang  kemungkinan  besar  menimbulkan  konsekuensi  dari  kelalaian  pribadi. 

 

Bersedia menerima tanggung jawab tugas yang  konsekuensinya tidak seluruhnya harus dihadapi  secara pribadi. 

2   

Cukup  bersedia  menerima  tanggung  jawab  tugas  yang  konsekuensinya  tidak  melibatkan  penggantian kerugian secara pribadi. 

1   

Tingkat tanggung jawab yang dicapai : 

Sumber : Wirawan (2009 

(46)

Prestasi  kerja atau  kinerja menurut  Benardin dan  Russel  (dikutip oleh 

Achmad S. Ruky, 2002) menjelaskan bahwa prestasi adalah catatan tentang hasil‐

hasil yang diperoleh dari fungsi‐fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu 

terlentu. Dengan  kata lain dapat kita  definisikan prestasi kerja  atau  kinerja 

(performance)  adalah  hasil  atau  apa  yang  keluar  (outcomes)  dari  sebuah 

pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi. 

Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal yang sistematis 

untuk melakukan penilaian terhadap segenap perilaku kerja karyawan dalam 

kurun  waktu  kerja  tertentu  yang  akan  menjadi  dasar  penetapan  kebijakan 

personalia  dan  pengembangan  karyawan  (Jiwo  Wungu  dan  Hartanto 

Brotoharsojo, 2003). 

Penilaian  prestasi kerja menurut Mutiara S. Panggabean (2002) adalah 

suatu proses formal untuk melakukan peninjauan dan evaluasi prestasi kerja 

seseorang secara periodik. 

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa penilaian prestasi kerja  adalah 

suatu proses penilaian terhadap hasil kerja baik itu kualitas maupun kuantitas 

yang dilakukan atasan kepada bawahan secara sistematik berdasarkan pekerjaan 

yang diberikan kepadanya. 

 

2.5.1   Tujuan Penilaian Prestasi Kerja 

Pada dasarnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan penilaian prestasi 

(47)

karyawan (Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo, 2003) selaras dengan definisi 

penilaian prestasi kerja, sehingga dapat dimodifikasi sebagai berikut : 

a. Penilaian  prestasi  kerja  karyawan  untuk  tujuan  administrasi  personalia, 

karena hasil penilaian prestasi kerja karyawan akan menjadi dasar untuk : 

1. Penetapan naik turunnya penghasilan karyawan. 

2. Penetapan keikutsertaan pelatihan pegawai. 

3. Penetapan  jenjang  karir  jabatan  karyawan  dalam  wujudnya  sebagai 

promosi, rotasi atau demosi jabatan. 

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas organisasi 

dan unit kerja pada umumnya serta individu‐individu karyawan dalam 

setiap jabatan mereka khususnya. 

b. Penilaian  prestasi  kerja  karyawan  untuk  tujuan  pengembangan  diri 

karyawan, meliputi : 

1. Sebagai  dasar  untuk  mengidentifikasi  kelebihan  atau  kekurangan 

karyawan sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam 

melibatkan karyawan untuk program‐program pengembangan karyawan. 

2. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan keahlian kerja 

serta meningkatkan motivasi kerja karyawan. 

3. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan dalam 

menilai dan mengamati perilaku karyawan secara keseluruhan, sehingga 

dapat diketahui minat, kemampuan serta kebutuhan karyawan. 

2.5.2   Metode Penilaian Prestasi Kerja 

(48)

Skala pengukuran menurut Indriantoro N. Supomo B. (1999), merupakan 

kesepakatan  yang  digunakan  sebagai  acuan  untuk  menentukan  panjang 

pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila 

digunakan  dalam  pengukuran  akan  menghasilkan  data  kuantitatif.  Macam‐

macam Skala Pengukuran adalah sebagai berikut : 

1. Skala Nominal 

Skala nominal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori atau 

kelompok dari suatu subyek. 

Contohnya : 

Jenis kelamin responden 

Laki‐laki = 1 ; Wanita = 2 

 

2. Skala Ordinal 

Skala ordinal adalah skala pengukuran yang menyatakan kategori sekaligus 

melakukan rangking terhadap kategori. 

Contohnya : 

Kita ingin mengukur preferensi responden terhadap empat Bank Perkreditan 

Rakyat. 

Tabel 2.3  Contoh Skala Ordinal 

Bank Perkreditan Rakyat  Rangking 

BPR Artha Utama  1 

BPR Artha Utami  2 

BPR Artha Ultima  3 

BPR Artho Utomo  4 

Sumber : Indriantoro N. dan Supomo B. (1999) 

(49)

 

3. Skala Interval  

Skala Interval merupakan skala pengukuran yang banyak digunakan untuk 

mengukur fenomena atau gejala sosial, dimana pihak responden diminta 

melakukan  rangking  terhadap  preferensi  tertentu  sekaligus  memberikan 

nilai (rate) terhadap preferensi tersebut. Jenis skala yang dapat digunakan 

untuk penelitian sosial, yaitu : 

a. Skala Linkert 

Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi 

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 

 

 

 

 

Tabel 2.4  Contoh Skala Linkert 

PREFERENSI  PREFERENSI  PREFERENSI 

1. Sangat Setuju  1. Sangat Sering  1. Sangat Positif 

2. Setuju  2. Sering  2. Positif 

3. Ragu‐Ragu  3. Kadang‐Kadang  3. Netral 

4. Tidak Setuju  4. Hampir Tidak Pernah  4. Negatif 

5. Sangat Tidak Setuju  5. Tidak Pernah  5. Sangat Negatif  Sumber : Indriantoro N. dan Supomo B. (1999) 

   

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi nilai 

skor. Misalnya : sangat setuju/sangat sering/sangat positif diberi skor 5, 

(50)

b. Skala Gutmann 

Skala Gutmann adalah suatu pengukuran untuk memperoleh jawaban 

responden  yang  tegas,  yaitu :  “ya‐tidak”  ; “pernah‐tidak  pernah” ; 

“positif‐negatif”; “setuju‐tidak setuju”. 

Contoh : 

Bagaimana  pendapat  anda,  bila  Bapak  X  menjabat  pimpinan  di 

perusahaan ini ? 

a. Setuju 

b. Tidak Setuju 

c. Sematic Defferential 

Sematic Defferential adalah suatu skala pengukuran yang disusun dalam 

suatu garis dimana jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis, 

sedangkan  jawaban  sangat  negatif  terletak  dibagian  kiri  garis  atau 

sebaliknya. 

 

d. Rating Scale 

Rating  Scale  adalah  suatu  skala  pengukuran  dimana  responden 

menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan. 

4. Skala Rasio 

Skala rasio adalah skala interval yang memiliki nilai dasar (based value) yang 

tidak dapat diubah. Contoh : umur responden memiliki nilai dasar nol. 

(51)

Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo (2003), mengatakan sampai pada 

saat ini dikenal tujuh penilaian untuk mengukur prestasi kerja karyawan, yaitu : 

1. Rating scales 

Metode ini merupakan penilaian oleh atasan terhadap pegawai yang menjadi 

bawahannya  berdasarkan  sifat‐sifat  atau  karakteristik  faktor‐faktornya. 

Dalam  teknis  pelaksanaannya  adalah  para  atasan  mengidentifikasi  serta 

menentukan  faktor‐faktor  apa  yang  dianggap  penting  dari  tugas‐tugas 

jabatan yang hendak diukur melalui penentuan parameternya. Terdapat 3 

(tiga) jenis metode rating scale, yaitu : 

a. Skala Grafik 

Pada  metode  ini  penilai  memberikan  tanda  (X;  O;  

) dan skala penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap 

sebagai posisi setepatnya yang mewakili diri karyawan yang dinilai. 

b. Skala Multiple‐step 

Pada  metode ini  penilaian  para peneliti dihadapkan pada  sejumlah 

kategori alternatif yang harus dipilihnya. 

c. Skala Penilaian Berbasis Perilaku / BARS (Behavioral Anchored Rating 

Scale

Pada  metode  ini  penilaian  harus  memformulasikan  terlebih  dahulu 

faktor‐faktor serta dimensi dari sifat dan karakteristik jabatan ke dalam 

bentuk perilaku yang bisa diukur dan menjadi dasar penetapan skala 

penilaian. Skala penilaian berbasis perilaku ini meliputi dua jenis yaitu : 

(52)

Pada  dasarnya  berupa  uraian  guna  membantu  penilai  untuk 

merumuskan perilaku pegawai misalnya diatas rata‐rata, rata‐rata 

atau di bawah rata‐rata. 

 Skala pengamatan perilaku (Behaviour Observation Scale / BOS) 

Jika kita menggunakan skala BOS, maka pengesahan suatu dasar 

perilaku di atas titik netral ke atas. 

2. Checklist 

Pendekatan subyektif lainnya terhadap penilaian karyawan adalah dengan 

menggunakan metode checklist, yang dapat pula diartikan sebagai daftar 

periksa. Dalam metode ini, para penilai dihadapkan pada daftar pertanyaan‐

pertanyaan khusus berikut pencantuman pilihan nilainya. Dengan demikian 

para penilai lebih bertindak sebagai reporter yang mengamati perilaku kerja 

daripada sebagai penilai atau evaluator prestasi kerja atau ciri kepribadian 

pegawai. 

3. Employee Comparison 

Pada metode ini penilaian karyawan dilakukan dengan cara membandingkan 

antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. 

4. Critical Incident 

Metode penilaian ini melibatkan para atasan yang harus mencatat semua 

kejadian‐kejadian kritis yang dinilai penting (Critical Incident) dan perilaku 

karyawan yang biasa maupun yang luar biasa berdasarkan tampilan kejadian 

sehari‐harinya. 

(53)

Prosedur yang dilakukan dalam metode ini adalah berupa penugasan atau 

meminta penilai untuk menyusun suatu karya tulis (essay) yang isinya bisa 

menggambarkan  tentang kelebihan  dan  kelemahan  setiap personil  yang 

dibawahi. Biasanya uraian tulisan dikelompokkan di bawah topik atau judul 

tertentu seperti : 

a. Prakasa atau inisiatif. 

b. Kerja sama. 

c. Pengetahuan jabatan. 

d. Hasil kerja dan sebagainya. 

6. Management by Objective (MBO) 

Metode penilaian pegawai yang berorientasi pada hasil akhir atau final result 

oriented  ini  digunakan  untuk  mengatasi  kekurangan‐kekurangan  dari 

metode  penilaian lainnya yang lebih  berfokus  pada proses. Pendekatan 

penilaian pegawai ini didasarkan pada perumusan sasaran‐sasaran prestasi 

yang  umumnya kuantitatif dan  dapat  diukur serta  kerapkali  ditentukan 

bersama oleh atasan dan bawahannya. Prosedur dari metode penilaian MBO 

ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 

a. Setiap bawahan diminta untuk menentukan bagi dirinya sendiri sasaran 

atau target prestasi kerja jangka pendek beserta cara‐cara bagaimana ia 

dapat memperbaiki pola kerjanya sendiri serta pola kerja dari unitnya. 

b. Atasan dan bawahan bersama‐sama membicarakan apa yang diperlukan 

untuk mencapai sasaran tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap 

(54)

c. Pada akhir masa penilaian yang ditetapkan (misalkan 6 bulan) mereka 

bertemu  lagi  untuk  menilai  apakah  sasaran‐sasaran  dapat  dicapai 

dengan baik, membahas perihal apa saja yang dapat diperbaiki dan 

menetapkan  sasaran‐sasaran  baru untuk masa  penilaian berikutnya. 

Sebagai  upaya  untuk  saling  mengisi,  maka  atasan  menuliskan  hasil 

penilaian  yang  terperinci  mengenai  bawahannya  dan  bawahannya 

menuliskan prestasi kerja yang dapat atau tidak dapat dicapainya. 

7. Assessment Center 

Assessment center pada awalnya berkembang di lingkungan militer jerman 

pada masa perang dunia II yang bertujuan memilih para calon perwira 

unggulan yang akan  maju ke  medan laga. Proses  identifikasinya secara 

umum meliputi tiga aspek, yaitu kecerdasan, kepribadian serta keterampilan 

manajerial. Metode yang digunakan dalam assessment center adalah berupa 

a.  Psychological test 

Terdiri  atas  serangkaian  tes  untuk  mengidentifikasi  taraf 

kecerdasan  melalui  jenis‐jenis  achievement  test  yang  mengukur 

kemampuan  numerikal,  verbal,  daya  tangkap,  daya  nalar  serta  tes 

kepribadian melalui tes‐tes proyektif dan minat. 

b. Simulation exercises 

Terdiri  atas  beberapa  kegiatan  simulatif  untuk  mengidentifikasikan 

(55)

yang berisikan berbagai nota dinas, surat perintah, laporan, cacatan 

telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu singkat. 

 

2.5.3    Faktor Penilaian Prestasi Kerja 

Richard Williams (dikutip oleh Jiwo Wungu dan Hartanto Brotoharsojo, 

2003), mengatakan bahwa dalam melakukan penilaian prestasi kerja karyawan 

perlu terlebih dahulu menetapkan kriteria seperti apa yang akan dinilai. Oleh 

karena  itu  dalam  menyusun kriteria prestasi atau  hasil  kerja ada  beberapa 

kriteria yang harus diperhatikan yaitu berupa : 

a. Reliablemeasurable atau harus mengukur perilaku dan hasil kerja secara 

objektif. 

b. Content valid atau secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja. 

c. Defined specific atau meliputi segenap perilaku dan hasil kerja yang dapat 

diidentifikasi. 

d. Non‐overlaping atau tidak ada tumpang tindih antar kriteria. 

e. Comprehensive  atau  perilaku dan hasil kerja  yang  tidak penting  harus 

dikeluarkan. 

f. Accessible  atau  kriteria  haruslah  dijabarkan  dan  diberi  nama  secara 

komprehensif. 

g. Compatible atau kriteria haruslah sesuai tujuan dan budaya organisasi. 

h. Up to date atau sewaktu‐waktu kriteria perlu ditinjau ulang karena adanya 

(56)

Namun untuk kepentingan yang lebih pragmatik, maka secara umum 

cukup digunakan dua kriteria utama dalam menentukan faktor penilaian prestasi 

karyawan. Yaitu faktor terse

Referensi

Dokumen terkait

Misi ini untuk mewujudkan peningkatan pembangunan ekonomi bagi semua (inklusif), sekaligus meningkatkan kemandirian dan kemampuan daya saing, terutama berbasis

Dari pengukuran kepekaan sensor terhadap asap rokok yang telah dilakukan, sensor AF 30 dapat bekerja dengan baik yaitu resistansi sensor turun pada saat asap

19 Saya sering absen kuliah karena lebih memilih minum alkohol dengan teman-teman.. PERNYATAAN SS S TS

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Belanja Modal (BM) terhadap pertumbuhan

Penulis menemukan permasalahan dari alat yang telah ada, yaitu tirai dan lampu dikendalikan menggunakan remot yang hanya dapat dikendalikan dari jarak dekat.. Maka dari itu

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 4, maka diperoleh simpulan bahwa media permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan

pelanggan yang mengunjungi situs e- commerce lalu memilih sebuah produk dan menyelesaikan proses pembayaran. Proses tersebut lalu dilanjutkan dengan pengiriman barang ke konsumen

6 2006 Ketua Pemanfaatan Pohon Bakau Sebagai Media Karburising Untuk Meningkatkan Sifat Mekanis Baja Karbon Rendah. 7 2006 Anggota Analisis Efektifitas Ukuran Serbuk Arang Batok