• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER AGRONOMI KAPAS (Gossypium hirsutum.) VAR. KANESIA 10 DI KOTA PALOPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTER AGRONOMI KAPAS (Gossypium hirsutum.) VAR. KANESIA 10 DI KOTA PALOPO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 326 dari 451

KARAKTER AGRONOMI KAPAS (Gossypium hirsutum.) VAR. KANESIA 10 DI KOTA PALOPO

Peni1, Rina2, Agus Mustiawan3, Mayasari Yamin4

Universitas Cok roaminoto Palopo1,2,3,4

penisaruddin99@gmail.com1

Abstrak

Kapas (Gossypium hirsutum) merupakan salah satu tanaman penghasil serat yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Sebagian besar permintaan serat oleh industri Tekstil dan Produk Tekstil >99% bahan baku berupa serat masih di impor dari negara-negara penghasil serat. Permintaan kapas Indonesia yang belum mampu dipenuhi oleh produksi kapas dalam negeri menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir kapas di dunia. Impor kapas di Indonesia sebagian besar berasal dari Cina, Jerman, Republik Korea dan Uzbekistan. Indonesia mengimpor kapas mencapai 99% dan hanya 1% yang dipenuhi dari kapas domestik. Oleh karena itu kami melakukan penelitian karakter agronomi kapas

(gossypium hirsutum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui agronomi tanaman kapas. Parameter

yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun. Dan lebar daun. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan Kampus 2 Universitas Cokroaminoto Palopo, Dan dilaksanakan pada bulan September sampai November 2018. Hasil penelitian menunjukkan sampel S1 dan S4 yang memiliki penampilan agronomi yang lebih baik untuk 2 MST, 4 MST, dan 8 MST di Kota Palopo. Selain itu, hasil penelitian ini ditunjukkan adanya perbedaan karakter agronomi pada tanaman kapas yang disebabkan oleh ketersediaan air, penyerapan unsur hara, dan intensitas cahaya mengingat tanaman ini memiliki kanopi yang lebih lebar dibandingkan dengan tanaman serat yang lain.

Kata kunci : Kanesia 10, Kapas (Gossypium hirsutum), Karakter agronomi, Kota Palopo

1. Pendahuluan

Tanaman kapas (Gossypium hirsutum.) termasuk keluarga Malvaceae, yang sudah mulai dibudidayakan di Indonesia secara intensif sejak kedatangan Belanda pada tahun 1596 dan digunakan sebagai salah satu penghasil serat alam untuk bahan baku industri tekstil. Tahun 2014 produksi kapas serat berbiji di Indonesia mencapai 1.165 ton yang umumnya berasal dari luar pulau Jawa yaitu Sulawesi Selatan dengan kontribusi produksi mencapai 51,31% dan NTT mencapai 24,53% sedangkan provinsi lainnya hanya berkontribusi kurang dari 8%. Produksi kapas di Indonesia tahun 2015 diperkirakan hanya mencapai 1.062 ton dan terus menurun hingga tahun 2019 dengan produksi mencapai 193 ton. Rata-rata penurunan produksi kapas selama lima tahun ke depan (2015- 2019) diperkirakan sebesar 33,44% per tahun. Namun, tidak diimbangi dengan permintaan kapas yang mengalami peningkatan selama lima tahun kedepan sebesar 671.877 ton dengan rata-rata 4,56%. Tahun 2015 permintaan kapas diproyeksikan sebesar 705.804 ton dan meningkat hingga mencapai 843.771 ton pada tahun 2019. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit kapas yang diproyeksikan akan terus meningkat hingga mencapai 843.578 ton pada tahun 2019.

Permintaan kapas di Indonesia yang belum mampu dipenuhi oleh produksi kapas dalam negeri menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir kapas di

(2)

Halaman 327 dari 451 dunia. Impor kapas di Indonesia sebagian besar berasal dari Cina, Jerman, Republik Korea dan Uzbekistan. Indonesia mengimpor kapas mencapai 99% dan hanya 1% yang dipenuhi dari kapas domestik. Pada tahun 2013 nilai impor produksi mencapai 676.682 ton sedangkan untuk ekspornya 30.637 ton. kemudian mengalami peningkatan nilai Impor pada tahun 2014 sebesar 717.747 ton dengan nilai ekspor 38.081 ton. Pada tahun 2015 terjadi penurunan impor mencapai 679.455 ton dengan nilai ekspor 34.202 ton. Sedangkan, tahun 2016 nilai impor mengalami penurunan yang sangat signifikan mencapaai 485.774 ton dengan nilai ekspor mencapai 31.305 ton (BPS, 2016).

Penekanan impor kapas dapat dilakuakan melalui peningkatan produksi kapas khususnya di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perakitan varietas kapas yang memiliki serat adaptif pada kondisi cekaman lingkungan, tahan terhadap serangan hama serta penyakit, dan memiliki indeks stabilitas yang tinggi. Namun, upaya pertama yang dilakukan melalui seleksi adaptif varietas Nasional khususnya pada dataran rendah yang ditujukan pada pembentukan populasi tetua yang akan digunakan.

Seleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki karakter tanaman yang diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Produk pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan yang diinginkan khususnya pada komponen hasil. Produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan dengan penggunaan varietas unggul baru. Varietas unggul baru diharapkan dapat mengubah karakter-karakter morfologi dan hasil pada populasi dasar. Salah satu varietas kapas Nasional Indonesia yaitu Varietas Kanesia 10. Kanesia 10 memiliki kandungan serat mecapai 27,2% dan seratnya memenuhi criteria industri tekstil yaitu dengan rata-rata karakterisasi mutu serat yaitu panjang serat 26.92 – 29.34 mm, kekuatan 27.13 – 29.50 g/tex, kehalusan 4.38 – 5.08 micronaire, serta keseragaman serat mencapai 83.3 – 84.6% (Sulistyowati dan Siwi, 2009).

Seleksi dapat terjadi baik secara alami maupun buatan. Seleksi alami terjadi karena adanya pengaruh lingkungan yang berdampak pada fenotipe kapas. Pengaruh lingkungan terhadap keragaan sifat-sifat kuantitatif berpengaruh besar pada fenotipe tanaman. Kajian keragaan dan keragaman genetik sifat-sifat kuantitatif tanaman sangat membantu dalam menilai ekspresi sifat yang disebabkan oleh genetik atau lingkungan dan menentukan individu tanaman terpilih dalam seleksi.

(3)

Halaman 328 dari 451

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh keragaan fenotipe kapas Var. Kanesia 10 pada kondisi dataran rendah di Kota.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Kampus 2 Universitas Cokroamnoto Palopo Jln. Lamaranginang, kelurahan batupassi, kecamatan Wara Utara Kota Palopo. yang dilaksanakan pada bulan September sampai November 2018. Materi Karakter Agronomi Kapas (Gossypium hirsutum.) Var. Kanesia 10 Di Kota Palopo, dengan menggunakan bahan air, benih kapas, pupuk dasar dan pupuk kimia. Metode yang digunakan adalah pengolahan lahan dengan menggunakan alat seperti cangkul untuk menggemburkan tanah sekaligus membuat bedengan, bambu untuk penanda tanaman, alat ukur digunakan untuk mengukur parameter pengamatan, camera untuk mengambil gambar tanaman serta kegiatan penelitian, buku dan pulpen digunakan untuk mencatat hasil pengukuran para meter pengamatan, Setelah bedengan sudah jadi dilakukanlah penentuan pola tanam, pola tanam ini dapat dilakukan dengan cara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman jenis kacang kacangan.

Pembersihan lahan dari tumbuhan gulma sekaligus membuat bedengan menggunakan cangkul dengan ukuran 3x1 meter. Kemudian dilakukan penentuan jarak tanam, dimana jarak tanam yang digunakan adalah 90x30 cm. Selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan menggali sedalam kurang lebih 5-10 cm dan luas lubang kira-kira 3x3 cm. Setelah itu dilakukan seleksi benih, benih yang digunakan adalah benih yang ukurannya seragam dan benih yang tidak berkerut lalu dilakukan penyiraman pada pagi dan sore hari secara hati-hati agar tanah tidak terkikis,

3. Hasil dan Pembahasan

Data hasil pengukuran tinggi tanaman (cm), jumlah daun daun (helai), panjang daun (cm) dan lebar daun (cm) ditunjukkan pada diagram dibawah ini, sebagai berikut:

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman adalah jarak dari dasar tanaman dipermukaan tanah keatas daun atau mulai tertinggi tanaman dewasa, diukur dalam sentimeter. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran atau penggaris.

(4)

Halaman 329 dari 451 Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa keragaman genotipenya berbeda-beda pada setiap tanaman, dimana 2 MST tinggi tanaman yang terbaik terdapat pada S4 dengan tinggi mencapai 24,67 cm. untuk 4 MST tinggi tanaman yang terbaik terdapat pada S4 dengan tinggi mencapai 32,83 cm. dan 8 MST tinggi tanaman yang terbaik terdapat pada S4 dengan tinggi mencapai 53,60 cm. jadi genotipe terbaik terdapat pada S4 dengan nilai rata-rata 37,03 cm.

Pengaruh tinggi tananan diduga dipengaruhi oleh ketersediaan air. Menurut F. Lewakabessy (1988) yang menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman berbanding lurus dengan air yang tersedia sampai batas tertentu. Selain itu Sri Setyati Harjadi (1993) yang menyatakan bahwa kecukupan air ini menyebabkan proses fisiologi seperti pembelahan dan pembesaran sel dan lain sebagainya akan berjalan dengan baik. Selain itu, pemberian unsur hara juga berperan dalam peningkatan tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et al. (1991) yang mengatakan bahwa nitrogen dan air secara khusus akanmeningkatkan tinggi tanaman

Jumlah daun (helai)

Peningkatan jumlah daun adalah salah satu indikator tanaman mencapai tahap dewasa. Dalam pendewasaan tanaman, faktor umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi transisi tanaman menuju tahap reproduktif secara umum, dengan meningkatkan jumlah daun, tanaman mampu melakukan fotosintesis secara maksimal untuk mendukung proses transisinya menuju fase reproduktif (Glover, 2007).

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 S1 S2 S3 S4 S5 24,57 23,53 30,17 24,67 16,93 41,33 38,83 44,67 32,83 22,33 58,67 53,73 62,60 53,60 35,67 T in g g i T a n a m a n (c m ) Genotipe Kapas 2 MST 4 MST 8 MST

(5)

Halaman 330 dari 451

Gambar 2. Diagram jumlah daun

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa terdapat karagaman genotipe dengan jumlah daun berbeda-berbeda setiap tanaman. Dimana 2 MST jumlah daun yang terbaik ditunjukkan pada S4 yang mencapai 22,33 helai. Untuk 4 MST jumlah daun terbaik terdapat pada S4 yang mencapai 28,67 helai. Dan untuk 8 MST jumlah daun terbaik terdapat pada S4 yang mencapai 33,33 helai. dengan nilai rata-rata 28,11.

Dengan tersedianya unsur hara N dalam jumlah yang mencukupi maka akan direspon secara maksimum oleh tanaman kapas daun untuk membentuk protoplasma dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut Harjadi (2002), protoplasma adalah suatu zat yang sangat kompleks, terdiri dari 85 – 90 persen air (menurut berat segarnya) dan sisanya terdiri dari zat-zat organik dan anorganik. Empat puluh sampai lima puluh

persen protoplasma tersusun dari senyawa yang

mengandung N (Agustina, 2004). Dengan demikian, apabila kebutuhan unsur N terc ukupi maka tanaman mampu membentuk protoplasma dalam jumlah yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan berat segar tanaman dan berat besih komsumsi yang lebih tinggi pula.

Panjang daun (cm)

Daun merupakan sumber asimilat utama bagi kenaikan berat kering (goldsworth dan fisher, 1996). Panjang daun dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal daun sampai pucuk daun mengikuti jari-jari ruas daun.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 S1 S2 S3 S4 S5 19,67 17,00 20,67 22,33 10,00 22,33 21,00 28,00 28,67 12,67 27,00 32,33 40,33 33,33 23,00 J u m la h D a u n Genotipe Kapas 2 MST 4 MST 8 MST

(6)

Halaman 331 dari 451 Gambar 3. Diagram panjang daun

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa keragaman genotipe tanaman kapas pada 2 MST ditunjukkan panjang daun yang terbaik terdapat pada S1 mencapai 6,33 cm. sedangkan untuk 4 MST terdapat pada S1 mencapai 6,78 cm. dan 8 MST S1 pada mencapai 7,17 cm. sehingga untuk rata-rata pada S1 dengan nilai 6,76 cm.

Panjang daun dipengaruhi oleh fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pembentukan karbohodrat dan karbondioksida (CO2) dan air H2O dengan bantuan sinar matahari. Tumbuhan mampu melakukan fotosintesis karena mempunyai sel-sel yang mengandung klorofil (zat hijau daun) dalam fotosintesis, energi cahaya matahari diserap oleh klorofil dan diubah menjadi energi kimia yang disimpan dalam bentuk karbohidrat atau senyawa organik lainnya.

Lebar daun (cm)

Menurut taize dan zeiger (2010) luas daun memegang peranan penting, karena fotosintesis biasanya proporsional terhadap luas daun. Lebar daun dilakukan dengan cara mengukur lebar daun dari sisi ke sisi daun terlebar mengikuti jari-jari ruas daun. Ukuran daun akan bervarisi setelah dewasa. Ukuran daun yang lebih kecil biasanya diperoleh pada percabangan yang terletak di bawah. Daun-daun yang berada di tengah biasanya lebih besar, dan kemudian berukuran kecil lagi pada bagian ujung percabangan. Perbedaan ukuran helaian daun pada tanaman yang sama disebabkan perbedaan tingkat perkembangan tanaman, sedangkan perbedaan ukuran helaian daun antar tanaman tentunya disebabkan oleh perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan perbedaan lingkungan tumbuh (Finkedey, 2005).

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 S1 S2 S3 S4 S5 6,33 6,83 7,47 7,11 4,53 6,78 7,28 7,62 7,17 5,36 7,17 7,67 8,23 7,33 6,07 P a n ja n g D a u n ( c m ) Genotipe Kapas 2 MST 4 MST 8 MST

(7)

Halaman 332 dari 451

Gambar 5. Diagram lebar daun

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa keragaman genotipe pada lebar daun tanaman kapas pada 2 MST lebar daun ditunjukkan yang terbaik terdapat pada S1 yang mencapai 6,33 cm. untuk 4 MST lebar daun yang terbaik ditunjukkan pada S1 yang mencapai 7,00 cm. Dan untuk 8 MST lebar daun yang terbaik ditunjukkan pada S1 yang mencapai 8,33 cm. Sehingga untuk nilai rata-rata S1 yaitu 7,22 cm.

Adanya perbedaan lebar daun disebabkan oleh adanya perlakuan intensitas cahaya yang dapat berpengaruh terhadap nisbah luas daun dan laju asimilasi bersih. Perlakuan dengan intensitas cahaya 25% menghasilkan nisbah luas daun terbesar. Sedangkan perlakuan dengan intensitas cahaya 100% menghasilkan laju asimilasi bersih terbesar.

Pada daun yang lebar maka tanaman akan mampu menyerap cahaya matahari yang lebih banyak. Nilai nisbah luas daun berhubungan dengan luas daun. Bila nilai luas daun naik maka akan menyebabkan laju asimilasinya naik dan menghasilkan berat kering yang tinggi. Pada awal pertumbuhan tanaman sebagian besar difokuskan untuk pertumbuhan luas daun

Dengan meningkatnya luas daun maka akan meningkat pula penyerapan cahaya oleh daun. Dengan meningkatnya luas daun maka akan meningkatkan pula penyerapan cahaya oleh daun. Kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktifitas per satuan luas daun dan total luas daun. Energi yang dihasilkan sangat tergantung pada rasio ekternal dan internal daun (Fahn.l995). 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 S1 S2 S3 S4 S5 6,33 6,57 8,57 8,00 3,13 7,00 8,20 9,57 9,27 4,47 8,33 12,67 14,33 14,13 8,57 L e b a r D a u n (C m ) Genotipe Kapas 2 MST 4 MST 8 MST

(8)

Halaman 333 dari 451

4. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapa disimpulkan sebagai berikut:

Karakter agronomi tanaman kapas (gosypium Hirsutum) var. kanesia 10 untuk tinggi tanaman yang terbaik terdapat pada S4 dengan nilai rata-rata 37,03 cm, hal ini dipengaruhi oleh ketersedian air. sedangkan untuk jumlah daun yang terbaik terdapat pada S4 dengan nilai rata-rata 28,11 helai, Ini dipengaruhi oleh unsur hara yang mengandung senyawa Nitrogen. Kemudian untuk panjang daun yang terbaik terdapat pada S1 dengan nilai rata-rata 76 cm, yang dipengaruhi oleh fotosintesis. Dan untuk lebar daun yang terbaik terdapat pada S1 dengan nilai rata-rata 7,22 cm, dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari.

Daftar Pustaka

[1] Agustina, L., 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta : Rineka Cipta, 80 hal. Anonim,1991. Kesuburan Tanah., Dirjen Dikti, DepDikBud, RI.

[2] Badan pusat statistik (bps). (2016). Statistic perkebunan Indonesia (kapas) 2015-2017.

[3] Fahn A. 1995. Anatomi tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah mada. University press. Yogyakarta.

[4] Finkeldey, R. 2005. An Introduction to Tropical Forest Genetics. Diterjemahkan Djamhuri, E. et.al. Pengantar Genetika Hutan Tropis. ASEAN-EU University Network Programme (AUNP). Bogor.

[5] Gardner, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press: Jakarta

[6] Glover, B. 2007. Understanding Flower and Flowering: An Integrated

Approach.

Oxford University Press Inc., New York.

[7] Goldsworthy,p. r., dan n. m. fisher. 1996. Fisiologi tanaman budidaya tropik. Gadjah mada university fress. Yogyakarta. Hlm 697-724.

[8] Harjadi, S. S., 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT. Gramedia. 197 hal. [9] Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

[10] Harjadi,S.S. 1983. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

[11] Harjadi,S.S. 2002. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 195 hlm.

[12] Leiwakabessy, F. M, dan A. Sutandi. 1998. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

[13] Lewakabessy, F.N. 1988. Kesuburan Tanah. Institute Pertanian Bogor. Bogor. 288 hlm.

[14] Santoso N.S. 2013. Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran

Udara. IT S-Undergraduate-166616-Paper-pdf.pdf

[15] Sulistyowati, E. (2009). Pemanfaatan teknologi transgenetik untuk perakitan varietas unggul kapas tahan kekeringan. Perspektif, 8(2), pp.96-107.

[16] Sulistyowati, E. dan S. SUMARTINI. 2009. Kanesia 10-13: Empat varietas kapas baru berproduksi tinggi. Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 15(1): 24-32.

[17] Taiz, L. and E. Zeiger. 2010. Plant Physiology. 5th Edition. Sinauer Associates.

Gambar

Gambar  2. Diagram  jumlah  daun
Gambar  5. Diagram  lebar  daun

Referensi

Dokumen terkait

Sejajar dengan dapatan kajian penyelidik terdahulu, didapati penilaian terhadap tahap komitmen amalan dalam memenuhi keperluan syarak dan pihak autoriti berkaitan

Perencanaan lanskap laboratorium lapang Sektor II PPDF yang memiliki luas total 169.200 m 2 ini secara fungsional berdaya guna dan secara estetik bernilai indah untuk

Sebagaimana kita ketahui bahwa masalah makro ekonomi yang cukup rumit dan sering mengganggu kestabilan ekonomi di Negara-negara berkembang adalah masalah kemiskinan

Penerimaan bersih (Keuntungan didapat dari total penerimaan di kurangi total biaya produksi sehingga didapatkan Rp. Selanjutnya dilakukan analisis usahatani Matoa selama

Penulis bermaksud untuk membuat sebuah sistem pakar berbasis web yang dapat mengatasi nilai derajat kepercayaan atau faktor kepastian data yang diperoleh dari

lainnya menginginkan negara yang bersistem hukum Eropa yang, karena keragaman hukum rakyat tak terumus secara eksplisit itu, alasanya adalah sistem

Untuk meningkatkan keandalan hasil model yang terbentuk dengan tujuan memprediksi habitat optimum untuk ikan teri, maka diperlukan data lapangan yang memadai dalam

Hasil Penelitian Variabel character, capacity, capital, berpengaruh positif terhadap kredit macet pada Bank “X” di Kabutaten Jember Variabel collateral dan condition tidak