• Tidak ada hasil yang ditemukan

IZIN LINGKUNGAN. ANALISIS PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) RS Dr. ABDUL RADJAK CENGKARENG LAPORAN KERJA PRAKTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IZIN LINGKUNGAN. ANALISIS PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) RS Dr. ABDUL RADJAK CENGKARENG LAPORAN KERJA PRAKTIK"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

IZIN LINGKUNGAN

ANALISIS PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH)

RS Dr. ABDUL RADJAK CENGKARENG

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

Andina Ilma Darmawan

104217017

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Analisis Perencanaan PPLH RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng” guna memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktik di semester 7.

Laporan disusun berdasarkan kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan dalam pembangunan RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng dengan pengelola PT. Indo Husada Utama pada tanggal 13 Juli 2020 sampai 28 September 2020. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam membantu penulisan laporan, yaitu:

1. Kedua orang tua yang telah mendoakan dan mendukung secara moril hingga materil terkait pelaksanaan kerja praktik,

2. Bapak Dr. Eng Ari Rahman, S.T., M. Eng. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pertamina,

3. Bapak I Wayan Koko Suryawan, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik, 4. Ibu Betanti Ridhosari,S.T., M.T. selaku Dosen Wali yang membantu pengajuan Kerja

Praktik,

5. Bapak Dewa Kadeq Wista, SPd., S.T., M.T. selaku Pembimbing kegiatan Kerja Praktik di RS Dr. Abdul Radjak Cenkareng,

6. Seluruh staf dan karyawan yang bekerja dalam pembangunan RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng,

7. Gregorious De April selaku teman yang telah membantu selama kegiatan Kerja Praktik di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng,

8. Sofyan Faiz Darmawan dan teman-teman yang sudah mendukung terkait pelaksanaan kerja praktik.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan.

Jakarta, 27 Agustus 2020

(6)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK ……….……...…………..i

SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK ………...…ii

KATA PENGANTAR ………...….…….iii

DAFTAR ISI ………...……...iv

DAFTAR GAMBAR ………...………vi

DAFTAR TABEL ………...……vii

DAFTAR LAMPIRAN ………...…..viii

BAB I PENDAHULUAN ………...…1

1.1 Latar Belakang ….……….1

1.2 Tujuan Kerja Praktik ………...…2

1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktik ………..2

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………....4

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ………4

2.2 Visi, Misi, dan Makna Perusahaan ………..5

2.3 Makna Logo Perusahaan ………..5

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan dan Penempatan Kerja Praktik …………...6

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK ……….9

3.1 Kegiatan Kerja Praktik ………9

3.2 Analisis Format Penyusunan Dokumen UKL-UPL ……….…10

3.3 Analisis Tahapan Pengolahan Air Limbah ……….…..12

3.4 Analisis Perencanaan TPS B3 ………...….…14

BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK ……….18

4.1 Mempelajari Perencanaan Pengolahan Limbah Cair ……….18

4.1.1 Sumber Air Limbah ………18

4.1.2 Desain Perencanaan IPAL ………..………18

4.2 Mempelajari Perencanaan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ………..………...…….20

(7)

v

4.2.1 Sumber Limbah B3 ……….…20

4.2.2 Penanganan Darurat Limbah B3 ………...20

BAB V TINJAUAN TEORITIS ………22

5.1 Persyaratan Konstruksi IPAL ………22

5.2 Persyaratan Wadah dan Kemasan Limbah B3 ………22

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……….…..25

6.1 Simpulan ……….…..25

6.2 Saran ……….……25

DAFTAR PUSTAKA ……….26

LAMPIRAN……….………27

Daftar Hadir Kerja Praktik ………..………27

Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik ………..………...31

Lembar Bimbingan Pembimbing Institusi ………..………32

(8)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alamat Lokasi Kerja Praktik ………..………...2

Gambar 2.1 Logo Organisasi Radjak Group ………...5

Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi Radjak Group………..7

Gambar 2.3 Bagan Struktur Organisasi Proyek Konstruksi Radjak Hospital (RH) Cengkareng ...7

Gambar 3.1 Kegiatan Konstruksi di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng ………..9

Gambar 3.2 Kegiatan Rapat Evaluasi Kerja ……….9

Gambar 3.3 Daftar Isi Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng ………...11

Gambar 3.4 Surat Penawaran Harga ………...13

Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah ………14

Gambar 3.6 Perencanaan TPS RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng (Tampak Depan) ……….16

Gambar 3.7 Tampak Atas TPS RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng ………....16

Gambar 4.1 Neraca Air Tahap Operasional ………19

(9)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Makna Elemen Organisasi Radjak Group ………..………6 Tabel 3.1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi UKL-UPL di Provinsi DKI Jakarta ………...10 Tabel 4.1 Perkiraan Volume Pemakaian Air Bersih dan Debit Air Limbah untuk Perancangan IPAL Berdasarkan Jenis Peruntukan Bangunan …..……….19

(10)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Laporan Kerja Praktik ………..i

Lampiran 2. Surat Keterangan Pelaksanaan Kerja Praktik ………...ii

Lampiran 3. Lembar Daftar Hadir Kerja Praktik ………27

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik ……….31

Lampiran 5. Lembar Bimbingan Pembimbing Institusi ……….32

(11)
(12)
(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan (PP 27/2012). Kegiatan perencanaan dan pembangunan infrastruktur harus diimbangi dengan pengawasan yang berkelanjutan. Proses konstruksi prasarana sosial yang bertujuan untuk melakukan perluasan pembangunan ekonomi di Indonesia, pastinya akan menimbulkan beberapa dampak bagi lingkungan seperti, mengakibatkan ruang terbuka hijau dan daerah resapan air semakin berkurang. Rumah Sakit Dr Abdul Radjak tengah melakukan proses pembangunan infrastruktur di Kawasan Cengkareng sebagai bentuk pengembangan pelayanan kesehatan sejak Bulan Mei 2020. Kegiatan pembangunan dilakukan di atas lahan seluas 1.900 m2 dengan luas dasar gedung rumah sakit adalah 576 m2 dengan perencanaan luas bangunan 5.512,5 m2 atau terhitung sampai dengan ketinggian 5 lantai dan terdiri dari sekitar 100 tempat tidur. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.189 Tahun 2002 dalam bidang kesehatan bahwa Rumah Sakit tipe C dan D dengan luas lahan < 2 Ha, luas bangunan < 10.000 m2 dan jumlah tempat tidur < 300 buah wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL).

Penyusunan dokumen UKL-UPL rumah sakit didasarkan pada

Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012. UKL-UPL

bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi dampak yang akan ditimbulkan dalam pelaksanaan tahapan kegiatan yang dimulai dari tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, hingga ke tahap operasional. Limbah cair dan limbah padat dari aktivitas pelayanan kesehatan berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dikendalikan, sehingga dibutuhkan perencanaan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengacu pada Pedoman Teknis IPAL di Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011 dan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020.

Pelaksanaan kegiatan kerja praktik di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng bermanfaat agar selaku mahasiswa, khususnya dengan program studi teknik lingkungan dapat menambah wawasan dan meningkatkan pemahaman terhadap proses pembangunan infrastruktur mengenai izin lingkungan, serta dapat mengetahui secara langsung penerapan ilmu yang telah dipelajari dalam mata kuliah terkait.

(14)

2 1.2 Tujuan Kerja Praktik

Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktik di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng adalah:

1. Memahami langkah-langkah perencanaan pengelolaan lingkungan yang dilakukan RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng agar dapat memenuhi prasyarat penerbitan UKL-UPL.

2. Mengetahui aktivitas teknik lingkungan di dunia kerja khususnya dalam perencanaan pengendalian dampak lingkungan dari limbah cair dan limbah B3 di Rumah Sakit.

1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktik

Kegiatan Kerja Praktik dilakukan pada 13 Juli 2020 – 28 September 2020, bertempat di Pembangunan Infrastuktur RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng. Alamat lokasi kerja praktik berada di Ruko Imperial Business Center, Blok A1-A10, Daan Mogot, Km 17, Kalideres, Jakarta Barat seperti yang tertera pada Gambar 1.1 berikut.

(Sumber: Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng) Gambar 1.1 Alamat Lokasi Kerja Praktik

(15)
(16)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Rumah Sakit Dr. Abdul Radjak diabadikan pada tahun 2019 untuk mengenang pendiri sekaligus pemilik yayasan yaitu Alm. Dr. H. Abdul Radjak, DSOG yang meninggal tanggal 22 Juni di umur 76 tahun. Bertempat kelahiran di Jakarta pada 13 September 1943, Abdul Radjak dikenal sebagai seorang dokter spesialis kandungan atau spesialis obstetri dan ginekologi. Bermula dengan sebuah klinik pelayanan kesehatan yang didirikan pada 13 September 1979 di Jalan Tegalan, Pelmeriam, Kecamatan Matraman, Kota Administrasi Jakarta Timur. Klinik tersebut kemudian bertambah menjadi klinik 24 jam dengan adanya praktik dokter spesialis pada tahun 1981 di Jalan Salemba Tengah No. 24-28, RT 001/RW 04, Paseban, Senen, Kota Administrasi Jakarta Pusat.

Fasilitas pelayanan kesehatan dari klinik 24 jam terus dikembangkan menjadi sebuah rumah sakit di Salemba. RS Dr. Abdul Radjak sebelumnya dikenal sebagai Rumah Sakit MH Thamrin. Nama MH Thamrin menjadi sebuah dorongan untuk meneruskan cita-cita pahlawan nasional Indonesia yaitu Mohammad Husni Thamrin, tokoh betawi yang berjuang di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1981 dibentuk sebuah pelatihan asisten perawat yang didasarkan oleh kebutuhan akan tenaga kesehatan dalam mendukung usaha rumah sakit. Pelatihan ini berkembang menjadi sebuah Perguruan Tinggi MH. Thamrin yang bertempat di Jalan Raya Pondok Gede No. 23-25, Kramat Jati, Kota Administrasi Jakarta Timur dan hingga saat ini terus dikembangkan ke arah Universitas yang memiliki 17 program studi dengan gelar D3 atau S1.

Rumah Sakit Dr Abdul Radjak dikelola oleh PT. Indo Husada Utama dan menjadi bagian dari Radjak Group. Mulai tahun 2020, perencanaan pembangunan dan pelaksanaan kegiatan rumah sakit terus ditambahkan di Kawasan Jabodetabek. RS tersebut telah memiliki cabang di Daerah Salemba, Cileungsi, Purwakarta, Pondok Gede, Bogor dan tengah melakukan proses pembangunan infrastruktur di Kawasan Cengkareng, Cibitung, juga Tambun sebagai bentuk pengembangan pelayanan kesehatan. Pembangunan rumah sakit yang berlokasi di Cengkareng terletak di Jalan Daan Mogot, Komplek Imperial Business Center Blok A No. 1-10, Kalideres, Kota Administrasi Jakarta Barat, dengan luas lahan 576 m2 dan perencanaan ketinggian bangunan yaitu 5 lantai dengan tujuan untuk kegiatan komersial.

Pembangunan infrastruktur harus melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam mendeteksi tingkat dampak lingkungan yang ditimbulkan. Pengurusan dokumen izin PPLH dan non PPLH diperlukan sebagai langkah awal dalam pendirian usaha dan/atau kegiatan. Hal ini dilakukan oleh rumah sakit yang dikelola oleh PT. Indo Husada Utama sebagai kewajiban kelengkapan administrasi kepada Pemerintah Provinsi atau bukti ketaatan dan kepatuhan pemarkasa terhadap peraturan dan hukum yang berlaku. Serta, digunakan sebagai pertimbangan oleh instansi dalam mengontrol kegiatan perusahaan dan perumusan tindakan untuk meminimalkan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif dari aktivitas yang dilakukan.

(17)

5 2.2 Visi, Misi, dan Makna Perusahaan

2.2.1 Visi Organisasi Radjak Group

Menjadi kelompok usaha global yang unggul dan tepercaya.

2.2.2 Misi Organisasi Radjak Group

1. Menyediakan beraneka ragam jasa pelayanan kesehatan yang tersebar di Indonesia, sesuai kebutuhan masyarakat secara profesional sesuai standar nasional dan internasional.

2. Menyediakan fasilitas layanan unggulan yang mampu berfungsi sebagai rujukan yang terpercaya bagi anggota asyarakat yang membutuhkan.

3. Membangun inovasi dan sinergi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja dan pengabdian kepada masyarakat dan bangsa.

4. Membangun fungsi SDM dari human resources menjadi human capital.

5. Memegang kemitraan nasional, regional, dan internasional dengan industri kesehatan lainnya untuk mengembangkan pelayanan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

6. Meningkatkan profit margin, agar dapat memelihara tingkat pertumbuhan korporat serta dapat meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh karyawan.

2.2.3 Makna Organisasi Radjak Group

Makna dari organisasi radjak group sebagai perusahaan yang tumbuh dan berkembang dari seorang insan yang pantang menyerah, gigih dalam berikhtiar, berdoa dalam berjuang dan tawakal dalam keberhasilan. Nama perusahaan yang didedikasikan kepada Dr. H. Abdul Radjak, DSOG., memberikan bukti sumbangsih beliau untuk negeri, berkarya untuk Negara, dan tanggung jawab kepada keluarga, serta sebagai sarana ibadah kepada yang maha kuasa, Allah SWT.

2.3 Makna Logo Perusahaan

Logo organisasi radjak group dapat dilihat dari Gambar 2.1 dan memiliki makna dari setiap elemen yang dijelaskan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut.

(18)

6 Tabel 2.1 Makna Elemen Organisasi Radjak Group

Elemen Makna

Simbolisasi yang berbentuk huruf “R” melambangkan nama pemilik sekaligus founder yaitu Radjak.

Warna biru yang tertera pada simbol bermakna terpercaya dan berdaya tahan tinggi.

Lambang yang merupakan simbolisasi dari pendukung kesuksesan yaitu seorang istri dengan 4 orang anak untuk mendorong kesinambungan.

Warna emas yang tertera pada lambang bermakna kemegahan dan keberhasilan yang tinggi.

Radjak merupakan nama dari perusahaan yang tertera dengan tegas dan jelas, juga tetap mengingat perjalanan awal usaha dalam bidang pelayanan kesehatan.

Warna biru tua dan muda yang tertera dalam tulisan bermakna terpercaya, berdaya tahan tinggi, dan harmonis.

(Sumber: Revisi Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pusat Radjak Group)

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan dan Penempatan Kerja Praktik

Organisasi Radjak Group dipimpin oleh direktur utama yaitu DR. H. Abdul Barry, SE., MARS. yang merupakan anak ketiga dari Dr. H. Abdul Radjak, DSOG. Direktur utama dibantu oleh seorang direktur yaitu Dr. Marganda Pasar Ibu MKK. dan dua wakil direktur yang bertanggung jawab dalam pengawasan umum dan pelayanan medis atas semua kegiatan yang dilakukan oleh pihak direksi dalam segala bidang instalasi yang tersedia.

Penempatan kerja praktik di proyek pembangunan Rumah Sakit Dr. Abdul Radjak Cengkareng yaitu bagian perencanaan Sewage Treatment Plant. Perencanaan STP dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari buangan limbah cair aktivitas Rumah Sakit dan sebagai pemenuhan izin PPLH. Kegiatan kerja praktik dilakukan di bawah bimbingan pimpinan proyek.

(19)

7 (Sumber: Revisi Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pusat Radjak Group Tahun 2014)

Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi Radjak Group

2.5 Struktur Organisasi Proyek Konstruksi RH Cengkareng

Organisasi proyek konstruksi dipimpin oleh direktur utama Radjak Group sebagai pemilik proyek. Pimpinan proyek dibawahi oleh Dewa Kadeq Wista, SPd., S.T., M.T dengan kontraktor yaitu CV Syifa Karya Bersama (SKB), arsitek yaitu Ir. Arie Soeharto IAI, dan pengawas lapangan yaitu Gebby Avan S.T.

(Sumber: Revisi Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pusat Radjak Group Tahun 2014) Gambar 2.3 Bagan Struktur Organisasi Proyek Konstruksi RH Cengkareng

(20)
(21)

9 BAB III

KEGIATAN KERJA PRAKTIK

3.1 Kegiatan Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik dilakukan dalam kurun waktu 13 Juli 2020 - 28 September 2020 dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai kondisi eksisting proyek pembangunan RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng, mengikuti rapat evaluasi kerja setiap Hari Selasa yang dibawahi oleh pengawas lapangan, mengikuti rapat mingguan yang dibawahi oleh pimpinan proyek setiap Hari Jumat, melakukan tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing instansi yaitu menganalisis perencanaan IPAL dan TPS B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan melakukan bimbingan mengenai isi laporan kerja praktik dengan instansi.

Diskusi dalam kegiatan kerja praktik dilakukan bersama dengan pimpinan proyek dan pengawas lapangan mengenai profil perusahaan, format penyusunan dokumen UKL-UPL, perencanaan IPAL dan TPS B3. Diskusi dalam kegiatan kerja praktik juga pernah dilakukan bersama kontraktor yaitu PT. Sarana Tirta Alamindo mengenai surat penawaran harga dan diagram alir IPAL untuk RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng. Perencanaan pembangunan IPAL dilakukan oleh pihak rumah sakit guna mencegah terjadinya dampak negatif limbah cair seperti pencemaran lingkungan.

Gambar 3.1 Kegiatan Konstruksi di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng

(Sumber: Dokumen Pribadi, 2020) Gambar 3.2 Kegiatan Rapat Evaluasi Kerja

(22)

10 3.2 Analisis Format Penyusunan Dokumen UKL-UPL

Rumah Sakit Dr Abdul Radjak memiliki luas lahan 1.900 m2 dengan perencanaan luas bangunan 5.512,5 m2 dan terdiri dari sekitar 100 tempat tidur. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.189 Tahun 2002 dalam bidang kesehatan bahwa Rumah Sakit tipe C dan D dengan luas lahan < 2 Ha, luas bangunan < 10.000 m2 dan jumlah tempat tidur < 300 buah wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) untuk kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan (Permenlhk 16/2012).

Tabel 3.1 Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi UKL-UPL di Provinsi DKI Jakarta

(Sumber: Lampiran Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 189/2002) Pedoman penyusunan UKL-UPL diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Pada pasal 8 ayat (1) dijelaskan bahwa penyusunan UKL-UPL dilakukan melalui pengisian formulir yang ditentukan oleh menteri, memuat:

a. Identitas pemrakarsa;

b. Rencana usaha dan/atau kegiatan;

c. Dampak lingkungan yang akan terjadi, dan program pengelolaan serta pemantauan lingkungan; d. Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan;

e. Pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam formulir UKL-UPL;

f. Daftar Pustaka; dan g. Lampiran.

Penyusunan dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng telah sesuai dengan ketentuan pada Permenlhk 16/2012, pasal 8 ayat (1). Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 3.3 yang memuat daftar isi dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng.

(23)

11 (Sumber: Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng) Gambar 3.3 Daftar Isi Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng

(24)

12 3.3 Analisis Tahapan Pengolahan Air Limbah

PT. Sarana Tirta Alamindo merupakan kontraktor dan penyuplai yang mengajukan kerja sama dengan RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng mengenai penawaran harga desain dan pengadaan sistem IPAL. Berdasarkan Pedoman Teknis IPAL pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011, Bab 3, peralatan standar IPAL telah sesuai dengan yang diajukan oleh kontraktor yaitu pengolahan primer berupa bak pengumpul, unit pemisah lemak, unit saringan padat dan bak ekualisasi, serta pengolahan sekunder yang berupa kolam aerasi dengan alat pemasok udara, bak pengendap akhir, dan sistem pengadukan yang dilengkapi dengan senyawa desinfektan.

(Sumber: SPH PT Sarana Tirta Alamindo) Gambar 3.4 Surat Penawaran Harga

(25)

13 (Sumber: SPH PT Sarana Tirta Alamindo) Gambar 3.5 Diagram Alir Pengolahan Air Limbah

Tahapan pengolahan air limbah dengan sistem aerobik adalah sebagai berikut:

a. Efluen air limbah dari kegiatan rumah sakit akan masuk terlebih dahulu ke dalam bak pengumpul.

b. Air limbah yang menghasilkan minyak dan lemak dari kegiatan dapur maupun kantin akan masuk ke dalam unit grease trap dengan waktu tinggal antara 30 menit – 60 menit. Di dalam unit bak pemisah lemak tersebut akan terjadi proses pemisahan antara minyak dan lemak dengan air secara grativasi. Demi menjaga keberlangsungan kinerja IPAL, pemisahan kandungan minyak dan lemak di awal berfungsi agar transfer oksigen di bak aerasi nantinya tidak terhambat. Dalam tahap awal pengolahan air limbah juga terdapat saringan yang digunakan untuk memisahkan material padat. Unit ini berguna agar tidak menyebabkan kerusakan terhadap alat ketika beroperasi seperti mengambat jaringan perpipaan dan alat pemompa.

c. Air limbah kemudian dialirkan menuju ke bak ekualisasi dan akan mengalami waktu tinggal sekitar 6 jam – 10 jam. Bak ekualisasi memiliki fungsi untuk mengatur debit air limbah agar pengolahan dapat beroperasi dengan stabil.

d. Air limbah yang berada di bak ekualisasi dialirkan menuju bak aerasi dengan menggunakan pompa benam (submersible pump) yang umumnya digunakan dalam pengaliran air limbah dengan head yang tidak terlalu tinggi.

e. Dalam bak aerasi terdapat media kerikil dan alat pemasok udara (blower) yang digunakan untuk penambahan oksigen dalam air limbah. Hal ini bertujuan agar mikroorganisme tumbuh dan menempel pada permukaan media kerikil. Mikroorganisme yang ada

(26)

14 digunakan untuk menguraikan zat organik dan mempercepat proses nitrifikasi sehingga ammonia yang terkandung dalam air limbah dapat dihilangkan dengan lebih mudah. f. Air limbah yang berada di bak aerasi kemudian dialirkan menuju ke bak pengendap akhir.

Dalam unit, pengendapan lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme akan terjadi. Sebagian air limbah akan dialiri kembali dengan pompa sirkulasi lumpur menuju ke bagian inlet bak aerasi.

g. Air limpasan (over flow) yang berasal dari bak pengendap akhir akan dialirkan langsung menuju ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi, air limbah akan dikontakan dengan senyawa desinfektan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen.

h. Setelah proses khlorinasi, air hasil olahan yang keluar dapat langsung dibuang menuju ke sungai atau saluran umum terdekat. Selain itu, air olahan juga dapat dialirkan menuju ke kolam hayati yang dilengkapi dengan ikan mas untuk mengetahui secara langsung apakah air hasil olahan sudah baik atau masih buruk, tentunya juga harus dilakukan analisa di laboratorium untuk mengetahui secara pasti bahwa air olahan sudah memenuhi baku mutu. Air olahan yang berasal dari kolam hayati ini, dapat dimanfaatkan kembali untuk penyiraman taman (recycling water).

3.4 Analisis Perencanaan TPS B3

Konstruksi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3 dibangun sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dapat merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dalam penyelenggaraan pengamanan limbah B3.

Pihak rumah sakit perlu menyediakan fasilitas penanganan limbah B3 yang terdiri dari wadah penampungan limbah B3 di dekat sumber lokasi, alat yang digunakan untuk mengangkut limbah B3 dari sumber ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS), menyediakan bangunan penyimpanan sementara limbah B3, dan mesin untuk mengolah limbah B3 seperti insinerator. Pada pasal 7 ayat (1) P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 persyaratan lokasi tempat penyimpanan sementara limbah B3 meliputi:

a. Bebas banjir; dan

b. Tidak rawan bencana alam.

Pada pasal 11 ayat (2) P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa bangunan wajib memenuhi persyaratan:

a. Rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang disimpan; b. Luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah Limbah B3 yang disimpan;

c. Desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan dan sinar matahari; d. Atap dari bahan yang tidak mudah terbakar;

(27)

15 e. Memiliki sistem ventilasi untuk sirkulasi udara;

f. Sistem pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat Penyimpanan Limbah B3; g. Lantai kedap air dan tidak bergelombang;

h. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung tumpahan dengan kemiringan maksimum 1% (satu persen);

i. Lantai bagian luar bangunan dibuat agar air hujan tidak masuk kedalam bangunan tempat penyimpanan Limbah B3;

j. Memiliki saluran drainase ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3;

k. Memiliki bak penampung tumpahan untuk menampung ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran atau tumpahan Limbah B3; dan

l. Dilengkapi dengan simbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bangunan dalam TPS perlu dibagi menjadi beberapa ruang untuk penyimpanan limbah B3 yang memiliki sifat infeksius, ruang limbah B3 yang tidak memiliki sifat infeksius dengan fase cair dan limbah B3 yang tidak memiliki sifat infeksius dengan fase padat. Jarak penempatan limbah B3 antar tempat pewadahan sekitar 50 cm (lima puluh centimeter). Limbah B3 cair diletakkan ke dalam kontainer anti bocor disertai dengan alas yang anti rembes, juga dilengkapi saluran air dan tanggul untuk menampung tumpahan jika terjadi kebocoran. Sedangkan, limbah B3 padat diletakkan ke dalam kontainer yang kuat, tahan air, tidak korosif, mudah dibersihkan dan dialaskan dengan dudukan kayu atau plastik (Permenkes 7/2019).

(Sumber: Draft DED RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng) Gambar 3.6 Perencanaan TPS RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng (Tampak Depan)

(28)

16 (Sumber: Draft DED RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng) Gambar 3.7 Perencanaan TPS RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng (Tampak Atas)

Bangunan TPS rumah sakit perlu dilengkapi dengan sistem keamanan seperti pemasangan pagar pengaman dan penguncian pintu TPS dengan gembok. Di bagian luar maupun dalam bangunan dapat ditempelkan nomor telepon darurat seperti nomor kantor satpam rumah sakit terkait, nomor kantor pemadam kebakaran, dan nomor kantor polisi terdekat untuk penanganan potensi bahaya. Di bagian luar TPS juga perlu dilengkapi dengan papan yang bertuliskan tempat penyimpanan sementara limbah B3, titik koordinat lokasi TPS, tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan, dan simbol B3 sesuai dengan karakteristik limbahnya. TPS perlu dilengkapi dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan limbah B3 dan SOP kondisi darurat, beserta dengan dokumen pencatatan seperti logbook (Permenkes 7/2019).

(29)
(30)

18 BAB IV

HASIL KERJA PRAKTIK

4.1 Mempelajari Perencanaan Pengolahan Limbah Cair 4.1.1 Sumber Air Limbah

Adanya peningkatan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan berakibat pada timbulnya potensi pencemaran lingkungan. Potensi pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh kegiatan pembuangan limbah yakni, limbah cair yang mampu menyebabkan penurunan tingkat kesehatan makhluk hidup. Demi menciptakan rona lingkungan yang berkelanjutan, nyaman dan sehat, maka dibutuhkan suatu upaya pengendalian yang dapat mencegah atau meminimalisasi dampak pencemaran yang dapat terjadi dari suatu kegiatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit diwajibkan untuk mengadakan unit instalasi pengolahan air limbah.

Air limbah yang diolah dari suatu kegiatan yang dihasilkan dalam sarana pelayanan kesehatan terdiri dari air limbah domestik, air limbah klinis, air limbah laboratorium dan sebagainya. Air limbah domestik biasanya memiliki persentase yang paling besar, air limbah yang dihasilkan terdiri dari air buangan kamar mandi, air buangan dapur, dan air bekas laundry pakaian. Sedangkan, air limbah klinis berasal dari kegiatan pencucian darah, pencucian luka, dan sebagainya. Persentase sisa dari air limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah yang terkontaminasi oleh pembawa infeksi dari suatu mikroorganisme, pembuangan darah, buangan dari pasien yang mengidap penyakit infeksi, dan lain-lain.

Sarana pelayanan kesehatan memiliki air limbah yang umumnya terkandung senyawa pencemar organik yang tinggi dari air buangan domestik maupun air buangan klinis, perencanaan pengolahan tersebut dapat dilakukan secara biologis. Sedangkan, limbah cair yang dihasilkan dari suatu kegiatan di laboratorium biasanya mengandung logam berat yang dapat menjadi penganggu dalam proses pengolahan biologis, sehingga dalam pengolahan awal dibutuhkan proses pengolahaan secara kimia dan fisika yang selanjutnya baru akan dialirkan menuju instalasi pengolahan air limbah.

4.1.2 Desain Perencanaan IPAL

Desain perencanaan IPAL yang telah digunakan oleh beberapa fasilitas pelayanan kesehatan memiliki sistem biofilter aerob yang membutuhkan bantuan oksigen. Dalam mengoptimalkan fungsi pengoperasian dan pemeliharaan sistem pengolahan limbah cair, diperlukan pemahaman khusus dari operator IPAL sebagai dasar proses perencanaan pengolahan IPAL. Adanya pedoman teknis mengenai perencanaan IPAL dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan di lapangan seperti perencanaan, operasional, dan pemeliharaan IPAL agar hasil pengolahan yang diperoleh berlangsung secara optimal dan sesuai dengan kriteria atau persyaratan IPAL yang baik.

(31)

19 (Sumber: Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng) Gambar 4.1 Neraca Air Tahap Operasional

Desain penampungan volume limbah domestik di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng disesuaikan berdasarkan debit air limbah yang akan dihasilkan oleh karyawan, air limbah dari pasien, air limbah guna menjaga kebersihan bangunan serta air limbah dari sisa penyiraman tanaman. Kebutuhan air bersih harian dan air limbah yang diperhitungkan menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 seperti yang terlampir dalam Tabel 4.1. Perkiraan penampungan volume limbah domestik disesuaikan dengan debit air limbah yang masuk yaitu 600 liter/jumlah tempat tidur pasien/hari dari 80% (delapan puluh persen) kebutuhan pemakaian air bersih sebesar 750/liter/jumlah tempat tidur/hari untuk rumah sakit menengah. Lokasi IPAL direncanakan berada di samping gedung atau halaman parkir, sehingga limpasan air yang telah diolah dapat dialirkan menuju ke saluran drainase yang berada di sisi utara bangunan yaitu Jalan Melati.

Tabel 4.1 Perkiraan Volume Pemakaian Air Bersih dan Debit Air Limbah untuk Perancangan IPAL Berdasarkan Jenis Peruntukan Bangunan

(Sumber: Lampiran II, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2005) Air PAM Water Tank Kebutuhan Air Harian Kegiatan Rumah Sakit & Karyawan

Kebersihan Bangunan Penyiraman Tanaman Grease Trap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Saluran Drainase Menyerap ke Tanah dan

Menguap Air

(32)

20 4.2 Mempelajari Perencanaan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 4.2.1 Sumber Limbah B3

Timbulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dalam kegiatan rumah sakit, diperkirakan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada makhluk hidup dan risiko pencemaran lingkungan. Sumber limbah B3 dapat berasal dari limbah medis, bekas pemakaian baterai dan lampu, obat-obatan yang telah kadaluwarsa, bekas tempat penampungan tinta, sisa kemasan pembersih, dan lainnya. Upaya yang dilakukan untuk penanganan limbah B3 di rumah sakit yaitu dengan membuat tempat penampungan sementara (TPS) yang berguna untuk mewadahi limbah B3. Sebelumnya, harus dilakukan pengurusan izin penyimpanan sementara limbah B3 oleh pihak rumah sakit kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng, 2020).

Limbah sisa dari penggunaan bahan kimia atau farmasi dalam bentuk cair dilarang untuk dibuang ke dalam jaringan perpipaan pengolahan limbah domestik karena akan mengganggu proses biologis, maka limbah cair B3 tersebut harus dikembalikan kepada pihak distributor yang memproduksi bahan kimia. Begitu pun untuk bahan pelarut yang mengandung klorin atau florin dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida dilarang untuk diolah ke dalam mesin insinerator, kecuali mesin tersebut telah dilengkapi dengan alat pembersih gas. Dalam pengolahan limbah B3 setelah dilakukan penyimpanan sementara, pihak rumah sakit akan bekerja sama dengan pihak ketiga yang juga telah memiliki izin dalam melakukan pengangkutan dan pengolahan limbah B3.

4.2.2 Penanganan Darurat Limbah B3

Pihak rumah sakit perlu menyusun dan menyiapkan prosedur penanganan darurat limbah B3 untuk kondisi bahaya yang mungkin akan terjadi, seperti bencana alam atau kebakaran. Prosedur penanganan darurat dapat mencakup pembentukan unit darurat dan pembagian kerja tiap personil, yang disertai dengan mekanisme penanganan darurat dalam menangani limbah B3 secara mandiri maupun gabungan untuk tiap personil yang pernah melakukan pelatihan. Pihak rumah sakit juga perlu mengidentifikasi jalur rawan keadaan darurat, menentukan jarak aman atau titik kumpul, serta jalur evakuasi. Di tiap pos tertentu, pihak rumah sakit perlu menyiapkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan nomor telepon darurat. Selain itu, diperlukan perencanaan tata letak tanda bahaya yang mudah dijangkau, dengan tujuan agar informasi keadaan darurat dapat secara cepat tersebar kepada khalayak umum sekitar lokasi.

(33)
(34)

22 BAB V

TINJAUAN TEORITIS

5.1 Persyaratan Konstruksi IPAL

Perencanaan lokasi instalasi pengolahan air limbah yang baik harus berada dekat dengan sumber air limbah dan tidak jauh dari lokasi saluran drainase. Perencanaan lokasi bertujuan agar air limbah tidak akan mengganggu kondisi lingkungan sekitar dari penurunan estetika dan bau yang tidak sedap. Perencanaan posisi bangunan IPAL dapat diletakkan di atas tanah, di bawah tanah (seperti di bawah halaman parkir atau di bawah lokasi taman), maupun diletakkan di dalam bangunan (basement). Struktur bangunan IPAL harus memenuhi persyaratan keselamatan, kelancaran operasional, dan kesesuaian dengan umur layanan seperti cukup kokoh dan stabil untuk menahan beban volume air limbah yang dapat dipengaruhi oleh faktor alam seperti tiupan angin, guncangan gempa, bahaya korosi, timbulnya penjamuran, dan sebagainya (Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak, 2020).

Demi mencegah terjadinya keruntuhan struktur bangunan IPAL, diperlukan pemeriksaan keandalan bangunan perlu secara berkala sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku. Adanya perubahan struktur bangunan IPAL juga harus memerhatikan kondisi tanah yang digunakan untuk menghindari timbulnya pergeseran tanah. Persyaratan keselamatan struktur harus dapat terpenuhi ketika terjadi perbaikan struktur sesuai dengan hasil pemeriksaan keandalan bangunan IPAL. Bahan yang digunakan dalam konstruksi IPAL diwajibkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), begitupun dalam proses pencampuran bahan yang harus disesuaikan dengan pedoman teknis terkait perencanaan pembangunan IPAL.

Sistem pertukaran udara pada IPAL yang berada di atas tanah secara terbuka, diwajibkan untuk tidak mengganggu kondisi lingkungan sekitar walaupun terjadi sirkulasi udara yang alami. Namun, jika IPAL diletakkan di bawah tanah atau di dalam bangunan maka harus terdapat sistem pertukaran udara secara mekanis yang disesuaikan dengan SNI 03-6572-2001 mengenai tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung. Selain itu, perlu juga diperhatikan mengenai sistem pencahayaan IPAL di dalam bangunan sesuai ketentuan yang berlaku, biasanya terdiri dari pencahayaan normal dan siaga. Dalam instalasi sistem kelistrikan pada IPAL diharuskan merujuk pada persyaratan umum berdasarkan SNI 04-0225-2000.

5.2 Persyaratan Wadah dan Kemasan Limbah B3

Konstruksi Tempat Penyimpanan Sementara limbah B3 dibangun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Wadah yang digunakan untuk menempatkan limbah B3 didesain sesuai dengan karakteristik limbah B3 masing-masing, pemberian warna dalam wadah berfungsi untuk memisahkan limbah dengan mudah. Karakteristik limbah yang memiliki sifat radioaktif biasanya diberikan label dengan warna merah, limbah yang memiliki sifat pathogen diberikan tanda dengan warna kuning, limbah yang bersifat sitotoksik diberikan tanda warna ungu, dan pemberian label berwarna cokelat untuk sisa kemasan B3 atau limbah B3 yang telah kadaluwarsa, seperti bahan farmasi.

(35)

23 Berdasarkan lampiran II, Permenlhk Nomor P.12/Menlhk/Setjen/Plb.3/5/2020, pengemasan limbah B3 dapat menggunakan drum, jumbo bag, tangki intermediated bulk container (IBC), dan/atau kontainer. Wadah yang digunakan untuk limbah B3 yang bersifat radioaktif dapat menggunakan kontainer timbal. Wadah untuk limbah B3 yang bersifat infeksius harus dapat disterlisisasi dengan menggunakan autoklaf (alat pemanas yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme pathogen) atau dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kuat dan tidak bocor. Begitu pun dengan limbah B3 yang bersifat sitotoksik dapat menggunakan kantong plastik yang kuat dan tidak akan mengalami kebocoran. Sedangkan, untuk sisa kemasan B3 atau limbah B3 yang telah kadaluwarsa, seperti bahan farmasi dapat menggunakan kantong plastik maupun kontainer.

Dalam tiap kemasan pada wadah, diberikan simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah. Misalnya, simbol radioaktif untuk limbah yang memiliki sifat menghantarkan radiasi, simbol infeksius untuk limbah yang dapat menularkan penyakit karena telah terkontaminasi organisme pathogen, simbol sitotoksik untuk limbah yang dapat merusak sel pada makhluk hidup, dan simbol lainnya sesuai dengan bahaya yang akan ditimbulkan oleh limbah bahan kimia seperti toksik atau beracun, dapat terbakar, dan lain-lain. Kemasan harus selalu dalam keadaan tertutup rapat, disimpan pada tempat yang memenuhi persyaratan penyimpanan limbah B3, dan kemasan yang telah dikosongkan perlu diberi label “KOSONG” (Permenlhk 12/2020) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.

(Sumber: Lampiran II, Permenlhk 12/2020) Gambar 5.1. Contoh Simbol dan Label Kemasan Limbah B3

Wadah untuk penyimpanan limbah B3 dapat dilengkapi dengan penyimpanan sekunder yang memiliki fungsi dalam mencegah terjadinya pelepasan limbah ke lingkungan. Penyimpanan sekunder digunakan untuk manampung cairan dari tumpahan limbah B3 yang dibuat dengan bahan yang memiliki kekuatan dari pengaruh tekanan untuk mencegah kerusakan. Dalam mendeteksi terjadinya kebocoran limbah pada wadah primer dan sekunder dapat menggunakan alat pendeteksi kerusakan wadah yang dioperasikan selama 24 (dua puluh empat) jam (Wibisono, dkk, 2020).

(36)
(37)

25 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kegiatan pembangunan Rumah Sakit Dr Abdul Radjak Cengkareng yang dilakukan sejak Bulan Mei 2020 bertujuan sebagai bentuk pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dan wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.189 Tahun 2002 dalam bidang kesehatan dengan syarat wajib UKL-UPL pada Rumah Sakit tipe C dan D dengan luas lahan < 2 Ha, luas bangunan < 10.000 m2 dan jumlah tempat tidur < 300 buah.

Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dilakukan oleh pihak rumah sakit sebagai kewajiban kelengkapan administrasi dan bukti ketaatan pemarkasa terhadap hukum yang berlaku. Perencanaan PPLH yang dilakukan adalah merencanakan desain fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengacu pada Pedoman Teknis IPAL oleh Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011, serta melakukan perencanaan desain Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk wadah, kemasan, dan label yang merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020.

Perencanaan PPLH di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Perencanaan PPLH digunakan sebagai kontrol untuk meminimalkan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif dari aktivitas konstruksi yang dilakukan oleh RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng. Akitivitas Teknik Lingkungan dalam pengendalian dampak dari limbah cair dan limbah padat di Rumah Sakit adalah melakukan perencanaan PPLH sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membantu pelaku usaha dalam menyusun dokumen perizinan lingkungan yang dibutuhkan secara profesional.

6.2 Saran

Dokumen UKL-UPL dibuat pada tahap perencanaan pra-konstruksi yang bertujuan sebagai kelengkapan dalam memperoleh izin lingkungan dan izin usaha. Dokumen UKL-UPL yang telah dibuat, sebaiknya dianalisis kembali oleh pemrakarsa sebelum diserahkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dikarenakan ketidaksesuaian isi dokumen UKL-UPL dengan kondisi eksisting di lapangan dapat berdampak pada pembatalan izin lingkungan dan menghambat izin usaha sehingga pihak pemrakarsa perlu melakukan revisi kembali atau melakukan perubahan rekomendasi UKL-UPL sebelum kegiatan dan/atau usaha beroperasi (PP 27/2012).

(38)

26 DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah. (2012). PP No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Negara.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2012). Permenlhk No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Permenlhk No. 12 Tahun 2020 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Sekretariat Negara.

4. Peraturan Menteri Kesehatan. (2019). Permenkes No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.

5. Kementerian Kesehatan. (2011). Kemenkes Tentang Pedoman Teknis IPAL pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2011. Jakarta: Sekretariat Negara.

6. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Kepgub DKI Jakarta Nomor 189 Tahun 2002 Tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi UKL UPL. Jakarta: Sekretariat Negara.

7. Pemrakarsa. (2020). Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak. Jakarta: Cengkareng. 8. Ardiana, Nabila. (2019). Laporan Kerja Praktik: Studi Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) Infeksius di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Jakarta: Universitas Pertamina.

https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/handle/123456789/351; diunduh

pada 16 September 2020.

9. Mareta, Andini. (2019). Laporan Kerja Praktik: Studi Pengelolaan Limbah Cair di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Jakarta: Universitas Pertamina.

https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1154/ Laporan%20Kerja%20Praktik_Andini%20Mareta_104216017.pdf?sequence=1&is

Allowed=y; diunduh pada 20 Juli 2020.

10. Wibisono, A. Y., Kusumaningtyas, D., Lahmadi, S. F., Najwa, A., Rachmantoro, H. A., Sarwono, A., & Suryawan, I. W. K. (2020). Design of Hazardous Waste Station in XYZ Port, Jakarta City. Civil and Environmental Science Journal (Civense), 3(2), 110-118.

(39)

27 LAMPIRAN

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

Gambar

Tabel 2.1 Makna Elemen Organisasi Radjak Group ………..………………………………………6  Tabel  3.1  Jenis  Usaha  dan/atau  Kegiatan  yang  Wajib  dilengkapi  UKL-UPL  di  Provinsi  DKI  Jakarta ………………………………………………………………………………………….......10  Tabel  4.1  Perkiraan  Volume  Pem
Gambar 2.1 Logo Organisasi Radjak Group
Gambar 2.2 Bagan Struktur Organisasi Radjak Group
Gambar 3.1 Kegiatan Konstruksi di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng
+3

Referensi

Dokumen terkait