• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TEORITIS

5.2 Persyaratan Wadah dan Kemasan Limbah B3

Konstruksi Tempat Penyimpanan Sementara limbah B3 dibangun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Wadah yang digunakan untuk menempatkan limbah B3 didesain sesuai dengan karakteristik limbah B3 masing-masing, pemberian warna dalam wadah berfungsi untuk memisahkan limbah dengan mudah. Karakteristik limbah yang memiliki sifat radioaktif biasanya diberikan label dengan warna merah, limbah yang memiliki sifat pathogen diberikan tanda dengan warna kuning, limbah yang bersifat sitotoksik diberikan tanda warna ungu, dan pemberian label berwarna cokelat untuk sisa kemasan B3 atau limbah B3 yang telah kadaluwarsa, seperti bahan farmasi.

23 Berdasarkan lampiran II, Permenlhk Nomor P.12/Menlhk/Setjen/Plb.3/5/2020, pengemasan limbah B3 dapat menggunakan drum, jumbo bag, tangki intermediated bulk container (IBC), dan/atau kontainer. Wadah yang digunakan untuk limbah B3 yang bersifat radioaktif dapat menggunakan kontainer timbal. Wadah untuk limbah B3 yang bersifat infeksius harus dapat disterlisisasi dengan menggunakan autoklaf (alat pemanas yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme pathogen) atau dimasukkan ke dalam kantong plastik yang kuat dan tidak bocor. Begitu pun dengan limbah B3 yang bersifat sitotoksik dapat menggunakan kantong plastik yang kuat dan tidak akan mengalami kebocoran. Sedangkan, untuk sisa kemasan B3 atau limbah B3 yang telah kadaluwarsa, seperti bahan farmasi dapat menggunakan kantong plastik maupun kontainer.

Dalam tiap kemasan pada wadah, diberikan simbol limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah. Misalnya, simbol radioaktif untuk limbah yang memiliki sifat menghantarkan radiasi, simbol infeksius untuk limbah yang dapat menularkan penyakit karena telah terkontaminasi organisme pathogen, simbol sitotoksik untuk limbah yang dapat merusak sel pada makhluk hidup, dan simbol lainnya sesuai dengan bahaya yang akan ditimbulkan oleh limbah bahan kimia seperti toksik atau beracun, dapat terbakar, dan lain-lain. Kemasan harus selalu dalam keadaan tertutup rapat, disimpan pada tempat yang memenuhi persyaratan penyimpanan limbah B3, dan kemasan yang telah dikosongkan perlu diberi label “KOSONG” (Permenlhk 12/2020) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.

(Sumber: Lampiran II, Permenlhk 12/2020) Gambar 5.1. Contoh Simbol dan Label Kemasan Limbah B3

Wadah untuk penyimpanan limbah B3 dapat dilengkapi dengan penyimpanan sekunder yang memiliki fungsi dalam mencegah terjadinya pelepasan limbah ke lingkungan. Penyimpanan sekunder digunakan untuk manampung cairan dari tumpahan limbah B3 yang dibuat dengan bahan yang memiliki kekuatan dari pengaruh tekanan untuk mencegah kerusakan. Dalam mendeteksi terjadinya kebocoran limbah pada wadah primer dan sekunder dapat menggunakan alat pendeteksi kerusakan wadah yang dioperasikan selama 24 (dua puluh empat) jam (Wibisono, dkk, 2020).

25 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kegiatan pembangunan Rumah Sakit Dr Abdul Radjak Cengkareng yang dilakukan sejak Bulan Mei 2020 bertujuan sebagai bentuk pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dan wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.189 Tahun 2002 dalam bidang kesehatan dengan syarat wajib UKL-UPL pada Rumah Sakit tipe C dan D dengan luas lahan < 2 Ha, luas bangunan < 10.000 m2 dan jumlah tempat tidur < 300 buah.

Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dilakukan oleh pihak rumah sakit sebagai kewajiban kelengkapan administrasi dan bukti ketaatan pemarkasa terhadap hukum yang berlaku. Perencanaan PPLH yang dilakukan adalah merencanakan desain fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengacu pada Pedoman Teknis IPAL oleh Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011, serta melakukan perencanaan desain Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk wadah, kemasan, dan label yang merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020.

Perencanaan PPLH di RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng telah sesuai dengan regulasi yang berlaku. Perencanaan PPLH digunakan sebagai kontrol untuk meminimalkan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif dari aktivitas konstruksi yang dilakukan oleh RS Dr. Abdul Radjak Cengkareng. Akitivitas Teknik Lingkungan dalam pengendalian dampak dari limbah cair dan limbah padat di Rumah Sakit adalah melakukan perencanaan PPLH sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membantu pelaku usaha dalam menyusun dokumen perizinan lingkungan yang dibutuhkan secara profesional.

6.2 Saran

Dokumen UKL-UPL dibuat pada tahap perencanaan pra-konstruksi yang bertujuan sebagai kelengkapan dalam memperoleh izin lingkungan dan izin usaha. Dokumen UKL-UPL yang telah dibuat, sebaiknya dianalisis kembali oleh pemrakarsa sebelum diserahkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dikarenakan ketidaksesuaian isi dokumen UKL-UPL dengan kondisi eksisting di lapangan dapat berdampak pada pembatalan izin lingkungan dan menghambat izin usaha sehingga pihak pemrakarsa perlu melakukan revisi kembali atau melakukan perubahan rekomendasi UKL-UPL sebelum kegiatan dan/atau usaha beroperasi (PP 27/2012).

26 DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Pemerintah. (2012). PP No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Negara.

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2012). Permenlhk No. 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2020). Permenlhk No. 12 Tahun 2020 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Sekretariat Negara.

4. Peraturan Menteri Kesehatan. (2019). Permenkes No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.

5. Kementerian Kesehatan. (2011). Kemenkes Tentang Pedoman Teknis IPAL pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2011. Jakarta: Sekretariat Negara.

6. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Kepgub DKI Jakarta Nomor 189 Tahun 2002 Tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi UKL UPL. Jakarta: Sekretariat Negara.

7. Pemrakarsa. (2020). Dokumen UKL-UPL RS Dr. Abdul Radjak. Jakarta: Cengkareng. 8. Ardiana, Nabila. (2019). Laporan Kerja Praktik: Studi Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) Infeksius di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Jakarta: Universitas Pertamina.

https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/handle/123456789/351; diunduh

pada 16 September 2020.

9. Mareta, Andini. (2019). Laporan Kerja Praktik: Studi Pengelolaan Limbah Cair di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Jakarta: Universitas Pertamina.

https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1154/ Laporan%20Kerja%20Praktik_Andini%20Mareta_104216017.pdf?sequence=1&is

Allowed=y; diunduh pada 20 Juli 2020.

10. Wibisono, A. Y., Kusumaningtyas, D., Lahmadi, S. F., Najwa, A., Rachmantoro, H. A., Sarwono, A., & Suryawan, I. W. K. (2020). Design of Hazardous Waste Station in XYZ Port, Jakarta City. Civil and Environmental Science Journal (Civense), 3(2), 110-118.

27 LAMPIRAN

Dokumen terkait