• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDES) DESA NGLAMBANGAN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDES) DESA NGLAMBANGAN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DESA (APBDES) DESA NGLAMBANGAN

KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Shafira Qurrata Ayun 165020101111025

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)
(3)

ANALISIS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDES) DESA NGLAMBANGAN KECAMATAN

WUNGU KABUPATEN MADIUN

Shafira Qurrata A’yun, Maryunani

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: Safirasafira852@gmail.com

ABSTRAK

Desa sebagai kawasan otonom diberikan hak istimewa seperti pengelolaan anggaran desa. Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijakan desa berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes serta output yang dirasakan masyarakat dan partisipasi masyarakat Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus dengan data primer melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes sudah dikelola dengan baik dan masyarakat merasakan kemajuan desa serta masyarakat juga ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggerakan oleh pemerintah desa.

Kata Kunci : Desa, Pengelolaan APBDes, Masyarakat.

A. PENDAHULUAN

Konsep desentralisasi dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telak menunjuk tiga pola otonomi (Solekhan, 2012:37). Otonomi provinsi sebagai otonomi terbatas, otonomi kabupaten/kota sebagai otonomi luas dan otonomi desa yang merupakan otonomi asli, utuh dan bulat serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa. Kewenangan otonomi desa yaitu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat (Sumpeno, 2011:25). Keterbatas dana keuangan desa dalam APBDes menjadi kendala utama yang dirasakan oleh desa seperti pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan, hal tersebut disebabkan oleh empat faktor utama yaitu (Hudayana, Bambang dan FPPD, 2005:2). Desa masih memiliki APBDes yang kecil, kurangnya kesejahteraan masyarakat desa, rendahnya dana dalam operasional untuk menjalankan pelayanan kepada masyarakat dan masih banyak progam desa yang dikelola oleh dinas. Maka dari itu, penyelenggaraan pemerintah desa harus akuntabilitas atau pertanggungjawaban pengelolaan APBDes.

Seiring terjadinya perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan adanya pembaruhan peraturan, maka sentralisasi daerah akan segera memudar dan pembangunan akan dapat terjadi secara lebih merata. Pemerintah desa semakin lebih leluasa menggunakan wewenangnya untuk mengatur daerahnya masing-masing. Dengan adanya pemisahan keuangan antara pemerintah desa dengan pemerintah kabupaten dapat meningkatkan efisensi dan efektifitas dalam pengelolaan kekayaan yang ada di desa. Desa mendapat hak keuangan dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten atau kota dalam rangka mendukung percepatan pembangunan desa. Menurut Peraturan Menteri pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Harapannya desa dapat mengelola keuangannya dan melaporkannya secara transaparan serta tertib dan disiplin anggaran baik dalam hal pengelolaan pembelanjaan anggaran maupun sumber-sumber pendapatan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah instrumen penting dalam menentukan terwujudnya tata pemerintah yang baik di desa yang dapat dilihat melalui proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDes. Dengan dana yang diberikan begitu besar, maka harus dikelola dengan sebaik mungkin yang mana

(4)

dalam pelaksanaan progam harus melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan kemajuan desa.

Kabupaten Madiun sebagai salah satu daerah otonomi di Jawa Timur mewujudkan prinsip otonomi daerah dengan diterimanya dana kepada desa untuk mengembangkan potensi desa. Salah satu desa yang menerima bantuan tersebut adalah Desa Nglambangan, di dalam Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Nglambangan tahun 2019 terlihat bahwa pemerintah desa melaksanakan pengelolaan keuangan dengan baik karena dapat memaksimalkan dana yang ada dan adanya ketebukaan dalam pengelolaan keuangan kepada masyarakat. Dari hal tersebut untuk mengetahui pengelolaan keuangan serta output yang dirasakan masyarakat di Desa Nglambangan, maka penulis tertarik membahas dan menganalisis dengan melakukan penelitian tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui pengelolaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) untuk di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Kedua untuk menganalisis output yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun dan ketiga untuk melihat sejauh mana partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan wawasan pengetahuan maupun tambahan sumber informasi untuk peneliti selanjutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikirian informasi bagi pembuat kebijakan terutama pemerintah daerah.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Desa

Indonesia memiliki salah satu sistem pemerintahan yaitu sistem pemerintahan desa yang memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Dengan berasas keaneragaman, partisipasi, demokrasi, otonomi asli dan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan desa bertujuan untuk meningkatkan penyelenggarakan pemerintah berbudaya guna dan berhasil dalam peningkatan dalam masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan dimulai dari bawah tentu terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tercipta sebuah desa antara lain, faktor penduduk, faktor wilayah dan faktor lingkungan, sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat. Terakhir yaitu faktor potensi yang berada pada sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi pendukung.

Masyarakat Desa

Desa merupakan bentuk kesatuan hukum yang bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintah sendiri yang ditandai dengan memiliki ikatan perasaan yang erat antar sesama warga desa. Sehingga masyarakat disebut dengan hubungan pola komunis gameinschaft, yaitu communal society atau masyarakat komunal atau paguyuban. Paguyuban membentuk kehidupan yang anggotanya memiliki ikatan hubungan batin asli, murni dan kekal berdasarkan hubungan rasa cinta dan persatuan. Paguyuban bermula dari diri sendiri dengan rasa solidaritas yang tinggi serta memiliki identitas yang sama berdasarkan kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan inilah yang merupakan faktor dari penguat hubungan sosial dengan diperkuat emosional serta interaksi antar invidu di desa. Masyarakat petani sebagai lambang gameinschaft karena memiliki hubungan pribadi yang diatur berdasarka aturan sosial tradisional.

Masyarakat perdesaaan juga mengalami ketegangan-ketegangan sosial seperti konflik atau pertengkaran hal ini disebabkan karena mereka selalu berdekatan dengan tetangga secara terus-menerus mengakibatkan kemungkinan untuk terjadi peristiwa berkelahi seperti permasalahan gengsi, perwakinan, rumah tangga dan lain-lain. Selain itu, adanya pertentangan yang disebabkan oleh

(5)

perubahan kebudayaan atau adat istiadat dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Masyarakat perdesaan juga memiliki sifat mempunyai persaingan dalam bentuk positif dan negatif, positif jika persaingan diutarakan dalam bentuk saling mengingatkan untuk meningkatkan prestasi ataupun hasil produksi. Sebaliknya jika negatif yaitu sifat dimana memiliki rasa iri yang dapat mengakibatkan ketegangan dalam hubungan masyarakat.

Keuangan Desa

Ketika desa sudah menerima dana dari pemerintah, maka desa tersebut harus sudah mempu membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Untuk membuat APBDes maka desa tersebut harus mempunyai peraturan yang dibuat melalui musyawarah dengan pemerintah desa dan mengarah kepada perencanaan pembangunan atau kegiatan yang akan diselenggarakan selama satu tahun kedepan. Pembangunan di tingkat desa sudah sejak lama digulirkan dengan adanya pemberian danadari pemerintah maka pembangunan desa bisa dilakukan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa. Setiap desa yang menerima dana dari pemerintah maka desa tersebut harus membuat APBDes, karena dana yang sudah masuk di desa digunakan untuk melakukan penyelenggaraan kegiatan. Menurut Peraturam Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan bahwa dalam Angaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) terdiri dari Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan Desa.

Penyusunan Rancangan APBDes

PPJMD dan RKPD disusun pemerintah desa guna untuk perencanaan pembangunan desa. RPJMD merupakan penjabaran dari visi dan misi Kepala Desa dengan jangka waktu enam tahun. Dokumen RKPD disusun oleh Kepala Desa dan BPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrembangdes). Musyawarah desa dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintah desa, pembangunan desa, pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.dengan kesepakatan bersama dalam musyawarah desa dimasukkan dalam berita acara yang nantinya akan menjadi pedoman penyusunan RPJMD, visi dan misi Kepala Desa berdasarkan penyusunan rancangan RPJMD dengan mengarah kebijakan pembangunan. Berita acara yang telah dibuat merupakan hasil kesepakatan bersama dituangkan dalam format dan dokumen rancangan RPJMD rancangan yang nantinya akan disampaikan dan disetuju oleh Kepala Desa. Jika terjadi peristiwa yang tidak terduga seperti bencana alam, krisis ekonomi, krisis politik dan kerusuhan sosial mengakibatkan adanya perubahan mendasar dari kebijakan Pemerintah Pusat, Pemerintah Profinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota..

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes dibentuk berdasarkan RKP tahun berjalan yang nantinya akan disetujui oleh Kepala Desa dan menyampaikan rancangan Peraturan Desa kepada BPD untuk dibahas bersama agar memperoleh persetujuan selanjutnya diserahkan kepada Bupati untuk dievalusi. APBDes terbentuk karena adanya peraturan desa, dimana peraturan desa dihasilkan dengan cara musyawarah sehingga tercipta rancangan kegiatan desa yang digunakan untuk membangun desa, musyawarah ini disebut dengan Musrenbang yaitu musyawarah rencana pembangunan. Dengan merencanakan kegiatan tersebut akan membutuhkan dana untuk melaksanakan rencana, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Setelah kegiatan berjalan, akan ada yang mengawasi jalannya kegiatan pembangunan tersebut. Dan setelah pelaksaan kegiatan selesai harus ada pertanggungjawaban kegiatan.

MUSDUS

MUSDES

MUSREMBANG

RKP DAN RAB EVALUASI

BUPATI

(6)

Teori Pembangunan Desa Rondinelli

Pembangunan fisik desa menjadi fokus utama dalam teori pembangunan desa Rondinelli karena dengan adanya perbaikan sarana prasarana desa dapat mengubah kehidupan masyarakat desa. Adanya infrastruktur yang memadai memudahkan masyarakat untuk melaksanakan mobilitas. Dengan tujuan mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, pemerintah sudah berupaya untuk melaksanakan pembangunan desa seperti pembangunan fisik yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Berfokus pada konsep pembangunan desa terpadu yaitu strategi untuk pengembangan pembangunan desa yang bertujuan untuk menaruh perhatian besar melalui pelayanan, bantuan dan informasi kepada masyarakat desa. Sangat diperlukannya respon masyarakat karena masyarakat desa memiliki banyak aspek sehingga strategi ini memperhatikan proses penyampaiannya dari pada pengembangannya. Konsep desa terpadu sebagai metode pendekatan untuk melaksanakan pembangunan desa dengan melibatkan masyarakat dengan mengkaitkan aspek kehidupan, dengan cara merubah kehidupan masyarakat desa tradisional menuju pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam aspek kehidupan masyarakatnya. Sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik sehingga dapat mengembangkan diri sendiri, institusi sosial ekonomi dan pelayanan yang setara dengan masyarakat yang berada di kota.

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan didukung data kuantitatif.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti berada di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.

Sumber, Jenis, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dari berbagai macam bentuk yakni foto, wawancara terbuka (menggali informasi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada informan), observasi (melihat, mengamati, dan mencatat secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti), dokumentasi (penambahan informasi melalui data-data yang telah ada), dan sumber lainnya (Neuman, 2013:57). Pada penelitian ini, akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan APBDes sebagai narasumber dan sumber data dalam penelitian ini. Data-data yang dikumpulkan di lapangan yaitu berbentuk kata dan perilaku, kalimat dan gambar dengan latar belakang ilmiah, manusia sebagai instrument. Peneliti menggunakan informan yang akan diwawancarai antara lain Kepala Desa, perangkat desa dan masyarakat desa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Adapun cara dalam penentuan sampel, peneliti menggunakan cara purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Nglambangan merupakan salah satu dari 12 (dua belas) desa yang ada di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Desa Nglambangan memiliki tiga dusun yaitu Dusun Nglambangan, Dusun Gempol dan Dusun Brubaan. Desa Nglambangan secara fisik akses jalan sudah diaspal dan bangunan-bangunan rumah sudah menuju modern. Jumlah penduduk Desa Nglambangan sebanyak 2,705 orang, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 649 orang, sedangkan penduduk perempuan 1.429 sebanyak orang. Jumlah keluarga di Desa Nglambangan sebanyak 725 KK presentasi perkembangan Desa Nglambangan mengalami kenaikan 4% dari tahun lalu dengan kepadatan penduduk sebesar 1.558,67 per KM dan mayoritas sebagai buruh tani. Desa Nglambangan juga memiliki situs peninggalan bersejarah dipercaya terdapat peninggalan dari zaman Majapahit antara lain berupa Pura Lambangsari.

(7)

Perencaan APBDes

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) merupakan rencana pendapatan dan pengeluaran desa selama satu tahun kedepan yang dibuat oleh Kepala Desa bersama-sama BPD yang dituangkan kedalam peraturan desa dan sesuai dengan pedoman yang disahkan oleh Bupati. UU No 4 Tahun 2014 pasal 73 Ayat 1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa terdiri atas bagian pendapatan, belanja dan pembiayaan desa. Adapun APBDes dari Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Tahun 2019 :

No Pendapatan dan Belanja Besaran (Rp)

1 Pendapatan Desa 2.018.471.000

2 Belanja Desa :

Bidang Pemerintahan Desa 960.988.400

Bidang Pembangunan Desa 638.980.400

Bidang Pembinaan Kemasyarakatan 171.210.000 Bidang Pemberdayaan Masyarakat 213.292.200

Belanja Tak Terduga 4.000.000

Jumlah Belanja 1.988.471.000

Surplus/Defisit 30.000.000

3 Pembiayaan Desa

Penerimaan Pembiayaan 0

Pengeluaran Pembiayaan 30.000.000

Selisih Pembiayaan (a-b) 30.000.000

Hasil dari data APBDes di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu menjelaskan bahwa desa melakukan belanja sesuai dengan ketentuan yang tercantun dalam UU No 6 Tahun 2014 pasal 74 dimana belanja diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan yang disepakati melalui Musyawarah Desa dan sesuai dengan ketentuan Pemerintah. Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan wewenangnya dengan mengacu pada perencaanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan desa meliputi RPJMDes dan RKPDes. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan rencana APBDes. Penganggaran dalam APBDes di Desa Nglambangan yang membedakan dengan desa lain dimana potensi yang terdapat di Desa Nglambangan sudah tertulis dalam RPJMDes dimana mayoritas masyarakatnya adalah petani.

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban APBDes untuk Masyarakat

Keuangan desa selama satu tahun yang dimuat dalam APBDes yang dikelola dan dialokasikan berdasarkan keputusan pemerintah yang tepat. Asas-asas pengelolaan keuangan desa dalam Pemendagri Nomor 113 Tahun 2014 yaitu, transparasi, pastisipasi, akuntabilitas seta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Adapaun potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia diantaranya yaitu jumlah penduduk, luas wilayah desa, Punden dan lain-lain. Potensi di Desa Nglambangan diantaranya dalam potensi bidang pemberdayaan masyarakat yaitu memperkerjakan masyarakat desa sebagai tenaga kerja, ketika ada proyek pembangunan di desa seperti pembangunan jalan, pembangunan saluran air, pembangunan rakbar jalan, pembangunan gapura dan pembangunan bedah rumah tujuannya juga untuk mengurangi pengangguran. Sehingga perputaran uang masih berada di dalam desa, kelompok usaha dengan anggota perempuan, masih banyak penduduk usianya produktif dan Bumdes yang berjalan di bidang jasa seperti persewaan ruko dipasar. Desa mengakomodasi progam desa melalui anggaran yang terdapat di APBDes. Desa melakukannya dengan menggali ide maupun gagasan dari masyarakat desa di semua lapisan yang dalam tahapannya melalui rapat RT, rapat RW, maupun rapat Desa yang selanjutnya dilakukan Musrenbangdes untuk menentukan banyaknya biaya untuk progam desa. Progam Desa yang terdapat di Desa Nglambangan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu melalui progam salah satunya pelatihan kerajinan tangan dari tali rafia. Progam pelatihan tersebut dilkukan untuk memberdayakan masyarakat setempat dengan cara memberikan dorongan untuk mengembangan hasil pelatihannya. Desa menyediakan tenaga ahli dalam bidang-bidang tersebut untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat.

(8)

Betuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes dengan melibatkan kelembagaan desa dan masyarakat desa untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan desa salah satunya pemberdayaan masyarakat yang terdapat anggaran di dalam APBDes. Seperti pentingnya inisiatif warga sebagai warga negara aktif (active citizen) dalam mendorong tumbuhnya transparansi dan akuntabilitas pada proses pengelolaan desa merupakan suatu keharusan dan kondisi ideal yang diamanatkan dalam UU Desa.

Pemerintah desa melakukan akuntabilitas melalui hasil musrenbangdes, pembentukan RPJMDes, RAPBDes, hingga terbentuknya APBDes. Bentuk pertanggungjawaban pemerintah desa atas partisipasi dan transparansi alokasi APBDes untuk kesejahteraan desa. Asas tersebut menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat dipertanggunjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan melalui pelaporan. Pendapat yang diutarakan oleh Kepala Desa Desa Nglambangan merupakan wujud dari asas tertib dan disiplin anggaran mengenai pengelolaan APBDes. Hal tersebut sudah sesuai dengan Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang keuangan desa.

Output yang dirasakan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat

Dalam penjabaran anggaran, Desa Nglambangan melaksanakan kegiatan dengan melibatkan masyarakat. Desa Nglambangan memprioritaskan masyarakat dalam perencanaan perogam, di dalam bidang kesehatan salah satunya terdapat anggaran untuk pengadaan sarana air bersih yang diharapkan masyarakat dapat meningkatkan hidup yang sehat dan bersih. Temuan lapangan menjelaskan dengan kinerja pemerintah desa dalam memaksimalkan pengelolaan APBDes di Desa Nglambangan masyarakat merasakan perubahannya. Banyaknya bantuan dari pemerintah seperti bantuan sembako, memberikan pelatihan kepada masyarakat, pembangunan infrastuktur, bantuan kesehatan, pembangunan sarana prasarana pendidikan, pengembangan parawisata dan lain-lain, hal tersebut sangat berdampak bagi masyarakat karena dapat membuka lapangan pekerjaan dan kemiskinan dapat teratasi. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya progam dari APBDes sehingga pemerintah pusat juga menaikkan anggaran yang diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat dan pembangunan menjadi merata. Masyarakat juga berpartisipasi ke dalam acara-acara yang diselenggarakan pemerintah desa sehingga masyarakat juga aktif dalam penyampaian aspirasinya terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan yang dituangkan dalam musyawarah dusun.

Kendala Pengelolaan APBDes

Kendala dalam pengalokasian APBDes untuk masyarakat menurut data yang diperoleh di Desa Nglambangan yaitu belum adanya pembaharuan data masyarakat sehingga pengalokasian APBDes untuk masyarakat kurang maksimal, hal tersebut menyebabkan adanya masyarakat yang tidak menerima bantuan dari desa. Penyaluran APBDes untuk masyarakat di Desa Nglambangan kurang merata. Setelah ditinjau kembali hal yang menyebabkan kurang meratanya pengalokasian APBDes untuk masyarakat tidak sama dengan keadaan lapangan, dimana masyarakat mampu mendapatkan bantuan sedangkan masyarakat miskin hanya sebagian yang mendapat bantuan dari desa.

Selain itu, adanya terlambatnya pencairan dana dari Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota pada anggaran 2019 di Bulan November yang menyebabkan molornya progam yang sudah direncakan. Sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengebut pembangunan dengan menambah tenaga kerja agar pembangunan dapat selesai sesuai target. Untuk mengatasi agar tidak terjadi pemoloran dana lagi, pihak desa sudah merencanakan progam pada waktu yang sudah ditentukan beserta anggarannya untuk tahun 2020 dan sudah disetujui yang diharapkan tidak ada pemoloran pencairan dana lagi.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes Desa Nglambangan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengelolaan dan pelaksanaan APBDes Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun sudah dikelola dengan baik, dimana belanja desa dilakukan sesuai dengan perencanaan anggaran.

(9)

2. Secara keseluruhan pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes Desa Nglambangan sesuai dengan aturan Peraturan Bupati Madiun Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban dan adanya partisipasi masyarakat.

3. Adanya APBDes masyarakat merasakan kemajuan desa terbukti dengan adanya progam-progam yang dilaksanakan pemerintah desa dan masyarakat juga berpartisipasi dalam proses pembuatan APBDes melalui penyampaian ide maupun aspirasi kepada pemerintah desa.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberpa saran yang dapat diberikan kepada Pemerintah Desa adalah :

1. Dalam melaksanakan APBDes Pemerintah Desa agar selalu melakukan perbaikan pengelolaan dengan tetap mengikuti peraturan yang berlaku karena dapat meningkatkan semangat dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan desa.

2. Pemerintah desa diharapkan dapat memberikan pembinaan dan meningkatkan sosialisasi maupun penyuluhan dalam tiap pertemuan desa agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah dan dapat memberikan kritik dan saran terhadap kinerja pemerintah desa.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

SARI, Retno Murni. Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di

Desa Bendosari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi

(KOMPILEK), 2015, 7.2: 139-148.

Hanifah, S. I., & Praptoyo, S. (2015). Akuntabilitas dan Transparansi Pertanggungjawaban Anggaran

Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(8), 1-15.

Arifin, Muhammad Zainul. "Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin Tinggi,

Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan." Jurnal

Thengkyang, http://jurnaltengkiang. ac. id/jurnal/index.

php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Halaman 20.20: 1-21.

Astuty, Elgia. "Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Apbdes)(Studi Pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 Di Desa Sareng

Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)." Publika 1.2 (2013).

Tribuana, Arsa. ANALISIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

(APBDES) SAWAHAN KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG TAHUN 2015. Diss.

University of Muhammadiyah Malang, 2017.

Orangbio, V. V., Tinangon, J. J., & Gerungai, N. (2017). analisis perencanaan dan pertanggungjawaban apbdes menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014

dalam upaya meningkatkan pembangunan desa. GOING CONCERN: JURNAL RISET

(10)

Suartini, Sri, Hari Sulistiyo, and Syamsul Huda. "Determinasi Transparansi APBDes Pada Kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDESA adalah

12 Masyarakat Dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa APBDes Tahun Anggran 2012/2013 di Desa Sumerta Kaja Kecamatan Denpasar Timur,” yang memberikan kesimpulan

AKUNTABILITAS DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAH DESA STUDI KASUS DESA SAMBIREJO KECAMATAN SARADAN KABUPATEN

Ada pula beberapa hambatan dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa diantaranya keterlambatan dana yang turun dari pemerintah sehingga perangkat desa

Pengelolaan Dana Desa bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH.. TAHUN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan efektivitas penerapan e-government website desa sebagai media transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja

8 Pembahasan Hasil penelitian Analisis Pengelolaan APBDes pada Desa Ekolea Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende Tahun Anggaran 2018 dan 2019 dengan analisis belanja berdasarkan laporan