• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AKUNTABILITAS LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) OLEH PEMERINTAH DESA (Studi pada Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS AKUNTABILITAS LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) OLEH PEMERINTAH DESA (Studi pada Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS AKUNTABILITAS LAPORAN

PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DESA (APBDESA) OLEH PEMERINTAH

DESA

(Studi pada Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtatan Kabupaten Pesawaran)

Oleh

Anita Sari Setiawan

(2)

Hasil penelitian diperoleh bahwa pada dasarnya kendala pokok dalam penyusunan Anggaran Desa Bogorejo maupun dalam pengelolaannya yaitu kemampuan aparat pemerintahan desa yang masih kurang dan masih sangat terbatas. Selain di atas, faktor kemampuan Pemerintah Desa dalam menggali potensi yang dimiliki perlu ditingkatkan. Hal ini dalam kaitannya untuk mencapai tujuan pembangunan Desa Bogorejo secara efisien dan efektif yang memerlukan dukungan-dukungan potensi yang dimiliki oleh Desa Bogorejo. Agar penggunaannya dapat berjalan secara terarah dan terencana serta sumber penghasilan Desa Bogorejo benar-benar bisa merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam mencapai tujuan pembangunan desa.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ACCOUNTABILITY ACCOUNTABILITY

CONSOLIDATED BUDGET REVENUES AND

EXPENDITURES VILLAGE (APBDESA) VILLAGE BY THE

GOVERNMENT

(Studies in the Village District Bogorejo Gedongtatan Pesawaran District)

By

Anita Sari Setiawan

The purpose of this study to determine APBDESA discussed and approved by the village government and the BPD at the beginning of the fiscal year as the annual financial plan for the next Bogorejo Village Government after one year ending the budget should be implemented throughout the implementation process of accountability information regulations including APBDESA Village.

This type of research used in this study was a descriptive qualitative approach. The data sources consisted of primary data that is in the form of in-depth interviews and secondary data from books, the papers of the Regional Government Law No. 32 year 2004, Government Regulation No. 72 year 2005 and the Regulations relating Village.

(4)

are still lacking and is still very limited. Besides above, the capability of village government in exploring the potentials need to be improved.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip, demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dengan prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sedangkan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6)

2

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, desa dituntut untuk mandiri dalam mengatur dan mengurus masyarakatnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Adapun yang dimaksud kemandirian Desa dalam era Otonomi Daerah ini yaitu desa yang mampu menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia. Pembangunan desa dalam era Otonomi Daerah saat ini merupakan suatu jawaban yang mengarahkan pembangunan desa untuk mengadakan penyesuaian akibat perubahan yang cepat yang ditandai dengan perkembangan tekhnologi yang cepat dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Desa dalam era Otonomi Daerah yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi atau dunia luar, atau dapat diartikan bahwa keberadaan desa saat ini adalah adanya pola saling ketergantungan yang sangat luas yang telah menjadi suatu kenyataan bagi desa dimanapun desa itu berada. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 200 ayat I menyatakan bahwa dalam Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa yang terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

(7)

3

Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat (UU No.32 Tahun 2004).

Berdasarkan kewenangan tersebut pemerintah desa berhak memberdayakan desanya untuk mensukseskan otonomi daerah melalui menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram dan berkeadilan. Desa sebagimana diketahui adalah wilayah terkecil dari pemerintahan, di mana dalam mengemban jalannya roda pemerintahan, desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang pada umumnya diangkat dan dipilih berdasarkan pemilihan Kepala Desa untuk menentukan seorang Kepala Desa yang akan membawa perkembangan desa pada suatu perkembangan yang di dukung oleh masyarakat dan kelembagaan desa.

(8)

4

Untuk membangun tata Pemerintahan Desa yang lebih demokratis dan menciptakan jalannya roda pembangunan desa yang baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Selain mengharapkan dukungan dari masyarakat, juga sangat memerlukan dukungan dari suatu kelembagaan desa. Mengenai hal ini adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berperan membangun mekanisme

cheks and balances serta sebagai ruang partisipasi masyarakat yang lebih luas

dalam kebijakan tentang desa.

Menurut Ari Dwipayana (2003:80), secara normatif Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dikonsepkan sebagai lembaga perwakilan masyarakat desa yang memiliki fungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Idealnya kehadiran Badan Permusyawaratan Desa akan membawa perubahan dalam dinamika sosial dan politik desa yang selama ini bergerak secara sentralistis tanpa ada mekanisme check and balances

serta adanya pemandulan partisipasi masyarakat.

(9)

5

kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDESA adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawartan desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.

Asas Pengelolaan Keuangan Desa menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 37 tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa Bab III adalah sebagai berikut:

1. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertip dan disiplin anggaran;

2. Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dikelola dalam masa 1 ( satu ) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 desember.

(10)

6

Menurut HAW. Widjaja (2005:155), pelaporan merupakan satu fase penting dalam siklus manajemen. Selain dapat dijadikan alat evaluasi dari hasil kinerja seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi terhadap pihak-pihak yang memberi mandat, juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi diri guna perbaikan dalam kinerja pada periode berikutnya. Dalam manajemen penerintahan desa, pelaporan juga mempunyai fungsi seperti dalam manajemen secara umum yaitu sebagai media akuntabilitas atau pertanggungjawaban selama mengemban tugas atau mandat untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Dengan pelaporan akan mendorong seseorang atau pemimpin lembaga atau organisasi untuk melaksanakan mandat dengan sebaik-baiknya, memadai, tertib dan teratur.

Terkait dengan pertanggungjawaban, pemerintah desa dalam hal ini Pemerintah Desa Bogorejo harus benar-benar bisa memahami setiap tugas dan kewajibannya sehingga pelaksanaan dari hal tersebut semua merupakan representasi dari aspirasi masyarakat. Disini pemerintah desa dan perangkatnya serta badan legislatif desa yaitu badan permusyawaratan desa diharapkan mampu berkoordinasi dengan baik antara satu sama lainnya dan melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan benar pula, khususnya mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA.

(11)

7

melayani masyarakat dengan baik serta menampung dan melaksanakan aspirasi masyarakat.

Begitu pula dengan pelaksanaan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDESA), dari Pemerintah Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa. Kepala Desa Bogorejo beserta perangkatnya dan BPD sebagai lembaga legislatif desa harus mampu mengimplementasikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDESA yang dilaksanakan setiap akhir tahun anggaran.

APBDESA yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah desa dan BPD pada awal tahun anggaran sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah desa untuk selanjutnya setelah satu tahun anggaran tersebut berakhir maka harus dilaksanakan pertanggungjawaban keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturan-peraturan desa termasuk APBDESA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDESA ) Bogorejo oleh Pemerintah Desa.

C. Tujuaan Penelitian

(12)

8

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan wacana pemikiran bagi studi ilmu pemerintahan khususnya Implementasi dan Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDESA Pemerintah Desa.

2. Secara Praktis

(13)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemerintah Desa Bogorejo dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta kemasyarakatan di desa Bogorejo agar dalam pelaksanaannya belum berjalan sebagaimana diharapkan, dalam hal merencanakan pembangunan sumber-sumber pendapatan Desa Bogorejo yang diarahkan belum sepenuhnya untuk membiayai kegiatan rutin pemerintah dan pembangunan desa yang erat kaitannya dengan penyusunan Rencana Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD).

Kewajiban Kepala Desa untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Keuangan Desa (APPKD) setiap tahunnya sebagian program kerja desa APPKD pada dasarnya yang diwujudkan adalah merupakan program kerja pemerintah desa yang diwujudkan dalam bentuk angka ini belum terlaksana karna hanya sebagai formalitas saja.

(14)

72

72 tujuan pembangunan desa Bogorejo secara efisien dan efektif yang memerlukan dukungan-dukungan potensi yang dimiliki oleh desa Bogorejo sendiri. Agar penggunaannya dapat berjalan secara terarah dan terencana serta sumber penghasilan desa benar-benar bias merupakan salah satu faktor yang menentukan di dalam mencapai tujuan pembangunan desa Bogorejo.

B. Saran

Akuntabilitas Laporan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Bogorejo sebaiknya didekati secara bertahap.

1. Pertanggungjawaban terkait Laporan Pertanggungjawaban APBDESA sebaiknya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

2. Pertanggungjawaban pelaksanaan urusan dalam rangka penyusunan APBDESA, sebaiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan informasi laporan pelaksanaan tugas pembantuan perlu di sampaikan pula kepada BPD.

3. Hubungan kerja antara kepala desa dengan BPD sebaiknya bersifat koordinasi dan koorperatif sebagai mitra kerja yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh, dari hasil uji coba lapangan dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Buku panduan ini sangat mudah

Untuk menentukan suatu faktor signifikan atau tidak dalam rancangan FF tanpa pengulangan pada percobaan tersebut dapat digunakan metode Bissell sehingga

Dari Gambar 4 terlihat bahwa laju alir mempengaruhi kosentrasi ozon, semakin besar laju alir udara yang masuk kedalam reaktor maka konsentrasi ozon yang dihasilkan semakin

Salah satunya adalah SMK Negeri 1 Depok yang telah ditetapkan menjadi salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), sehingga secara otomatis semua

Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 4.4 menunjukan bahwa waktu bakar terlama pada jenis perekat arpus dengan waktu 83 menit dan waktu tercepat pada

(2)Wakil buruh yang duduk dalam Dewan Perusahaan diangkat masing- masing oleh Menteri yang bersangkutan atas usul yang diajukan oleh Badan Pimpinan Umum setelah mendengar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan dan pusat kendali terhadap niat wirausaha himpunan pengusaha mahasiswa

In recent years people have realized the importance of proper diet and exercise, and recent surveys show that over the last 20 years people are eating better and working out more