• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Bakteri Selulolitik pada Kotoran Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deteksi Bakteri Selulolitik pada Kotoran Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

19

Deteksi Bakteri Selulolitik pada Kotoran Luwak

(

Paradoxurus hermaphroditus

) dari Kebun Binatang Bandung

Shinta Rahayu1, Rahmawati1, Rikhsan Kurniatuhadi1

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,Jl. Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak Email : rahmawati@fmipa.untan.ac.id

ABSTRACT

Cellulolytic bacteria were a group of bacteria involved in coffee fermentation in the digestive tract of civet (Paradoxurus hermaphroditus). The aim of this research was to detect the presence of cellulolytic bacteria isolated from civet feces. This research was conducted from December 2015 to February 2016. Samples of civet feces were collected from Bandung Zoo. Bacteria were isolated from civet feces and screened for cellulolytic activity in Carboxy Methyl Cellulose (CMC) media. Positive result for cellulose producing activity was indicated by the formation of clear zone around the colony. Characterization of the isolated bacteria was done based on macroscopic and microscopic observations followed by biochemical test. A total of 9 genera of cellulolytic bacteria were identified from the civet feces samples, such as Xylophilus (BSKL 1), Caryophanon (BSKL 2), Aeromicrobium (BSKL 3), Exiguobacterium (BSKL 4, BSKL 11), Brochotrix (BSKL 5), Alcaligenes (BSKL 6), Alteromonas (BSKL 7), Halomonas (BSKL 8), Chromobacterium (BSKL 9), Corynebacterium (BSKL 10, BSKL 13), Cellulomonas (BSKL 14) and BSKL isolates 12.

Keywords: Cellulolytic, Fermentation, Paradoxurus hermaphroditus, Carboxy Methyl Cellulose

PENDAHULUAN

Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) adalah hewan menyusui (mamalia) yang tergolong anggota famili Viverridae (Rahardjo, 2012 dalam Taufiq, 2013). Menurut Hadipernata dan Nugraha, (2012), luwak merupakan kelompok hewan karnivora (pemakan daging), dan pemakan buah-buahan termasuk buah kopi sebagai makanan pelengkap. Buah kopi yang dimakan mengalami proses fermentasi selama ±12 jam dalam sistem pencernaan luwak. Biji kopi yang tidak dapat dicerna kemudian dikeluarkan bersama kotoran (feses) pada proses ekskresi oleh luwak.

Berdasarkan penelitian Dewi (2012) menggunakan feses luwak didapatkan jenis bakteri selulolitik yaitu anggota spesies Proteus penneri. Feses luwak yang digunakan pada penelitian tersebut berasal dari perkebunan kopi, sehingga dapat dikatakan luwak tersebut merupakan luwak liar pemakan kopi.

Belum ada informasi yang menunjukkan bahwa telah dilakukan penelitian untuk mengetahui keberadaan bakteri selulolitik dari kotoran luwak yang dipelihara di kebun binatang. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari petugas di Kebun Binatang Bandung (2015), luwak yang dipelihara

tidak diberi makan kopi, tetapi makan pisang, pepaya, nenas, kepala ayam, dan ikan. Oleh karena itu, meskipun luwak tersebut tidak mengkonsumsi kopi diharapkan ditemukan adanya bakteri selulolitik dari kotoran luwak tersebut karena makanan yang dimakan mengandung selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri selulolitik pada kotoran luwak (P. hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga Februari 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alumunium foil, autoklaf, biosafety cabinet, bunsen, cawan petri, erlenmeyer, gelas beaker, gelas objek dan gelas penutup preparat, gelas ukur, hot plate, inkubator, kertas pembungkus, kertas oxidase test, kulkas, magnetic stirrer, mikroskop, ose, pipet tetes, plastik

(2)

20 pembungkus, rak tabung reaksi, spatula, tabung

reaksi, timbangan analitik, dan vortex mixer. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi alkohol, akuades, congo red, glukosa, larutan hidrogen peroksida (H2O2), lugol atau iodin, kotoran Luwak (P. hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung, kristal violet, media CMC (Carboxy Methyl Cellulose), Natrium clorida (NaCl), Nutrient Broth (NB), media gelatin,media Simmons Citrat Agar (SCA), media Sulfit Indol Motility (SIM) agar, media TSIA (Triple Sugar Iron Agar), parafin cair, reagen congo red, reagen Kovac’s, OF (Oksidatif-Fermentatif), dan safranin. Cara Kerja

Pengambilan Sampel

Sampel kotoran luwak diambil dari dua kandang yang ada di Kebun Binatang Bandung. Sampel tersebut dikompositkan dan dimasukkan ke dalam plastik. Kemudian sampel tersebut dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak untuk diisolasi dan dianalisis.

Pembuatan Media Skim milk dan CMC

Media CMC (1 g CMC; 0,02 g MgSO4.7H2O; 0,075 g KNO3; 0,05 g K2HPO4; 0,02 g FeSO4.7H2O; 0,004 g CaCl2; 0,2 g ekstrak khamir; 0,1 g glukosa; 2 g agar-agar; 100 ml akuades) dibuat dengan cara mencampurkan semua bahan ke dalam masing-masing gelas beaker (Susilo, 2013). Kemudian gelas beaker dipanaskan dan dihomogenkan dengan magnetic stirrer sampai mendidih di atas hot plate. Setelah itu media disimpan dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kapas. Selanjutnya media disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit.

Isolasi Bakteri

Proses isolasi bakteri dimulai dengan mengambil kotoran luwak sebanyak 1 g dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades steril. Proses pengenceran dilakukan dengan mengambil 1 ml suspensi kultur bakteri ke dalam tabung reaksi (10-1)yang berisi 9 ml akuades steril. Selanjutnya dilakukan dengan cara mengambil 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan ke tabung 10-2, lalu lakukan dengan cara yang sama hingga 10-5. Setelah itu masing-masing suspensi diambil sebanyak 1 ml dari tabung reaksi dan

dimasukkan ke dalam cawan petri Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri selulolitik adalah media CMC menggunakan metode pour plate.

Skrining dan Purifikasi Isolat Bakteri

Skrining bakteri dilakukan dengan mengamati pembentukan zona bening pada media CMC. Bakteri yang tumbuh membentuk zona bening pada media tersebut diamati karakter morfologisnya dan dimurnikan menggunakan metode gores pada cawan petri. Isolat bakteri tunggal pada media CMC ditumbuhkan menggunakan metode gores membentuk bulatan bakteri kurang lebih berdiameter 1 cm pada cawan petri, dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Isolat bakteri yang tumbuh ditetesi reagen

congo red 0,1% hingga menutupi seluruh permukaan media selama 1 menit, dan dibilas menggunakan NaCl 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di daerah sekitar koloni bakteri.

Karakterisasi Bakteri Selulolitik

Isolat bakteri yang berpotensi sebagai bakteri selulolitik dikarakterisasi berdasarkan pengamatan karakter morfologis koloni, sel, serta uji biokimia. Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri proteolitik dan selulotik dari kotoran luwak dilakukan dengan melihat kesamaan ciri bakteri yang telah dikarakterisasi menggunakan buku kunci determinasi dari Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994), dan Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria (Barrow & Feltham, 1993).

Parameter Pengamatan dan Analisis Data Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah koloni bakteri yang membentuk zona bening, dan karakter isolat bakteri meliputi pengamatan karakter morfologis koloni dan sel, serta karakter fisiologis berdasarkan uji biokimia. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk Tabel dan Gambar. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Berdasarkan uji kemampuan aktifitas selulolitik didapatkan sebanyak 14 isolat bakteri. Isolat tersebut didapatkan dengan melihat perbedaan karakter morfologis bakteri yang tumbuh pada

(3)

21 media CMC (Tabel 1). Skrining bakteri dilakukan

dengan melihat adanya degradasi selulosa pada media yang digunakan dengan indikator

terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri (Gambar 1).

Tabel 1. Hasil Pengamatan Zona Bening dan Karakter Morfologis Koloni Bakteri Selulolitik pada Kotoran Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) No Genus Kode Isolat (Code Isolat) Zona Bening (Clear Zone) Warna (Color) Bentuk (Configuration) Tepian (Margin) Elevasi (Elevation) 1 Xylophilus BSKL 1 + Kuning (Yellow)

Bundar dengan tepian menyebar (Round with radiating margin) Licin (Smooth/Entire) Timbul (Raised) 2 Caryophanon BSKL 2 + Kuning (Yellow)

Bundar dengan tepian menyebar (Round with radiating margin) Bercabang (Branching) Seperti tombol (Umbonate) 3 Aeromicrobium BSKL 3 + Kuning (Yellow) Berbenang-benang (Filamentous) Seperti benang (Thread-Like) Timbul (Raised) 4 Exiguobacterium BSKL 4 + Kuning (Yellow)

Rizoid (Rhizoid) Seperti wol (Whooly)

Datar (Flat)

5 Brochotrix BSKL 5 + Kuning

(Yellow)

Bundar dengan tepian timbul (Round with raised margin)

Sikat(Ciliate) Seperti kawah (Crateriform)

6 Alcaligenes BSKL 6 + Putih (White) Tak beraturan dan

menyebar (Irregular and spreading) Licin (Smooth/Entire) Timbul (Raised) 7 Alteromonas BSKL 7 + Kuning (Yellow)

Bundar (Round) Licin

(Smooth/Entire)

Cembung (Convex)

8 Halomonas BSKL 8 + Putih sampai

kuning (White to yellow)

Bundar (Round) Licin

(Smooth/Entire)

Datar (Flat)

9 Chromobacterium BSKL 9 + Putih (White) Tak beraturan dan

menyebar (Irregular and spreading)

Berlekuk (Lobate)

Datar (Flat)

10 Corynebacterium BSKL 10 + Putih (White) Tak beraturan dan

menyebar (Irregular and spreading) Berlekuk (Lobate) Cembung (Convex) 11 Exiguobacterium BSKL 11 + Kuning (Yellow)

Bundar (Round) Licin

(Smooth/Entire)

Seperti kawah (Crateriform)

12 BT BSKL 12 + Kuning

(Yellow)

Tak beraturan dan menyebar (Irregular and spreading)

Berlekuk (Lobate)

Datar (Flat)

13 Corynebacterium BSKL 13 + Putih (White) Bundar (Round) Licin

(Smooth/Entire)

Cembung (Convex)

14 Cellulomonas BSKL 14 + Putih sampai

kuning (White to yellow)

Bundar (Round) Licin

(Smooth/Entire)

Cembung (Convex)

Keterangan : BPKL = Bakteri Proteolitik Kotoran Luwak BSKL = Bakteri Selulolitik Kotoran Luwak

BT = Belum teridentiikasi nama genusnya + = Terdapat zona bening di sekitar koloni bakteri

Gambar 1. Pembentukan Zona Bening pada media CMC

Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologis sel dan uji biokimia pada isolat bakteri selulolitik pada kotoran luwak (P. hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.

Zona bening Isolat bakteri Media CMC

(4)

22 Tabel 2. Karakter Morfologis Sel dan Hasil Uji Biokimia Bakteri Selulolitik pada Kotoran Luwak (P. hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung

Genus

Parameter Morfologis Sel Uji Biokimia

Kode Isolat

Gram Bentuk Sel Kat Mot Ind Oks OF SCA Lak Glu Suk H2S D-Glu P.

Asam D-Glu P. Gas Gel O2 Xylophilus BSKL 1 - Basil + + - - F - + + + - + - + A Caryophanon BSKL 2 + Basil + + - + F - + + + - + - + A Aeromicrobium BSKL 3 + Basil/strep-tobasil + - - + F + + + + - + - + A Exiguobacterium BSKL 4 + Streptobasil + + - - F - + + + - + - + AF Brochotrix BSKL 5 + Basil/strep-tobasil + - - + F - + + + - + - + AF Alcaligenes BSKL 6 - Basil + + - + F - + + + - + - + A Alteromonas BSKL 7 + Kokobasil + + - + F - + + + - + - + A Halomonas BSKL 8 - Basil + - - + F - + + + - + - + A Chromobacterium BSKL 9 - Kokobasil + + - + F - + + + - + - + AF Corynebacterium BSKL 10 + Basil + - - + F - + + + - + - + AF Exiguobacterium BSKL 11 + Basil + + - - F - + + + - + + + AF BT BKSL 12 - Basil + + + + F + + + + - + + + AF Corynebacterium BSKL 13 + Basil + - - + F - + + + - + - + AF Cellulomonas BSKL 14 + Basil + + + + F - + + + - + + + AF

Keterangan : Gram = Pewarnaan Gram Lak = Laktosa Gel = Uji Hidrolisis Gelatin

Kat = Uji Katalase Glu = Glukosa O2 = Uji Kebutuhan Oksigen

Mot = Uji Motilitas Suk = Sukrosa BPKL = Bakteri Proteolitik Kotoran Luwak

Ind = Uji Indol H2S = Pembentukan H2S BSKL = Bakteri Selulolitik Kotoran Luwak

Oks = Uji Oksidase D-Glu P. Asam = Glukosa Produksi Asam + = Hasil Positif

OF = Uji OF D-Glu P. Gas = Glukosa Produksi Gas - = Hasil Negatif

(5)

23 Pembahasan

Salah satu makanan yang diberikan pada Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) di Kebun Binatang Bandung adalah pisang, pepaya, dan nenas yang mengandung selulosa. Departemen kesehatan RI (2004); Khamidah dan Eliartati (2012) dalam Lubis et al. (2014) menyebutkan bahwa buah pepaya memiliki kandungan serat selulosa sekitar 1,8 % dan serat kasar pada nenas sebesar 0,84%, sedangkan pada pisang sebesar 7,96% (Indradewi, 2016). Selulosa tersebut akan diuraikan dengan bantuan bakteri selulolitik dalam sistem pencernaan luwak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susilo (2013) yang menyatakan bahwa enzim yang terdapat pada saluran pencernaan luwak memiliki kemampuan dalam mendegradasai selulosa.

Isolat bakteri selulolitik dari kotoran luwak yang diisolasi dari Kebun Binatang Bandung memiliki bentuk, warna, elevasi, dan tepian yang berbeda-beda. Keseluruhan koloni bakteri yang dipilih berdasarkan kemampuannya membentuk zona bening pada media yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian, keseluruhan isolat memperlihatkan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri (Tabel 1).

Media yang digunakan untuk mendeteksi adanya bakteri selulolitik yaitu media CMC. Pengujian adanya aktivitas selulolitik ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri pada media CMC setelah pemberian congo red. Hasil uji menunjukkan bahwa keseluruhan isolat memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa. Sari et al. (2012) menyatakan bahwa adanya aktivitas bakteri selulolitik akan dicirikan dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni bakteri yang tumbuh pada media selektif CMC. Menurut Rahayu et al. (2011), zona bening yang dibentuk oleh bakteri menunjukkan kemampuannya dalam mendegradasi senyawa selulosa di dalam media menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yang tidak dapat berikatan dengan indikator congo red. Zahidah dan Shovitri (2013) menjelaskan bahwa hasil degradasi media oleh enzim selulase terlihat sebagai zona bening setelah ditambahkan pewarna congo red 0,1% dan pembilasan dengan NaCl 1% untuk menghilangkan warna, sedangkan media agar yang masih mengandung selulosa terlihat berwarna merah karena adanya ikatan dengan pewarna congo red 0,1% (Gambar 1). Irawati (2016) mengemukakan

bahwa pembilasan dengan NaCl adalah untuk memperjelas zona bening yang terbentuk dari proses pewarnaan dengan congo red.

Degradasi selulosa oleh bakteri selulolitik dilakukan dengan bantuan enzim selulase. Enzim selulase terdiri dari tiga komponen yaitu endo-1,4-β-D-glukanase (endoselulase), ekso-1,4-β-D-glukanase (cellobiohydrolase) dan 1,4-β-D-glukosidase (cellobiase) yang dapat dihasilkan oleh berbagai jenis mikroorganisme (Anwar et al., 2010). Enzim endo-1,4-β-D-glukanase berfungsi memotong rantai glukosa yang panjang menjadi rantai yang lebih pendek secara acak, enzim ekso-1,4-β-D-glukanase berfungsi memotong setiap dua rantai glukosa (selobiosa), dimulai dari rantai nomor satu (rantai terakhir) glukosa, dan enzim 1,4-β-D-glukosidase, berfungsi memotong selobiosa menjadi molekul-molekul glukosa (Sukadarti et al., 2010).Menurut Galbe dan Zacchi (2007) dalam Anggarawati (2012) degradasi sempurna selulosa yang terjadi dengan bantuan mikroorganisme akan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan air pada kondisi aerobik. Proses hidrolisis pada kondisi anaerobik akan melepaskan CO2, metana, dan air. Mikroorganisme tersebut dapat mendegradasi selulosa karena menghasilkan enzim. Enzim tersebut akan menghidrolisis ikatan 1,4-β-D-glukosidasepada selulosa.

Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologis, pewarnaan gram, dan uji biokimia, serta identifikasi menggunakan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994), dan Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria (Barrow & Feltham, 1993) didapatkan 11 genus bakteri selulolitik dan 1 isolat belum teridentifikasi. Berikut karakteristik genus dan isolat bakteri yang ditemukan, yaitu:

1. Xylophilus

Isolat BSKL 1 yang diisolasi dari kotoran luwak (P. hermaphroditus) dari Kebun Binatang Bandung mempunyai kemiripan dengan anggota genus Xylophilus. Isolat tersebut termasuk anggota genus Xylophilus karena memiliki kesamaan karakter dengan karakter genus Xylophilus yang disebutkan oleh Holt et al. (1994), serta Barrow dan Feltham (1993). Kesamaan karakter tersebut antara lain sifat gram selnya yaitu gram negatif, bentuk selnya basil, dan sel bersifat motil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji oksidase negatif. Bakteri bersifat aerob yang ditandai dengan bakteri tumbuh di

(6)

24 permukaan media. Reaksi isolat bakteri terhadap

uji katalase positif, yang ditunjukkan dengan adanya pembentukan gelembung udara pada isolat. Menurut pernyataan Huda et al. (2012), reaksi positif pada uji katalase menunjukkan bahwa isolat menghasilkan enzim katalase yang dapat mendegradasi hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan O2. Bakteri ini mampu mendegradasi selulosa yang terkandung pada media CMC. Penelitian Willems et al. (1987) menjelaskan bahwa anggota genus Xylophilus bersifat aerob, gram negatif, dan sel basil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji oksidase negatif dan katalase positif. Koloni bakteri berwarna kuning, berbentuk bundar, tepian licin, dan elevasinya timbul.

2. Caryophanon

Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi isolat BSKL 2 memiliki kesamaan karakter dengan anggota genus Caryophanon pada buku identifikasi oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993). Kesamaan karakter tersebut antara lain gram positif, sel berbentuk basil, bersifat motil, dan hidup secara aerob. Reaksi isolat terhadap uji katalase positif, yang ditunjukkan dengan terbentuknya gelembung-gelembung pada isolat setelah penambahan H2O2. Bakteri ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa yang terkandung pada media CMC. Menurut Provost dan Doetsch (1962), anggota genus Caryophanon berbentuk gram positif, menghasilkan enzim katalase, bersifat aerobik, mampu menghidrolisis gelatin, dan koloni bakteri berwarna kuning.

3. Aeromicrobium

Isolat BSKL 3 tersebut memiliki kemiripan karakter morfologis dan uji biokimia dengan anggota genus Aeromicrobium pada buku identifikasi Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993). Kemiripan karakter tersebut antara lain gram positif, sel berbentuk basil, nonmotil, dan hidup secara aerob. Reaksi isolat terhadap uji katalase positif, yang berarti isolat tersebut mampu menghasilkan enzim katalase.Hasil penelitian juga sesuai dengan penelitian Cui et al. (2007) yang menyatakan bahwa anggota genus Aeromicrobium berbentuk gram positif, sel basil, bersifat non motil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji oksidase, katalase dan sitrat positif, dapat menghidrolisis selulosa dan gelatin. Bakteri mampu memfermentasi glukosa, sukrosa dan laktosa, serta tidak membentuk H2S, dan bersifat aerob. Bakteri

ini mampu mendegradasi selulosa yang terkandung pada media CMC.

4. Exiguobacterium

Berdasarkan penelitian, isolat BSKL 4 dan BSKL 11 memiliki kemiripan karakter morfologis dan uji biokimia dengan anggota genus Exiguobacterium yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993) yaitu gram positif, sel berbentuk basil, bersifat motil, memproduksi asam. Reaksi isolat bakteri terhadap uji katalase positif, sedangkan oksidase negatif. Bakteri mampu menghirolisis gelatin dan selulosa. Bakteri bersifat anaerob fakultatif, dan metabolismenya dilakukan secara fermentatif. Chaturvedi dan Shivaji (2006)

menjelaskan bahwa anggota genus

Exiguobacterium dapat tumbuh pada suhu 370C. Bakteri dapat menghidrolisis gelatin dan selulosa pada media yang digunakan. Reaksi terhadap uji asam sitrat dapat positif maupun negatif. Bakteri memanfaatkan glukosa, sukrosa dan laktosa sebagai sumber karbon. Koloni bakteri berwarna kuning dan berbentuk bundar.

5. Brochotrix

Isolat BSKL 5 memiliki karakter morfologis sel dan uji biokimia yang mirip dengan anggota genus Brochotrix. Kemiripan karakter antara isolat dengan genus Brochotrix yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993) antara lain gram positif, bentuk sel basil, reaksi terhadap uji katalase positif, bersifat anaerob fakultatif, serta sel bersifat nonmotil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji indol adalah negatif, dan tidak membentuk H2S. Isolat bersifat asam, tetapi tidak ada gas yang dihasilkan dari sejumlah karbohidrat. Berdasarkan hasil penelitian, Brochotrix memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri. Penelitian Virta (2009) menyebutkan bahwa Brochotrix berbentuk gram positif, basil, bersifat nonmotil dan anaerob fakultatif.

6. Alcaligenes

Berdasarkan hasil identifikasi isolat BSKL 6 memiliki kemiripan karakter morfologis dan uji biokimia dengan anggota genus Alcaligenes yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993). Kemiripan karakter tersebut antara lain gram negatif, sel berbentuk basil, motil, koloni berwarna kuning. Reaksi isolat bakteri terhadap uji indol negatif, oksidase positif, dan bersifat aerob. Bakteri ini memiliki kemampuan dalam

(7)

25 mendegradasi selulosa. Hasil ini sesuai dengan

penelitian Rudiansyah et al. (2017) yang menyatakan bahwa Alcaligenes merupakan bakteri selulolitik karena mampu mendegradasi selulosa pada medium CMC, yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri. Koloni bakteri berwarna putih, bentuknya tidak beraturan, tepian licin, serta elevasinya timbul. Thoyib et al. (2007) menyebutkan bahwa anggota genus Alcaligenes ujikatalase dan oksidase positif, menghidrolisis gelatin dan tidak memproduksi H2S 7. Alteromonas

Isolat BSKL 7 termasuk anggota genus Alteromonas karena berdasarkan pengamatan karakter morfologis sel dan uji biokimia menggunakan buku identifikasi oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993) memperlihatkan adanya kesamaan karakter di antara keduanya. Kesamaan karakter tersebut antara lain selnya bersifat gram negatif, sel berbentuk kokobasil, motil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji oksidase positif, serta dapat menghidrolisis gelatin. Koloni isolat berwarna kuning. Berdasarkan penelitian bakteri ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Leon et al. (1992) yang menyatakan bahwa bakteri anggota genus Alteromonas memiliki kemampuan dalam menghidrolisis selulosa yang terkandung dalam media CMC. Bakteri ini juga menunjukkan hasil positif pada uji oksidase dan katalase, serta tidak memproduksi indol dan H2S. Abdullah (2006) menjelaskan bahwa anggota genus Alteromonas memiliki koloni berwarna kuning, berbentuk batang, dan merupakan bakteri gram negatif, bersifat motil, serta dapat menghidrolisis gelatin. 8. Halomonas

Isolat BSKL 8 memiliki karakter yang sama dengan anggota genus Halomonas yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993). Karakter tersebut antara lain sel termasuk gram negatif, basil. Motil atau nonmotil, pada penelitian ini bakteri bersifat motil. Isolat bersifat aerob. Isolat ini menunjukkan bakteri bersifat fermentatif. Koloni berwarna putih kekuningan. Reaksi terhadap uji katalase dan oksidase positif, yang berarti isolat menghasilkan enzim katalase dan enzim oksidase. Bakteri mampu menghidrolisis selulosa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ambriyanto (2010) yang menyatakan bahwa bakteri Halomonas mampu mendegradasi selulosa yang ditunjukkan dengan

terbentuknya zona bening pada media CMC. Vreeland et al. (1980) menyebutkan bahwa anggota genus Halomonas berentuk basil, gram negatif, bersifat motil, dan mampu menghidrolisis gelatin. Uji katalase positif, memfermentasi glukosa, sukrosa dan laktosa sebagai sumber karbon. Berdasarkan penelitian Andiyani (2005), morfologis koloni bakteri anggota genus Halomonas yaitu berbentuk bundar dengan tepian licin, dan elevasinya datar.

9. Chromobacterium

Isolat BSKL 9 tersebut termasuk anggota genus Chromobacterium karena memiliki kesamaan karakter dengan karakter genus Chromobacterium yang disebutkan oleh Holt et al. (1994), Barrow dan Feltham (1993). Isolat tersebut memiliki kesamaan karakter antara lain termasuk gram negatif, bentuk selnya basil, sel bersifat motil, reaksi isolat terhadap uji oksidase positif yang berarti terdapatnya enzim oksidase pada bakteri tersebut. Reaksi isolat terhadap uji katalase positif, tidak menghasilkan asam sitrat, dan bakteri bersifat anaerob fakultatif yang ditandai dengan bakteri tumbuh tersebar di seluruh medium. Reaksi indol negatif dan sebagian besar metabolismenya fermentatif. Penelitian Apriyani et al. (2017)

menyebutkan bahwa anggota genus

Chromobacterium berbentuk gram negatif, basil, nonmotil, indol negatif, memiliki kemampuan dalam memfermentasi glukosa, sukrosa, dan laktosa. Bakteri bersifat fermentatif, dapat memproduksi asam, tetapi tidak menghasilkan gas dan H2S. Anggota genus Chromobacterium pada penelitian ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataanRudiansyah et al. (2017) yang menyatakan bahwa anggota genus Chromobacterium merupakan bakteri selulolitik karena memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa pada medium CMC.

10. Corynebacterium

Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologis sel, dan uji biokimia (Tabel 3, Tabel 4) isolat BSKL 10, dan BSKL 13 memiliki kesamaan karakter dengan anggota genus Corynebacterium yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993) yaitu sifat gram selnya positif, bentuk sel basil, dan nonmotil. Reaksi isolat bakteri terhadap uji katalase positif, dan bersifat anaeob fakultatif. Bakteri ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa yang

(8)

26 terkandung pada media CMC. Pernyataan ini

sesuai dengan penelitian Ningsih et al. (2014) yang

menyatakan bahwa anggota genus

Corynebacterium memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa. Menurut Agrios (1997) dan BPTH (2011) dalam Ismail et al. (2011) bentuk bakteri Corynebacterium adalah berbentuk gram positif, basil, umumnya bersifat nonmotil, koloni berwarna putih dan elevasinya cembung. Hefdiyah dan Shovitri (2014) menjelaskan bahwa anggota genus Corynebacterium memiliki karakter kunci yaitu gram positif, basil, dan menghasilkan enzim katalase.

11. Isolat BSKL 12

Berdasarkan hasil pengamatan pada karakter mofologis bakteri, morfologis sel, dan uji biokimia yang dilakukan isolat BSKL 12 tidak teridentifikasi. Hal ini disebabkan tidak adanya karakter yang sama ditemukan pada buku identifikasi bakteri yang digunakan. Hasil penelitian isolat ini menunjukkan isolat bakteri berbentuk gram negatif, basil, bersifat nonmotil, katalase dan oksidase positif, anaerob fakultatif, dan terjadi pembentukan CO2. Bakteri dapat menghidrolisis gelatin dan selulosa. Bersifat fermentatif dan uji sitrat positif. Isolat memiliki kemampuan dalam menghasilkan indol, bersifat asam, dan memfermentasi glukosa, sukrosa, dan laktosa. Hal ini menunjukkan bahwa isolat ini dapat menggunakan glukosa, sukrosa, dan laktosa sebagai sumber karbon. Terjadi pembentukan gas, serta tidak menghasilkan H2S yang berupa endapan hitam di bagian butt pada media TSIA.

12. Cellulomonas

Isolat BSKL 14 memiliki kesamaan karakter dengan anggoIta genus Cellulomonas yang disebutkan oleh Holt et al. (1994) serta Barrow dan Feltham (1993) antara lain gram positif, bentuk sel basil, motil, reaksi terhadap uji katalase positif, dan bersifat anerob fakultatif. Bakteri memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa pada media CMC. Premkumar et al. (2015) menyatakan bahwa anggota genus Cellulomonas berbentuk gram positif, sel basil, katalase positif, dan mampu mendegradasi selulosa. Hal ini sesuai dengan penelitian Lamid et al. (2011) menunjukkan bahwa anggota genus Cellulomonas positif dalam uji kemampuan selulolitik, sehingga mampu mengekskresikan enzim selulase yang dapat memecah ikatan 1,4 β-glukosida dalam media uji CMC. Ali dan Wajdi (2014) menyatakan bahwa keberadaan selulosa dapat didegradasi oleh

aktifitas mikroorganisme Cellulomonas sebagai bakteri selulolitik yang mensekresikan enzim selulase. Penelitian Amelia (2017) menyebutkan bahwa anggota genus Cellulomonas koloninya berwarna putih sampai kuning, berbentuk bundar, dengan tepian licin, serta elevasinya cembung. Bersifat motil, dan dapat memfermentasi glukosa. Reaksi isolat bakteri tersebut terhadap uji katalase dan indol positif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih diucapkan kepada Dr. Savante Arreneuz selaku dosen yang telah membantu dalam pengambilan sampel, dan memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A, 2006, ‘Isolasi dan identifikasi mikroba simbion sponge Axinella sp.’, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, vol. 11, no. 3, hal. 1-5 Ali, U & Wajdi, MF, 2014, ‘Pemanfaatan bakteri sekum

kelinci dengan aras konsentrasi koloni dan waktu inkubasi untuk fermentasi limbah agroindustri lokal dalam pakan kelinci’, Sains Peternakan, vol. 12, no. 2, hal. 94-100

Ambriyanto, KS, 2010, Isolasi dan karakterisasi bakteri aerob pendegradasi selulosa dari serasah daun rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum), Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Amelia, GAP, 2017, Kualitas pupuk organic cair dari limbah buah jambu biji (Psidium guajava L.), pisang mas (Musa paradisiaca L. var. mas) dan papaya (Carica papaya L.), Skripsi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Andriyani, D, 2005, Isolasi dan identifikasi bakteri halofilik dari ikan asin, Skripsi

,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Anggarawati, D, 2012, Aktivitas enzim selulase isolat SGS 2609 BBP4B-KP menggunakan substrat limbah pengolahan rumput laut yang dipretreatment dengan asam, Universitas Indonesia, Depok

Anwar, N, Widjaja, A & Winardi, S, 2010, ‘Peningkatan unjuk kerja hidrolisis enzimatik jerami padi menggunakan campuran selulase kasar dari Trichoderma resei dan Aspergillus niger’, Makara, Sains, vol. 14, no. 2, hal. 113-116

Apriyani, Rahmawati & Mukarlina, 2017, ‘Uji antagonis bakteri rizosfer potensial proteolitik

(9)

27 terhadap Erwinia spp. dari batang tanaman buah

naga (Hylocereus polyrhizus (Haw) Britt & Ros’, Jurnal Protobiont, vol. 6, no. 33, hal. 83-88 Barrow, GI & Feltham, RKA, 1993, Cowan and steel’s

manual for identification of medical bacteria, third edition, Cambridge University Press Chaturvedi, P & Shivaji, S, 2006, ‘Exiguobacterium

indicum sp. Nov., a psyhrophilic bacterium from the Hamta glacier of the Himalayan mountain ranges of India’, International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, vol. 56, hal. 2765-2770

Cui, YS, Im, WT, yin, CR, Lee, JS, Lee, KC & Lee, ST, 2007, ‘Aeromicrobium panaciterrae sp. nov., isolated from soil of a ginseng field in South Korea’, International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, vol. 57, hal. 687–691 Dewi, SL, 2012, Isolasi Bakteri xilanolitik dan selulolitik dari feses luwak, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Hadipernata, M & Nugraha, S, 2012, ‘Identifikasi fisik, kimia dan mikrobiologi biji kopi luwak sebagai dasar acuan teknologi proses kopi luwak, artificial’, Prosiding InSINas, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor

Hefdiyah dan Shovitri, M, 2014, ‘Potensi isolat bakteri Edwarsiella dan Corynebacterium dari pulau Poteran Sumenep sebagai pelarut Fosfat’, Jurnal Teknik POMITS, vol. 2, no. 1, hal. 1-5

Huda, C, Salni & Melki 2012, ‘Penapisan aktivitas antibakteri dari bakteri yang berasosiasi dengan karang lunak Sarcophyton sp’, Maspari Journal, vol. 4, no. 1, hal. 69-76

Holt, JG, Krieg, NR, Sneath, PHA, Staley, JT & Williams, ST, 1994, Bergeys manual of determinative bacteriology, ninth edition, Lippincott Williams dan Wilkins, USA

Indradewi, FA, 2016, ‘Pengaruh teknik pengeringan terhadap kadar gizi dan mutu organoleptik sale pisang (Musa Paradisiaca L.)’, JF FIK UINAM, vol. 4, no. 2, hal. 58-65

Irawati, R, 2016, Karakterisasi pH, suhu dan konsentrasi substrat pada enzim selulase kasar yang diproduksi oleh Bacillus circulans, Skripsi, Universitas Islam Negeri, Maulana Ibrahim Malang

Ismail, N, Taulu, LA & Bahtiar, 2011, Potensi Corynebacterium sebagai pengendali penyakit hawar daun baktteri pada tanaman padi,

Seminar Nasional Serealia, Manado, hal. 459-465

Lamid, M, Nugroho, TP, Chusniati, S & Rochiman, K, 2011, ‘Eksplorasi bakteri selulolitik asal cairan rumen sapi potong sebagai bahan inokulum limbah pertanian’, Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan, vol. 4, no. 1

Leon, O, Quintana, L, Peruzzo, G & Slebe, JC, 1992, ‘Purification and properties of an extracellular agarase from Alteromonas sp. Strain C-1’, Applied And Environmental Microbiology, vol. 58, no. 12, hal. 4060-4063

Lubis, MSP, Nainggolan, RJ & Yusraini, 2014, ‘Pengaruh perbandingan nenas dengan pepaya dan konsentrasi gum arab terhadap mutu fruit leather’, Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, vol. 2, no. 3, hal 62-68

Ningsih, RL, Khotimah, S & Lovadi, I, 2014, ‘Bakteri pendegradasi selulosa dari serasah daun Avicennia alba Blume di kawasan hutan mangrove Peniti Kabupaten Pontianak’, Protobiont, vol. 3, no. 1, hal. 34-40

Petugas Kebun Binatang Bandung, 2015, Informasi makanan luwak di Kebun Binatang Bandung, Komunikasi Pribadi

Premkumar, J, Sudhakar, T & Srikiran, K, 2015, ‘Isolation and identification of Cellulomonas cellulans from silver fish and characterization of cellulase enzyme’, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, vol. 7, no. 1, hal. 346-349

Provost, PJ & Doetsch, RN, 1962, ‘An appraisal of Caryophanon latum’, J. gen. Microbiol, vol. 28, hal. 547-557

Rahayu, F, Sudjindro & Hariyono, B, 2011, Uji efektivitas isolat indigenous air rendaman kenaf sebagai inokulum dalam proses retting kenaf, Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan Rudiansyah, D, Rahmawati & Rafdinal, 2017,

’Eksplorasi bakteri selulolitik dari tanah hutan mangrove Peniti, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah’, Protobiont, vol. 6, no. 3, hal. 255-262

Sari, UM, Agustien, A & Nurmiati, 2012 ‘Penapisan dan karakterisasi bakteri selulolitik termofilik Sumber Air Panas Sungai Medang, Kerinci, Jambi’, Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA), vol. 1, no. 2, hal. 166-171

Sukadarti, S, Kholisoh, SD, Prasetyo, H, Santoso, WP & Mursini, T, 2010, Produksi Gula Reduksi dari Sabut Kelapa menggunakan jamur Trichoderma

reesei, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, Pengembangan Teknologi Kimia

(10)

28 untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia,

Yogyakarta

Susilo, A, 2013, Produksi kopi luwak sintesis secara enzimatis menggunakan bakteri xilanolitik dari kombinasi dengan bakteri proteolitik dan selulolitik, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Taufiq, PI, 2013, Fermentasikopi menggunakan bakteri xilanolitik dari luwak, Skripsi, Institut Petanian Bogor, Bogor

Thoyib, H, Setyaningsih, R & Suranto, 2007, ‘Seleksi dan identifikasi bakteri alkaliffilik penghasil xilanase dari tanah bukit Krakitan, Bayat, Klaten’, Bioteknologi, vol. 4, no. 1, hal. 6-12 Virta, S, 2009, Isolation and identification of rainbow

trout spoiling microbiota, Tesis, TURKU University of Applied Sciences

Vreeland, RH, Litchfield, CD, Martin, EL & Elliot, E, 1980, ‘Halomonas elongata, a new genus and species of extremely salt-tolerant bacteria’, International Journal Of Systematbic Bacterioloagy, vol. 30, no. 2, hal.485-495 Willems, A, Gillis, M, Kersters, Kbroecke, LVD & Ley

JD, 1987, ‘Transfer of Xanthomonas ampelina Panagopoulos 1969 to a new genus, Xylophilus gen. nov., as Xylophilus ampelinus (Panagopoulos 1969) comb. nov’, International Journal of Systematic Bacteriology, vol. 7, no. 4, hal. 422-430

Zahidah, D & Shovitri, M, 2013, ‘Isolasi, karakterisasi dan potensi bakteri aerob sebagai pendegradasi limbah organik’, Jurnal Sains dan Seni Pomits, vol. 1, no. 1

Gambar

Tabel  1.  Hasil  Pengamatan  Zona  Bening  dan  Karakter  Morfologis  Koloni  Bakteri  Selulolitik  pada  Kotoran  Luwak          (Paradoxurus hermaphroditus)  No  Genus   Kode  Isolat  (Code  Isolat)  Zona  Bening (Clear Zone)        Warna  (Color)  Bent

Referensi

Dokumen terkait

Intensitas puncak kuarsa pada katalis dolomit yang didispersi dengan abu layang leaching lebih tinggi daripada katalis dolomit yang didispersi dengan abu layang tanpa

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Karunia dan Anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul : Analisis

Ukoliko je okvir brdskog bicikla s ovjesom opremljen prilagodljivim elementima koji mijenjaju otpor bicikla naspram vibracija koje dolaze od tla, takvi elementi moraju biti

Metode yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir ini dimulai dengan tahapan observasi atau pengamatan pada perusahaan, strukturisasi data untuk dapat menghasilkan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3, bagaimana pengaruh dari jarak dalam sistem dengan menggunakan WARP yang telah disajikan dalam nilai bit error rate

Berdasarkan kajian teori, hasil analisa, dan pembahasannya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa latar tempat yang terdapat dalam novel Perempuan Berhati

Pansining sa ganitong pangangatwiran ay kailangang maging matibay ang pangunahing premis sapagkat kung hindi, hahantong ka sa isang maling kongklusyon..

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MOLEKULER GEN PENYANDI 16S rRNA BAKTERI SELULOLITIK DARI KOTORAN SAPI BALI (Bos sondaicus) DI TIMOR TENGAH SELATAN Komisi Pembimbing