• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Tradisi Ikhtilaf dan Budaya Damai pada Pesantren Nurul Ummah dan Pesantren Ar-Romli YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Tradisi Ikhtilaf dan Budaya Damai pada Pesantren Nurul Ummah dan Pesantren Ar-Romli YOGYAKARTA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI TRADISI IKHTILAF DAN

BUDAYA DAMAI PADA PESANTREN NURUL UMMAH

DAN AR-ROMLI YOGYAKARTA

7KH ,PSOHPHQWDWLRQ RI ,NKWLODI DQG 3HDFH &XOWXUH LQ WKH 3HVDQWUHQ

1XUXO 8PPDK DQG 3HVDQWUHQ $U 5RPOL <RJ\DNDUWD

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Jln. Untung Suropati Kav. 69-70 Bambankerep, Ngaliyan, Semarang

Telp. (024) 7601327 Faks. (024) 7611386 e-mail: lukluilmaknun84@yahoo.co.id Naskah diterima: 25 Juli 2014 Naskah direvisi: 2–9 Oktober 2014 Naskah disetujui: 13 Nopember 2014

ABSTRACT

6LQFH ORQJ WLPH DJR SRQGRN SHVDQWUHQ LVODPLF ERDUGLQJ VFKRRO KDV EHHQ FRQVLGHUHG DV D PRGHUDWH LQVWLWXWLRQ ,W DOVR JLYHV SULRULW\ WR SHDFHIXO ZD\V LQ GHDOLQJ ZLWK FRQÀLFW 8QIRUWXQDWHO\ VXFK NQRZQ DWWLWXGH LV QRZ EHLQJ VWURQJO\ TXHVWLRQHG GXH WR VRPH YHVWHG LQWHUHVWV IRXQG LQ WKH SHVDQWUHQ FRPPXQLW\ 7KH YDULRXV PRWLYHV LQ UHOLJLRQV SROLWLFV HFRQRPLFV VRFLDO HWF DPRQJ WKH SHRSOH OHDG SHVDQWUHQ WR EH YXOQHUDEOH WR FRQÀLFW 8VLQJ TXDOLWDWLYH PHWKRG WKLV DUWLFOH LQWHQGHG WR H[SORUH WKH PLQGVHW FKDUDFWHUV DQG DWWLWXGHV RI WKH SHRSOH LQ SHVDQWUHQ LQ GHDOLQJ ZLWK YDULRXV ³LNKWLODI´ GLVSXWHV WKDW ODWHU XVHG DV PHDQV WR SRUWUD\ SHDFH FXOWXUHV LQ WKH SHVDQWUHQ 7KH ¿QGLQJV RI WKH UHVHDUFK VKRZHG WKDW ERWK SHVDQWUHQV 1XUXO 8PPDK DQG $U 5RPOL KDG QHYHU EHHQ LQ VHULRXV H[WHUQDO FRQÀLFW 1HYHUWKHOHV WKH\ KDG DSSOLHG WKH SULQFLSOHV RI SHDFH FXOWXUHV ZHOO

.H\ZRUGV SHVDQWUHQ LNKWLODI SHDFH FXOWXUH 3HVDQWUHQ 1XUXO 8PPDK 3HVDQWUHQ $U 5RPOL

ABSTRAK

3RQGRN SHVDQWUHQ DZDOQ\D GLDQJJDS VHEDJDL OHPEDJD ,VODP \DQJ PRGHUDW GDQ NHQWDO

dengan WUDGLVL GDPDL GDODP PHQJKDGDSL EHUEDJDL EHQWXN SHUEHGDDQ 6DDW LQL VLNDS PRGHUDW SRQGRN SHVDQWUHQ PXODL GLSHUWDQ\DNDQ 'LWHPXNDQ IDNWD DGDQ\D SDPULK SROLWLN HNRQRPL GDQ VRVLDO GDODP NRPXQLWDV SRQGRN SHVDQWUHQ \DQJ PHQ\HEDENDQQ\D PHQMDGL WLGDN LPXQ NRQÀLN 3HQHOLWLDQ LQL GHQJDQ SHQGHNDWDQ NXDOLWDWLI EHUPDNVXG PHQJHNVSORUDVL NHPEDOL SROD SLNLU SDQGDQJDQ NDUDNWHU GDQ VLNDS SHQJDVXK DWDX

santri SHVDQWUHQ GDODP PHQJKDGDSL ³LNKWLODI´ EDLN GDODP SDKDP NHDJDPDDQ SROLWLN PDXSXQ EXGD\D +DVLO HNVSORUDVL GLJXQDNDQ XQWXN PHQJNRQVWUXNVL DGD WLGDNQ\D

nilai-QLODL DWDX EXGD\D ³GDPDL´ \DQJ WXPEXK GL SHVDQWUHQ EDLN GDUL VLVL VLVWHP SURVHV PDXSXQ LQVWUXPHQ 'DUL KDVLO SHQHOLWLDQ GDSDW GLVLPSXONDQ EDKZD NHGXD SRQGRN SHVDQWUHQ 1XUXO 8PPDK GDQ $U 5RPOL <RJ\DNDUWD EHOXP SHUQDK PHQJDODPL NRQÀLN HNVWHUQ \DQJ PHPEXWXKNDQ SHQDQJDQDQ PHQGDODP 0HVNLSXQ GHPLNLDQ NHGXD SRQGRN SHVDQWUHQ LQL VXGDK PHQJDSOLNDVLNDQ SULQVLS SULQVLS EXGD\D GDPDL GDQ PHQJKDGDSL LNKWLODI GHQJDQ ELMDN

.DWD NXQFL SHVDQWUHQ LNKWLODI EXGD\D GDPDL 3HVDQWUHQ 1XUXO 8PPDK 3HVDQWUHQ $U 5RPOL

(2)

PENDAHULUAN

Pondok pesantren (atau disebut ‘SHVDQWUHQ¶ WDQSD DZDODQ µSRQGRN¶ XQWXN VHODQMXWQ\D GLVLQJNDW SRQSHV GLJDPEDUNDQ VHEDJDLmandala

atau semacam padepokan yang merupakan tempat tenang, sejuk, dan damai, tempat para santri mencurahkan tenaga dan pikiran untuk belajar membentuk karakter sedangkan sang Kiai menyerahkan jiwa dan diri untuk memberikan pengajaran dan pelajaran hidup. Solidaritas, kebersamaan, persaudaraan, dan ketulusan antarwarganya sangat kuat dan tumbuh sebagai karakter integral di dalamnya (Haerus Salim

GDODP )DUFKDQ [Y

3RQSHV PHPLOLNL HOHPHQ HOHPHQ GDVDU \DQJ

tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu kiai, VDQWUL SRQGRN PDVMLG PXVKROOD GDQ

pengajaran NLWDE VDODI NODVLN \DQJ GLVHEXWkitab

NXQLQJ +DHGDUL 3RQSHV PHPLOLNL

karakteristik budaya tresendiri, di antaranya;

3HUWDPD sebagai lembaga pendidikan yang

bercorak tradisional (VDODI Kedua, sebagai pertahanan budaya (culture resistance \DNQL EXGD\D ,VODPL \DQJ VHVXDL GHQJDQ DMDUDQ DO 4XUDQ

dan Sunah nabi serta teladan dan ajaran para

VDODIX VKDOLK XODPD WHUGDKXOX Ketiga, sebagai

lembaga pendidikan keagamaan. Ponpes dikenal sebagai lembaga pendidikan yang berkarakter moderat dan juga sering disebut sebagai NU

QDKGODWXO XODPD XWDPDQ\D GDODP VLNDS \DQJ

moderat (tawasuth GDQ WROHUDQ tasamuh

=XEDLGL OLKDW MXJD 0DV¶XG

7UDGLVL GLDUWLNDQ DGDW NHELDVDDQ WXUXQ

temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. ,NKWLODI diambil dari bahasa Arab, bentuk mashdar dari kata LNKWDODID yang berarti perbedaan sikap atau pandangan. ,NKWLODI dan

PXNKDODIDKGDSDW GLSDKDPL VHEDJDL VDDW PDVLQJ

masing orang mengambil suatu jalan yang tidak ditempuh orang yang lainnya, baik dalam sikap maupun perkataan. Saat LNKWLODIantara manusia itu melahirkan pertikaian, kata ini kemudian digunakan sebagai PHWDIRU untuk makna

SHUWLNDLDQ GDQ SHUVHOLVLKDQ DO $VIDKDQL

6HODQMXWQ\Dtradisi LNKWLODI dalam penelitian ini dimaknai sebagai kebiasaan berbeda sikap dan pandangan yang dijalankan secara turun temurun.

Budaya merupakan inti identitas jati diri

PDV\DUDNDW EDLN VHEDJDL LQGLYLGX PDXSXQ

kelompok. Dalam wacana agama, budaya sering disetarakan dengan istilah al-adah atau DO XUI.

Al-adah secara etimologis berarti suatu yang

GLNHQDO GDQ WHUMDGL VHFDUD EHUXODQJ XODQJ .DWD

DO PD¶UXI diartikan sebagai “sesuatu yang baik”

NDUHQD VHVXDWX \DQJ WHUMDGL VHFDUD EHUXODQJ

ulang biasanya merupakan sesuatu yang menjadi

NHEXWXKDQ PDV\DUDNDW 7HUGDSDW KXEXQJDQ

arti antara al-adah dan DO XUI, yaitu sesuatu

\DQJ GLNHQDO GDQ WHUMDGL VHFDUD EHUXODQJ

ulang, sehingga diyakini sebagai kebenaran dan

NHEDLNDQ 1DNKD¶L

.RQVHS GDPDL SHUGDPDLDQ PHPLOLNL DUWL

rukun (KDUPRQL GDQ DGLO \DQJ MXJD EHUDUWL WLGDN DGDQ\D NHNHUDVDQ ¿VLN %HEHUDSD LVWLODK GDPDL

antara lain; Istilah Arab salam dan Ibrani shalom, yang bermakna tidak adanya perang, kehidupan yang baik, menyeluruh, rukun, cinta, kesehatan yang penuh, kesejahteraan, pemerataan kebutuhan, dan rekonsiliasi. Istilah Sansekerta

shanti, bermakna kedamaian semesta. Istilah

Cina SLQJ berarti rukun atau mengupayakan kesatuan dalam keragaman, sejajar dengan istilah Kuno Cina mengenai integrasi dua hal yang tampaknya saling bertentangan sebagaimana ditunjukkan dalam konsep yin dan yang (Barash

GDODP 1DYDUR &DVWUR 'DODP 3HQHOLWLDQ

ini budaya damai dipahami bukan sebagai suatu kondisi yang ada begitu saja sebagai suatu pemberian dan harus diterima umat manusia, melainkan hasil proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aktor.

Ponpes merupakan subkultur yang merepresentasikan dinamika masyarakat. Sebagai prototipe masyarakat, ponpes tidak dapat menghindarkan diri dari perbedaan

DWDX EDKNDQ SHUWHQWDQJDQ DQWDULQGLYLGX DWDX

kelompok, baik yang menjadi bagian dari ponpes maupun dalam hubungannya dengan pihak luar

(3)

6RHODLPDQ 3RQSHV MXJD WLGDN ELVD

menghindar dari segala bentuk perubahan yang terjadi di lingkungannya, baik perubahan yang sejalan dengan kultur ponpes maupun yang bertentangan. Ponpes dituntut untuk menghadapi situasi keragaman dan keberbedaan tersebut, serta beradaptasi terhadap setiap perkembangan yang berlangsung di lingkungannya (Hiroko,

Perbedaan faham atau pertentangan

(LNKWLODI GL NDODQJDQ SRQSHV GLDQJJDS VHEDJDL

keniscayaan. Kaum ponpes sudah lama akrab dengan banyak bentuk LNKWLODI dalam hal ajaran agama. Oleh karenanya, kaum ponpes lebih mengusahakan langkah moderat atau menyikapi perbedaan agar menjadi rahmat, sebagaimana sabda Nabi Saw: LNKWLODIX XPPDWL UDKPDWXQ.

Sikap moderat yang melekat pada komunitas ponpes saat ini mulai banyak dipertanyakan. Hal ini disebabkan banyaknya kekerasan di negeri ini dengan mengatasnamakan agama yang pada umumnya justru bermula dari komunitas ponpes, meskipun tidak dapat terlepas dari faktor kepentingan politik dan paham tertentu.

)DNWRU ODLQ \DQJ PHQDPEDK NHUDJXDQ

masyarakat atas sikap moderat kaum ponpes (atau akrab dengan istilah tawâsuth, tasâmuh,

dan WDZk]XQ DGDODK EDQ\DNQ\D XODPD SRQSHV

yang terjun di dunia politik yang secara langsung atau tidak dapat melunturkan sikap moderat yang lazim dimiliki para ulama ponpes. Di luar konteks tersebut, dijumpai banyaknya ponpes yang pendiriannya bermula dari perbedaan dan perpecahan antarkeluarga. Secara umum, adanya pamrih politik, ekonomi, dan sosial akan menyebabkan ponpes tidak lagi imun NRQÀLN

+DHUXV 6DOLP GDODP )DUFKDQ [L[ -LND

demikian, dapat diasumsikan sikap moderat yang selama ini melekat dalam komunitas ponpes masih kabur.

Ponpes yang sejak awal perkembangannya merupakan institusi yang moderat perlu dipertegas kembali keberadaannya. Hal penting yang seharusnya dilakukan antara lain dengan memahami kembali bentuk tradisi LNKWLODI dan

melakukan eksplorasi QLODL nilai perdamaian di ponpes. Dalam lingkup kecil, hal ini dapat

GLODNXNDQ GHQJDQ PHQJKDGLUNDQ PRGHO FRQWRK

ponpes yang masih tetap pada koridor Sunni

$KOXVVXQQDK GHQJDQNHVDQPRGHUDW\DQJNHQWDO 7LGDN PXGDK PHQHPXNDQ SHQHOLWLDQ \DQJ

secara khusus mengelaborasi QLODL nilai damai di ponpes. Meskipun demikian, setidaknya ada dua penelitian yang berupaya menggali QLODL

nilai toleransi dan keterbukaan di ponpes.

3HQHOLWLDQ 1D¿V PHQJKDGLUNDQ EHEHUDSD

contoh ponpes yang mengembangkan QLODL QLODL SOXUDOLVPH GDODP DNWLYLWDV SHPEHODMDUDQ

kemudian menyimpulkan umumnya ponpes masih tertutup dengan nilai pluralisme dan masih berkutat pada QLODL nilai lama. Penelitian

+DURHQ PHQ\DWDNDQ EDKZD SRQSHV VXGDK

mulai mengadaptasi teknologi informasi dan informasi dalam pengembangan keilmuan yang sebelumnya hanya berbasis teks.

Kedua penelitian tersebut lebih mengkaji ponpes pada segi literatur juga sikap penerimaan aspek baru dari luar (nilai pluralisme dan

WHNQRORJL LQIRUPDVL 3HQHOLWLDQ LQL EHUXSD\D PHQXQMXNNDQ DVSHN DVSHN LPSOHPHQWDWLI GL

ponpes dengan memotret tradisi LNKWLODI dan budaya damai di dalamnya, serta mengelaborasi

QLODL nilai tersebut baik dari konsep atau sistem yang melandasi, proses yang dijalani, maupun alat implementasinya.

Menentukan ponpes untuk diangkat menjadi model yang dianggap moderat di Yogyakarta tidaklah mudah. Data Pekapontren Kanwil Kemenag Daerah Istimewa Yogyakarta

7DKXQ PHQXQMXNNDQ VHWLGDNQ\D DGD

ponpes yang terdaftar. Dari jumlah tersebut, terdapat porsi yang berimbang antara ponpes

\DQJ GLNDWHJRULNDQ GHQJDQ MHQLV µVDODI¶ GDQ µNRPELQDVL¶ µ6DODI¶ GLPDNVXGNDQ GHQJDQ SRQSHV

yang sistem pendidikannya lebih condong ke

WUDGLVLRQDO VHGDQJNDQ µNRPELQDVL¶ GLPDNVXGNDQ

dengan ponpes yang menggabungkan atau mengakomodasi sistem pendidikan modern

VHNRODK NODVLNDO GHQJDQ VLVWHP WUDGLVLRQDO VDODI Z 0 1XUFDK\R

(4)

Berdasarkan studi pendahuluan penelitian, peneliti menentukan dua ponpes sebagai lokasi yang dianggap sampel, yaitu Ponpes Nurul

8PPDK GDQ 3RQSHV $U 5RPOL $GD WLJD DODVDQ

yang mendasari pengambilan sampel tersebut

\DLWX 3RQSHV 1XUXO 8PPDK PHZDNLOL SRQSHV µNRPELQDVL¶ GDQ $U 5RPOL VHEDJDL SRQSHV µVDODI¶

.HGXD SRQSHV WHUVHEXW GLGLULNDQ ROHK .+ 0DU]XTL 5RPOL 0 \DQJ PHUXSDNDQ

salah satu tokoh agama berpengaruh pada

PDVD DZDO SHQ\HEDUDQ ,VODP WDKXQ DQ GL <RJ\DNDUWD %DLN SHQJDVXK PDXSXQ VDQJ

pendiri kedua ponpes tersebut dikenal sebagai

WRNRK \DQJ µGHNDW¶ GHQJDQ RUJDQLVDVL GDQ NHSHPHULQWDKDQ WHWDSL WLGDN µPDVXN¶ WHUOLEDW ODQJVXQJ GL GDODPQ\D OLKDW 0XQLU

Berangkat dari uraian latar belakang, penelitian ini bermaksud menggambarkan implementasi tradisi LNKWLODI dan budaya damai di kedua ponpes tersebut. Dengan tereksplorasinya hal tersebut, diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pola pikir, pandangan, karakter, dan sikap ponpes dalam menghadapi LNKWLODI, baik dalam hubungannya dengan paham keagamaan, politik, maupun budaya. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi berupa konsep pengembangan budaya damai yang bermanfaat untuk penguatan institusi ponpes dan pengembangan khazanah Islam.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode naturalistik yaitu penelitian yang dilakukan dalam situasi yang wajar atau natural, tanpa adanya pengaruh yang disengaja, serta tidak

PHQJHVDPSLQJNDQ REMHNWLYLWDV \DQJ EHEDV VDPD VHNDOL GDUL VXEMHNWLYLWDV WHWDSL WHWDS

dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan

(1DVXWLRQ 0XKDGMLU 6HODLQ

mengumpulkan data dari telaah pustaka terkait ponpes secara umum dan pustaka baik buku atau sumber web tentang kedua ponpes yang

GLMDGLNDQ ORNDVL REMHN SHQHOLWLDQ SHQHOLWL

juga mengumpulkan data melalui pengamatan lapangan, pengamatan terlibat, dan wawancara. Dalam pengamatan lapangan, peneliti mengamati

dan mencatat tiap fenomena di kedua ponpes yang dapat mendukung penelitian dan dijadikan data. Pengalaman terlibat dilakukan peneliti dengan turut serta dalam beberapa kegiatan yang dilakukan para santri baik di dalam maupun di luar ponpes. Adapun wawancara dilakukan untuk mendapatkan data sesuai kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya. Wawancara dilakukan kepada pengasuh ponpes (Kiai Ahmad

=DELGL EHEHUDSD XVWDG] GDQ SHQJXUXV VHUWD

beberapa santri di kedua ponpes.

Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif, yaitu alur kegiatan yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data

GLODNXNDQ SDGD UHQWDQJ ZDNWX -XOL 2NWREHU

2012. Lokasi atau objek penelitian adalah dua ponpes di <RJ\DNDUWD 1XUXO 8PPDK GDQ $U 5RPOL GHQJDQ DODVDQ SHQHQWXDQ VHEDJDLPDQD

yang disebutkan di latar belakang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

'HVNULSVL /RNDVL 2EMHN 3HQHOLWLDQ

3RQSHV 1XUXO 8PPDK GDQ $U 5RPOL WLGDN

dapat dilepaskan dari pengaruh Kiai Perintisnya

VHFDUD QDVDE \DLWX .LDL $KPDG 0DU]XTL 5RPOL 0 %HOLDX DGDODK SXWUD GDUL 0EDK .LDL 5RPOL LEQ 0EDK .LDL 0XQDZL 'DNZDK GL *LULOR\R VXGDK PXODL GLULQWLV ROHK 0EDK .LDL 5RPOL VHMDN DEDG NH 'DNZDKQ\D GDSDW GLVHEXW NRPSOHNV

karena tidak semata berbekal ilmu agama, tetapi juga menggunakan pendekatan ilmu umum

VHSHUWL SHUWDQLDQ SHUGDJDQJDQ GDQ ODLQ ODLQQ\D

Dalam melengkapi dakwahnya, Mbah Kiai

5RPOL MXJD PHQJDMDUNDQ WKDULTDK Syathoriyah, salah satu thariqah PX¶WDEDUDK yang dianggap paling ringan amalannya, thariqah inilah yang diturunkan juga sampai kepada Kiai Asyhari dan

.LDL $KPDG =DELGL 0XQLU

Ponpes Nurul Ummah (yang diasuh oleh

. + $V\KDUL 0DU]XTL DOPDUKXP EHUDGD GL

daerah Kotagede, yang dulunya merupakan kota

WXD \DQJ EHUGLUL VHMDN DEDG NH GDQ SHUQDK

menjadi ibukota kerajaan Mataram Islam yang

(5)

berkembang dua organisasi besar keagamaan, NU dan Muhammadiyah yang dapat berdampingan

GHQJDQ GLQDPLV 0XQLU

Secara kepengurusan, Ponpes Nurul Ummah dapat dibagi menjadi tiga wilayah, pondok putri, pondok mahasiswa putra, dan pondok pelajar putra. Saat ini, dengan berbagai fasilitas yang dimiliki, paling tidak program Ponpes Nurul

8PPDK GDSDW GLNHORPSRNNDQ PHQMDGL

Program informal, yaitu Madrasah Diniyah yang

PHQMDGL VRNRJXUX SRQSHV GDQ 734 3URJUDP IRUPDO PHPLOLNL 0$18 608 07V18 603 GDQ 7.18 3URJUDP SHQGXNXQJ \DLWX

kesantrian dan pengembangan bakat (www.

QXUXOXPPDK FRP

Ponpes ini dapat tetap berkembang dengan dinamis meskipun setelah wafatnya pengasuh. Perkembangan ponpes ini dipengaruhi oleh modal sosial yang kuat, di antaranya faktor kepercayaan, norma, dan kerjasama jaringan

+DPLG 0HQDPEDKNDQ NHVLPSXODQ

Hamid, peneliti mencermati bahwa sosok Kiai Asyhari Marzuqi sangat intens dalam melakukan kaderisasi, baik dalam kepengurusan maupun pengajaran.

Ponpes Nurul Ummah dapat berjalan dan berkembang dengan baik di antaranya karena ditopang oleh peran Pemangku Kepentingan

(stakeholders \DQJ PHPDGDL \DLWX 3HQJDVXK

terdiri dari Kiai Ahmad Zabidi (adik Kiai Asyhari

0DU]XTL *XV 0XVOLP DGLN LSDU .LDL $V\KDUL GDQ 1\DL +M %DURNDK 0DMHOLV 6\XUR \DQJ WHUGLUL GDUL SDUD XVWDG] VHQLRU <D\DVDQ %LQD 3XWUD 3HQJXUXV WHUGLUL GDULsantri putra putri

\DQJ VXGDK OXOXV GLQL\DK +DPLG

3RQSHV $U 5RPOL \DQJ GLDVXK ROHK K.H. Ahmad Zabidi (atau lebih sering disapa Kiai

$KPDG EHUORNDVL GL *LULOR\R WHSDWQ\D GL MDODQ

Sunan Cirebon, dusun Karang Kulon, desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kebanyakan orang mengenal daerah ini dengan sebutan Desa Wisata Wukirsari, karena desa ini menyimpan berbagai warisan

EXGD\D GDUL QHQHN PR\DQJ =XOIDQ

.DPDO PHQ\DWDNDQ EDKZD

kondisi masyarakat di kecamatan Wukirsari ini sudah cenderung homogen, dalam arti mayoritas

EHUDJDPD ,VODP \DNQL KDPSLU SHUVHQ

sisanya pemeluk Katolik dan Kristen. Organisasi Islam yang dominan di daerah ini adalah NU, meskipun ada juga beberapa yang mengikuti Muhammadiyah.

Berbeda dengan Ponpes Nurul Ummah,

3RQSHV $U 5RPOL OHELK PHQHNDQNDQ NHSDGD

pengkajian $O 4XUDQ 3HQJDWXUDQ NHJLDWDQ

keseharian, ponpes ini diampu sendiri oleh Kiai Ahmad dan isteri, dan dibantu beberapa santri senior. Untuk santri dalam, mereka menyebut

SRQSHV LQL GHQJDQ µSRQGRN KDWL¶ GDODP DUWL OHELK

menekankan pada pembinaan pribadi (VDQWUL

menjadi orang yang berakhlak, bahkan ada yang menyatakan bahwa ponpes mereka ini dapat diibaratkan seperti masa hijrah Nabi, yaitu bahwa pengkajian agama mengalir begitu saja. Para santri menyadari bahwa perhatian Kiai Ahmad tidak semata mengkhususkan pada santrinya yang menetap di ponpes, lebih dari itu, beliau mengurusi banyak jamaah, di banyak tempat, meneruskan perjuangan Mbah Kiai Marzuqi (w.

=XOIDQ

Adapun program yang sudah rutin berjalan

DQWDUD ODLQ 6RURJDQ $O 4XUDQ VHXVDL VKDODW MDPDDK NHSDGD .LDL $KPDG ,EX 1\DL

Pengajian kitab seusai shalat subuh dan maghrib;

3HQJDMLDQ UXWLQDQ ZDUJD EDLN PLQJJXDQ

maupun ODSDQDQ EXODQDQ 6HODLQ GDUL LWX santri diharapkan dapat belajar secara mandiri, di luar pendidikan formalnya di luar ponpes dengan sistem pembimbingan santri senior ke santri di

EDZDKQ\D Z =XOIDQ

7UDGLVL Ikhtilaf GDQ %XGD\D 'DPDL SDGD 0DVD /DOX KLQJJD .LQL

Saat diajukan tentang tema LNKWLODI, Kiai

$KPDG =DELGL Z VXDWX NDOL PHQ\DWDNDQ EDKZD

hal penting yang perlu dicermati dalam mengamati

LNKWLODI GL NDODQJDQ SDUD XODPD DGDODK D 7LDS

ulama memiliki dalil yang dianggap benar dan

(6)

selama masih dalam taraf ijtihadi, dan umat tidak harus bersikukuh mengikuti satu ulama atau

NLDLQ\D KDO LQL WLGDN NDNX F )DQDWLN NDGDQJNDOD

diperlukan, tetapi tidak mesti harus seluruhnya mengikuti jalan dan pemikiran satu ulama atau

.LDL \DQJ GLLNXWL G 7LDS PDV\DUDNDW WHQWX

berbeda dalam menghadapi permasalahan atau ikhtilaf, dan hal demikian tidak perlu ditanggapi dengan fanatisme, sebaliknya harus dihadapi dengan bijak. Dalam satu kasus misal para ulama berbeda pandangan terhadap partai politik maka umatnya bebas mengikuti keyakinan hatinya.”

7HUNDLW LNKWLODI yang ada dan terjadi di

SRQSHV $KPDG )DL] Z PHPEHULNDQ GHVNULSVL

kasus sebagai berikut;

a. )LNLK 'DODP ¿NLK PLVDOQ\D IDPLOLDU

dengan LNKWLODI madzhab. Dalam umumnya ponpes, juga di ponpes ini, hal itu sekedar dipelajari, diajarkan, dan tidak sampai

GLSURSDJDQGDNDQ GLEHVDU EHVDUNDQ KLQJJD PHQLPEXONDQ NRQÀLN

b. 7DVDZXI 'DODP EHUWDVDZXI GLNHQDO DGD PDFDP PDFDP WKDULTDK \DQJ EHUEHGD GDQ PHPXQJNLQNDQ SXOD WHUMDGL NRQÀLN GDQ

perpecahan. Meskipun demikian, ada prinsip dasar bahwa ‘meyakini keyakinan sendiri sebagai kebenaran, di satu waktu juga tidak diperbolehkan menganggap salah keyakinan

RUDQJ ODLQ¶

c. 7DIVLU 'DODP tafsir sangat mungkin muncul

LNKWLODI, bisa jadi berseberangan, saling

NRQÀLN WHWDSL DGD tradisi saling tarjih dan

WDKTLT. Contoh tafsir isyari dikritik oleh

ulama tafsir riwayat (karena dianggap

PHQDIVLUNDQ GHQJDQ NKD\DODQ

d. Hadits: Dalam hadits juga berlaku sebagaimana dalam tafsir, mungkin terjadi

LNKWLODIGDQ NRQÀLN

e. Kebijakan: Dalam hal ini dapat dicontohkan dengan perbedaan dalam forum yang mengandung perbedaan pendapat dan pengambilan keputusan, tetapi tidak akan mempengaruhi suasana di luar forum.

Alim Khoiri Z PHPEHULNDQ FRQWRK NDVXV

lain di ponpes, khususnya menyoroti kitab yang

GLDMDUNDQ EDKZD 7UDGLVLLNKWLODI sudah ada dan

GDSDW GLOLKDW VHMDN PDVD 5DVXO VHSHUWL GDSDW

dilihat dalam 6LUDK 1DEDZL\DK )LTK 6LUDK, atau

7DULNK )XTRKD; Pada Ushul ¿TK Abdul Wahab

Khalaf sudah menyinggung adanya perbedaan

ushul EDJDLPDQD PHQXUXW XODPD 6\D¿L\\DK

bagaimana menurut Malikiyah, dan seterusnya;

7DIVLUAyat Ahkam Ash Shabuny, dalam tafsirnya terdapat perincian LNKWLODI berikut argumen yang mendasari, tidak fanatis, tetapi memberikan tarjih secara objektif agar dapat menghargai perbedaan dan interpretasi tafsir; Hadits 1DLOXO

0DUDP, misalnya dapat dijumpai ihtilaf pada

WDWDUDQ XODPD 6\D¿L\\DK 3DN .LDL $OP .LDL $V\KDUL 0DU]XTL PHQJHQDONDQ MXJD 7DIVLU )L

']LODOL O 4XUCDQ yang didalamnya disinggung

SHUPDVDODKDQ HNVWUHP VHSHUWL NRQVHS NKLODIDK

yang disengaja untuk mengenalkan khasanah keilmuan Islam; Pak Kiai Ahmad Zabidi mengkajikan NLWDE 7DIVLU DQ 1DEKDQL GDQ ODLQ

lain.

Permasalahan yang sering menjadi objek

LNKWLODI di kalangan ponpes bersumber dari

WHPD WHPD ¿NLK tafsir, tauhid, dan mungkin juga budaya dan faham.

a. )LNLK PLVDO GDODP KDO SHULEDGDWDQ SDGD

tataran IXUXL\DKyang sumbernya G]DQQ\dan

PDVLK ELVD GLWDIVLUNDQ PDFDP PDFDP WLGDN

sampai membahas yang dalilnya TDWK¶L\. Dapat dicontohkan seperti solat tarweh yang berbeda jumlah rakaat dan caranya; Mengangkat tangan dalam shalat. Diriwayatkan Mbah Zainal, pengasuh Ponpes Krapyak tiap rakaat mengangkat tangan. Sedangkan hadits yang

SRSXOHU PHQ\DWDNDQ ³7DQJDQ GLDQJNDW GDODP

shalat pada tujuh tempat” (w. Kiai Ahmad, A.

)DL]

b. 7DXKLG PLVDO GDODP SHQDIVLUDQ VXDWX D\DW

yang PXWDV\DEELK Z $ )DL] PDVLQJ

masing ulama atau kelompok dapat berbeda interpretasinya sehingga akibat hukum yang ditimbulkan juga berbeda. Contoh kasus misalnya dalam menafsirkan ayat 44, 45, 47

(7)

VXUDW DO 0DLGDK ³ wa man lam yahkum ELPk DQ]DODOOkKX ID XODLND KXP O ND¿UXQ

KXP G] G]DOLPXQ KXP

O IDVLTXQ ´ 'DQ EDUDQJVLDSD \DQJ WLGDN

menghukum menurut apa yang diturunkan

$OODK PDND PHUHND LWXODK RUDQJ RUDQJ \DQJ ND¿U 'DQ EDUDQJVLDSD \DQJ WLGDN PHQJKXNXP

menurut apa yang diturunkan Allah, maka

PHUHND LWXODK RUDQJ RUDQJ \DQJ ]DOLP 'DQ

barangsiapa yang tidak menghukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka

LWXODK RUDQJ RUDQJ \DQJ IDVLT 6HPXD D\DW

ini menurut DVEDEXQ QX]XO berkaitan dengan Ahli Kitab. Akan tetapi, oleh sekelompok ulama diselewengkan, digeneralisir, menjadi sebuah ungkapan bahwa siapa saja yang tidak

PHQJLNXWL DJDPD $OODK DGDODK ND¿U 'HPLNLDQ

halnya dalam mencap kelompok lain sebagai orang murtad atau berlaku ELG¶DK (w. Kiai

$KPDG

c. Politik: Sosok almarhum Kiai Asyhari Marzuqi semasa hidupnya dikenal aktif dalam kegiatan sosial dan organisasi, utamanya dalam wadah NU. Beliau juga ikut dalam pendirian salah satu partai, waktu itu PKB (Partai Kebangkitan

%DQJVD .HQGDWL GHPLNLDQ EHOLDX WLGDN

berkenan aktif masuk dalam partai apapun,

WHUPDVXN 3.% GHPL PHQJKLQGDUL KDO KDO

yang tidak diinginkan juga menjaga diri agar terbebas dari politik. Beliau menyadari bahwa politik itu penting, tetapi beliau menghindari fanatisme yang mungkin terjadi. Salah satu sikap prefentif beliau yang diingat santri antara lain himbauan beliau untuk tidak memakai atribut partai seperti kaos di lingkungan

SRQSHV Z $ .KRLUL

d. *HQGHU 3HUPDVDODKDQ JHQGHU GDQ KDN

asasi secara umum memang seringkali berbenturan dengan konsep dan prinsip dasar ponpes. Salah satu contoh, di Nurul Ummah, peraturan antara santri putra dan putri tetap dibedakan. Hal ini bersifat kodrati dan prinsipil. Bukan berarti ponpes menolak sama sekali wacana gender, tetapi lebih pada bahwa ponpes memiliki kebijakan dan kewengan

sendiri dalam mengatur rumah tangganya.

$GD EDWDVDQ EDWDVDQ WHUWHQWX VDDW SHUDWXUDQ

ponpes lebih harus dimenangkan daripada

DODVDQ +$0 GDQ *HQGHU +DO LQL PXQJNLQ PHQLPEXONDQ NRQÀLN PHVNLSXQ KDQ\D

terpendam, dan dianggap sebagai konsekuensi logis peraturan ponpes yang harus ditempuh

VDQWUL Z $ .KRLUL

e. Budaya: sinoman laden pada waktu hajatan,

tahlilan, PXTRGGDPDQ Z $ .KRLUL

I ,NKWLODI terjadi karena dipengaruhi banyak

aspek dan tidak datang dengan sendirinya, misalnya ada perbedaan tingkat pendidikan, kematangan psikologis, situasi sosial politik, perbedaan pemahaman aliran teologi,

LGHRORJL GDQ ODLQ ODLQ Z $ )DL] $ .KRLUL .LDL $KPDG =DELGL Z PHQ\DWDNDQ

bahwa saat menghadapi LNKWLODI, baik ulama pada masa lalu atau sekarang pada umumnya adalah mengembalikan atau merunut kepada sanad, madzhab, untuk menjaga lebih aman,

EXNDQ EHUDUWL PHPEDWDVL DNDO $KPDG )DL] Z

mengatakan bahwa ulama ada yang menyikapi

GHQJDQ GLDP DGD \DQJ PHQJ counter balik dengan lembut, keras, dan seterusnya. Menurut

$OLP .KRLUL Z WLGDN GDSDW GLSXQJNLUL EDKZD

LNKWLODI adalah hal yang niscaya, semacam

sunnatullah, dari dulu pun hal seperti itu sudah

biasa terjadi. Hal yang perlu dilakukan umat setelahnya adalah berkaca dari peristiwa masa lampau kemudian berusaha bersikap toleran, bijaksana, dan arif.

Ada beberapa langkah yang sering ditempuh dan dilakukan oleh para ulama dari masa ke masa

Z .LDL $KPDG $ .KRLUL GL DQWDUDQ\D DGDODK

sebagai berikut.

a. Silaturahmi. Hal ini dimaksudkan sebagai jalan paling efektif untuk menghalau LNKWLODI

GDQ NRQÀLN 0HVNLSXQ GDODP VLODWXUDKPL

tidak selalu harus dilanjutkan dengan pembahasan permasalahan dan dialog, tetapi paling tidak merupakan pengakuan untuk

PHODQJJHQJNDQ UDVD ¿WUDK PDQXVLD VHEDJDL

(8)

E 5HPEXJ GLDORJ ,QL DGDODK NXQFL GDODP

mengawali memecah kebekuan pihak yang berselisih. Dalam kasus skala besar, dialog perlu diadakan dari tingkat pusat atau atas baru disalurkan ke bawah.

F 7DED\XQ GDSDW GLDUWLNDQ VHEDJDL NODUL¿NDVL

Dalam menghadapi suatu kasus, perlu kepala dingin dan mau berlapang hati mendengar pendapat antarkedua belah pihak dari dua sisi yang berbeda.

G ,VODK, yaitu mengupayakan cara damai antara

kedua belah pihak yang berselisih dengan prinsip keadilan dan saling menguntungkan, dan jika perlu menggunakan perantara

hakam MXUX GDPDL IDVLOLWDWRU PHGLDWRU

Ada pula media lain yang sering pula digunakan dalam komunitas ponpes selain cara

GL DWDV Z $ )DL] VHSHUWL

a. Debat, dalam rangka mengakomodir perbedaan pendapat dalam forum yang ilmiah dan berdasar.

E Bahtsul masail, dilakukan dalam pembahasan

NDVXV NDVXV WHUWHQWX \DQJ PHQMDGL EDKDQ

polemik yang nyata dihadapi masyarakat. Seringkali hasil jawaban dari forum ini masih tetap tidak mengangkat satu suara mufakat, melainkan memenangkan pendapat yang

OHELK NXDW DWDX OHELK EHUKDWL KDWL GHQJDQ

tetap menghargai pendapat yang berbeda, meskipun lemah.

c. Perlombaan, dimaksudkan lebih kepada ajang silaturahmi dan mempertemukan dua pihak atau lebih secara sportif.

d. Meminta fatwa. Kadangkala langkah ini didahulukan dan dapat menjadi prioritas utama yang dapat ditempuh oleh umat maupun para ulama dalam menghadapi masalah ataupun LNKWLODI, yaitu dengan mendatangi ulama yang dianggap lebih khoss, lebih alim, dituakan sehingga dapat dijadikan hujjah.

H ,VWLNKDUDK. Ulama atau Kiai seringkali setelah

menempuh beberapa cara untuk menghadapi

LNKWLODI, kemudian melanjutkan dengan

melakukan shalat istikharah dan bermunajat kepada Allah agar berkenan memberikan petunjuk dan solusi yang paling tepat.

I Bertaruh. Istilah ini hanya ungkapan kasar

saja untuk menggambarkan sikap dua pihak atau ulama yang berbeda pendapat, kemudian tidak dapat memenangkan satu pendapat yang dianggap benar. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ada prinsip ijtihadi

berbunyi ‘barangsiapa yang ijtihadnya benar akan mendapat dua pahala, sementara yang ijtihadnya salah mendapat satu

SDKDOD¶ VHKLQJJD SHUEHGDDQ SHQGDSDW WLGDN

menemukan satu suara.

.LDL $KPDG Z PHQDPEDKNDQ EDKZD

tindak lanjut penyemaian damai yang dilakukan di kalangan ponpes tidak terhenti pada islah, melainkan salah satunya dengan kaderisasi, yaitu dengan membina santri yang dididik nantinya diharapkan dapat menjadi perpanjangan tangan dari Kiai atau ponpes untuk menjembatani permasalahan di lapangan, juga dapat mengasuh dan mengayomi masyarakat.

'DODP ELQJNDL SRQSHV 18 WRNRK WRNRK

yang berperan dalam penyemaian budaya damai antara lain; Kiai, sebagai sosok sentral; Ustadz dan Pengurus; Santri; Alumni ponpes yang sudah

DGD GL PDV\DUDNDW SDUD SHQJXUXV 18 3%18 GDQ ODLQ ODLQ

.LDL $KPDG Z PHQFHULWDNDQ EDKZD SHUQDK

suatu kali K.H. Hasyim Muzadi mewakili PBNU

PHQMDGL MXUX ELFDUD EHUNXQMXQJ NH 1HJDUD QHJDUD 7LPXU 7HQJDK GDQ %DUDW XQWXN PHQMHODVNDQ

keadaan umat Islam di Indonesia lebih khusus

ODJL ZDUJD 18 3RLQ SRLQ \DQJ GLSDSDUNDQ . +

Hasyim Muzadi dalam kunjungannya tersebut antara lain; Menerangkan dan menawarkan konsep NU; Menawarkan kedamaian ala NU; Menerangkan Islam menurut sudut pandang

18 0XVOLP ,QGRQHVLD EDKZD VHEHQDUQ\D

bukan teroris, melainkan berkeyakinan bahwa umat Islam diperbolehkan menurut aturan agama Islam berlaku keras, jika diusir, diserang, atau hak yang dirampas; Menerangkan bahwa terorisme (LUKDE EXNDQODK DMDUDQ LVODP NDUHQD

(9)

Islam adalah rahmatan lil âlamîn.

Kendati para kaum ponpes identik dengan

SHQ\HPDL EXGD\D GDPDL $KPDG )DL] Z

memberikan catatan bahwa tidak serta merta semua Kiai, ustadz, atau santri dan alumni santri disebut sebagai penyebar budaya damai. Hal ini akan menjadi kondisional saat seseorang yang merupakan warga ponpes menyimpang dari ajaran budaya damai atau bahkan mempropagandakan perpecahan umat, saat demikian maka masyarakat perlu menilai dengan bijak bahwa sebenarnya ia berbicara atau bersikap atas nama pribadi bukan cerminan atau perwakilan kaum ponpes pada umumnya. Seperti contoh, jika ada Kiai yang mempropagandakan jihad yang mengarah terorisme atau bertindak

GDQ EHUIDWZD ND¿U PXUWDG ELG¶DK NHSDGD

umat Islam lain, maka dia bukan penyemai

EXGD\D GDPDL EDKNDQ LGHQWLWDV µNHVDQWULDQQ\D¶

dipertanyakan.

6LVWHP 3URVHV GDQ 6DUDQD 0HQJLPSOH PHQWDVLNDQ %XGD\D 'DPDL

Berangkat dari sebuah sabda Nabi, selayaknya

VXGDK GDSDW GLMDGLNDQ VHEDJDL SDWRNDQ PHZDNLOL YLVL PLVL SRQSHV Z .LDL $KPDG \DLWX Laisa PLQQk PDQ ODP \DUKDP VDJKvUDQk ZD \XTvUX

NDEvUDQk + 5 ,PDP .KDPVDK \DQJ DUWLQ\D

³7LGDN WHUPDVXN SHULODNXNX VXQQDKNX DJDPDNX

orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil dan menghormati yang lebih besar.” Pembaca hadits ini sudah selayaknya meyakini dalam hatinya seperti, “Kalau saya tidak mengikuti ini, maka

VHPDNLQ MDXK GDUL VXQQDK 5DVXO ´ %HUDQJNDW GDUL

hadits ini pula, seseorang mengetahui ajaran bersikap kepada orang lain; baik ke bawah, yaitu kepada orang yang lebih kecil secara umur ataupun keilmuan; ke samping, yaitu kepada orang sepadan; dan ke atasnya, yaitu orang yang lebih tua atau lebih tinggi ilmu dan derajatnya. Jika tuntunan dalam bersikap dimulai dari tiap pribadi sudah baik, maka bersikap kepada orang luar, masyarakat, bahkan lingkup bangsa dan negara akan berjalan baik. Dengan demikian, berangkat dari hadits ini saja, apabila diterapkan dengan sepenuhnya, maka kedamaian akan

datang dengan sendirinya.

Pengajaran budaya damai di ponpes Nurul Ummah sudah menyatu dalam proses belajar mengajar, dalam arti tidak ada kurikulum

WHUVHQGLUL Z $ )DL] 3HQJDMDUDQ EXGD\D

damai tidak ditanamkan secara langsung, tetapi terkandung dalam kurikulum yang sudah ada, seperti dalam mata pelajaran akhlak, hadits, dan tafsir, yang hal itu berlangsung secara alamiah

Z $ .KRLUL

Ada satu kata kunci yang dijadikan pegangan dalam budaya damai ini, yang juga merupakan

UHÀHNVL GDUL SHPDNQDDQ hadits di atas, yaitu

µWROHUDQ¶ %HUDQJNDW GDUL NHVDGDUDQ WHUKDGDS KDN

dan kewajiban serta dapat menempatkan sesuai tempatnya, maka secara logis akan memunculkan sifat toleran. Dengan demikian, menempatkan sesuai posisi dapat pula digunakan untuk

PHQ\HEXW µGDPDL¶ 6HPHQWDUD LWX EHQWXUDQ \DQJ

ada dan sering terjadi di masyarakat umumnya

GLVHEDENDQ NDUHQD µRYHU DFWLQJ¶ GDODP DUWL DGD

kewajiban di dalamnya yang kurang diperhatikan

DWDX KDN \DQJ NXUDQJ WHUSHQXKL Z .LDL $KPDG

Menurut Kiai Ahmad, dapat dikatakan hampir semua kegiatan di ponpes mencerminkan budaya damai. Misalnya dalam proses kegiatan belajar mengajar, paling tidak di dalamnya terjadi transfer ilmu yang dapat mengarah kepada kedamaian serta ada interaksi antara santri dengan ustadz, atau sesama santri dengan pola atau prinsip yang damai.

$KPDG )DL] Z PHQ\DWDNDQ KDO VHUXSD

bahwa dapat dikatakan, semua kegiatan mengandung budaya damai. Jika kegiatan harian di ponpes diurutkan misalnya dari bangun pagi, mulai shalat subuh berjamaah, wiridan, mengaji, mandi, makan bersama, dan seterusnya hingga tidur kembali, kesemuanya terdapat pembiasaan untuk berlaku tertib, GLVLSOLQ GDQ ODLQ ODLQ

sehingga dengan sendirinya akan memunculkan kedamaian.

$OLP .KRLUL Z EHUGDVDUNDQ SHQJDODPDQ

dan pengamatannya selama di ponpes Nurul Ummah, menyatakan bahwasanya nilai toleransi

(10)

di ponpes ini dapat dianggap sudah cukup. Dapat

GLFRQWRKNDQ PLVDOQ\D 'L PDVMLG DO )DUXT 1XUXO 8PPDK WLGDN PHODQWXQNDQ µSXMLDQ¶ EDFDDQ VKDODZDW DWDX SXML SXMLDQ VHEDJDL MHGD PHQXQJJX

LTDPDK VHEDJDLPDQD OD]LPQ\D GLODNXNDQ

di masjid atau mushala NU; Pengaturan

PLFURSKRQH saat pengajian berlangsung, sifatnya

adalah lokal ponpes sehingga tidak ada pengeras suara yang mengarah ke luar ponpes, kecuali pada pengajian akbar yang insidental; Pada saat ponpes mengadakan acara besar seperti haul, perayaan akhir sanah V\DZDODQ GDQ ODLQ ODLQ

selalu merangkul dan melibatkan masyarakat sekitar dan jamaah umum; Warga ponpes ikut berbaur pada kegiatan masyarakat seperti ronda,

WDN]L\DK ZDOLPDK GDQ ODLQ ODLQ

$OLP .KRLUL Z PHQDPEDKNDQ VHODPD LQL

interaksi warga ponpes dengan orang luar (yang

PXQJNLQ NXUDQJ VHSDKDP GHQJDQ SRQSHV PDVLK EHUMDODQ EDLN EHOXP WHUGHQJDU VXDUD VXDUD

negatif. Selain itu, sosok Kiai (Alm. Kiai Asyhari

0DU]XTL VHPDVD KLGXS VHODOX GDSDW GLMDGLNDQ

panutan ajaran akhlak terutama bagi para santri baik secara lesan maupun perbuatan.

Dalam rangka menggambarkan penerapan budaya damai dalam lingkup ponpes atau warga NU pada umumnya, salah satu caranya dengan mengamati sarana yang dipergunakan dalam ponpes. Sarana yang langsung dapat diamati oleh peneliti adalah melalui NLWDE kitab yang diajarkan di ponpes serta kegiatan keseharian yang ada di dalamnya, meskipun juga ada sarana lain yang bersifat insidental ataupun tidak langsung.

.LWDEkitab yang diajarkan di ponpes pada umumnya dan juga ponpes Nurul Ummah dapat dikategorikan secara garis besar menjadi; tafsir,

KDGLWV ¿NLK WDXKLG WDULNK tasawuf dan akhlak,

GDQ LOPX DODW QDKZX VKDUDI 6HFDUD XPXP NLWDE kitab tersebut masuk dalam kurikulum bahan ajar untuk santri. Di samping itu, mungkin ditemui NLWDE kitab tabib dan pengobatan, doa, berbagai shalawat dan PDQDTLE, dan sastra, yang secara langsung tidak dimasukkan dalam kurikulum. Dalam penelitian ini, dibatasi pada

NLWDE kitab yang masuk kurikulum yang dinilai

berkaitan dengan tema penelitian, budaya damai.

7HUNDLW NXULNXOXP GL SRQSHV 1XUXO 8PPDK

Alm. Kiai Asyhari Marzuqi sudah melangkah lebih jauh dalam pengajaran kitab. Beliau tidak hanya menyajikan NLWDE kitab klasik yang biasa diampu dan dijadikan referensi dalam ponpes, melainkan sudah mengakomodir NLWDE kitab karya ulama kontemporer yang juga dapat dikaji dan diikuti perkembangannya. Selain bertujuan untuk mengenalkan berbagai pemikiran dan faham lain dalam berbagai tema kajian kitab, beliau juga menekankan dan mengajak para santri dan umat untuk lebih terbuka dalam menghadapi perbedaan pendapat dan faham, tidak gagap dan tidak berpola pikir sempit dalam beragama. Sebagai contoh dalam tema tafsir, Kiai Asyhari termasuk pembaharu dalam mengusung tafsir DO 0DUDJK\ yang dulu masih kontrofersial di hadapan para ulama, sebagai pembanding dan penyanding WDIVLU tafsir lain yang sudah familiar seperti -DODODLQ 0XQLU DO $OXV\, dan lain sebagainya. Demikian juga dalam tema hadits, misalnya dikaji kitab 1DLOXO 0DUDP yang merupakan kitab KDGLWV WHQWDQJ KXNXP KXNXP GDUL HPSDW PDG]KDE Z .LDL $KPDG $ .KRLUL

$KPDG )DL] Z PHQDPEDKNDQ WHUNDLW

materi kitab yang diajarkan bahwa prinsip pokoknya, ponpes Nurul Ummah bersifat terbuka pada semua tafsir baik lama maupun kontemporer, dengan tetap diantarkan oleh Kiai, ustadz, terlepas isinya sesuai atau tidak dengan prinsip NU. Dalam kitab hadits yang dikajikan, di dalamnya dipaparkan pendapat dan dialog ulama empat madzhab secara tidak berpihak.

.LWDE ¿NLK \DQJ GLDMDUNDQ PHQFDNXSkitab klasik hingga kontemporer dan mengajak berpandangan terbuka dan toleran. Kitab tauhid diajarkan secara bertingkat, dan semakin tinggi akan memberikan cara pikir yang lebih rumit dalam memahami ketuhanan. Kitab akhlak mengajarkan sikap santri dalam menuntut ilmu dan bergaul dengan sesama manusia pada umumnya. Kitab tasawuf diajarkan

VHEDJDL SHQ\HLPEDQJ LOPX LOPX ODLQ GHQJDQ

prinsip memperbaiki diri kemudian bersosialisasi sekaligus menyebarkan dan menularkan kebaikan.

(11)

Berbagai kegiatan yang dapat diamati dalam keseharian ponpes jika disebutkan antara lain dapat dijumpai; shalat berjamaah, wirid dan dzikir berjamaah, berbagai macam shalawatan, khataman $O 4XUDQ pengajian, musyawarah,

EDKWVXO PDVD¶LO, belajar bersama, makan

bersama, pembinaan kesenian dan ketrampilan,

UD¶DQ, antre, bermain dan berolahraga, piket

bersama, peraturan dan sangsi, proses mediasi atau pengadilan di kalangan santri, dan lain sebagainya.

.LDL $KPDG $KPDG )DL] $OLP .KRLUL GDQ VDQWUL VDQWUL ODLQQ\D Z VHSDNDW PHQ\DWDNDQ

bahwa semua kegiatan keseharian yang ada di ponpes sudah cukup mewakili untuk menggambarkan budaya damai. Kegiatan yang

GLODNXNDQ EHUVDPD VDPD DNDQ PHPSHUOLKDWNDQ NHUXNXQDQ GDQ NHEHUVDPDDQ VHFDUD NDVDW PDWD

dan kedamaian yang mungkin tak terlihat indera. Di lingkup luar pagar ponpes, Kiai Ahmad dan

$KPDG )DL] Z PHQ\HEXWNDQ EHEHUDSD FRQWRK

kegiatan santri yang mengapresiasikan budaya damai misalnya; Mengadakan bakti sosial;

3HQJDMLDQ EXODQ 5DPDGKDQ 0DXOLG GDQ WLDS DNKLU WDKXQ DMDUDQ 734 GL GDHUDK ODKDQ GDNZDK

LP2M (Lembaga Pengabdian dan Pengembangan

0DV\DUDNDW RUJDQLVDVL GL SRQSHV 1XUXO 8PPDK VHSHUWL GL *XQXQJ .LGXO GDQ %DQWXO 0HQJKDGLUL

undangan warga sekitar untuk mengadakan

VKRODZDWDQ SDGD DFDUD DFDUD ZDUJD VHSHUWL

hajatan nikahan, khitan, aqiqah, atau kematian; Menghadiri undangan untuk acara yasinan, tahlil, atau khataman $O 4XUDQ 3HQJDMLDQ EDLN

di kalangan sendiri maupun yang diadakan oleh ponpes lain seperti saat mengadakan haul dan

KDÀDK DNKLULVVDQDK; Demikian juga sebaliknya

jika ponpes Nurul Ummah mengadakan acara serupa, maka akan melibatkan peran warga serta mengundang jamaah secara umum seperti di daerah Imogiri pada peringatan 0DMPX¶DQ, panen raya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. Acara ini diisi dengan shalawatan, tahlil bersama, dan pengajian, kemudian ditutup dengan makan bersama. Lebih jauh lagi, menurut pengakuan seorang santri Nurul Ummah, pesan trend

,OPX *LUL %DQWXO SHUQDK PHJJHODU mujahadah

antaragama, yaitu doa bersama dari berbagai agama dengan memohon tercapainya tujuan yang sama, yang terjadi secara insidental. Ahmad

)DL] PHQFHULWDNDQ MXJD EDKZD EXGD\D NHUMD EDNWL

dan gotong royong para santri tidak tersekat agama, selama tidak dalam hal kemungkaran, seperti VDQWUL /HWHK 5HPEDQJ SHUQDK VDPEDWDQ

membangun Klenteng.

3HVDQ GDQ 1LODL 'DPDL \DQJ 7HUNDQGXQJ Secara sistem dan kurikulum, ponpes memang sudah berusaha menekankan prinsip

WDIDTTXK ¿ G GLQ. Hal ini tercermin dalam

penekanan pendidikan agama dan keagamaan dalam porsi yang lebih besar dibandingkan dengan pendidikan umum. Jika sistem yang sudah ada dapat terlaksana dengan baik, tentunya harapan besar untuk mencetak kader bangsa yang berakhlak mulia, dapat lebih mudah tercapai. Adapun jika ditemukan alumni ponpes yang berpredikat tidak baik, tentunya tidak serta merta dapat disalahkan ponpes sebagai lembaga yang mencetaknya. Sebaik apapun sebuah lembaga

SHQGLGLNDQ MLND IDNWRU SHUVRQLO GDQ LQGLYLGXQ\D

tidak baik, tentu hasilnya juga kurang baik.

'DVDU GDVDU nilai perdamaian yang tercipta dan diaplikasikan oleh ponpes tidak lepas dari

GDVDU GDVDU XPXP GDODP ,VODP \DQJ VXGDK DGD

baik dari dalil QDTOL\DK ($O 4XUDQ GDQ KDGLWV

ataupun dalil DTOL\DK (ijma, qiyas, dan dapat

GLWDPEDKNDQ IDWZD 'DVDU GDVDU WHUVHEXW WLGDN

hanya digunakan dalam rangka menghadapi suatu kasus saja, tetapi seiring dengan dipelajari berkesinambungan akan melahirkan pemahaman dan QLODL nilai dalam melaksanakan kehidupan di dunia ini. Demikian halnya berlaku pada budaya damai yang ada di ponpes, itu dilatarbelakangi

SXOD ROHK GDVDU GDVDU WHUVHEXW

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menyatakan bahwa paling tidak kaum ponpes memiliki ciri, di antaranya, 3HUWDPD memiliki

VRVRN ¿JXU .LDL 3HQJDVXK 8VWDG] \DQJ

dijadikan panutan baik sikap maupun pemikiran, meskipun tidak mendominasi secara keseluruhan.

(12)

Kedua, tetap menjaga sikap toleran baik dengan sesama Muslim maupun non Muslim. Ketiga,

PHQGXNXQJ 1.5, VHXWXKQ\D VHKLQJJD NHJLDWDQ GDQ JHUDNDQ \DQJ PHURQJURQJ 1.5, WLGDN

mencerminkan ponpes yang sebenarnya.

PENUTUP

Secara umum, ponpes Nurul Ummah dan

SRQSHV $U 5RPOL EHOXP SHUQDK PHQJDODPL NRQÀLN HNVWHUQDO \DQJ GLDQJJDS ODWHQ GDQ GLWDQJJDSL GHQJDQ PDQDMHPHQ NRQÀLN \DQJ

mendalam. Meskipun demikian, secara teoritis,

NHGXD SRQSHV LQL VXGDK PHQJDSOLNDVLNDQ SULQVLS

prinsip budaya damai dan dapat menghadapi

LNKWLODI dengan bijaksana. Adapun sebagai akhir

tulisan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut;

a. .RQ¿JXUDVL LNKWLODI dalam tubuh ponpes utamanya di lokasi penelitian, muncul dalam

EHUEDJDL PDFDP YDULDQ 'L DQWDUDQ\D DGDODK

3HUWDPD, LNKWLODI yang mengarah pada

SHUVRDODQ ¿NLK SDGD WDWDUDQIXUXL\\DKyang sumbernya G]DQQ\ tidak sampai membahas yang dalilnya TDWK¶L\. Kedua, LNKWLODI siyasy

(SROLWLN Ketiga, LNKWLODI jinsiyah JHQGHU

hal ini sebagaimana tercermin dalam kondisi yang terjadi di ponpes Nurul Ummah, peraturan antara santri putra dan putri tetap dibedakan. Hal ini bersifat kodrati dan prinsipil.

b. Langkah bijak dalam menyikapi budaya

LNKWLODI dapat ditempuh dalam beberapa cara,

di antaranya adalah dengan; silaturahim,

UHPEXJ GLDORJ WDED\XQ NODUL¿NDVL GDQ

islah.

c. Di antara sarana yang dapat mengantarkan masyarakat ponpes menuju budaya damai adalah melalui NLWDE kitab yang diajarkan di ponpes. Selain itu, sarana lainnya dapat

EHUEHQWXN NHJLDWDQ NHJLDWDQ \DQJ VHFDUD

tidak langsung diarahkan pada pembentukan karakter humanis dan toleran.

d. 3URVHV SURVHV SHUGDPDLDQ \DQJ GLODNXNDQ

di pondok ponpes berjalan secara alamiah,

terutama lewat pengajaran NLWDE kitab

\DQJ GLSLOLK MXJD NHJLDWDQ NHJLDWDQ \DQJ

dilaksanakan.

e. 'DVDU GDVDU GDUL EXGD\D GDPDL VXGDK

menjadi patokan umum baik dasar QDTOL\DK

maupun DTOL\DK yang diaplikasikan dalam pelaksanaan di pondok ponpes.

DAFTAR PUSTAKA

$O $VKIDKDQL 0XKDPPDG ELQ 0XKDPPDG DO 5DJKLE $O 0XIUDGDW ¿ *KDULE

Al-4XUDQ 0LVU 0XVWKDID DO +DOE

)DUFKDQ +DPGDQ GDQ 6\DULIXGGLQ

7LWLN 7HQJNDU 3HVDQWUHQ 5HVROXVL .RQÀLN

3HVDQWUHQ. <RJ\DNDUWD 3LODU 5HOLJLD

Haedari, Amin, dkk. 2004. 0DVD 'HSDQ 3HVDQWUHQ GDODP 7DQWDQJDQ 0RGHUQLWDV

GDQ 7DQWDQJDQ .RPSOHNVLWDV *OREDO

-DNDUWD ,5' 3UHVV

Hamid. 2010. 0RGDO 6RVLDO 6RVLDO &DSLWDO GL

3HVDQWUHQ 1XUXO 8PPDK 6WXGL WHQWDQJ

PRGDO VRVLDO SUD GDQ SDVFD NHSHPLPSLQDQ

.+ $V\KDUL 0DU]XTL. <RJ\DNDUWD 7HVLV

)DNXOWDV ,OPX 6RVLDO GDQ 3ROLWLN 6HNRODK 3DVFDVDUMDQD 8*0Yogyakarta.

Haroen, Ahmad Musthofa. 2009. “Pesantren

0HQJKDGDSL (UD *OREDOLVDVL 6WXGL WHUKDGDS .HLOPXDQ 3HVDQWUHQ GDQ 7HNQRORJL ,QIRUPDVL GDQ .RPXQLNDVL´ GDODP 6XGDU (G

.KD]DQDK ,QWHOHNWXDO 3HVDQWUHQ. Jakarta:

CV. Maloho Jaya Abadi.

+LURNR +RULNRVKL .LDL GDQ 3HUXEDKDQ

Sosial, Jakarta: P3M.

.DPDO $KPDG )DX]L Tarekat Syattariyah.

<RJ\DNDUWD 6NULSVL )DNXOWDV 8VKXOXGGLQ

UIN Yogyakarta.

0DV¶XG $EG 5DKPDQ ³0HPDKDPL $JDPD

Damai Dunia Pesantren” dalam Nuhrison, M.

1XK HG 3HUDQDQ 3HVDQWUHQ 'DODP

0HQJHPEDQJNDQ %XGD\D 'DPDL. Jakarta:

(13)

0XKDGMLU 1RHQJ. 2002. 0HWRGRORJL 3HQHOLWLDQ

.XDOLWDWLI. <RJ\DNDUWD 5DNH 6DUDVLQ

Munir, Ahmad dkk. 2009. Cahaya Keikhlasan

%LRJUD¿ . + $\KDUL 0DU]XTL Yogyakarta: Nurma Media Idea.

1D¿V 0XKDPPDG 0XQWDNKLEXQ

“Pesantren dan Pluralisme Meretas Kerukunan Beragama Kaum Santri”

GDODP 6XGDU (G .KD]DQDK ,QWHOHNWXDO

3HVDQWUHQ. Jakarta: CV. Maloho Jaya Abadi.

1DNKD¶L ,PDP 5HODVL 7HNV .HLOPXDQ

3HVDQWUHQ 'DQ %XGD\D 'DPDL. Jurnal

(GXNDVL 9RO 1R -XOL 6HSWHPEHU

Jakarta: Balitbang Kemenag.

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik

.XDOLWDWLI %DQGXQJ 7DUVLWR

1DYDUR &DVWUR /RUHWWD GDQ -DVPLQH 1DULR *DODFH 3HDFH (GXFDWLRQ D 3DWKZD\

WR &XOWXUH RI 3HDFH VHFRQG (GLWLRQ WKH

Center for Peace Education, Mirriam College:

4XH]RQ &LW\ 3KLOLSSLQHV

6RHODLPDQ 0 0XQDQGDU Dinamika

0DV\DUDNDW 7UDQVLVL Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Zubaidi, Muhammad Addib. 2007. Sistem SHQGLGLNDQ GDNZDK 3RQSHV 1XUXO +DURPDLQ

3XMRQ 0DODQJ 'DQ 3HUNHPEDQJDQQ\D

-XUQDO RQOLQH XP DF LG

Zulfan, Muhammad. 2012. .RQVHS .HOXDUJD 6DNLQDK 0HQXUXW 0DMHOLV 7D¶OLP 3RQSHV DU

5RPOL. <RJ\DNDUWD 6NULSVL )DNXOWDV 6\DULDK

UIN Yogyakarta. www.nurulummah.com

,QIRUPDQ

0 1XUFDK\R WDKXQ 6WDI 3HNDSRQWUHQ .DQZLO

Kemenag <RJ\DNDUWD

K.H. Ahmad Zabidi Marzuqi, 57 tahun, pengasuh

3RQSHV $U 5RPOL *LULOR\R %DQWXO

Mohammad Zulfan. 25 tahun, santri senior dan

SHQJXUXV 3RQSHV $U 5RPOL

$KPDG )DL] ) WDKXQ SHQJXUXV 3RQSHV 1XUXO 8PPDK

M Alim Khoiri, 25 tahun, Pengurus Ponpes Nurul

8PPDK

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan struktur dan pola ruang kawasan dalam dinamika pembangunan kawasan kota baru Moncongloe - Pattallassang mengondisikan perubahan interaksi, relasi ekonomi,

Apakah kekuatan mekanis bambu laminasi yang terkena tumpahan bahan bakar dan minyak pelumas masih memenuhi regulasi BKI tahun 2013 tentang Kapal Kecil ≤ 24 meter sebagai

Pebisnis yang mengadakan perjanjian tentu saja adalah para pihak yang bergerak dalam bidang bisnis yang dalam hal ini mengikatkan dirinya dalam suatu

Pada tahap selanjutnya parameter- parameter tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan misalnya menentukan laju absorpsi, metabolisme dan ekskresi melalui urin:

Tanggung jawab orangtua atas kesejahteraan anak mengandung kewajiban memelihara dan mendidik anak sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan

Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Sumberingin Jombang dengan menerapkan Model Pembelajran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together). Data hasil obervasi pelaksanaan

Dalam sebuah teori filsafat, kepercayaan terhadap Tuhan sebagai sumber kebenaran mutlak harus diyakini sepenuh hati dan tidak ada keraguan. Oleh karenanya, kebenaran teori fil