• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variasi Serat Ampas Tebu dengan Matrik Phenolic Resin terhadap Tingkat Keausan, Kekerasan, dan Koefisien Gesek sebagai Bahan Alternatif Kampas Rem Non Asbestos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Variasi Serat Ampas Tebu dengan Matrik Phenolic Resin terhadap Tingkat Keausan, Kekerasan, dan Koefisien Gesek sebagai Bahan Alternatif Kampas Rem Non Asbestos"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VARIASI SERAT AMPAS TEBU DENGAN

MATRIK PHENOLIC RESIN TERHADAP TINGKAT

KEAUSAN, KEKERASAN, DAN KOEFISIEN GESEK SEBAGAI

BAHAN ALTERNATIF KAMPAS REM NON ASBESTOS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

oleh :

MUHAMAD ANDRIYANTO D200140147

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH VARIASI SERAT AMPAS TEBU DENGAN MATRIK PHENOLIC RESIN TERHADAP TINGKAT KEAUSAN, KEKERASAN, DAN KOEFISIEN GESEK SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF KAMPAS

REM NON ASBESTOS

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi serat ampas tebu dengan matrik phenolic resin terhadap tingkat keausan, kekerasan, dan koefisien gesek sebagai bahan alternative kampas rem non asbestos, terhadap hasil kekerasan kampas rem yang dihasilkan dalam skala shore D, berikut keausan dan koefisien gesek.Penelitian ini menggunakan bahan serat ampas tebu, barium sulfat

(BaSo4), kalsium karbonat (CaCo3), phenolic resin, blackcarbon, serbuk aluminium.

Pengujian gesek menggunakan standar SNI 09-2663-1992, sedangkan uji kekerasan menggunakan standar ASTM D2240. Hasil uji kekerasan menunjukkan bahwa penambahan serat ampas tebu akan menambah nilai kekerasan dikarenakan mempunyai karakteristik keras dan ulet, hal ini ditunjukkan pada hasil variasi 3 gram serat ampas tebu yaitu 84.83 skala shore D. Hasil keausan terbaik pada kondisi kering pada kampas rem variasi 1 gram serat ampas tebu yaitu 136,40 mm3/jam, sedangkan pada kondisi air dan oli nilai kausan tertinggi pada kampas variasi 3 gram serat ampas tebu yaitu 186,41 mm3/jam dan 77,29 mm3/jam. Hasil terbaik Pengujian gesek variasi 1 gram serat ampas tebu didapat koefisien gesek pada kondisi kering dan air yaitu 0.70 , dan 0,69 , dan pada kondisi oli nilai koefisien tertinggi pada variasi 3 gram serat ampas tebu yaitu 0,59 , jadi dapat dideskripsikan penambahan serat ampas tebu yang tepat akan menambah nilai kekerasan, mengurangi nilai keausan dan menambah nilai koefisien gesek kampas rem pada kondisi tertentu.

Kata kunci : Kampas Rem, Serat Ampas Tebu, Koefisien Gesek.

Abstract

This study aims to determine the effect of variations of bagasse fiber with phenolic resin matrix on the level of wear, hardness, and coefficient of friction as a non asbestos brake lining alternative, on the results of brake lining violence produced on the D shore scale, along with wear and coefficient of friction.This research uses bagasse fiber, barium sulfate (BaSo4), calcium carbonate (CaCo3),

phenolic resin, blackcarbon, aluminum powder. Friction testing uses the SNI 09-2663-1992 standard, while the hardness test uses the ASTM D2240 standard.The hardness test results show that the addition of sugarcane pulp fiber will increase

(6)

`2

the hardness value because it has hard and ductile characteristics, this is indicated by the variation of 3 grams of bagasse fiber which is 84.83 scale shore D. The best wear results in dry conditions on the brake pad variations of 1 gram bagasse fiber are 136,40 mm3/ hour, while in water conditions and oil the highest value of oil in the canvas is a variation of 3 grams of bagasse fiber which is 186,41 mm3/ hour and 77,29 mm3/ hour. The best results Testing friction variation of 1 gram bagasse fiber obtained the coefficient of friction in dry and water conditions, namely 0.70 μ, and 0.69 μ , and in the oil condition the highest coefficient value is in the variation of 3 grams of bagasse fiber which is 0.59 μ , so additions can be described the right bagasse fiber will add to the value of hardness, reduce the wear value and increase the friction coefficient value of brake lining under certain conditions.

Keywords : Brake Pads, Sugar Cane Fiber, Swipe Coefficient.

1. PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern diiringi dengan kemajuan di berbagai bidang teknologi khususnya bidang industri, mulai banyak inovasi yang dilakukan. Salah satunya yakni dikembangkannya material komposit. Komposit adalah bahan kombinasi antara dua atau lebih komponen atau material yang memiliki sejumlah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh masing–masing komponen tersebut. Saat ini di Indonesia telah dikembangkan komposit dari serat alam, salah satunya serat ampas tebu (bagasse). Ampas tebu merupakan limbah dari proses pengolahan gula yang pemanfaatannya belum optimal. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku kertas, industri jamur dan lain-lain. Diperkirakan sebanyak 40% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Rahman dan Kamiel, 2011).

Pemanfaatan serat tebu sebagai bahan penguat material komposit belum optimal. Melihat dari potensi tersedianya bahan baku, maka penelitian ini diarahkan untuk memanfaatkan serat tebu dari limbah ampas tebu sebagai serat penguat material kampas rem. Serat ampas tebu ini mulai dikembangkan penggunaannya selain mudah diperoleh juga dapat mengurangi limbah

(7)

lingkungan, sehingga komposit ini mampu mengurangi permasalahan lingkungan, memiliki sifat yang renewable, serta tidak membahayakan kesehatan.

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bahan komposit dengan ukuran dan bentuk serta jumlah komposisi serat yang optimal, sebagai bahan dasar untuk memenuhi sifat mekanik yang lebih baik. Untuk mengetahui pengaruh komposisi serat pada komposit serat ampas tebu, dilakukan penelitian dengan memberikan perlakuan pengaruh komposisi serat terhadap komposit. Komposit yang digunakan dalam penelitian akan diteliti sifat mekaniknya melalui pengujian kekerasan, keausan, dan koefisien gesek.

Selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengaruh besar dalam penggunaan komposit serat ampas tebu pada aplikasi tertentu. Komposit saat ini sudah dimanfaatkan sebagai bahan dasar kampas rem, walaupun bahan dasarnya masih berupa serat non alam. Pada penelitian kali ini diharapkan bahan komposit yang dihasilkan dapat diaplikasikan dalam pembentukan produk-produk dengan kinerja yang lebih tinggi terutama produk kampas rem dengan bahan dasar serat alam.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini menggunakan kampas rem dengan campuran antara lain serat ampas tebu, phenolic resin, barium sulfat, serbuk alumunium, kalsium karbonat dan blackcarbon.

1.1Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian, yaitu:

a. Bagaimana pengaruh variasi serat ampas tebu terhadap koefisien gesekan kampas rem.

b. Bagaimana pengaruh variasi serat ampas tebu terhadap keausan kampas rem.

c. Bagaimana pengaruh variasi serat ampas tebu terhadap kekerasan kampas rem.

(8)

`4

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian sehingga tujuan penelitian dapat dicapai, perlu adanya pembatasan masalah, yaitu:

a. Pada penelitian ini bahan yang digunakan yaitu serbuk alumunium, barium sulfat (BaSo4), calcium carbonat (CaCo3), black carbon (hasil pembakaran tempurung kelapa), serat ampas tebu (bagasse), dan resin phenolic.

b. Ampas tebu diasumsikan memiliki karakteristik yang sama di setiap pabrik gula.

c. Panjang serat ampas tebu yang digunakan berkisar antara 1 – 4 mm dan disusun secara acak.

d. Serbuk alumunium didapatkan dari limbah gergaji di pasar besi kusumodilagan dan asumsikan memiliki karakteristik yang sama dengan limbah alumunium pada umumnya.

e. Gaya pengepresan yang digunakan sebesar 7,5 ton pada suhu 120 °C ditekan selama 10 menit.

f. Suhu sintering yang digunakan sebesar 150 °C dalam waktu 30 menit.

g. Penelitian ini menggunakan alat uji kekerasan durometer dengan standar ASTM D2240 dan pengujian gesek pada kondisi kering, air, dan oli.

1.3Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pemanfaatan serat ampas tebu sebagai penguat bahan komposit sudah banyak dilakukan seperti penelitian Kunarto (2016), tentang serat tebu (bagasse) sebagai bahan pengisi pada komposit dengan matriks resin polyester adalah bahan yang digunakan serat tebu (bagasse) dengan matriks resin polyester. Berdasarkan variabel yang diteliti, kekuatan tarik dengan nilai rata-rata tertinggi terjadi pada komposit dengan fraksi volume 85% matriks : 15% serat yaitu sebesar 3,35 MPa sedangkan kekuatan tarik dengan nilai rata-rata terendah terjadi pada komposit dengan fraksi volume 95% matriks: 5% serat yaitu sebesar 2,54 MPa. Kekuatan tarik mengalami kenaikan terhadap peningkatan fraksi

(9)

volume serat. Spesimen uji yang mengalami regangan dan patah pada titik load yaitu spesimen uji dengan fraksi volume 85% matriks: 15% serat dengan nilai kekuatan tarik sebesar 2,95 MPa, regangan sebesar.

Menurut Mustafa (2008), meneliti tentang komposit polimer berpenguat serat tebu (bagasse) murni yang kemudian dihancurkan dengan blender setelah diberi perlakuan alkali selama 3 hari. Akan menghasilkan variasi serat sepanjang 300 µm dan 425 µm dan diberikan perlakuan tambahan pada serat untuk menambah kekuatan adhesive serat dan resin poliester. Penelitian ini dilakukan untuk mencari kekuatan bending dan daya serap papan fiber terhadap air, untuk masing-masing volume fraksi 80:20, 70:30, dan 60:40. Hasilnya didapat kekuatan maksimumnya adalah 42,12 MPa pada volume fraksi 60:40. Sedangkan untuk daya serap terhadap air cenderung menurun atau lebih baik karena jika daya serap papan fiber terhadap air berkurang berarti kekuatan adhesive fiber terhadap matriks meningkat.

Menurut El Tayeb (2007), meneliti tentang potensi komposit tebu pada aplikasi tribologi, yang menggunakan resin Reservol P9509. Pada penelitian ini serat ada 2 variasi secara acak dengan panjang serat 1,5 mm dan 10 mm. Pola bersusun seperti jaring dengan panjang rata-rata 80 mm x 80 mm. dan dilakukan pembandingan dengan serat gelas (glass fibre) untuk menganalisa hasil yang ingin dicapai. Hasil yang didapat adalah pola susunan serat berbentuk pola jaring ternyata jauh lebih efektif daripada acak, hasil perbandingan terhadap pengujian keausan didapat bahwa komposit serat tebu lebih baik dibandingkan dengan serat gelas. Ini terbukti dari hasil pengujian keausan, ketahanan aus pada komposit tebu mencapai beban 60 N dan 80 N, sedangkan pada serat gelas hanya mampu pada beban 40 N untuk jumlah keausan yang sama 8% dan modulus young sebesar 36,875 MPa.

(10)

`6 2.1Diagram Alir Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut ini:

Pengadaan Bahan dan Alat

Penyiapan Bahan

Pencampuran Bahan

Variasi 2 (2 gram serat ampas tebu) Variasi 1 (1 gram

serat ampas tebu)

Variasi 3 (3 gram serat ampas tebu)

Press Gaya 7,5 ton + suhu 120°C Spesimen Sintering suhu 150°C Waktu 30 menit Pengujian Gesek dengan Beban 15 Kg selama 3 jam Pengujian Kekerasan Durometer Pengujian Kering Pengujian Air Pengujian Oli Hasil Pengujian kesimpulan Mulai Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian 2.2Alat Penelitian

a. Mesin press dengan kapasitas 50 ton 2. METODE

(11)

b. Cetakan c. Oven

d. Non-contacd Infrared Thermometer e. Clamp meter

f. Digital Tachometer g. Jangka sorong h. Timbangan digital i. Alat uji gesek j. Durometer shore D k. Thermocontrol l. Mixer

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1Hasil pengujian kekerasan Durometer Shore D

81 82,5 82 83,5 84 83,5 85 84,5 85 80 81 82 83 84 85 86 K ek er as an D ur om ter ( Shore D) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu

3 gram serat ampas tebu

Grafik 1 Perbedaan Nilai Kekerasan Kampas Rem setelah Di Oven Hasil pengujian kekerasan didapatkan nilai tertinggi pada kampas yaitu variasi 3 gram serat ampas tebu dikarenakan penambahan serat ampas tebu dapat meningkatkan kekerasan, hal ini dikarenakan sifat mekanis serat ampas tebu yaitu keras

(12)

`8 136,4 231,88 122,76 181,87 204,6 109,12 245,52 186,41 77,29 0 50 100 150 200 250 300

Kering Air Oli

K e a u sa n (m m 3 /j a m ) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu

3 gram serat ampas tebu

. Grafik 2 Hubungan Antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap Keausan Rata-rata.

Hasil data didapatkan pada kondisi kering nilai keausan kampas variasi 1 gram serat ampas tebu paling rendah dibandingkan dengan kampas variasi 2 dan 3 gram serat ampas tebu, sedangkan pada kondisi air dan oli nilai keausan kampas variasi 3 gram serat ampas tebu lebih rendah dibandingkan kampas variasi 1 dan 2 gram serat ampas tebu.

(13)

850,2 854,1 716,1 828,4 802,9 719,4 806,6 734,4 709,5 650 700 750 800 850 900

Kering Air Oli

Day a ( W at t) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu

3 gram serat ampas tebu

Grafik 3 Hubungan antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap Daya Rata-rata

Hasil data didapat nilai daya tertinggi yaitu variasi 1 gram serat ampas tebu pada kondisi kering dan air dibandingkan variasi 2 dan 3 gram serat ampas tebu, sedangkan pada kondisi oli nilai daya tertinggi pada variasi 2 gram. Hasil ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya nilai torsi.

3.4Hasil Perhitungan Kecepatan Sudut Rata-Rata

37,49 38,15 38,44 37,47 37,93 38,65 36,84 37,88 38,39 36 36,5 37 37,5 38 38,5 39

Kering Air Oli

K ec epa tan Sudut ω ( R ad/ s) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu

3 gram serat ampas tebu 3.3Hasil Perhitungan Daya Rata-rata

(14)

`10

Grafik 4 Hubungan antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap Kecepatan Sudut Rata-rata

Hasil data didapatkan nilai kecepatan sudut yang saling mendekati nilainya. Hasil ini berdasarkan dari kecepatan putaran (Rpm) piringan, bila semakin tinggi kecepatan putaran (Rpm) maka nilai kecepatan sudut akan meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya nilai torsi, bila semakin kecil nilai kecepatan sudut maka torsi yang didapatkan semakin besar.

3.5Hasil Perhitungan Torsi Rata-Rata

22,68 22,39 18,63 22,11 21,17 18,61 22,68 19,39 18,48 17 18 19 20 21 22 23 24

Kering Air Oli

T ors i (N m ) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu 3 gram serat ampas tebu

Grafik 5 Hubungan antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap Torsi (Nm) Rata-rata

Hasil data didapat bahwa nilai torsi tertinggi pada kondisi kering yaitu variasi 1 dan 3 gram serat ampas tebu, sedangkan pada kondisi air dan oli nilai torsi tertingggi pada variasi 1 gram serat ampas tebu.

(15)

3.6 Hasil Perhitungan Koefisien Gesek 0,7 0,69 0,58 0,68 0,65 0,58 0,68 0,6 0,59 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

Kering Air Oli

K o ef is ie n G es ek ( ) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu 3 gram serat ampas tebu

Grafik 6 Hubungan antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap Koefisien Gesek Rata-rata

Hasil data di atas didapatkan nilai koefisien tertinggi pada kondisi kering dan air yaitu variasi 1 gram serat ampas tebu, sedangkan pada kondisi oli tertinggi pada variasi 3 gram serat ampas tebu. Hal ini akan berpengaruh pada proses pengereman, apabila semakin besar nilai koefisien gesek maka proses pengereman akan lebih cepat.

(16)

`12 3.7 Hasil Pengamatan Suhu Akhir

144 67 79 137 65 74 137 62 71 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Kering Air Oli

S u h u ( ° C) Jenis Kampas

1 gram serat ampas tebu 2 gram serat ampas tebu

3 gram serat ampas tebu

Grafik Hubungan antara Jenis Kampas Rem dengan Pengaruh Kondisi Pengujian terhadap suhu Rata-rata

Hasil di atas menunjukkan bahwa semakin banyak serat ampas tebu, maka suhu kampas rem akan lebih dingin dikarenakan sifat dari serat ampas tebu tidak mudah menyerap panas (konduktor panas yang buruk), jadi menghambat terjadinya suhu yang berlebihan.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

a) Nilai kekerasan kampas rem tertinggi pada variasi 3 gram serat ampas tebu yaitu 84,83 skala shore D, sedangkan kekerasan yang terendah pada kampas dengan variasi 1 gram serat ampas tebu yaitu 81,83 skala shore D, jadi dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa penambahan serat ampas tebu dapat meningkatkan nilai kekerasan kampas rem.

b) Hasil pengujian keausan menunjukkan kampas rem variasi 1 gram serat ampas tebu lebih sedikit laju keausanya pada kondisi kering yaitu 136,40 mm3/jam, sedangkan pada kondisi air dan oli nilai keausan terendah pada kampas variasi 3 garam serat ampas tebu yaitu 186,41 mm3/jam dan 77,29 mm3/jam, dapat dilihat dari masing variasi dan

(17)

kondisi menunjukan perbedaan tingkat keausannya jadi dapat disimpulkan bahwa penambahan serat ampas tebu yang tepat akan memperlambat laju keausan pada kondisi tertentu.

c) Berdasarkan hasil pengujian gesek menunjukkan bahwa nilai koefisien gesek tertinggi pada kondisi kering dan air adalah variasi 1 gram serat ampas tebu yaitu 0,70 dan 0,69 , sedangkan pada kondisi oli nilai koefisien gesek tertinggi pada variasi 3 gram serat ampas tebu yaitu 0,59 . Nilai koefisien gesek akan berpengaruh pada proses pengereman, apabila semakin besar nilai koefisien gesek maka proses pengereman akan lebih cepat.

4.2 Saran

Hasil dari penelitian ini, penulis mempunyai beberapa saran untuk dilakukan pada penelitian selanjutnya dalam proses pengembangan dalam pembuatan kampas rem yaitu:

a) Proses pemisahan serat tebu dari ampas tebu hasil olahan pabrik sebaiknya dilakukan dengan manual agar hasil serat ampas tebu dapat sesuai dengan sifat dan kegunaan.

b) Pada proses pemotongan serat agar sama rata, gunakanlah alat potong yang lebih sesuai atau menggunakan mesin agar potongan serat seragam panjangnya.

c) Proses kompaksi dan sintering dilakukan dengan cepat, sehingga pemanas perlu menggunakan heater yang berdaya lebih tinggi.

d) Proses pengovenan kampas rem dilakukan dengan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang cepat sehingga terjadi perubahan fase yang di inginkan.

e) Proses pengujian perlu dilakukan dengan standar-standar yang lain sehingga di dapatkan data yang optimal.

(18)

`14 DAFTAR PUSTAKA

Budi, M Nur Rahman, Berli P Kambiel. 2011. Pengaruh Fraksi Volume Serat terhadap Sifat-Sifat Tarik Komposit Diperkuat Unidirectional Serat Tebu dengan Matrik Poliester. Semesta Teknik.

Blau, P. J. 2009. Friction Science and Technology, CRC Press, New York.

El Tayeb, N.S.M., A. 2007. Studyon the Potential of Sugarcane Fibers/Polyster Composite for Tribological Applications. Faculty of Engineering and Technology, FET, Multinedia University, MMU, Melaka, Malaysia. Gibson, F. Ronald. 1994. Principles of composite material mechanics. Michigan:

Department of Mechanical Engineering Wayne State Univerity.

Imron, Ali Habibi. 2017. Pengaruh Temperatur Sintesis Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Bahan Komposit Binderless Dari Ampas Tebu. Jember: Universitas Jember.

Kunarto, Indra Sumargiyanto.2016. Serat Tebu (bagasse) Sebagai Bahan Pengisi Pada Komposite Dengan Matriks Resicn Polyester. Bandar Lampung: Universitas Bandar Lampung.

Utomo, Joko. 2016. Pengaruh variasi serbuk getah kulit mete (cnsl) dengan matrik phenolic resin terhadap tingkat keausan, kekerasan, dan koefisien gesek sebagai bahan, Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gambar

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian  2.2 Alat Penelitian
Grafik 1 Perbedaan Nilai Kekerasan Kampas Rem setelah Di Oven  Hasil pengujian kekerasan didapatkan nilai tertinggi pada kampas yaitu  variasi  3  gram  serat  ampas  tebu  dikarenakan  penambahan  serat  ampas  tebu  dapat meningkatkan kekerasan, hal ini
Grafik  3  Hubungan  antara  Jenis  Kampas  Rem  dengan  Pengaruh  Kondisi  Pengujian terhadap Daya Rata-rata
Grafik  4  Hubungan  antara  Jenis  Kampas  Rem  dengan  Pengaruh  Kondisi  Pengujian terhadap Kecepatan Sudut Rata-rata
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas bahan, komposisi dan harga yang berbeda antara kampas rem Indoparts dan Yamaha Genuine Parts juga berpengaruh terhadap laju keausan, Secara ekonomis

Dalam penelitian ini, permasalahan dititik beratkan pada pengujian Keausan kampas rem, Suhu akhir kampas rem setelah Pengujian, dan ketahanan kampas rem berbahan serat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi serbuk getah kulit mete (CNSL) dengan matrik phenolic resin terhadap tingkat keausan, kekerasan, dan koefisien

Gambar 4 menginformasikan laju keausan dari kampas rem komposit hibrida untuk masing-masing perlakuan temperatur dari komposit hibrida yaitu huruf kapital A adalah

Dari semua pengujian kering paling rendah tingkat keausannya yaitu pada spesimen kampas 2 dan harga keausan yang mendekati kampas SGP adalah kampas 12. Hasil pengujian keausan

Dari hasil penelitian keausan yang dilakukan dalam beberapa pengujian kampas rem seperti uji kondisi kering, uji pengaruh air, uji pengaruh air garam, uji pengaruh oli, dan

Nilai kekerasan kampas rem non asbes variasi CaCo3 dari variasi 3 gram, 4 gram dan 5 gram nilainya semakin meningkat, tapi dibandingkan dengan kampas rem

Kualitas bahan, komposisi dan harga yang berbeda antara kampas rem Indoparts dan Yamaha Genuine Parts juga berpengaruh terhadap laju keausan, Secara ekonomis