• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembelajaran Terpadu Menyimak dan Berbicara di Perguruan Tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Pembelajaran Terpadu Menyimak dan Berbicara di Perguruan Tinggi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

108

STRATEGI PEMBELAJARAN TERPADU

MENYIMAK DAN BERBICARA DI PERGURUAN TINGGI

Iqbal

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Bone Jalan Abu Daeng Pasolong 62 Watampone

email: iqbal.stkipbone@gmail.com.

Abstract: Integrated Learning Strategies of Listening and Speaking in Higher Education.

This study aimed to describe the planning, the implementation, and evaluation of the implemen-tation of integrated learning strategies to improve student learning of listening and speaking. The research design is a classroom action research. Data was obtained from one teacher, and 40 sopho-more students of Indonesia Language Education Department of Muhammadiyah STKIP in Bone. The research results showed that; (1) the planning of integrated learning strategies can improve the students learning of listening and speaking. (2 ) the implementation of integrated learning strategy can improve students learning of listening and speaking. Implementation steps were included; lis-tening in pairs and cooperative learning, (3) evaluation of the integrated learning strategy can im-prove students learning of listening and speaking. It should be in line with the context of the con-tent, real and factual.

Abstrak: Strategi Pembelajaran Terpadu Menyimak dan Berbicara di Perguruan Tinggi.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi penerapan strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pembelajaran menyimak dan berbicara ma-hasiswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data bersumber dari 1 dosen dan 40 mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester III STKIP Muhammadiyah Bone. Hasil penelitian menunjukkan (1) perencanaan strategi pembelajaran terpadu dapat meningkatkan pem-belajaran menyimak dan berbicara mahasiswa; (2) pelaksanaan pempem-belajaran terpadu dapat me-ningkatkan pembelajaran menyimak dan berbicara mahasiswa. Langkah-langkah pelaksanaan, meliputi: menyimak berpasangan dan cooperative learning; (3) evaluasi pembelajaran terpadu da-pat yang meningkatkan pembelajaran menyimak dan berbicara mahasiswa harus sejalan dengan konteks isi, aktual, dan faktual.

Kata kunci: keterampilan berbahasa, menyimak-berbicara, pembelajaran terpadu

Penguasaan keterampilan menyimak, ber-bicara, membaca, dan menulis melalui pembela-jaran yang strategis akan turut membantu maha-siswa dalam mengikuti seluruh mata kuliah. Ber-dasarkan pertimbangan tersebut, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa penguasaan aspek-aspek keterampilan berbahasa sangat penting dalam kegiatan berbahasa.

Rusdin (2000: 3) dalam dalam penelitian-nya menemukan bahwa para perancang materi pengajaran bahasa dalam menyusun GBPP ha-nya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki serta kemampuan intuisi dan ku-rang didasari oleh suatu hasil penelitian, maka

hasilnya belum memenuhi tujuan dan kebutuhan belajar bahasa.

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti ditemukan bahwa dosen kurang memahami pe-nerapan strategi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan menyi-mak dan berbicara secara terpadu. Kekurangta-huan para dosen semester III STKIP Muhamma-diyah Kabupaten Bone mengenai penerapan stra-tegi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan menyimak dan berbi-cara seberbi-cara terpadu merupakan faktor penyebab kurang berhasilnya pelaksanaan kegiatan pem-belajaran keterampilan menyimak dan berbicara

(2)

secara baik dan benar adalah metode pembela-jaran yang diterapkan oleh dosen. Hasil pembel-ajaran menyimak dan berbicara secara terpadu beberapa tahun terakhir masih kurang dengan perolehan nilai rata-rata C (2). Kondisi ini tentu-nya tidak dapat dibiarkan begitu saja. Pengkajian terhadap faktor-faktor penyebabnya serta peme-cahan masalah dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara secara terpadu perlu se-cepatnya dilaksanakan.

Berdasarkan data empiris di lapangan, khususnya di STKIP Muhammadiyah Kabupa-ten Bone, ketidakmampuan mahasiswa menyi-mak dan berbicara disebabkan oleh kurang stra-tegi mengajar dosen yang tidak sesuai dengan minat belajar mahasiswa sehingga menimbulkan kejenuhan belajar. Oleh karena itu, untuk meng-antisipasi hal tersebut, peneliti terinspirasi mela-kukan penelitian yang memfokuskan pada masa-lah teknik pembelajaran terpadu. Hal ini dilaku-kan karena penelitian yang relevan belum pernah dilakukan pada tingkat perguruan tinggi.

Penelitian terdahulu hanya dilakukan se-cara terpisah, yakni yang dilakukan oleh Hali-mah (2006) tentang penerapan pembelajaran ko-operatif tipe STAD dalam pembelajaran berbica-ra pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Campala-gian Kabupaten Polewali Mandar. Hasil peneli-tian ini menunjukkan bahwa pembelajaran de-ngan menggunakan strategi STAD sangat efektif dilakukan dalam pembelajaran berbicara di SMA. Selanjutnya, Hasanuddin (2007) meneliti pembelajaran keterampilan berbicara dengan teknik Inquiry siswa kelas XI SMA Negeri 6 Makassar. Hasil penelitian tersebut menyimpul-kan bahwa penggunaan teknik inkuiri dapat me-ningkatkan kemampuan berbicara siswa yang meliputi ketepatan pengucapan, intonasi, pemi-lihan kata (diksi), dan kelancaran berbicara.

Penelitian bertujuan mendeskripsikan pe-rencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pem-belajaran menyimak dan berbicara mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester III STKIP Muhammadiyah Kabupaten Bone. METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindak-an kelas (Classroom Action Research). Pe-nelitian dilaksanakan pada Jurusan Pendidikan

Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia Semester III STKIP Muhammadiyah Kabupaten Bone. Kegiatan penelitian ini melibatkan dosen bahasa Indonesia semester III sebagai mitra dalam ke-giatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penelitian dilaksanakan selama enam minggu. Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pewa-wancara. Mahasiswa yang yang menjadi subjek penelitian berjumlah 40 orang.

Untuk mendapatkan data yang akurat, pe-nulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui: (1) wawancara, yaituteknik wawancara terstruktur untuk mencari data tentang penerapan strategi pembelajaran menyimak dan berbicara bahasa Indonesia secara terpadu, meliputi pende-katan metode, materi, tujuan pengajaran, dan latihan berbicara; (2) observasi, yaitu pengamat-an lpengamat-angsung terhadap penerappengamat-an strategi pembe-lajaran menyimak dan berbicara bahasa Indone-sia secara terpadu; dan (3) dokumentasi terhadap bahan pembelajaran yang digunakan dosen da-lam pembelajaran. Data yang diperoleh dianali-sis dengan menggunakan analidianali-sis dekriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Perencanaan disusun oleh peneliti dan do-sen dalam pelaksanaan pembelajaran untuk me-ningkatkan pembelajaran menyimak. Perenca-nan peneliti dan dosen adalah menyusun SAP yang di dalamnya tergambar materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tema wacana, me-dia pembelajaran, metode pembelajaran, yakni kooperatif learning dan metode SCRIPT, dan lembar penilaian (observasi dan alat evaluasi), alokasi waktu, yakni tiga kali pertemuan.

Penerapan strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pembelajaran menyimak dan berbicara dilakukan oleh peneliti dan dosen selama tiga kali pertemuan. Materi pertemuan pertama adalah mahasiswa menyimak konsen-trasi dan kritis. Pada pertemuan kedua aspek berbicara, yakni mahasiswa menelaah pokok-po-kok yang disimak pada pertemuan sebelumnya, lalu menugasi mahasiswa secara bergantian mengomunikasikan secara lisan. Materi perte-muan ketiga adalah mahasiswa membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam menyimak. Tahap-tahap pe-laksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan de-

(3)

ngan skenario pembelajaran yang telah disusun seperti kegiatan awal, inti, dan akhir. Hal ini tampak berikut ini.

Pertemuan Pertama

Tujuan pembelajaran pada pertemuan per-tama adalah mahasiswa mampu menyimak kon-sentrasi dan kritis sehingga memahami informasi penting yang disimak. Langkah-langkah pembe-lajaran pertemuan pertama, yaitu kegiatan awal dosen, yaitu: (1) dosen memberikan motivasi dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pem-belajaran dengan metode mengajar kooperatif learning dan metode SCRIPT; (2) dosen (pene-liti) menjelaskan skenario dan aturan-aturan pembelajaran metode kooperatif learning dan metode SCRIPT.

Kegiatan inti terdiri atas beberapa tin-dakan dosen, yaitu (1) dosen membentuk kelom-pok secara heterogen yang terdiri atas empat orang; (2) dosen memberikan penjelasan tentang hakikat menyimak, menyimak konsentrasi dan kritis; (3) dosen menginstruksikan setiap anggota kelompok berpasangan (dua orang); (4) dosen memperdengarkan bahan simakan; (5) mahasis-wa secara berpasangan menyimak bahan yang diperdengarkan oleh dosen; (6) mahasiswa men-catat pokok-pokok penting yang didengar dari bahan simakan; (7) mahasiswa mendiskusikan hasil simakan dalam bimbingan dosen; (8) ma-hasiswa dan dosen menyimpulkan pokok penting dari bahan simakan. Pada kegiatan akhir, dosen menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas kepada mahasiswa.

Pertemuan Kedua

Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke-dua adalah mahasiswa mampu menelaah pokok-pokok yang disimak pada pertemuan sebelum-nya, lalu menugasi mahasiswa secara bergantian mengomunikasikan secara lisan. Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu berbicara (me-ngomunikasikan informasi yang telah disimak).

Langkah-langkah pembelajaran pertemuan kedua sesuai dengan tujuan pembelajaran mene-laah pokok-pokok yang disimak pada pertemuan sebelumnya, lalu menugasi mahasiswa secara bergantian mengomunikasikan secara lisan tam-pak pada kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal dosen, yaitu: (1) dosen memberikan

moti-vasi dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan metode mengajar koope-ratif learning, SCRIPT, diskusi debat, dan tanya jawab; (2) dosen menjelaskan skenario dan atu-ran-aturan pembelajaran metode mengajar ko-operatif learning, SCRIPT, diskusi debat, dan tanya jawab.

Kegiatan inti terdiri atas beberapa tindak-an dosen, yaitu: (1) dosen mengorgtindak-anisasiktindak-an kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya yang terdiri atas empat orang; (2) dosen mengingatkan kembali kepada mahasiswa tentang tugasnya yang lalu; (3) dosen mengins-truksikan setiap anggota kelompok berpasangan (dua orang); (4) dosen menugasi mahasiwa me-nelaah pokok-pokok yang disimak pada perte-muan sebelumnya, lalu menugasi mahasiswa se-cara bergantian mengomunikasikan sese-cara lisan; (5) mahasiswa memberikan komentar dan tang-gapan berdasarkan hasil yang dikomunikasikan oleh mahasiswa lain; (6) mahasiswa dan dosen menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegi-atan akhir, dosen menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas kepada mahasiswa.

Pertemuan Ketiga

Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke-tiga adalah mahasiswa mampu membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam menyimak. Dalam hal ini, mahasiswa diharapkan mampu berbicara (me-ngomunikasikan informasi yang telah disimak).

Langkah-langkah pembelajaran pertemuan ketiga sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni mahasiswa membuat catatan selama proses me-nyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami da-lam menyimak.tampak pada kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal dosen, yaitu: (1) dosen mengorganisasikan kelompok yang telah terben-tuk pada pertemuan sebelumnya yang terdiri atas empat orang; (2) dosen mengingatkan kembali kepada mahasiswa tentang tugasnya yang lalu; (3) dosen menginstruksikan setiap anggota ke-lompok mencermati kembali tugas dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada perte-muan sebelumnya; (4) dosen menugasi mahasis-wa membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam me-nyimak; (5) secara bergantian, kelompok menya-jikan hasil catatan selama proses menyimak; (6) mahasiswa memberikan komentar dan

(4)

tanggap-an berdasarktanggap-an hasil catattanggap-an kelompok lain; dtanggap-an (7) mahasiswa dan dosen menyimpulkan materi pembelajaran.

Pada kegiatan akhir, dosen menyimpul-kan pembelajaran dan memberimenyimpul-kan penghargaan kepada mahasiswa yang memiliki keaktifan sa-ngat baik selama pembelajaran.

Siklus II

Perencanaan pembelajaran dirancang oleh peneliti dan dosen serta melibatkan mahasiswa. Hal ini dilakukan setelah menelaah hasil yang diperoleh pada siklus I. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran berbicara, yakni penggunaan tek-nik debat topik dalam pembelajaran keteram-pilan berbicara pada aspek kebahasaan, yaitu: ketepatan lafal, ketepatan pilihan kata, dan keefektifan kalimat, dan aspek nonkebahasaan yaitu: kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, rele-vansi, keberanian, dan ketenangan dalam berbi-cara.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II ham-pir sama dengan siklus I dengan lebih mengop-timalkan pelaksanaannya dengan banyak menun-tun, memotivasi, mengarahkan, dan memberi penghargaan bagi mahasiswa yang mmeeproleh hasil yang baik.

Penerapan strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pembelajaran menyimak dan berbicara dilakukan oleh peneliti dan dosen selama tiga kali pertemuan. Materi pertemuan pertama adalah mahasiswa menyimak konsen-trasi dan kritis. Pada pertemuan kedua aspek berbicara, yakni mahasiswa menelaah pokok-pokok yang disimak pada pertemuan sebelum-nya, lalu menugasi mahasiswa secara bergantian mengomunikasikan secara lisan. Materi perte-muan ketiga adalah mahasiswa membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam menyimak.

Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pembe-lajaran disesuaikan dengan skenario pembela-jaran yang telah disusun seperti kegiatan awal, inti, dan akhir. Hal ini tampak berikut ini.

Pertemuan Pertama

Kegiatan inti terdiri atas beberapa tin-dakan dosen, yaitu: (1) dosen membentuk ke-lompok secara heterogen yang terdiri atas empat orang; (2) dosen memberikan penjelasan tentang

hakikat menyimak, menyimak konsentrasi dan kritis; (3) dosen menginstruksikan setiap anggota kelompok berpasangan (dua orang); (4) dosen memperdengarkan bahan simakan; (5) mahasis-wa secara berpasangan menyimak bahan yang diperdengarkan oleh dosen; (6) mahasiswa men-catat pokok-pokok penting yang didengar dari bahan simakan; (7) mahasiswa mendiskusikan hasil simakan dalam bimbingan dosen; (8) ma-hasiswa dan dosen menyimpulkan pokok penting dari bahan simakan. Pada kegiatan akhir, dosen menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas kepada mahasiswa.

Pertemuan Kedua

Kegiatan inti terdiri atas beberapa tin-dakan dosen, yaitu: (1) dosen mengorganisasi-kan kelompok yang telah terbentuk pada perte-muan sebelumnya yang terdiri atas empat orang; (2) dosen mengingatkan kembali kepada maha-siswa tentang tugasnya yang lalu; (3) dosen me-nginstruksikan setiap anggota kelompok berpa-sangan (dua orang); (4) dosen menugasi maha-siswa menelaah pokok-pokok yang disimak pada pertemuan sebelumnya, lalu menugasi mahasis-wa secara bergantian mengomunikasikan secara lisan; (5) mahasiswa memberikan komentar dan tanggapan berdasarkan hasil yang dikomunikasi-kan oleh mahasiswa lain; (6) mahasiswa dan do-sen menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir, dosen menyimpulkan pembe-lajaran dan memberikan tugas kepada mahasis-wa.

Pertemuan Ketiga

Tujuan pembelajaran pada pertemuan ke-tiga adalah mahasiswa mampu membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam menyimak. Langkah-lang-kah pembelajaran pertemuan ketiga sesuai de-ngan tujuan pembelajaran, yakni mahasiswa membuat catatan selama proses menyimak, lalu didiskusikan hal yang dialami dalam menyimak tampak pada kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan awal dosen, yaitu: (1) dosen mengorga-nisasikan kelompok yang telah terbentuk pada pertemuan sebelumnya yang terdiri atas empat orang; (2) dosen mengingatkan kembali kepada mahasiswa tentang tugasnya yang lalu; (3) dosen menginstruksikan setiap anggota kelompok

(5)

men-cermati kembali tugas dan kegiatan pembela-jaran yang telah dilakukan pada pertemun se-belumnya; (4) dosen menugasi mahasiswa mem-buat catatan selama proses menyimak, lalu di-diskusikan hal yang dialami dalam menyimak; (5) secara bergantian, kelompok menyajikan ha-sil catatan selama proses menyimak; (6) maha-siswa memberikan komentar dan tanggapan ber-dasarkan hasil catatan kelompok lain; dan (7) mahasiswa dan dosen menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir, dosen me-nyimpulkan pembelajaran dengan memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang memiliki keaktifan sangat baik selama pembelajaran. PEMBAHASAN

Temuan Siklus I

Perubahan proses dan hasil belajar pada akhir siklus ini mahasiswa sudah memperlihat-kan aktivitas yang cukup baik dalam belajar ke-lompok, seperti mahasiswa yang belum mengerti sudah mulai bertanya kepada teman kelompok-nya atau dosenkelompok-nya begitu pula mahasiswa yang sudah mengerti dengan tulus memberikan bim-bingan kepada temannya sampai mengerti, ma-hasiswa yang mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis dan motivasi untuk belajar me-ningkat. Sampai pada pertemuan akhir siklus satu setelah diadakannya tes akhir siklus satu terlihat terjadi peningkatan pada hasil belajar mahasiswa dengan nilai rata-rata yang dicapai mahasiswa masih kurang. Namun, hal yang be-lum maksimal pada siklus I adalah dosen kurang menuntun mahasiswa secara kelompok dan indi-vidu dalam belajar serta pemberian penguatan yang kurang.

Berdasarkan pelaksanaan siklus I, tampak bahwa proses pembelajaran berlangsung selama tiga kali pertemuan dengan menggunakan pende-katan integratif dalam pembelajaran keteram-pilan menyimak dan berbicara. Pertemuan per-tama menekankan pada kemampuan menyimak konsentrasi dan kritis, pertemuan kedua mene-kankan pada kemampuan menelaah bahan si-makan dan mengomunikasikannya secara lisan, pertemuan ketiga menekankan pada kegiatan mendiskusikan hasil yang diperoleh dari menyi-mak serta seluruh kejadian yang dialami dalam proses menyimak.

Berdasarkan hasil observasi, dinyatakan bahwa penggunaan pendekatan integratif dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbi-cara masih perlu diterapkan pada kegiatan pem-belajaran baik aspek kebahasaan maupun aspek nonkebahasaan. Hasil analisis refleksi mahasis-wa terhadap tanggapan yang diberikan tentang strategi integratif yang dilaksanakan dalam pro-ses pembelajaran berbicara dan menyimak pada umumnya kurang senang karena strategi ini ba-ru didapatkan selama proses pembelajaran. Ma-hasiswa hanya mendengarkan atau menyimak in-formasi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh dosen. Strategi ini hanya berpusat pada dosen dan mahasiswa hanya vakum di da-lam pembelajaran.

Penerapan strategi integratif selama siklus I belum membuat mahasiswa menjadi aktif da-lam proses pembelajaran, ada perasaan takut ter-hadap dosen maupun tugas yang diajukan. Ke-mampuan menyimak mahasiswa dinilai masih kurang yang disebabkan oleh materi simakan yang sulit dipahami serta strategi pembelajaran secara terpadu, yakni menyimak berpasangan yang dipadukan dengan belajar kooperatif yang belum mampu diikuti oleh mahasiswa.

Keberanian berbicara mahasiswa berda-sarkan bahan simakan yang diberikan ternyata tidaklah mudah karena mereka harus mengetahui langkah-langkah atau teknik berbicara sehingga mahasiswa belum berani mengajukan tanggapan atas masalah yang diajukan. Ketenangan maha-siswa dalam berbicara belum tampak. Masih ba-nyak ragu-ragu, terbata-bata, kaku, terburu, dan tidak mampu mengatur tempo dalam berbicara. Pada aspek keterbukaan juga belum tampak pa-da mahasiswa saat berbicara. Masih banyak hal yang perlu diungkapkan dan kritisi oleh maha-siswa saat berbicara sebagai pengembangan ga-gasan dalam berkomentar. Hal ini tidak didu-kung oleh keberanian dan kepercayaan diri ma-hasiswa. Pada aspek relevansi antara komentar dan masalah masih juga masih kurang. Dalam hal ini, belum banyak mahasiswa yang mampu menyesuaikan antara masalah yang didiskusikan dengan tanggapannya. Artinya, kadang ada tang-gapan mahasiswa yang keluar dari masalah yang diperdebatkan.

Pada aspek kebahasaan seperti ketepatan lafal, ketepatan pilihan kata, dan keefektifan ka-limat juga sangat kurang. Masih banyak mahasis

(6)

wa yang berbicara dengan lafal yang kurang je-las, pilihan kata kurang tepat, dan kalimat yang diungkapkan masih bahasa santai sehingga jauh dari keefektifan kalimat. Secara umum dinyata-kan bahwa rata-rata tindadinyata-kan dan aktivitas maha-siswa dalam pembelajaran menyimak dan berbi-cara dikategorikan belum maksimal, seperti aktifan mahasiswa menyimak masih kurang, ke-aktifan mahasiswa bekerja sama dalam kelom-pok masih kurang, keberanian menyampaikan dan melaporkan tugas masih kurang.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pembelajaran penerapan pembelajaran menyi-mak dan berbicara secara terpadu dengan mema-dukan strategi menyimak berpasangan dengan cooperative learning untuk kegiatan menyimak dan diskusi debat untuk berbicara dapat me-ningkatkan motivasi dan gasil belajar mahasis-wa. Kelompok belajar terdiri atas golongan ma-hasiswa berprestasi yang tinggi dengan rendah yang dipasangkan. Masalah yang dialami oleh mahasiswa, bukan menjadi masalah pribadi, me-lainkan menjadi masalah besama dan diselesai-kan secara kelompok pasangan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif nilai menyimak mahasiswa Jurusan Pendidikan baha-sa Indonesia semester III STKIP Muhammadi-yah Kabupaten Bone siklus I dikategorikan sa-ngat rendah. Hal ini dinyatakan berdasarkan ni-lai yang diperoleh mahasiswa dalam menyimak. Tidak ada mahasiwa yang memperoleh nilai A yang berada pada kategori sangat tinggi. Maha-siswa yang memperoleh nilai B atau kategori tinggi sebanyak 1 orang (2,5%), mahasiswa yang memperoleh nilai C atau kategori sedang seba-nyak 8 orang (20%), mahasiswa yang memper-oleh nilai D atau kategori rendah sebanyak 14 orang (25%), dan mahasiswa yang memperoleh nilai E atau kategori sangat rendah sebanyak 17 orang (42,5%). Dengan demikian, secara objek-tif dinyatakan bahwa rata-rata mahasiswa belum lulus pada mata kuliah menyimak pada pokok bahasan menyimak efisien.

Pada aspek berbicara siklus I, menunjuk-kan penerapan strategi pembelajaran terpadu be-lum meningkatkan pembelajaran berbicara aspek kebahasaan (ketepatan lafal, ketepatan pilihan kata, dan keefektifan kalimat) mahasiswa Jurus-an PendidikJurus-an Bahasa Indonesia semester III STKIP Muhammadiyah Kabupaten Bone siklus I dikategorikan sangat rendah. Hal ini dinyata-kan berdasardinyata-kan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam berbicara aspek kebahasaan (ketepatan

la-fal, ketepatan pilihan kata, dan keefektifan kali-mat). Hanya 1 (2,5%) mahasiwa yang memper-oleh nilai A yang berada pada kategori sangat tinggi. Mahasiswa yang memperoleh nilai B atau kategori tinggi sebanyak 2 orang (5,0%), maha-siswa yang memperoleh nilai C atau kategori se-dang sebanyak 3 orang (7,5%), mahasiswa yang memperoleh nilai D atau kategori rendah se-banyak 7 orang (17,5%), dan mahasiswa yang memperoleh nilai E atau kategori sangat rendah sebanyak 27 orang (67,5%). Dengan demikian, secara objektif dinyatakan bahwa rata-rata maha-siswa belum lulus pada mata kuliah berbicara aspek kebahasaan (ketepatan lafal, ketepatan pilihan kata, dan keefektifan kalimat). Dalam hal ini, mahasiswa belum mampu mengomunikasi-kan dan mendiskusimengomunikasi-kan melalui teknik diskusi debat bahan atau materi yang telah disimak.

Pada aspek nonkebahasaan (kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan) mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester III STKIP Muham-madiyah Kabupaten Bone siklus I juga masih kurang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan penerapan strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pembelajaran berbicara aspek nonkebahasaan (kefasihan/ kelancaran, keterbu-kaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan) mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indo-nesia semester III STKIP Muhammadiyah Kabu-paten Bone siklus I dikategorikan sangat ren-dah. Hal ini dinyatakan berdasarkan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam berbicara aspek non-kebahasaan (kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan). Tidak ada mahasiswa (0%) yang memperoleh nilai A yang berada pada kategori sangat tinggi. Selain itu, tidak pula yang memperoleh nilai B atau ka-tegori tinggi (0%), mahasiswa yang memperoleh nilai C atau kategori sedang sebanyak 9 orang (22,5%), mahasiswa yang memperoleh nilai D atau kategori rendah sebanyak 6 orang (15%), dan mahasiswa yang memperoleh nilai E atau kategori sangat rendah sebanyak 25 orang (62,5%). Dengan demikian, secara objektif di-nyatakan bahwa rata-rata mahasiswa belum lulus pada mata kuliah berbicara aspek nonkebahasaan (kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan). Dalam hal ini, ma-hasiswa belum mampu mengomunikasikan dan mendiskusikan melalui teknik diskusi debat ba-han atau materi yang telah disimak yang disertai oleh gerak kinesik, seperti kefasihan/ kelancaran,

(7)

keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketena-ngan.

Temuan Siklus II

Penerapan pendekatan integratif mening-katkan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Hal ini tampak pada setiap per-temuan yang mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan siklus I. Pada pertemu-an pertama ypertemu-ang menekpertemu-ankpertemu-an pada kemampupertemu-an menyimak konsetrasi dan kritis, pertemuan ke-dua menekankan pada kemampuan menelaah bahan simakan dan mengomunikasikannya se-cara lisan, pertemuan ketiga menekankan pada kegiatan mendiskusikan hasil yang diperoleh dari menyimak serta seluruh kejadian yang di-alami dalam proses menyimak.

Penerapan strategi integratif selama siklus II membuat mahasiswa menjadi aktif dalam pro-ses pembelajaran, tidak ada lagi perasaan takut terhadap dosen maupun tugas yang diajukan se-perti siklus I. Kemampuan menyimak mahasis-wa dinilai sangat baik yang disebabkan oleh materi simakan yang mudah dipahami serta stra-tegi pembelajaran secara terpadu, yakni menyi-mak berpasangan yang dipadukan dengan belajar kooperatif yang sudah mampu diikuti oleh ma-hasiswa atas tuntunan dosen. Oleh karena itu, pembelajaran menyimak dan berbicara secara terpadu dengan menggunakan strategi yang se-cara terpadu pula, yaitu menyimak berpasangan dan kerja kelompok sangat baik. Dosen sebagai pengarah dan pengajar telah menjelaskan lebih rinci pelaksanaan menyimak dengan strategi ter-sebut. Demikian pula bahan simakan yang lebih aktual sehingga semua mahasiswa dapat lebih aktif memberikan komentar, tanggapan, dan kritik saat dilakukan diskusi.

Peningkatan kemampuan menyimak dan berbicara pada siklus II disebabkan oleh kolabo-rasi antara peneliti dan dosen. Kolabokolabo-rasi yang dilakukan, yaitu: (1) kolaborasi peneliti dan do-sen dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sangat bagus; (2) dosen menuntun mahasiswa secara kelompok dan individu dalam belajar menyimak dan berbicara; (3) materi pem-belajaran sangat sesuai dengan perkembangan zaman, aktual sehingga memudahkan mahasiswa dalam berpikir kritis dan mengungkapkan secara kritis pula; (4) variasi dan struktur kelas diubah pada siklus II; (5) cara pelaksanaan strategi

me-nyimak berpasangan dan kerja kelompok secara terintegrasi pada siklus II telah dijelaskan oleh dosen dengan baik sehingga mahasiswa mudah mengikuti langkah pelaksanaannya; (6) cara pe-laksanaan pembelajaran berbicara dengan stra-tegi diskusi debat secara terintegrasi pada siklus II telah dijelaskan oleh dosen dengan baik se-hingga mahasiswa mudah mengikuti langkah pe-laksanaannya; (7) dosen memberikan penilaian dan penghargaan yang sangat baik bagi maha-siswa yang memiliki keaktifan sangat baik sela-ma pembelajaran.

Kolaborasi yang baik pada siklus II me-nunjang keberhasilan menyimak dan berbicara. Hasil analisis deskriptif nilai menyimak siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan ke kate-gori sangat tinggi. Hal ini dinyatakan berdasar-kan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam me-nyimak. Tidak ada mahasiwa yang memperoleh nilai C atau sedang, D atau rendah, dan E atau sangat rendah. Nilai yang diperoleh mahasiswa rata-rata sangat tinggi atau nilai A sebanyak 33 orang (82,5%). Selebihnya, yakni 7 mahasiswa (17,5%) memperoleh nilai tinggi atau B. Dengan demikian, secara objektif dinyatakan bahwa rata-rata mahasiswa sudah dinyatakan lulus pada sik-lus II untuk mata kuliah menyimak pada pokok bahasan menyimak efisien.

Pada aspek berbicara aspek kebahasaan (ketepatan lafal, ketepatan pilihan kata, dan ke-efektifan kalimat) mahasiswa Jurusan Pendidik-an Bahasa Indonesia semester III STKIP Mu-hammadiyah Kabupaten Bone siklus II dikate-gorikan sangat tinggi. Hal ini dinyatakan berda-sarkan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam berbicara aspek kebahasaan (ketepatan lafal, ke-tepatan pilihan kata, dan keefektifan kalimat). Sebanyak 25 (62,5%) mahasiwa yang memper-oleh nilai A yang berada pada kategori sangat tinggi. Mahasiswa yang memperoleh nilai B atau kategori tinggi sebanyak 11 orang (27,5%), tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai C atau kategori sedang, mahasiswa yang memperoleh nilai D atau kategori rendah sebanyak 2 orang (50%), dan mahasiswa yang memperoleh nilai E atau kategori sangat rendah sebanyak 2 orang (50%). Dengan demikian, secara objektif dinya-takan bahwa rata-rata mahasiswa sudah lulus pa-da mata kuliah berbicara aspek kebahasaan (ke-tepatan lafal, ke(ke-tepatan pilihan kata, dan keefek-tifan kalimat). Dalam hal ini, mahasiswa rata-rata sudah mampu mengomunikasikan dan

(8)

men-diskusikan melalui teknik diskusi debat bahan atau materi yang telah disimak.

Pembelajaran berbicara aspek nonkebaha-saan (kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, rele-vansi, keberanian, dan ketenangan) mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia semester III STKIP Muhammadiyah Kabupaten Bone sik-lus II juga sangat tinggi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan penerapan strategi pembelajaran terpadu dalam meningkatkan pembelajaran ber-bicara aspek nonkebahasaan (kefasihan/ kelanca-ran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ke-tenangan) mahasiswa Jurusan Pendidikan Baha-sa Indonesia semester III STKIP Muhammadi-yah Kabupaten Bone siklus II dikategorikan sa-ngat tinggi. Hal ini dinyatakan berdasarkan nilai yang diperoleh mahasiswa dalam berbicara as-pek nonkebahasaan (kefasihan/ kelancaran, ke-terbukaan, relevansi, keberanian, dan ketena-ngan). Sebanyak 37 mahasiswa (92,5%) yang memperoleh nilai A yang berada pada kategori sangat tinggi. Sebanyak 2 mahasiswa (5,0%) yang memperoleh nilai B atau kategori tinggi, mahasiswa yang memperoleh nilai C atau kate-gori sedang sebanyak 1 orang (2,5%), dan tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai D atau kategori rendah, serta tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai E atau kategori sangat rendah. Dengan demikian, secara objektif dinyatakan bahwa rata-rata mahasiswa sudah lulus pada ma-ta kuliah berbicara aspek nonkebahasaan (fasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, ke-beranian, dan ketenangan). Dalam hal ini, maha-siswa sudah mampu mengomunikasikan dan mendiskusikan melalui teknik diskusi debat ba-han atau materi yang telah disimak yang disertai oleh gerak kinesik, seperti kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketena-ngan.

Keberanian berbicara mahasiswa berda-sarkan bahan simakan yang diberikan ternyata ti-daklah sulit dilakukan karena mereka sudah me-ngetahui langkah-langkah atau teknik berbicara sehingga mahasiswa berani mengajukan tang-gapan atas masalah yang diajukan.

Ketenangan mahasiswa dalam berbicara sudah tampak. Mahasiswa sudah menunjukkan keberaniannya dan tidak lagi muncul perasaan ragu-ragu, terbata-bata, kaku, terburu, dan mam-pu mengatur tempo dalam berbicara. Pada aspek keterbukaan juga sudah tampak pada mahasiswa saat berbicara. Mahasiswa sudah memiliki ide dan inspirasi secara kritis saat berbicara sebagai

pengembangan gagasan dalam berkomentar. Hal ini didukung oleh keberanian dan kepercayaan diri mahasiswa. Pada aspek relevansi antara komentar dan masalah juga sangat baik. Dalam hal ini, rata-rata mahasiswa mampu menyesuai-kan antara masalah yang didiskusimenyesuai-kan dengan tanggapannya. Artinya, tanggapan mahasiswa sesuai dengan yang didiskusikan atau masalah yang diperdebatkan.

Secara umum, dinyatakan bahwa rata-rata tindakan dan aktivitas mahasiswa dalam pembe-lajaran menyimak dan berbicara dikategorikan siklus II sangat baik, seperti keaktifan maha-siswa menyimak, keaktifan mahamaha-siswa bekerja sama dalam kelompok, keberanian menyampai-kan dan melapormenyampai-kan tugas, serta selalu muncul ide-ide dan gagasan baru dari mahasiswa saat berbicara.

Penggunaan teknik debat topik dalam pembelajaran keterampilan berbicara mendidik mahasiswa ke arah pembelajaran kontekstual. Hasil belajar diperoleh dari saling berbagi antar-teman, antarkelompok, dan/ atau antarmahasis-wa yang tahu kepada mahasisantarmahasis-wa yang belum ta-hu. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam ke-lompok-kelompok belajar. Mahasiswa yang pan-dai mengajari mahasiswa yang lemah dan maha-siswa yang tahu memberi tahu mahamaha-siswa yang belum tahu. Kegiatan saling belajar ini bisa ter-jadi apalagi tidak ada pihak yang dominan dalam kelompok, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang me-nganggap paling tahu, semua pihak saling men-dengarkan.

Teknik debat topik dalam pembelajaran keterampilan berbicara menekankan tujuh kom-ponen atau pilar CTL. Kerja sama antara maha-siswa dalam satu kelompok kecil yang sifatnya heterogen. Wujud kerja sama dalam kelompok tersebut tidak hanya menekankan pada penyele-saian tugas-tugas, tetapi juga melatih mahasiswa untuk mampu memberikan dan menerima kritik-an dkritik-an sarkritik-an dalam bentuk liskritik-an, serta mena-namkan rasa tanggung jawab pada diri maha-siswa.

Berdasarkan hasil penelitian, pada kete-patan pelafalan untuk kegiatan siklus I rata-rata ketepatan pelafalan mahasiswa dalam berbicara masih dalam kategori kurang sekali. Setelah di-lakukan tindakan berdasarkan siklus I dan II, ter-jadi peningkatan dari kategori kurang sekali hingga kurang dan meningkat mencapai kategori baik.

(9)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik debat topik dapat meningkat-kan ketepatan pelafalan mahasiswa dalam berbi-cara. Hal ini terjadi karena kesempatan mahasis-wa untuk berlatih berbicara dengan lafal yang tepat di dalam kelas cukup banyak. Mahasiswa juga dapat saling mengoreksi kesalahan pelafal-an dalam kelompoknya. Selain itu, mahasiswa juga saling berbagi pengalaman belajar antara te-mannya.

Uraian hasil penelitian tentang ketepatan pilihan kata menunjukkan bahwa terjadi pening-katan ketepatan pilihan kata mahasiswa dalam berbicara setelah digunakan teknik debat topik dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini merupakan hasil pembelajaran yang mene-kankan pada kerja sama antarmahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kelompok-ke-lompok kecil tersebut, mahasiswa saling berbagi dan saling memperbaiki kesalahan pilihan kata setiap anggota kelompoknya.

Temuan dalam penelitian ini sejalan de-ngan uraian Keraf (2004:11) yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan komunikasi yang baik dan harmonis, seorang pembicara harus memili-ki kosakata yang luas. Kata merupakan alat pe-nyalur gagasan. Hal ini berarti bahwa semakin banyak kata yang dikuasai seseorang semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Namun, yang per-lu diperhatikan adalah cara memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan ide dan gagasan ter-sebut. Pilihan kata inilah yang disebut diksi.

Pada kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan dalam berbicara mahasiswa, rata-rata tingkat kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan dalam berbicara mahasiswa ber-ada pber-ada kategori kurang sekali. Setelah dilaku-kan tindadilaku-kan berdasardilaku-kan siklus I dan II, kefa-sihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, kebe-ranian, dan ketenangan dalam berbicara mahasis-wa meningkat dari kategori kurang sekali menja-di kategori baik sekali.

Hasil penelitian kefasihan/ kelancaran, ke-terbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan dalam berbicara mahasiswa menunjukkan bahwa kefasihan/ kelancaran, ketebukaan, relevansi, ke-beranian, dan ketenangan dalam berbicara maha-siswa dapat ditingkatkan dengan melalui peng-gunaan teknik debat topik dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Oleh karena menggu-snakan teknik debat topik dalam pembelajaran

keterampilan berbicara, maka mahasiswa men-dapat kesempatan yang banyak untuk praktik berbicara di dalam kelas. Di samping itu, maha-siswa juga lebih berani mengungkapkan gaga-sannya karena mahasiswa diberi kesempatan un-tuk menggunakan kata-katanya sendiri dan juga telah banyak berlatih berbicara di dalam kelom-pok-kelompok kecilnya.

Selanjutnya, uraian pelaksanaan pembela-jaran kedua aspek berbicara, yakni aspek keba-hasaan dan aspek nonkebakeba-hasaan yang dilaku-kan dalam penelitian ini disajidilaku-kan secara rinci berikut ini. Ketepatan pelafalan mahasiswa da-lam berbicara diajarkan pada siklus pertama dan siklus kedua . Hal ini dilakukan karena ketepatan pelafalan mahasiswa pada siklus pertama belum ada yang mencapai kategori baik sekali sehingga perlu diberikan pada siklus kedua. Ketepatan pi-lihan kata mahasiswa dalam berbicara diajarkan pada siklus pertama. Hal ini dilakukan karena ketepatan pilihan kata mahasiswa pada siklus ke-dua sudah mencapai kategori sedang hingga baik sekali.

Keefektifan kalimat mahasiswa dalam berbicara pada siklus pertama sampai pada sik-lus kedua berkategori sedang hingga baik sekali. Selanjutnya, kefasihan/ kelancaran, keterbukaan, relevansi, keberanian, ketenangan dalam berbi-cara mahasiswa diajarkan pada siklus pertama juga pada siklus kedua. Hal ini dilakukan karena kategori baik sekali mampu dicapai mahasiswa setelah pelaksanaan siklus kedua, sedangkan pa-da siklus pertama belum apa-da mahasiswa yang mencapai kategori baik sekali.

Berdasarkan hasil penelitian dan pemero-lehan data menunjukkan bahwa penggunaan tek-nik debat topik dapat meningkatkan keteram-pilan berbicara mahasiswa yang meliputi aspek kebahasaan, yakni: ketepatan pelafalan, ketepat-an pilihketepat-an kata, dketepat-an keefektifketepat-an kalimat, serta aspek nonkebahasaan, yakni: kefasihan/ kelan-caran, keterbukaan, relevansi, keberanian, dan ketenangan dalam berbicara.

Ditinjau dari aspek sikap dan tingkah laku, teknik debat topik menuntun mahasiswa dalam meningkatkan keaktifan dalam belajar. Hal ini tampak dari intensitas kehadiran mahasiswa se-lama pertemuan. Keaktifan mahasiswa tampak pula pada antusiasme dan perhatian yang serius dalam belajar, dari awal sampai selesai. Jarang ditemukan mahasiswa yang keluar masuk dan jarang pula mahasiswa yang fokus perhatiannya pada materi lain.

(10)

PENUTUP

Berdasarkan penyajian hasil analisis data, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) perencanaan penerapan strategi pem-belajaran terpadu dapat meningkatkan pembe-lajaran menyimak dan berbicara mahasiswa. Pe-rencanaan dalam meningkatkan pembelajaran menyimak terdiri atas: peneliti dan dosen me-nyusun SAP yang di dalamnya tergambar materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, tema wacana, media pembelajaran, metode pembela-jaran terpadu, yakni kooperatif learning dan metode SCRIPT (menyimak berpasangan), dan lembar penilaian (observasi dan alat evaluasi), alokasi waktu, yakni tiga kali pertemuan.

Langkah-langkah pelaksanaan selama dua siklus mengikuti langkah strategi terpadu, yakni menyimak berpasangan (SCRIPT) dan coopera-tive learning. Mahasiswa menyimak secara ber-pasangan dalam kelompok dan menjawab ma-salah secara bekerja sama. Setelah itu, aspek ber-bicara diterapkan dengan menuntun mahasiswa mengomunikasikan bahan simakan melalui ben-tuk diskusi debat dan tanya jawab.

Bahan evaluasi menyimak dan berbicara harus sejalan dengan konteks isi yang aktual dan faktual sesuai dengan masa kini. Artinya, materi bahan simakan adalah yang sesuai dengan kon-disi mahasiswa yang mempermudah untuk me-mahami isi dan mudah pula untuk didiskusi-debatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Halimah. 2006. ”Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Berbicara pada Mahasiswa Kelas X SMA Negeri I Campalagian Kabupaten Polewali Mandar: Suatu Penelitian Tindakan Kelas”.

Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Hasanuddin. 2007. “Pembelajaran Keterampilan

Ber-bicara dengan Teknik Inquiry Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Makassar: Suatu Penelitian Tindakan Kelas”. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar.

Rusdin. 2000. “Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Seko-lah Tinggi Agama Islam Negeri Dato Karama Palu”. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: PPs UNM.

Tolla, Ahmad. 1996. ”Kajian Pendekatan Komunika-tif dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di SMU di Kotamadya Ujung Pandang”. Diserta-si. Tidak diterbitkan. Malang: PPs IKIP Ma-lang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara suhu, tekanan dan waktu dengan kadar klorofil yang dihasilkan dari ekstraksi Spirulina platensis disajikan dalam

Sedangkan mekanisme transmisi moneter syariah melalui jalur harga aset dalam mengendalikan inflasi dengan uji IRF (model 2), variabel-variabel syariah yaitu

Respon masyakarat terhadap program acara ini juga sangat baik, banyak sekali yang telepon untuk berbicara dengan pemain ludruk tersebut, tidak hanya itu saja, pendengar

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi PERLNGKPN MOBIL PRIVAT LES JAKARTA BARAT Rumah Dijual BODETABEK JAKARTA PUSAT.. DIJUAL RMH / TOKO

Dalam hal ini data yang akan dikumpulkan adalah tentang media bahasa dalam pembelajaran Mahārat al-Kalām di Madrasah Tsanawiyah dan fungsi media menurut Kemp

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, narasumber mempunyai jawaban yang berva- riasi yang menghambat narasumber melaku- kan pengobatan TB, yaitu merasa sudah sehat, merasa

Rasio (nisbah) kelamin yang sama dilaporkan oleh Rochmady (2011) di daerah Pulau Tobea mendapatkan rasio kelamin jantan dan betina berada pada keadaan yang tidak