• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kandungan mineral pada tanah dan rumput gajah sebagai pakan ternak yang ditanam dilahan bekas tambang batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi kandungan mineral pada tanah dan rumput gajah sebagai pakan ternak yang ditanam dilahan bekas tambang batubara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Kandungan Mineral pada Tanah dan Rumput Gajah

sebagai Pakan Ternak yang Ditanam Dilahan Bekas

Tambang Batubara

(Evaluation of Mineral Content in Soil and Elephant Grass as

Animal Feed Planted on Coal Mines)

Harmini

Balai Penelitian Ternak, Jl. Veteran III, Ciawi, Bogor hmini2011@gmail.com

ABSTRACT

The development of animal feed plants (AFP) is constrained by the availability of land, the optimal land that is used for food, plantations. One of the available suboptimal lands is ex-mining land. Low fertility and heavy metal content are factors limiting ex-ex-mining land. This study aims to mineral content in the soil and elephant grass in the former coal mining land. The method used is descriptive. A sampling of soil and elephant grass was taken at each location. Chemical content of organic C soil 1.59-2.35, N total 0.28-0.33, P Bray 2.13-2.8, P HCl 75.36-78.95, Cation Exchange Capacity 75.36-78.95, pH H2O 4.21-4.46, Moisture content 2.75-3.39. The mineral content of elephant grass planted in TBA, Pesat and Pit J is Hg (0.002-0.416) ppm, As 0.002ppm, Pb (0.005-6.251) ppm, Fe (27.083-168.621) ppm, Mg (2047.711-2430.102) ppm, Mg, Mn (2047.711-2430.102) ppm. It was concluded that the former coal mining areas in Telaga Batu Arang (TBA), Pesat and Pit J can be used for elephant grass because the Hg, As, Pb, Fe, Mg, and Mn contents are below the permitted threshold for animal feed

Key words: Ex-coal mining, heavy metal, elephant grass

ABSTRAK

Pengembangan tanaman pakan ternak (TPT) terkendala ketersediaan lahan, lahan optimal yang ada digunakan pangan, perkebunan. Salah satu lahan suboptimal yang tersedia adalah lahan bekas tambang. Tingkat kesuburan yang rendah serta kandungan logam berat merupakan faktor pembatas lahan bekas tambang. Penelitian ini bertujuan untuk kandungan mineral di tanah dan rumput gajah di lahan bekas tambang batubara. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Pengambilan sampel tanah dan rumput gajah diambil dimasing-masing lokasi. Kandungan kimia tanah C organik 1,59-2,35, N total 0,28-0,33, P Bray 2,13-2,8, P HCl 75,36-78,95, kapasitas tukar kation 75,36-78,95, pH H2O 4,21-4,46, kadar air 2,75-3,39. Kandungan mineral pada rumput gajah yang ditanam di TBA, Pesat dan Pit J yaitu Hg (0,002-0,416) ppm, as 0,002 ppm, Pb (0,005-6,251) ppm, Fe (27.083-168.621) ppm, Mg (2047,711-2430,102) ppm, Mn (2047,711-(2047,711-2430,102) ppm. Disimpulkan lahan bekas tambang batubara di Telaga Batu Arang (TBA), Pesat dan Pit J dapat digunakan untuk rumput gajah karena kandungan Hg, As, Pb, Fe, Mg dan Mn dibawah ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak.

(2)

PENDAHULUAN

Pengembangan tanaman pakan ternak terkendala ketersediaan lahan. Lahan optimal yang tersedia dimanfaatkan untuk tanaman pangan. Ritung et al. 2015 melaporkan luas daratan Indonesia 191,09 juta ha, 95,9 juta ha (50,19%) potensial untuk pertanian, namun berada pada kawasan area penggunaan lain (APL), HPT (hutan produksi terbatas) dan HP (hutan produksi). Pemanfaatan lahan-lahan suboptimal menjadi solusi, salah satunya adalah lahan bekas tambang. Luas lahan bekas tambang di Indonesia 500.000 ha, sebagian besar bermasalah pada tingkat kesuburan tanah pada sifat (fisik, kimia dan biologi tanah (Balai Penelitian Tanah 2019).

Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah penghasil batubara tertinggi di Indonesia. BPS Kalimantan Timur (2016) menyatakan produksi batubara di Kaltim sebesar 236,6 juta ton, sementara produksi batubara nasional 419 juta ton. Ada beberapa perusahaan yang mendapat konsesi untuk pertambangan batubara di Kaltim. Kaltim Prima Coal (KPC) mendapat wilayah konsesi 90.938 ha (KPC 2019). Penambangan batubara di KPC dilakukan secara terbuka (open cut mining). Penambangan secara terbuka dilakukan dengan membuka lapisan tanah atas (top soil) kemudian dipindahkan dan setelah penambangan selesai dikembalikan di tempat semula. Meskipun lapisan top soil telah dikembalikan tetapi kondisinya tidak sama seperti semula karena bahan galian mineral telah diambil dan tanah menjadi padat karena alat-alat berat. Kondisi ini akan mengakibatkan lahan bekas tambang tingkat kesuburan tanah rendah, pH rendah, serta adanya logam berat. Subowo (2011) menyatakan untuk mengendalikan dampak dari penambangan terbuka yang berorientasi pada pelestarian sumberdaya alam langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1) penambangan dimulai dari lereng paling bawah dilakukan secara blok 2) reklamasi langsung setelah selesai penambangan, 3) permukaan lahan dibuat terasering, lebar datar >5 m, tinggi antar teras <2 m, kemiringan tebing ±60%, 4) lapisan pucuk (topsoil) dikembalikan seperti awal dengan ketebalan >20 cm ditambahkan kapur, pupuk organik, pupuk anorganik atau pupuk hayati, 5) biorehabilitasi menggunakan cacing tanah endogaesis serta legum untuk tanaman pionir sehingga mempercepat suksesi alami, serta 6) pemeliharaan tanaman sehingga sesuai dengan tujuan ekosistem. Mikoriza memicu pertumbuhan awal tanaman, meningkatkan pertumbuhan maupun mutu bibit serta menghasilkan bahan kering tajuk tanaman di lahan bekas tambang (Daru 2019; Tuheteru et al. 2011).

Revegetasi dilakukan dengan mengembalikan top soil serta flora dan fauna in situ yang dipindahkan dan disimpan dalam bentuk biji maupun benih sebelum penambangan. Selain tanaman lokal juga tanaman-tanaman introduksi lainnya seperti tanaman perkebunan dan tanaman pakan ternak. Kondisi tanah yang sangat miskin unsur haradan tidak ada mikroorganisme tanah berakibat tanaman sulit untuk tumbuh. Tanah di lahan bekas tambang batubara Sangatta mempunyai KTK sedang sampai tinggi, kandungan bahan organik rendah, bersifat asam dengan kandungan Al tinggi (Sudaryono 2009). Untuk memulihkan kondisi tanah dilakukan berbagai tindakan seperti pemberian fungi Mikoriza arbuskula, pengomposan, maupun fitoremediasi. Satu tanaman yang digunakan untuk fitoremediasi adalah tanaman pakan ternak (TPT). Fitoremediasi merupakan pemanfaatan tanaman untuk mengurangi atau menghilangkan polutan baik senyawa organik maupun an organik. Pemanfaatan TPT untuk fitoremediasi dipilih yang mampu menahan logam berat sampai di akar, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kandungan mineral pada rumput gajah di lahan bekas tambang batubara di KPC untuk tiga titik pengembanan TPT serta kandungan logam berat pada tajuk rumput gajah yang ditanam dilahan tersebut.

(3)

MATERI DAN METODE Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018, di lahan pasca tambang batubara KPC di Sanggatta, Kutai Timur. Pengambilan sampel tanah dan hijauan di tiga lokasi yaitu Peternakan Sapi Perah Terpadu (PESAT) untuk pengambangan sapi perah, Telaga Batu Arang (TBA) untuk pengembangan rusa dan di Pit J untuk pengembangan sapi potong.

Prosedur penelitian Tanah

Sampel tanah diambil di masing-masing lokasi pada tiga titik yang telah ditentukan sedalam ± 20 cm, jarak antar titik ± 25 m. Sampel tanah dibersihkan dari sisa tanaman dan akar, setelah bersih dimasukkan ke kantong plastik masing-masing 1 kg. Sampel tanah diambil pada titik yang telah ditentukan sedalam ± 20 cm sebanyak tiga titik. Titik satu ke titik kedua berjarak ± 25 m, dan jarak yang sama titik kedua ke titik ketiga. Sampel-sampel tanah dibersihkan dari sisa tanaman dan akar, setelah bersih dimasukkan ke kantong plastik masing-masing 1 kg. Sampel rumput gajah diambil bagian tajuk, selanjutnya diangin-anginkan kemudian dikeringkan pada suhu 60°C sampai berat keringnya konstan. Contoh tanah diambil dilokasi lahan pasca tambang batubara KPC yaitu di Pesat, Telaga Batu Arang (TBA) dan Pit J. Pengeringan dilakukan dengan contoh tanah disebarkan diatas tampah yang dialasi kertas sampul. Label karton yang berisi nomer laboratorium contoh diselipkan di bawah kertas. Tanah dibersihkan dari akar-akar atau sisa tanaman segar. Bongkahan tanah yang besar dikecilkan dengan tangan. Sampel tanah disimpan pada rak diruangan khusus bebas kontaminan dan terlindung dari sinar matahari atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40°C. Penumbukan dan pengayakan dilakukan untuk mendapatkan sampel tanah dengan ukuran partikel <2 mm dan <0,5 mm. Sampel tanah ditumbuk pada lumpang porselin atau digiling dan diayak dengan ayakan ukuran 2 mm. Simpan dalam botol diberi nomor. Sampel tanah dengan ukuran 0,5 mm diambil dari contoh <2 mm, digerus atau digiling dan diayak dengan ayakan 0,5 mm. Sampel tanah dengan ukuran <0,5 total unsur hara makro dan mikro, sedang sampel tanah ukuran <2 mm untuk penetapatan unsur hara makro dan mikro. Parameter yang akan diamati adalah pH tanah, C-organik, N total, P, Kapasitas Tukar Kation (KTK), unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn) dan logam berat (As, Hg, Pb, Mg). Rumput gajah

Sampel rumput gajah diambil bagian tajuk, selanjutnya diangin-anginkan kemudian dikeringkan pada suhu 60°C sampai berat keringnya konstan. Contoh tanaman diambil dimasing-masing lokasi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel sedikit demi sedikit hingga mencapai bobot 3 kg untuk hijauan segar. Setiap sampel komposit dimasukkan dalam kantong dan diberi label. Sampel tanaman dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven suhu 70°C dan berkipas agar pengeringan lebih cepat. Sampel yang telah kering kemudian digiling dengan grinder mesin yang menggunakan filter dengan kehalusan 0,5 mm. Sampel yang telah digiling dimasukkan ke dalam botol plastik ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi dan diberi nomor dan contoh-contoh siap untuk analisis kimia.

(4)

Analisa tanah

Parameter pengamatan dan metode analisis pada tanah sebagai berikut: pH 1:5 dengan H2O dan KCl, C org (%) dengan Walkley & Black, N total % dengan Kjeldahl, P

(ppm) dengan Bray dan HCl 25%, KTK (cmol(+/kg)) dengan N Nh4Oac pH 7,0, mineral Fe, Cu, Zn, Mn, Pb, As, Hg dengan DPTA, kadar air dengan Gravimetri.

Kandungan mineral hijauan (As, Hg, Pb, Fe, Mn, Mg)

Sampel ditimbang sebanyak ± 10 g contoh rumput gajah dan dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer ukuran 125 mL/100 mL. Ditambahkan 5 ml HNO3 p.a, didiamkan

selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam sampel ditutup dan dibiarkan semalam. Ditambahkan 0.4 m H2SO4 (p) ,lalu dipanaskan diatas hot plate sampai larutan berkurang

(lebih pekat), biasanya ± 1 jam. Ditambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4: HNO3

(2:1). Sampel masih tetap diatas hot plate, karena pemanasan terus dilanjutkan sampai ada perubahan warna dari coklat →kuning tua→kuning muda (biasanya ± 1 jam). Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10-15 menit. Pindahkan sampel, dinginkan dan tambahkan 2 mL aquades dan 0,6 mL HCl (p). Dipanaskan kembali agar sampel larut (±15 menit) kemudian masukkan kedalam labu takar 100 mL. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool atau kertas saring. Hasil pengabuan basah bisa di analisis di AAS atau spektrofotometer untuk dianalisis berbagai mineral. Analisis data

Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif untuk kualitas dan kandungan mineral tanah dan kandungan mineral rumput gajah dari lahan bekas tambang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan kimia tanah

Pada Tabel 1 menunjukkan kandungan kimia tanah di lahan bekas tambang batubara KPC tiga lokasi berbeda. Kandungan C-org di Telaga Batu Arang (TBA) dan Pit J rendah dan di Pesat sedang, N total di ketiga lokasi sangat rendah, P Bray juga sangat rendah, KTK di TBA rendah sementara di Pit J sedang. Derajat Keasaman (pH) H2O ketiga lokasi

tergolong sangat masam pH <4,5 (Puslittanah 1983). Brachia (2009) menyatakan untuk menetralisir kemasaman tanah yang umum dengan pengapuran, reaksi kimia kapur akan melepaskan kation Ca2+ sehingga ketersediaan kalsium meningkat, dan reaksi tersebut akan melepaskan ion hidroksil OH-1 yang akan menetralisir kemasaman tanah dan meningkatkan pH tanah. Kadar air dari 2,75-3,39. Kandungan mineral Fe, Zn, Mn tinggi di ketiga lokasi. Kandungan mineral Cu tinggi di Pesat dan Pit J, sedangkan di TBA rendah. Sementara As dan Hg tidak terdeteksi di ketiga lokasi. Mashud dan Manaroinsong (2014) melaporkan tingkat kemasaman (pH) tanah di lima lokasi bekas tambang batubara tergolong sangat masam hingga agak masam (4,10-6,46), C-organik rendah-tinggi (0,48-4,82%), kandungan bahan organik rendah-tinggi (1,85-8,30%), ratio C/N rendah-sedang (12,47-22,9), N total sangat rendah-sedang (0,08-0,21%), P tersedia rendah (3,52-7,72 ppm), K tersedia tinggi (11,47-92,80 ppm dan kandungan logam berat Pb rendah (4,87-11,40 ppm). Bobot isi, porositas, infiltrasi, permeabilitas, bahan organik, dan pH tanah mengalami perbaikan seiring peningkatan umur reklamasi lahan (Sofyan et

(5)

al. 2017). Tanah ultisol pada lahan bekas tambang batubara mempunyai kendala untuk pengembangan usahatani karena kandungan bahan organik rendah, kejenuhan Al tinggi, perlu pengapuran atau pemupukan phospat (unsur P) dan KCl (Sudaryono 2009).

Tabel 1. Hasil analisis tanah di lahan pasca tambang Sifat tanah Pesat

(Harmini et al. 2019) Tba Pit J

Baku mutu TCLP**) C org (%) N total (%) P Bray (ppm) P HCl (ppm) KTK (cmol(+/kg) 2,35 (sedang) 0,33 (sedang) 2,53 (rendah) 78,95 (rendah) 18,71 (rendah) 1,59 (rendah) 0,28 (sedang) 2,13 (rendah) 35,36 (rendah) 13,43 (rendah) 1,59 (rendah) 0,36 (sedang) 2,8 (rendah) 70,06 (rendah) 22,45 (rendah) - - - - - - pH H2O pH (KCl) Kadar air 4,41 (sangat masam) 3,93 (sangat masam) 3,39 4,46 (masam) 4,01 (sangat masam) 2,75 4,21(sangat masam) 3,78 (sangat masam) 3,06 - - - Fe (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm) Pb (ppm) As (ppm) Hg (ppm) 430,87 (tinggi) 2,56 (tinggi) 7,17 (tinggi) 20,00 (tinggi) 2,24 0,00 0,00 264,75 (tinggi) 1,64 (rendah) 2,16 (tinggi) 16,11 (tinggi) 2,16 0,00 0,00 118,43 (tinggi) 2,22 (tinggi) 2,38 (tinggi) 19,09 (tinggi) 2,32 0,00 0,00 - 10,0 50,0 - 5,0 5,0 - Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor 2018

*) TCLP (Toxicity characyeristic leaching procedure), ESDM 2006

Penambangan batubara yang dilakukan secara terbuka menyebabkan terbongkarnya lapisan tanah atas dan bawah sehingga kualitas tanah turun drastik mampu ditingkatkan kandungan C-organik, N-total dan pH tanah dengan revegetasi lahan dengan tanaman pioneer dan tanaman lokal (Sittadewi 2016; Agus et al. 2014). Lahan bekas tambang batubara di PT. Bukit Asam (Persero) TBK, yang telah direvegetasi selama 12 tahun mampu meningkatkan kualitas fisik dan kimia tanah ke level yang sesuai untuk tanaman pangan (Hermawan 2011). Peningkatan kandungan C organik akan diikuti oleh penurunan Cr (VI) dan kenaikan pH akan diikuti oleh kenaikan Cr (VI) di lahan bekas tambang batubara ( Saidy & Badruzsaufari 2009). Abu batubara berpotensi menurunkan tingkat keasaman tanah dan pemberian kapur mampu menaikkan pH tanah di lahan bekas tambang batubara (Sittadewi 2016; Kurniawan et al. 2014). Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah dapat ditingkatkan dengan pemberian sludge dari industri kertas yang diberikan secara langsung dengan dosis 50% (v/v) mampu meningkatkan KTK 167%, pH 103% dan S serta SO4 turun 87,05% (Widyati et al. 2005). Lahan bekas tambang miskin unsur hara tanah serta tidak terdapat mikroba-mikroba di dalam tanah. Penggunaan fungi mikoriza arbuskula (FMA) adalah salah satu cara meningkatkan kesuburan tanah. Penanaman bibit yang diinokulasi mikroba dapat mempercepat proses regenerasi alami pada lahan bekas tambang karena tanaman bermikoriza dapat

(6)

meningkatkan penyerapan unsur hara seperti P, N, K, Ca dan Mg (Singh & Jamaluddin 2011; Karti 2004).

Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan mineral Hg, As, Pb, Mg, Mn dan Fe rumput gajah di lahan bekas tambang batubara dan ambang batas untuk pakan yang diijinkan. Berdasarkan hasil penelitian ini rumput gajah di lahan bekas tambang batubara aman dikonsumsi oleh ternak. Kandungan Hg dan Fe tertinggi di Pit J. Kandungan Mn dan Mg tertinggi di tertinggi di TBA dan kandungan Pb tertinggi di Pesat. Minson (1990) menyatakan rumput daerah tropik mempunyai konsentrasi Mg lebih tinggi dibandingkan rumput daerah sub tropis. Mashwani et al. (2012) melaporkan kandungan K+ dan Mg2+ pada Pennesitum orientalis tinggi, tetapi Ca2+ ditemukan terendah, rumput ini merupakan hijauan dengan kandungan makro mineral yang tinggi yang bisa digunakan sebagai pakan ternak dengan suplemen untuk berbagai kondisi produksi peternakan. Amonoo-Neizer et al. (1996) menyatakan As dan Hg terdistribusi signifikan pada topsoil, Musa paradisiaca, Ceratopteris cornuta, Pennisetum purpureum, Manihot esculenta, Heterobranchus bidorsalis di lahan bekas tambang emas. McDonald et al. (2002) konsentrasi Fe pada hijauan berada pada kisaran tinggi apabila konsentrasinya lebih dari 200 mg Fe/kg bahan kering. Liu et al. (2009) menyatakan toksisitas Cu pada rumput gajah, vetiver dan upland reed berkorelasi positif pada total dan bioavailabilitas Cu di tanah, rumput gajah lebih toleran dibanding vetiver dan upland reed. Pertumbuhan rumput gajah akan terhambat pada tanah yang terkontaminasi Cu (Ishii et al. 2015). Rumput gajah (Pennisatum purpureum) mampu hidup dilahan marjinal dan lahan kritis (Sanderson & Paul 2008).

Tabel 2. Kandungan mineral pada rumput gajah

Mineral Kandungan mineral Ambang batas

(ppm)

Pesat TBA Pit J

Hg (ppm) 0,123 0,002 0,416 2*) As (ppm) 0,002 <0,002 <0,002 50*) Pb (ppm) 6,251 <0,005 <0,548 30*) Fe 54,99 27,083 168,621 1000**) Mn 67,199 226,970 124,993 1000**) Mg 2047,711 2430,102 2069,936 6400**) Sumber: *) BSN (2009); **) NRC (2001) KESIMPULAN

Tingkat kesuburan lahan bekas tambang di ketiga lokasi Pesat, TBA dan Pit J, tergolong rendah. Kandungan mineral (logam berat) pada rumput gajah yang ditanam diketiga lahan bekas tambang batubara masih dibawah ambang batas yang diijinkan untuk pakan ternak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan rumput gajah yang ditanam di lahan bekas tambang aman untuk diberikan pada ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Agus C, Pradipa E, Wulandari D, Supriyo H, Saridi, Herika D. 2014. Peran revegetasi terhadap restorasi tanah pada lahan rehabilitasi tambang batubara di daerah tropika. J Manusia Lingkungan. 21:60-66.

(7)

Amonoo-Neizer EH, Bakiamah SB, Nyamah D. 1996. Mercury and arsenic pollution in soil and biological samples around the mining town of Obuasi, Ghana. Water Air Soil Pollution. 91:363-373.

Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2016. Data produksi batubara [Internet]. [disitasi 8 Juli 2019]. Tersedia dari: https://kaltim.bps.go.id/statictable/2015/03/10/84/produksi-batubara-2009-2015-.html.

Balittanah. 2019. Luas lahan bekas tambang [Internet]. [disitasi 8 Juli 2019]. Tersedia dari:

http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu-58/1033-bektam.

Bracia MF. 2009. Agroekosistem tanah mineral masam. Yogyakarta (Indonesia): UGM Press. Badan Standardisasi Nasional. 2009. Pakan konsentrat – bagian 1: Sapi perah. Jakarta

(Indonesia). BSN:SNI 3148.1:2009.

Daru TP. 2009. Teknik pengembangan tanaman penutup tanah pada lahan reklamasi tambang batubara sebagai pastura [Disertasi]. [Bogor (Indonesia)]. Institut Pertanian Bogor. Harmini, Evvyernie D, Karti PDMH, Widiawati. 2019. Evaluation of quality of forage and

mineral content on elephant grass (Pennisetum purpureum) at ex-coal mining. AIP Conference Proceedings.

Hermawan B. 2011. Peningkatan kualitas lahan bekas tambang melalui revegetasi dan kesesuaiannya sebagai lahan pertanian tanaman pangan. Pengendalian Alih Fungsi Lahan dan Hutan. hlm. 60-70.

Ishii Y, Hamano K, Kang DJ, Idota S, Nishiwaki A. 2015. Cadmium phytoremediation potential of napier grass cultivated in Kyushu, Japan. Appl Environment Soil Sci. 1-6. Karti PDMH. 2004. Pengaruh penggunaan bakteri penambat nitrogen, cendawan Mikoriza

arbuskula dan penambahan bahan organik pada Stylosanthes guyanensis. Media Peternakan. 27:63-68.

PT Kaltim Prima Coal. 2005. Analisis mengenai dampak lingkungan PT Kaltim Prima Coal untuk kegiatan peningkatan kapasitas produksi batubara. Laporan Tahunan. Jakarta (Indonesia): PT Kaltim Prima Coal.

Kurniawan AR, Surono W, Alimano M. 2014. Potensi pemanfaatan limbah pembakaran batubara PLTU sebagai media tanam dalam kegiatan revegetasi lahan bekas tambang batubara. J Teknologi Mineral Batubara. 10:142-154.

Liu X, Shen Y, Lou L, Ding C, Cai Q. 2009. Copper tolerance of the biomass elephant grass (Pennisetum purpureum Schumach), Vetiver grass (Vetiver zizanioides) and the upland reed (Phragmites australis) in soil culture. Biotechnol Adv. 27:633-640.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal nutrition. 6th ed. London (UK): Pearson Education.

Mansyur, Djuned H, Dhalika T, Abdullah L. 2006. Concentration of potassium, magnesium, and iron of Brachiaria humidicola(Rendle Schweick) at various cultivation methods and defoliation intervals. J Anim Prod. 8:34-43.

Mashud N, Manaroinsong E. 2014. Pemanfaatan lahan bekas tambang batubara untuk pengembangan sagu. Buletin Palma. 15:56-63.

Mashwani ZUR, Ahmad M, Khan M, Zafar M. 2012. Macro-mineral quantification of the forage grass species in the Gandgar Hill, awestern Himalaya, Pakistan. Pak J Bot. 44:117-121.

(8)

[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient requirment of dairy cattle. 7th ed. Revised edition. Washington DC (USA): Proceedings of the National Academy of Sciences. [Puslittanah] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Kriteria penilaian data sifat analisis kimia tanah.

Bogor (Indonesia): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ritung S, Suryani E, Subardja D, Sukarman, Nugroho K, Suparto, Hikmatullah, Mulyami A, Tafakresnanto, Sulaeman Y, et al. 2015. Sumber daya lahan pertanian Indonesia (luas, penyebaran, dan potensia ketersediaan). Jakarta (Indonesia): Indonesia Agency For Agricultural Research and Development (IAARD) Press.

Sanderson MA, Paul RA. 2008. Perennial forages as second generation bioenergy crops. Int J Mol Sci. 9:768-788.

Saudy AR, Badruzsaufari. 2009. Hubungan antara konsentrasi Cr (VI) dan sifat kimia tanah: Informasi awal untuk remediasi lahan bekas tambang di Kalimantan Selatan. J Tanah Trop. 14:97-103.

Singh AJ, Jamaluddin. 2011. Status and diversity of arbuscular mycorrhizal fungu and its role in natural regeneration on limestone mined spoils. Biodiversitas. 12:107-111.

Sittadewi EH. 2016. Mitigasi lahan terdegradasi akibat penambangan melalui revegetasi. J Sains Teknologi Mitigasi Bencana. 11:50-60.

Sofyan RH, Wahjunie ED, Hidayat Y. 2017. Karakterisasi fisik dan kelembaban tanah pada berbagai umur reklamasi lahan bekas tambang. Buletin Tanah Lahan. 1:72-78.

Subowo G. 2011. Penambangan sistem terbuka ramah lingkungan dan upaya reklamasi pasca tambang untuk memperbaiki kualitas sumberdaya lahan dan hayati tanah. J Sumberdaya Lahan. 5:83-94.

Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan batubara Sangatta, Kalimantan Timur. J Teknologi Lingkungan. 10:337-346.

Tuheteru FD, Mansur I, Wibowo C. 2011. Pengaruh teknik pembenihan langsung dan penyiangan terhadap pertumbuhan awal merbau (Intsia bijuga OK). J Penelitian Hutan Konservasi Alam. 8:227.

Widyati E, Mansur I, Kusmana C, Anas I, Santoso E. 2005. Pemanfaatan sludge industry

kertas sebagai agen pembenah tanah pada lahan bekas tambang batubara. J Penelitian Hutan Konservasi Alam. 2:127-134.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis tanah di lahan pasca tambang
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan mineral Hg, As, Pb, Mg, Mn dan Fe  rumput gajah di lahan bekas tambang batubara  dan ambang batas untuk pakan yang  diijinkan

Referensi

Dokumen terkait

nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Pemanfaatan bahan tanah mineral sebagai bahan pembenah tanah dalam mereklamasi lahan bekas tambang menjadi lahan

PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON (Paraserienthes falcataria) DAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DI LAHAN. BEKAS

1) Bahan tanah diambil dari lokasi bekas tambang batubara pit Kalajengking, site Bendili. Kemudian bahan tanah tersebut dibawa ke rumah kaca di area nursery Tango

Penelitian mengenai Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Sifat Fisika Tanah Bekas Tambang Batubara Ombilin telah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi biologis tanah bekas tambang batubara sebelum dan setelah diberikan FMA serta mengetahui dosis FMA yang

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P&gt;0,05) terhadap kandungan gizi protein kasar Rumput Gajah

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P&gt;0,05) terhadap kandungan gizi protein kasar Rumput Gajah

ISBN: 978-979-587-801-8 90 Kandungan mineral vegetasi hijauan rawa lebak yang terbaik adalah kumpai minyak, are bolong, kerak maling dan telepuk gajah sebagai pakan kerbau pampangan,