• Tidak ada hasil yang ditemukan

BURUNG ELANG JAWA SEBAGAI IDE DASAR PENCIPTAAN MOTIF BATIK TULIS PADA BLAZER WANITA USIA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BURUNG ELANG JAWA SEBAGAI IDE DASAR PENCIPTAAN MOTIF BATIK TULIS PADA BLAZER WANITA USIA REMAJA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BURUNG ELANG JAWA SEBAGAI IDE DASAR PENCIPTAAN MOTIF BATIK

TULIS PADA BLAZER WANITA USIA REMAJA

JAVAN HAWK-EAGLE THE CORE IDEA IN THE CREATION OF WRITTEN BATIK PATTERN ON TEEN GIRLS’BLAZER

Oleh: Aghnia Dalila Azizah, Program Studi Pendidikan Seni Kerajinan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Inni_agnii@yahoo.com

Abstrak

Tugas akhir karya seni ini mendeskripsikan tentang ciri fisik dan perilaku burung elang Jawa yang dijadikan sebagai ide dasar dalam penciptaan motif batik tulis pada blazer wanita usia remaja. Proses penciptaan karya dimulai dari tahap eksplorasi dengan mencari segala informasi tentang burung elang Jawa melalui pengamatan secara visual, pengumpulan studi pustaka, dan mengembangkan imajinasi, tahap perancangan dengan membuat desain gambar alternatif untuk kemudian ditentukan desain gambar terpilih, dan tahap perwujudan dengan cara memvisualisasikan menjadi sebuah karya seni batik melalui proses membatik. Penyelesaian akhir yaitu menjahit menjadi blazer dan menyetrika. Bahan yang digunakan adalah malam dan kain mori primissima, sedangkan alat yang digunakan adalah canting. Pembuatan karya batik tulis ini menggunakan teknik pewarnaan celup yang terdiri dari pewarna naptol dan indigosol, sedangkan teknik pewarnaan colet menggunakan pewarna rapid. Adapun karya yang berjumlah 6 terdiri dari motif elang Jawa “Terbang Tinggi di Langit”, “Berburu”, “Berkasih Sayang”, “Kawung”, “Sayap Pelindung”, “Bertengger”

Kata kunci: Motif Batik, Burung Elang Jawa, Blazer

By: Aghnia Dalila Azizah, Craft and Art Education Study Program, Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University, Inni_agnii@yahoo.com

Abstract

This final task aims at describing the physical characteristics and behavior of Javan hawk-eagle as the core idea in the creation of written batik pattern on teen girls’ blazer. The process of creating the artwork starts from the exploration stage to find all the information about the Javan hawk-eagle through visual observation, review of the literature, and imagination phase. The second stage, the design phase, is accomplished by creating the alternative image designs to decide the selected image designs. The last stage, the batik making phase, is performed by visualizing the designs into a batik artwork through the process of creating batik. The final stage is sewing the written batik into a blazer and ironing it. The materials used in these processes are malam and Primissima white cloth, while the tool utilized in the process is canting. This written batik uses the soaking dye technique which makes use of naptol and indigosol, while the colet dyeing technique uses rapid dye. The artwork consists of six different Javan hawk-eagle motifs, i.e. “Terbang Tinggi di Langit”, “Berburu”, “Berkasih Sayang”, “Kawung”, “Sayap Pelindung”, “Bertengger”

Keywords: Batik patterns, Javan hawk-eagle, Blazer

PENDAHULUAN

. Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang terkenal dengan kekayaan kebudayaannya dari masing-masing daerah. Setiap daerah yang terletak dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki ciri khas dari masing-masing daerahnya, baik seni, budaya,

dan sejarahnya. Salah satu budaya yang mencirikan khas Indonesia adalah batik.

Menurut Wulandari (2011: 9), batik merupakan salah satu kain istimewa hasil dari kebudayaan Indonesia. Motif pada kain batik bukan sekedar tanpa makna. Pada setiap motif dan jenisnya, ada berbagai makna filosofis yang

▸ Baca selengkapnya: arti burung elang terbang diatas rumah

(2)

memiliki nilai dan sejarah yang panjang. Terdapat perjalanan sejarah yang dapat dibaca lewat tuturan corak dan motif batik. Corak dan motif batik ini tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang melekat dari wilayah asal pembuatannya. Motif pada batik merupakan satu dasar dari suatu pola gambar yang merupakan pusat suatu rancangan gambar, sehingga makna dibalik motif batik tersebut dapat diungkapkan. Salah satu cara menjaga kelestarian batik dapat dilakukan dengan membuat motif batik yang baru hasil stilisasi dari objek-objek di sekitar kita. Agar motif batik lebih beragam atau bervariasi penulis ingin membuat motif batik “elang Jawa” yang terinspirasi dari perilaku hewan endemik pulau Jawa ini. Pemilihan binatang menjadi motif batik tentu saja memiliki maksud dan arti yang menunjukkan pentingnya binatang tersebut dalam kehidupan manusia sehingga diabadikan dalam suatu motif.

Burung selalu menarik perhatian dibanding dengan hewan lain. Terdapat bermacam-macam burung yang mempunyai karakteristik khas, seperti burung beo, burung bangau, burung elang, dan lain-lain. Burung merupakan salah satu diantara lima kelas hewan yang bertulang belakang, berdarah panas dan berkembang biak melalui telur, tubuhnya tertutup bulu, dan mempunyai bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Dari sekian banyak jenis burung ada yang sudah mulai punah akibat penangkapan dan penjualan ilegal, salah satu jenis burung yang hampir punah adalah burung elang Jawa.

Burung elang Jawa dijadikan sebagai ide penciptaan dari motif batik sebagai upaya penulis untuk mengangkat keunikan dari burung elang Jawa, serta tersentuh untuk mengapresiasi dan ikut mengajak pembaca untuk menjaga

kelestarian burung elang Jawa yang hampir punah melalui karya batik tulis. Karya batik ini dikembangkan menjadi beberapa karya seni batik berupa pakaian wanita, yaitu blazer.

Blazer merupakan bagian berbusana yang

melengkapi gaya berbusana wanita usia remaja. Bahkan tidak sedikit yang menyebutkan bahwa baju wanita dengan sentuhan atau kombinasi

blazer dapat menambah daya tarik berbusana

wanita usia remaja. Salah satu model blazer yang saat ini sedang trend ialah blazer dengan model panjang atau biasa disebut dengan long line

blazer.

Akhir-akhir ini model blazer memang sudah banyak perkembangan dari segi desain dan juga bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan untuk proses pembuatan blazer ini adalah dari bahan cotton, polyester hingga chiffon dengan model tuxedo, pleated bahkan juga

sequin. Kini di Indonesia juga terdapat blazer

dengan motif batik yang tentu saja menonjolkan keindahan Indonesia. Dengan demikian, blazer akan mampu memberikan tampilan yang elegan dan profesional hampir pada semua situasi.

Penulis memiliki ide untuk

memadupadankan batik tulis dengan model long

line blazer yang dapat digunakan oleh wanita usia

remaja. Batik tulis model long line blazer ini nantinya dapat digunakan dalam berbagai acara, baik acara formal maupun nonformal.

EKSPLORASI DAN IDE DASAR

PENCIPTAAN Eksplorasi

1. Burung Elang Jawa

Burung elang Jawa (spizaetus bartelsi) merupakan burung endemik pulau Jawa yang saat

(3)

ini terancam punah. Burung ini merupakan salah satu jenis burung pemangsa yang unik dan hanya terdapat di pulau Jawa. Menurut Prawiradilaga (1999: 1), ciri khas dari burung ini adalah memiliki mata yang garang dan jambul yang indah serta paruh yang kokoh dan tajam untuk mengoyak mangsanya. Elang Jawa memiliki kemiripan dengan burung Garuda pada lambang negara Indonesia yang ditetapkan sebagai lambang satwa langka pada tahun 1992.

Elang Jawa merupakan sosok burung perkasa, dengan mata yang tajam dan cakarnya yang kuat, elang sering menjadi simbol sebuah negara karena keperkasaanya. Tak hanya itu burung elang Jawa merupakan binatang gagah. Elang juga menjadi rajanya udara dan menjadi salah satu burung yang paling disegani di kelasnya. Elang dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar, serta paruh yang besar dan tajam.

Jenis hutan yang dihuni burung elang Jawa meliputi hutan primer, sekunder, dan hutan produksi. Menurut Prawiradilaga (1999: 4), elang Jawa biasanya bersarang di hutan primer, sekunder, atau hutan pinus. Sarangnya biasanya terletak pada lereng bukit dan merupakan pohon yang tertinggi di sekitar daerah tersebut. Sarang burung elang Jawa biasanya berbentuk mangkuk dan bahan sarang terdiri dari ranting, akar tanaman anggrek, serta dedaunan.

Menurut Prawiradilaga (1999: 7), burung elang Jawa melakukan aktivitas berburu dengan dua macam teknik, yaitu dengan cara bertengger pada dahan di daerah perburuan sambil mengamati mangsanya dan terbang rendah di atas

tajuk pohon kemudian berputar-putar sambil mencari gerakan mangsa.

Burung elang Jawa memiliki sifat agresif pada saat musim bersarang. Mereka akan mempertahankan teritori di sekitar sarangnya. Apabila ada burung elang Jawa lain yang diduga akan membahayakan sarangnya akan diusir oleh pasangan pemilik sarang tersebut.

2. Batik

Batik merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang memiliki keindahan yang terletak pada goresan lilin dari canting berupa rangkaian titik-titik dan garis yang membentuk motif atau corak indah pada selembar kain yang luas dan lebar. Menurut Rasjoyo (2008: 1), kata batik sebenarnya berasal dari bahasa Jawa, dari akar kata “tik” yang mempunyai pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut dan kecil yang mengandung unsur keindahan atau dengan kata lain menitikkan malam dengan canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titik dan garis. 3. Motif

Selain berfungsi sebagai hiasan, motif merupakan sumber informasi kebudayaan dalam wujud lambang-lambang yang mempunyai makna motif yang diterapkan pada setiap benda kerajinan umumnya merupakan stilisasi dari bentuk-bentuk yang ada di sekitar alam.

Menurut Suhersono (2005: 13), motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk situasi alam, benda, dengan gaya dan cirri khas tersendiri. Sektiadi (2005: 2) mengemukakan bahwa motif adalah hiasan yang digunakan dalam batik.

(4)

4. Pola

Pola batik adalah susunan motif hias batik secara keseluruhan. Pola batik merupakan susunan dari unsur-unsur tertentu sehingga menjadi satu kesatuan yang baru. Untuk mengetahui tentang pola batik, kita harus mengetahui unsur-unsur tersebut. Pola batik tradisional biasanya terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu motif pokok, motif pengisi bidang, dan motif isen (isian).

5. Desain

Pada dasarnya desain merupakan proses atau perbuatan dengan mengatur segala sesuatu sebelum bertindak atau merancang. Menurut Widarwati (1993: 2), desain adalah suatu rancangan atau gambaran suatu objek atau benda, dibuat berdasarkan susunan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur.

Unsur desain adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyusun rancangan dan unsur desain tersebut, menurut penyusunan adalah segala unsur-unsur digunakan untuk menyusun rancangan sehingga mewujudkan suatu desain (Widarwati, 1993: 7). Unsur-unsur desain terdiri dari titik, garis, bentuk, skala, warna, dan tekstur.

Untuk mendapatkan hasil yang indah dalam suatu susuan perlu menyusun unsur-unsur dan bagian-bagian yang akan dihias agar susunan yang diperoleh terlihat baik, diperlukan cara-cara tertentu yang disebut prinsip-prinsip desain. Adapun prinsip-prinsip desain meliputi proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan.

6. Blazer

Blazer merupakan suatu jenis busana atau

pakaian yang mirip dengan jaket atau jas. Model pakaian blazer memang tergolong model pakaian formal, biasanya dikenakan untuk menghadiri

acara-acara formal, namun semakin berkembangnya dunia fashion, blazer kini dihadirkan dengan gaya yang dapat dikenakan ditempat manapun, baik acara formal maupun non formal. Baju blazer sekarang ini lebih terkesan dan terlihat lebih fleksibel dan santai untuk dikenakan.

Blazer adalah jaket ringan yang longgar

tetapi mengikuti bentuk potongan badan wanita (Muliawan, 2012: 113), sedangkan menurut Poespo (2001: 8), menjelaskan bahwa blazer adalah sebuah jaket ringan, umumnya model telangkup tunggal (single breasted), aslinya terbuat dari bahan flannel, motif bergaris-garis atau polos, kadang-kadang dipinggiri dengan bisban kontras (contrast binding), serta berkancing metal (logam). Garis leher cardigan biasanya juga dipergunakan pada blazer ini dan bersaku tempel (patch pocket).

Metode Penciptaan

Proses penciptaan karya batik ini melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Eksplorasi

Menurut Putra (2011: 78) eksplorasi yaitu metode untuk memproses desain yang diperlukan untuk menciptakan produk baru. Pada penciptaan motif batik ini mengambil ide dari binatang endemik pulau Jawa yang hampir punah yaitu burung elang Jawa. Pengambilan ide bermula dari ketertarikan penulis pada ciri khas bentuk elang Jawa dibandingkan dengan burung elang yang lain dan keinginan penulis untuk mengajak orang lain ikut melestarikan burung elang Jawa melalui sebuah karya batik tulis.

(5)

2. Perancangan

Kegiatan perancangan dilakukan dalam proses perwujudan karya dengan cara memvisualisasikan hasil dari eksplorasi ke dalam beberapa gambar rancangan alternatif, untuk kemudian ditentukan gambar rancangan terpilih yang akan direalisasikan menjadi karya batik dengan motif baru tanpa mengurangi makna dan fungsi utamanya.

Perancangan tidak hanya dilakukan untuk menciptakan motif baru yang telah distilisasi, namun juga motif pendukung yang digunakan untuk memperindah karya batik tersebut. Dalam pembuatan motif dilakukan dengan cara menstilisasi dari bentuk burung elang Jawa. Stillasi merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan obyek dan atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada obyek atau benda tersebut.

3. Perwujudan

Setelah gambar rancangan terpilih ditentukan, proses selanjutnya adalah memvisualisasikan menjadi sebuah karya seni sesuai ide dan desain atau dengan kata lain mewujudkanya melalui proses membatik. Pembuatan karya batik dilakukan dengan cara tradisional yang terdiri dari pengolahan kain, memola, mencanting, pewarnaan dan pelorodan. Tahap selanjutnya adalah penjahitan kain batik berupa blazer. Desain blazer yang dibuat disesuaikan dengan ukuran dan model wanita usia remaja.

VISUALISASI KARYA Perancangan Desain Karya

Untuk menciptakan blazer wanita usia remaja dengan motif batik burung elang Jawa sesuai dengan harapan dan tidak melenceng dari konsep awal, maka dilakukan perancangan desain karya sebelum melakukan proses pembuatan karya. Perancangan desain karya meliputi pembuatan gambar rancangan alternatif motif burung elang Jawa, kemudian terdapat 6 gambar rancangan yang akan dipilih menjadi gambar rancangan terpilih.

Pembuatan gambar rancangan alternatif merupakan bagian dari proses perancangan desain karya setelah melakukan tahap eksplorasi yang dilakukan dengan cara mencari segala informasi tentang bentuk visualisasi burung elang Jawa. Pembuatan gambar rancangan alternatif

dimaksudkan untuk mencari adanya

kemungkinan pengubahan atau pengembangan bentuk motif, sehingga karya yang didapatkan bersifat orisinil dan menarik perhatian orang yang melihat karya tersebut. Gambar rancangan alternatif dapat memberikan pedoman dalam proses perwujudan karya batik agar sesuai dengan yang diharapkan.

Dari hasil pengembangan gambar rancangan alternatif tersebut, kemudian dipilih beberapa sket terbaik berdasarkan pertimbangan yang ditinjau dari segi estetis maupun pengerjaannya. Gambar rancangan terpilih akan digunakan sebagai pedoman dalam proses pengerjaannya. Berdasarkan gambar rancangan yang terpilih, kemudian dibuat gambar polanya dengan menggabungkan beberapa motif yang telah ada.

(6)

Persiapan Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam membatik sebagai berikut.

1. Canting 2. Gawangan 3. Wajan

4. Kompor listrik 5. Dingklik atau bangku 6. Ember

7. Alat gambar 8. Panci

Bahan yang digunakan dalam membatik sebagai berikut.

1. Kain mori 2. Malam atau lilin 3. Paraffin

4. Pewarna naptol, indigosol, dan rapid Perwujudan Karya

1. Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal dalam proses membatik yang diawali dengan mencuci kain mori. Tujuan dari ngemplong yaitu menghilangkan kandungan kanji yang terdapat pada kain mori agar pada saat pewarnaan, warna batik dapat meresap dengan baik.

2. Memola

Memola merupakan proses memindahkan motif batik dari kertas ke kain mori yang akan digunakan untuk membatik. Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah kain mori, pola gambar atau mall, pensil 2B. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu baru dijiplak di atas kain.

3. Mbathik

Merupakan tahap selanjutnya setelah memola, dengan cara menorehkan malam (lilin) batik ke kain mori. Tahap tersebut terdiri dari.

a. Nglowong adalah pekerjaan pelekatan lilin yang pertama dan lilin ini merupakan kerangka motof batik yang diinginkan atau menggambar garis-garis diluar pola. Canting yang digunakan untung nglowong adalah canting jenis klowong b. Ngisen-isen adalah melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau motif pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya. Canting yang digunakan adalah canting cecek.

c. Nembok adalah menutup bidang-bidang kain setelah diklowong dengan lilin yang kuat. Pada tempat atau bidang yang tertutup lilin tembokan nantinya akan tetap berwarna putih. Nembok dilakukan dalam batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah batikan tidak seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain maka bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam. Canting yang digunakan untuk nembok adalah canting tembok atau blok.

4. Pewarnaan

Setelah selesai pemalaman tahap selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan menggunakan 3 jenis pewarna yaitu pewarna indigosol, naptol, dan rapid.

5. Nglorod

Merupakan proses menghilangkan lilin batik secara keseluruhan. Nglorod dilakukan dengan cara memasukkan kain yang telah diberi warna ke dalam panci yang berisi air mendidih dengan cara direbus dan diberi tambahan waterglass atau soda abu. Kain berulang kali diangkat dan dibilas menggunakan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa malam yang masih menempel pada kain, kemudian kain diangin-anginkan sampai kering.

(7)

PEMBAHASAN KARYA

1. Batik Burung Elang Jawa “Berburu”

Karya batik pertama dinamakan batik motif burung elang Jawa “Berburu”. Salah satu perilaku elang Jawa yang menarik untuk diamati adalah pada saat berburu. Karya batik berupa bahan sandang ini terinspirasi dari perilaku elang Jawa pada saat berburu mangsanya. Terdapat beberapa motif yang menggambarkan elang Jawa sedang terbang berburu mangsa, elang Jawa yang telah mendapatkan mangsanya dan elang Jawa sedang mengincar mangsanya. Keindahan karya batik pertama ini terletak pada motifnya yang merupakan hasil stilisasi dari perilaku elang Jawa pada saat berburu mangsa. Penggunaan warna hijau muda pada kawung akan memberikan kesan serasi dengan warna pada bukit yang berwarna muda juga. Warna biru muda dan hijau muda lebih dominan, hal ini digunakan untuk mempertegas motif utama yaitu burung elang Jawa yang berwarna coklat.

2. Batik Burung Elang Jawa “Sayap Pelindung”

Karya batik kedua dinamakan batik motif elang Jawa “Sayap Pelindung”. Karya batik berupa bahan sandang ini terinspirasi bentuk stilisasi dari sayap elang Jawa dan ditengahnya terdapat elang Jawa sedang bertengger. Sayap elang Jawa pada kain batik ini melambangkan manusia yang berperan dalam melindungi elang Jawa yang hampir punah. Manusia harus berperan aktif dalam melestarikan hewan endemik pulau Jawa ini dan bukan menjadi pelaku perburuan yang menyebabkan hewan ini punah. Keindahan karya batik kedua ini terletak pada hasil stilisasi sayap yang dilambangkan sebagai manusia yang berperan dalam melindungi kelestarian elang Jawa. Pemilihan warna merah yang merupakan panas dan warna biru muda yang merupakan warna dingin akan mengesankan perbedaan yang tegas dan kontras pada motif batik. Warna biru muda pada kontur motif dapat digunakan sebagai pemisah antara warna pada motif utama dan warna pada background.

3. Batik Burung Elang Jawa “Terbang Tinggi di Langit”

Karya batik ketiga dinamakan batik motif elang Jawa “Terbang Tinggi di Langit”. Karya batik berupa bahan sandang ini merupakan bentuk stilisasi dari elang Jawa yang sedang terbang dan disekitarnya terdapat motif tambahan seperti awan dan parang awan. Elang hewan yang memiliki kemampuan terbang yang tinggi.

(8)

Keindahan batik karya ketiga ini terletak pada hasil stilisasi elang Jawa pada saat terbang, bentuk awan yang menggambarkan sebuah awan dan penambahan motif parang awan yang merupakan hasil pengubahan bentuk dari motif parang dan awan.

Warna pada karya ini biasa disebut dengan warna klasik. Perpaduan warna biru tua dan coklat tua menonjolkan kesan rapi dan kalem, sehingga kain ini dapat digunakan juga pada acara formal. kesan tradisional pada batik akan tetap terlihat walaupun digunakan sebagai pakaian santai.

4. Batik Burung Elang Jawa “Bertengger”

Karya batik keempat dinamakan batik motif elang Jawa “Bertengger”. Karya batik berupa bahan sandang ini terinspirasi bentuk stilisasi dari perilaku burung elang Jawa pada saat bertengger. Burung elang Jawa gemar bertengger di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia.

Pemilihan warna-warna yang dipilih adalah warna-warna dingin yang terkesan soft, tenang, dan sejuk sehingga nyaman dikenakan. Warna yang digunakan hanya satu jenis warna tetapi

dengan value yang berbeda, antara lain pink, ungu muda dan ungu tua.

5. Batik Burung Elang Jawa “Kawung”

Karya batik kelima dinamakan batik motif elang Jawa “Kawung”. Karya batik berupa bahan sandang ini merupakan bentuk stilisasi dari bentuk elang Jawa dan motif tambahan berupa bunga pada bagian bawahnya. Motif elang Jawa dibuat berderet-deret sehingga menyerupai motif batik kawung. Motif kawung memiliki makna sebagai penunjuk arah menuju harapan yang baik. Pada karya batik ini motif elang Jawa dibentuk menyerupai kawung karena pembuat mempunyai harapan terhadap populasi elang Jawa agar semakin baik, dengan kata lain tidak semakin berkurang jumlah populasinya atau punah. Keindahan pada batik karya kelima ini terletak pada saat penyusunan motif elang Jawa yang disusun rapi sehingga menyerupai bentuk kawung serta pemilihan warna-warna cerah yang terdapat pada karya ini.

Pemilihan warna panas dan warna dingin memberikan kesan ceria namun tetap terlihat kalem karena motif utamanya menggunakan warna yang lebih dominan yaitu warna biru muda. Warna coklat tua pada background semakin mempertegas motif utama yang memiliki warna lebih muda.

(9)

6. Batik Burung Elang Jawa “Bekasih Sayang”

Karya batik keenam dinamakan batik motif elang Jawa “Berkasih Sayang”. Karya batik berupa bahan sandang ini merupakan bentuk stilisasi dari induk elang Jawa, anak elang Jawa dan sarangnya, serta disekitarnya terdapat motif tambahan seperti motif truntum dan kawung. Pada karya batik ini menggambarkan induk elang Jawa sedang memberi makan anaknya yang baru saja menetas dan perilaku ini dilakukan di sarang elang Jawa tersebut. Keindahan karya keenam ini terletak pada hasil stilisasi perilaku elang Jawa pada saat merawat dan memberi makan kepada anaknya, serta pemilihan warna-warna cerha pada batik ini. Warna yang digunakan pada kain batik ini merupakan warna-warna panas yang akan memberikan kesan ceria dan semangat pada saat digunakan. Warna cerah yang digunakan akan membuat motif lebih terlihat jelas dan menarik.

PENUTUP Kesimpulan

Dalam penciptaan karya batik ini, dengan judul “Burung Elang Jawa sebagai Ide Dasar Penciptaan Motif Batik Tulis pada Blazer Wanita Usia Remaja” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Elang Jawa merupakan sosok burung perkasa yang memiliki mata tajam dan cakar yang kuat, sehingga sering menjadi symbol sebuah negara karena keperkasaannya. Hewan tersebut juga menjadi rajanya udara dan merupakan salah satu burung yang paling disegani di kelasnya. Dalam pembuatan motif batik burung elang Jawa pada

blazer wanita usia remaja dengan memadukan

symbol keperkasaan elang dan warna-warna feminim seperti ungu, pink, merah, orange, hijau muda, biru muda, coklat dikombinasi dengan warna gelap sehingga menghasilkan motif yang dapat menggambarkan karakter wanita yang lembut tetapi kuat dan tegas. Sehingga dengan penciptaan motif batik burung elang Jawa dihasilkan beberapa jenis motif batik burung elang Jawa sebagai berikut.

a. Batik Elang Jawa “Berburu”

Karya batik ini menggambarkan perilaku burung elang Jawa pada saat berburu mangsanya. Warna pada batik ini menggunakan warna-warna dingin seperti biru muda, hijau muda dan coklat muda.

b. Batik Elang Jawa “Sayap pelindung”

Karya batik ini hasil stilisasi sayap elang Jawa yang merupakan penggambaran manusia yang berperan dalam melindungi elang Jawa dari kepunahannya. Warna pada batik ini menggunakan warna panas yaitu merah dan warna dingin yaitu biru muda.

c. Batik Elang Jawa “Terbang Tinggi di Langit” Karya batik ini merupakan bentuk stilisasi dari perilaku burung elang Jawa pada saat terbang. Warna pada batik ini menggunakan warna batik klasik seperti biru tua dan coklat tua.

(10)

d. Batik Elang Jawa “Bertengger”

Karya batik ini merupakan bentuk stilisasi dari perilaku burung elang Jawa pada saat bertengger di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Warna pada batik ini menggunakan warna-warna kalem seperti pink, ungu muda dan ungu tua. e. Batik Elang Jawa “Kawung”

Karya batik ini merupakan motif elang Jawa yang disusun berderet-deret sehingga menyerupai motif kawung dan memiliki makna sebagai penunjuk arah menuju harapan yang baik. Warna pada batik ini merupakan perpaduan warna panas yaitu merah dan warna dingin yaitu hijau muda dan biru muda.

f. Batik Elang Jawa “Berkasih Sayang”

Karya batik ini merupakan bentuk stilisasi dari perilaku induk burung elang Jawa pada saat memberikan makanan kepada anaknya di dalam sarangnya. Warna pada batik ini merupakan perpaduan dari warna-warna panas, seperti kuning, orange dan merah.

2. Proses atau tahapan dalam pembuatan karya adalah eksplorasi, studi kepustakaan, pembuatan desain alternatif, pemilihan desain, pembuatan gambar kerja atau disebut pola dalam batik, persiapan alat dan bahan, pemolaan, pencantingan, pewarnaan, pengeblokan warna dengan malam (nemboki), pelorodan, dan salat satu kain dijadikan blazer wanita usia remaja. Proses pewarnaan pada karya ini menggunakan pewarna napthol dan indigosol dengan teknik celup serta pewarna rapid dengan teknik colet. Saran

Pengalaman yang didapat selama menciptakan karya batik tulis dalam bentuk

blazer wanita usia remaja yang ide dasar

penciptaan motinya dari burung elang Jawa dapat dijadikan dasar untuk memberikan saran sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia perlu melestarikan batik karya bangsa Indonesia, salah satunya dengan cara menggunakan batik pada acara nonformal maupun formal.

2. Perlu adanya pelestarian burung elang Jawa yang merupakan hewan endemik pulau Jawa yang hampir punah dengan cara memperkenalkan hewan tersebut kepada masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa. Pengenalan burung elang Jawa tidak hanya melalui foto dan cerita, namun dapat di terapkan pada motif batik Indonesia.

3. Untuk merealisasikan sebuah ide atau gagasan perlu didasari oleh konsep yang jelas dan matang. Penguasaan konsep tersebut membutuhkan wawasan yang cukup luas. Hal tersebut penting untuk mengantisipasi timbulnya hambatan saat proses berkreasi.

DAFTAR PUSTAKA

Muliawan, Porrie. 2012. Dasar-dasar Teknik

Jahit Menjahit. Jakarta: Libri.

Poespo, Goet. 2001. Jaket, Mantel dan Vest. Yogyakarta: Kanisius.

Prawiradilaga, Dewi Malia. 1999. Elang Jawa

Satwa Langka. Bandung: LIPI,

DEPHUTBUN dan JICA.

Putra, Nusa. 2011. Research and Development. Jakarta: PT Raja Gravindo.

Rasjoyo. 2008. Mengenal Batik Tradisional. Jakarta: Azka Press.

Sektiadi. 2005. Klarifikasi dan Unsur-Unsur

(11)

Referensi

Dokumen terkait

makanan telur setengah matang maka dari 10 pedagang yang dilakukan pengamatan terdapat 2 yang melakukan penyimpanan telur selama 2 hari hingga habis, sedangkan untuk

KillnrnEh Brgi Hasll Itraret Apill April Clktobrl.

menggunakan UHSC berserat yang kekuatan dan regangan tekan puncaknya lebih tinggi dari beton mutu tinggi biasa, akan menghasilkan pilar dengan kapasitas gaya aksial

186 Penetapan Nomor 0158/Pdt.P/2018/PA.Rgt.. hanya berasal dari Pemohon dan anak Pemohon, melainkan fakta dan kenyataan yang berasal dari calon suami anak pemohon

Pengeditan yang dilakukan di komputer pribadi hanya mewujudkan kepentingan sesaat karena Hakim yang akan membuat putusan di SIADPA harus terlebih dahulu mengedit bahkan

Dengan adanya sistem informasi akademik berbasis web pada Fakultas Dakwah IAIN Raden Fatah Palembang setidaknya dapat mempermudah dan mempercepat proses pencarian

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif di Biro Umum Sekretariat Jendral Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia” terdiri

Dalam Yesaya 2:17 dikatakan “ Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan” hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu” Tapi sayangnya