DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumber Lain
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Bungin (2007 : 68), penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan
untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas
sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas
itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan
menjelaskan gambaran realitas dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan
menggunakan data-data yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution, Gedung Dinas
Pendapatan Kota Medan No. 32 lantai 2 & 3, Kota Medan, Sumatera Utara.
3.3 Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Hendarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian
yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja atau bertujuan.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi
informasi yang diperlukan selama proses penelitian.
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi
informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pelaksana
kebijakan yaitu Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Medan.
3. Informan Tambahan yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak
terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
4. Responden adalah masyarakat yang mengurus izin di Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :
1. Teknik pengumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat
dilakukan melalui berbagai cara yaitu :
a. Wawancara mendalam, yaitu proses pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan Tanya jawab
orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara.
b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara
langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gelaja yang di
temukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan
sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.
c. Instrumen Data (Angket)
Anget atau kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Iskandar, 2008: 77).
2. Teknik pengumpulan data sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer dapat
dilakukan melalui instrumen berikut :
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada di lokasi penelitian serta
sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, maka dilakukan analisis data dengan
menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya
dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar
peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006 : 274). Menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2007 : 243), terdapat beberapa langkah yang harus dilalui
dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi Data
Adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang
berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu, struktur organisasi
yang berbeda-beda tersebut terintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu,
struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran
perintah dan penyampaian laporan.
2. Reduksi Data
Reduksi dapat diartiakan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi
data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru
melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga
selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan
Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang
penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Intepretasi Data.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan
Kota Medan berlokasi di pulau sumatera, yang merupakan ibu kota dari
provinsi sumatera utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar
pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan
Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk
menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek
wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba.
GAMBAR 4.1
Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah di Sumatera Utara. Dengan demikian, Kota Medan memiliki
luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' -
98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif
Utara Selat Malaka
Selatan Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Deli Serdang
Timur Kabupaten Deli Serdang
Sumber : www.pemkomedan.com
Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota
Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota
Tabel 2: Kecamatan – Kecamatan di Kota Medan
Kecamatan di Kota Medan
Medan Amplas Medan Helvetia Medan Petisah
Medan Area Medan Johor Medan Polonia
Medan Barat Medan Kota Medan Selayang
Medan Baru Medan Labuhan Medan Sunggal
Medan Belawan Medan Maimun Medan Tembung
Medan Deli Medan Marelan Medan Timur
Medan Denai Medan Perjuangan Medan Tuntungan
Sumber : www.pemkomedan.com
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan
berjumlah 2,210,624 jiwa. K ota Medan memiliki beranekaragam Suku yang
menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku
Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota
Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang
3.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah.
Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai
berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem
birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada
dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri
dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut,
ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi
pembangunan oleh masyarakat.
Secara strategis, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan
muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi,
kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi
baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan
pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus
dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim
investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh
tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi
terkait. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat
merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah.
Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan
terobosan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang
selanjutnya ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20
Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan
Terpadu di Daerah. Dalam Permendagri tersebut, pemerintahan kabupaten/kota
diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau
dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak
sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam
artian mekanisme dan nilai.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2009
Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Medan yang pertanggal 27 Januari berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan. Kesederhanaan,
kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perizinan, itulah harapan yang
ingin dicapai dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Medan yang merupakan unit pelayanan perijinan dan
non-perijinan. Dalam rangka Good Governance, maka pelayanan prima kepada
masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal
dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
GAMBAR 1.10 DPMPTSP KOTA MEDAN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi
adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan
dan pemerataan. Jadi kualitas layanan aparatur Pemerintah kepada ma
syarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) pada tahun 2009 dengan dasar
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah;
3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan
perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit
kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance
maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman,
transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu mutlak harus
dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi
dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.
4.4.1 Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan
1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah.
5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.
7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan
Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota
Medan.
4.4.1 Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu
a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan
Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli
dan sejahtera.
b. Misi :
1. Mewujudkan pelayanan Perijinan yang Optimal dan
Professional serta kepuasan masyarakat.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional
3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang
berbasis Infomasi Teknologi.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan
perizinan terpadu.
5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan
Pemko Medan.
4.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Medan Pasal 159 dan 160, tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu (DPMPTSP) Kota Medan, adalah:
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian.
b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah:
• Pelaksanaan penyusunan program
• Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan
• Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan
• Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan
• Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya
4.4.3 Susunan Organisasi
a. Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah :
1) Kepala Dinas
2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
(a). Sub Bagian Umum
(b). Sub Bagian Keuangan
(c). Sub Bagian Kepegawaian
(d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan
Pengembangan
(e). Bidang Promosi Penanaman Modal
(f). Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal,
Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan
(g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar
Lingkungan Hidup
(i). Bidang Perizinan Kesehatan , Ketenagakerjaan dan
Perizinan Lainnya.
3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Usaha
(b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian
4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat
5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Tata Ruang
(b). Sub Bidang Perhubungan
(c). Sub Bidang Lingkungan Hidup
6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari :
(a). Sub Bidang Konstruksi
(b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain
7) Tim Teknis
Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses
perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat
Keputusan/Perijinan.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Sejumlah tenaga pada jenjang Jabatan yang terbagi
dalam berbagaikelompok sesuai dengan bidang keahlian dan
STRUKTUR 1.2
Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Plt. KEPALA DINAS
Drs. M. Syafruddin, M.Si
Sekretaris
5. Bidang Perizinan Tata
4.4.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota
Medan
Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan
Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok
dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah :
1) Sekretariat/Badan
a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh
Sekretariat yang
dipimpin oleh Kepala;
c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena
jabatannya adalah
Kepala Badan;
(1) Badan mempunyai tugas pokok
melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan
pelayanan administrasi di bidang perijinan secara
terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian.
• Penyelenggaraan pelayanan
administrasi perijinan;
• Pelaksanaan koordinasi proses
pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan administrasi pelayanan
perijinan;
• Pemantauan dan evaluasi proses
pemberian pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2) Bagian Tata Usaha
Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.
(1) Tugas Pokok
Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang
meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program.
(2) Fungsi
• Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bagian Tata Usaha;
• Pengelolaan administrasi Badan yang
tata persuratan, perlengkapan, dan rumah
tangga;
• Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan,
dan program Badan;
• Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan Badan;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
a) Tupoksi Sub Bagian Umum
(1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub
Bagian yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi
umum;
(2) Fungsi
• Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Sub Bagian Umum;
• Penyusunan bahan petunjuk teknis
pengelolaan administrasi umum;
• Pengelolaan administrasi umum yang
meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan
perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan Badan;
• Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan;
• Pelaporan lingkup administrasi umum;
• Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan tugas;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala
Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya;
3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I
a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan
perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan
Perindustrian;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan menyelenggarakan fungsi :
• Penyusunan rencana, program dan
kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I;
• Penyusunan petunjuk teknis Bidang
Pelayanan Perijinan I;
• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
• Pelaksanaan pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim
Teknis yang berkaitan dengan
permohonan Ijin;
• Pengkoordiniran pengolahan data
perijinan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan
ijin dan pembuatan berita acara
pemeriksaan lapangan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan proses
perijinan, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
• Pelaksanaan koordinasi dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan I.
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan.
b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman
dan ketertiban masyarakat;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan II menyelenggarakan fungsi :
• Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan II;
• Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan
Perijinan II;
• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja
Bidang Pelayanan Perijinan II;
• Pelaksanaan pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis
yang berkaitan dengan permohonan Ijin;
• Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan proses
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
• Pelaksanaan koordinasi dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan II.
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III
a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang,
perhubungan, dan lingkungan hidup;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan III menyelenggarakan fungsi :
• Penyusunan rencana, program dan
• Penyusunan petunjuk teknis Bidang
Pelayanan Perijinan III;
• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang Pelayanan Perijinan III;
• Pelaksanaan pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
• Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan proses
perijinan, perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
• Pelaksanaan koordinasi dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV
a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala
Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan;
b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi,
kesehatan dan lain-lain;
c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan
Perijinan IV menyelenggarakan fungsi :
• Penyusunan rencana, program dan kegiatan
Bidang Pelayanan Perijinan IV;
• Penyusunan petunjuk teknis Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
• Pelaksanaan persiapan fasilitasi program
kerja Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
• Pelaksanaan pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim
Teknis yang berkaitan dengan permohonan
Ijin;
• Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan
lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin
dan pembuatan berita acara pemeriksaan
lapangan;
• Pengkoordiniran pelaksanaan proses
perijinan, perhitungan retribusi, penetapan
SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat
Keputusan Perijinan;
• Pelaksanaan koordinasi dengan
instansi/lembaga lainnya terkait bidang
pelayanan perijinan;
• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta
penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang
Pelayanan Perijinan IV;
• Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
7) Tim Teknis
a. Meneliti permohonan ijin;
b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin;
c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap
permohonan ijin apabila diperlukan;
d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan
persiapan
e. Memberikan saran-saran atau
pertimbangan-pertimbangan kepada
Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas
dan fungsi Badan;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
8) Kelompok Jabatan Fungsional
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah
tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin
oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk;
c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja;
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4.4.4 Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja
a) Keadaan Pegawai
Penyelenggara urusan pelayanan perijinan terpadu selama
tahun 2013 secara kelembagaan digerakkan oleh sumberdaya
kepegawaian. Adapun sumberdaya kepegawaian yang ada pada akhir
Oktober tahun 2013 sebanyak 83 orang dibedakan berdasarkan kualifikasi
4.2.5 Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan
Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang
tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan
dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas – tugas dan pekerjaan yang
sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatanm Kota Medan
untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut.
Berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan
Prasaranan ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada
gambar – gambar dibawah ini:
GAMBAR 2.1 PUSAT INFORMASI
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR 2.2 FASILITAS
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR RUANG TUNGGU
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR RUANG TUNGGU
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP PEGAWAI
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
FASILITAS TERHADAP PEGAWAI
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
CUSTUMOR SERVICE
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
LOKET PENGAMBILAN IJIN
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
RUANG SMS GATEWAY
Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017
GAMBAR
MONITOR SMS GATEWAY
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data yang
diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode
penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu.
Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi kebijakan SMS
Gateway pada pelayanan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai
informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di
DPMPTSP Pemko Medan selaku pihak yang merumuskan dan
mengimplementasikan SMS Gateway dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan,
serta informan tambahan dan responden yakni masyarakat sebagai responden
selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan
data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk
selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses
wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan
secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Drs. M.
Syafruddin selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Informan utama terdiri dari Bapak Yance
Safriardhana, A.Md selaku staf pada Sub Bagian Umum, Bapak Kurniawan
ahli dibidang informasi. Sementara informan tambahan terdiri dari 3 orang dari
masyarakat yang sedang melakukan pengurusan perizinan di DPMPTSP Pemko
Medan, yaitu Bapak Dedi Syamsur Nasution, Bapak Muhammad Taufik, dan Ibu
Hernawati Limbong. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses
wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang
telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaan-pertanyaaan tersebut
berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.
Data – data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua
bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci
serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna jasa SMS Gateway.
Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
dokumentasi seperti dokumen yang berkaitan dengan Implementasi UU No. 32
Thn 2004 tentang pemerintahan daerah, maka hak dan tanggungjawab pemerintah
daerah makin tinggi baik itu dalam pengelolaan sumber daya alam, manusia dan
potensi yang ada. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala
permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan
dalam meneliti ini, menggunakan metode implementasi George C Edwards III.
Dengan variabel yang digunakan komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi.
Data ini merupakan hasil wawancara dari Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu
peneliti menyusun draft pertanyaan yang hendak diajukan. Adapun indikator yang
digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam penelitian ini yaitu:
A. KOMUNIKASI
Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus
menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk
melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang
terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta
sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat.
Seperti kita ketahui bahwa Program SMS Gateway ini guna peningkatan
pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan merupakan bagian yang menjadi prioritas
saat ini. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pegawai di DPMPTSP Kota
Medan. Adapun hasil wawancaranya seperti dibawah ini.
Seperti yang diketahui bahwa Program SMS Gateway mulai dilaksanakan
pada tahun 2012. Dalam hal ini penulis menanyakan tentang sejauh mana
pemahaman pegawai DPMPTSP Medan tentang SMS Gateway dan dalam waktu
pelaksanaan program. Berikut pemaparan hasil wawancara dengan Bapak Drs.
Syafruddin, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan melalui stafnya.
“Program SMS Gateway ini kami berangkat dari kebutuhan
masyarakat akan perizinana dimana kembali lagi guna peningkatan kualitas
pelayanan publik kami membuat program ini. Kami membuat tentu dengan
peencanaan yang matang, dan samapai sekarang SMS Gateway ini tetap
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Staf Sub Bagian Umum, Bapak
Yance Safriardhana, A.Md, berikut pernyataannya:
“Peningkatan pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan
merupakan bagian yang menjadi prioritas saat ini. Setelah pengembangan
sistem secara keseluruhan telah selesai dan telah digunakan sejak tahun 2012,
maka saat ini konsentrasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik kepada para pemohon dan pihak-pihak terkait yang
membutuhkan data dan informasi dari DPMPTSP Pemerintah Kota Medan.
Jadi dengan adanya program SMS Gateway ini pemohon sudah terbantu
dengan asas efektif dan efisiensi waktu, dan sejauh ini program ini sudah
berjalan dengan baik.” (Wawancara Febuari 2017)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Mas Rian Siregar, selaku tenaga
ahli di bidang informasi, berikut pernyataannya:
“Salah satu rencana peningkatan pelayanan tersebut setelah
pengembangan website DPMPTSP utama dan mobile serta pusat pelayanan
digital di kantor DPMPTSP, SMS Gateway merupakan pelayanan lanjutan
yang dibangun untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pemohon
untuk mendapatkan data dan informasi yang mereka butuhkan. Dengan
adanya SMS Gateway ini rasa saya cukup membantu para pemohon, tetapi
sampai saat ini belum banyak yang menggunakan SMS Gateway ini karenakan
Lalu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu
terkait dengan strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan.. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga terkait dengan
strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan pelayanan perijinan lebih
diarahkan kepada Kepala dan Pegawai DPMPTSP Kota Medan, karena beliau
merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan
strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama sekali yang ditanyakan oleh
penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
mengenai apa kiat-kiat menurut Bapak dalam menumbuhkembangkan
profesionalisme kerja oleh DPMPTSP Kota Medan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, Bapak Drs. M. Syafruddin, M.Si
mengatakan :
“Banyak strategi yang telah kami buat untuk meningkatkan
menumbuhkembangkan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan ini,
terutama strategi yang berkaitan dengan upaya mewujudkan visi, misi, tujuan
dan sasaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pemerintah Kota Medan. Itu ada tercantum dalam Rencana Strategi
DPMPTSP Pemko Medan Tahun 2016 – 2020. Strategi yang sudah kami buat
untuk meningkatkan pelayanan perijinan yaitu : menambah fasilitas di bidang
administrasi perkantoran, meningkatkan sarana dan prasarana bagi pegawai,
melakukan pembinaan kedisiplinan pegawai, meningkatkan kapasitas sumber
daya aparatur, mengembangkan sistem laporan capaian kinerja dan keuangan,
dan memperbaiki manajemen dalam pelayanan perijinan. Dengan begitu
Pertanyaan serupa penulis ajukan kepada Bapak YanceSafriardhana,
A.md, berikut penjelasan beliau.
“Menurut hemat saya, sebaiknya adanya “The Right Man On The Right
Place”, sehingga profesionalisme dan sebagainya berjalan dengan baik.”
(Wawancara Febuari 2017)
Setiap strategi diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai. Strategi diciptakan untuk selanjutnya dapat dilaksanakan agar kebutuhan
dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan suatu strategi
bergantung pada tahap pelaksanaannya. Penulis kemudian menanyakan tentang
bagaimana proses pelaksanaan strategi di DPMPTSP Kota Medan, dan
beliau, Plt Kepala Dinas melalui Staf nya mengatakan :
“Proses pelaksanaan strategi berjalan dengan cukup lancar.
Dalam hal ini peran dari para Kepala Bidang sangat dibutuhkan untuk
melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap anggota-anggota yang
bekerja di bidangnya masing-masing agar mampu melaksanakan
strategi-strategi tersebut secara efektif. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan
oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang sudah dibuat
yaitu: menerapkan sistem teknologi informasi, menerapkan pemrosesan izin
secara paralel, membuka loket pada jam istirahat, memasang CCTv untuk
memantau kinerja seluruh pegawai dan mencegah adanya pungutan liar di
DPMPTSP Kota Medan, menyediakan website DPMPTSP Pemko Medan,
meningkatkan target penerbitan izin perhari, menyelesaikan proses
perizinan dalam waktu yang cepat dan sesuai dengan SOP yang ada,
Febuari 2017)
Implementasi suatu program tentunya tidak terlepas dari orang-orang yang
berperan sebagai implementor (pelaksana). Kualitas dari setiap implementor
sangat dibutuhkan agar tujuan dan sasaran dari pelaksanaan suatu strategi dapat
tercapai secara maksimal. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan
tentang siapa saja orang-orang yang berperan sebagai implementor (pelaksana)
dalam menjalankan program yang telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan, beliau
mengatakan:
“Banyak pihak yang terkait dalam melaksanakan strategi yang
telah dibuat diDPMPTSP Kota Medan ini. Pihak pelaksana utama tentunya
kami sendiri yakni seluruh pegawai DPMPTSP Kota Medan mulai dari
jabatan tertinggi seperti saya selaku Plt Kepala Dinas dan para Kepala
Bidang, serta semua anggota dari tiap bidang. Namun dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi, kami juga turut dibantu oleh Tim Teknis dari
jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terdiri dari
dinas-dinas teknis terkait perizinan seperti: Dinas Pertamanan, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas terkait
lainnya.
Dalam menjalankan strategi tentunya dibutuhkan kerjasama yang baik
antara pembuat strategi dan kebijakan dengan orang-orang yang bekerja sebagai
pelaksana strategi. Kemudian penulis menanyakan apakah dalam menciptakan
koordinasi dan hierarki yang strategis yang sudah dijalankan di DPMPTSP Kota
Medan berhasil diterapkan dengan baik, beliau mengatakan :
meningkatkan kinerja pelayanan di DPMPTSP Kota Medan ini berhasil
dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari kemampuan dari setiap pegawai di
Dinas ini untuk melaksanakan strategi yang telah dibuat, mereka dapat
melakukannya dengan baik. Bukti dari keberhasilan strategi tersebut juga
tampak dari meningkatnya kinerja dari setiap pegawai disini dan
masyarakat yang pernah melakukan pengurusan izin disini tampaknya puas
dengan pelayanan kami dikarenakan kami mampu mengelola perizinan
yang sedang diurus mereka dalam jangka waktu yang singka.”.
(Wawancara Febuari 2017)
Suatu strategi dapat berjalan secara efektif apabila ukuran-ukuran dan
tujuan-tujuan dari strategi yang telah diciptakan dapat dipahami secara jelas oleh
setiap individu yang terlibat dalam pencapaian tujuan dari strategi tersebut.
Kejelasan mengenai ukuran dan tujuan strategi sangat perlu dikomunikasikan
secara tepat oleh pembuat strategi dengan para implementor (pelaksana).
Komunikasi yang terjalin dengan baik antara semua personil yang terlibat dalm
pelaksanaan strategi akan mendorong kepada pencapaian tujuan secara lebih
optimal. Dalam hal ini penulis menanyakan mengenai bagaimana proses
komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan
strategi dengan para implementor (pelaksana) strategi di DPMPTSP Kota Medan
dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara DPMPTSP Kota Medan
dengan masyarakat, beliau mengatakan :
“Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana
strategi di DPMPTSP Kota Medan ini terjalin dengan sangat baik,
kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana
strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang
hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari
Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi
para anggota bidang dan sebagai penggkoordinir kinerja bidang
masing-masing. Kalau untuk masyarakat yang datang kesini, kami selalu berusaha
melayani mereka dengan maksimal. Para pegawai disini juga diwajibkan
untuk mau memberi informasi yang jelas kepada masyarakat yang datang
mengurus ijin kesini. Namun walaupun begitu masih ada juga masalah yang
harus kami hadapi dengan masyarakat. Sampai sekarang masih ada warga
Kota Medan yang usahanya masih beroperasi tapi tidak punya ijin.
Mungkin itu juga salah kami yang masih kurang sosialisasi. Makanya
didalam strategi DPMPTSP Kota Medan yang sudah berlangsung 5 tahun
ini, sosialisasi adalah salah satu strategi yang wajib kami jalankan.
B. SUMBERDAYA
Implementasi kebijakan yang dilakukan dengan jelas dan konsisten
tidak menjadi suatu jaminan kebijakan tersebut akan berhasil dilaksanakan
dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya
tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumber daya finansial, dan
fasilitas DPMPTSP. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi
di kertas menjadi dokumen saja.Untuk mengetahui kondisi sumber daya di
DPMPTSP Medan maka pertama penulis menanyakan mengenai kondisi
pegawai DPMPTSP Medan dalam pelaksanaan Programnya, berikut
pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP:
“Kondisi pegawai di DPMPTSP Kota Medan sudah memadai. Pegawai
disini ada 137 pegawai dengan kualifikasi pendidikan yang berkaitan.
Dahulunya kami Badan Pelayanan Perizinan Terpadu memiliki jumlah
pegawai 87, sekarang karena dilebur dengan Dinas Penanaman Modal
maka sekarang DPMPTSP berjumlah 137.” (Wawancara Febuari
2017)
Apabila isi dari program sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi
implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka strategi tidak
akan berjalan secara efektif. Sumberdaya dapat berwujud sumberdaya manusia
dan sumberdaya finansial. Komponen sumberdaya meliputi jumlah staf, keahlian
dari para pelaksana, dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana
prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan
DPMPTSP Kota Medan agar program yang telah dibuat dapat dilaksanakan
dengan baik, beliau mengatakan :
“Kalau saya menilai, sebenarnya sumberdaya yang dibutuhkan
untukmelaksanakan strategi-strategri dan program-program di DPMPTSP
Kota Medan ini sudah terpenuhi, walaupun masih ada pegawai yang belum
memberikan kinerjanya secara maksimal namun itu hanya sebagian kecil
saja. Karena kami disini bekerja dengan berpedoman pada Standard
Operating Procedures yang ada, sehingga setiap pegawai yang bekerja
sesuai dengan Standard Operating Procedures yang dimiliki oleh
DPMPTSP Kota Medan. Jumlah staf disini yang masih agak kurang, di unit
bagian yang melakukan pengecekan lokasi ijin. Namun, pada saat
rekrutmen pegawai dibuka bagi DPMPTSP Kota Medan, kami akan
menempatkan orang-orang terbaik untuk menempati unit-unit bagian yang
masih kekurangan staf pegawai.” (Wawancara Febuari 2017)
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan
suatu program adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan isi dari
strategi yang dirumuskan, maka implementor akan menjalankannya dengan baik.
Namun apabila terjadi penolakan terhadap bagian-bagian dari isi strategi maka
secara otomatis strategi itu nantinya tidak akan berjalan dengan efektif. Terkait
dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang sikap dan respon dari para
implementor (pelaksana) terhadap program-program yang dijalankan di
DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan :
“Para pelaksana strategi di DPMPTSP Kota Medan ini secara
keseluruhan mendukung penuh strategi-strategi yang telah dibuat dan
mereka juga berupaya melaksanakannya secara maksimal. Belum ada
pernah saya dengar penolakan-penolakan terhadap strategi yang sudah
dibuat, dikarenakan strategi yang dibuat semuanya adalah demi kemajuan
DPMPTSP Kota Medan dan kepuasan bagi masyarakat yang melakukan
pengurusan ijin.” (Wawancara Febuari 2017)
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa kondisi pegawai DPMPTSP
Kota Medan dari segi kuantitas dan kualitas sudah cukup memadai. Adapun
kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan pengalaman masing-masing
pegawai. Adapun rincian komposisi pegawai DPMPTSP Kota Medan,
terlampir:
Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial juga merupakan hal
pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan
yang ada. Dalam hal ini penulis menanyakan bagaimana kondsi anggaran
dalam pelaksanaan Program, terutama program SMS Gateway ini:
“Anggaran dalam melaksanakan program ini, semua sudah terlampir
dalam renstra atau rencana strategis kami.”
C. DISPOSISI
Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor dalam mengimplimentasikan suatu kebijakan. Sikap yang dimiliki
oleh implementor sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi
efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor
setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan
dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat
kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Dalam hal
ini penulis ingin menggali bagaimana respon dan sikap implementor yakni
Pegawai DPMPTSP Kota Medan dengan dikeluarkannya Program.
Berdasarkan wawancara dengan Staf Ahli, Mas Rian Siregar, beliau
melaksanakan tanggungjawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan
dan selalu menggandeng Tim Teknis yang berasal dari dinas-dinas teknis terkait
dalam menerbitkan sebuah ijin, sebab DPMPTSP Kota Medan juga tidak
bias menerbitkan ijin apabila tidak didukung dari Tim Teknis. Kemudian penulis
menanyakan apakah DPMPTSP Kota Medan melibatkan Tim Teknis ketika
meninjau lapangan, beliau mengatakan :
“Ya, tentu saja mereka ikut ketika melakukan pengecekan
lapangan sebab salah satu persyaratan kelengkapan berkasnya adalah
adanya rekomendasi dari instansi teknis terkait. Ketika berkas sudah
dinyatakan lengkap, maka kami dari DPMPTSP Kota Medan akan
mengundang Tim Teknis untuk ikut melakukan pengecekan lapangan.
Merekalah nantinya yang akan melihat bagaimana kondisi di lapangan,
apakah sesuai dengan yang dimohonkan atau tidak.” (Wawancara Febuari
2017)
D. STRUKTUR BIROKRASI
Struktur organisasi pelaksana kebijakan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur
yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman
bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang panjang
akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang mana ini pada gilirannya
menanyakan bagaimana struktur organisasi yang ada pada DPMPTSP Kota
Medan dalam kaitannya dengan pelaksanaan program SMS Gateway berikut
pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP Kota Medan:
Struktur organisasi juga turut memberikan pengaruh yang besar terhadap
pelaksanaan suatu strategi. Struktur organisasi yang panjang cenderung
memberikan pengaruh yang negatif terhadap pelaksanaan strategi terutama dalam
hal pengawasan. Penulis kemudian menanyakan tentang struktur organisasi
DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan :
“Struktur organisasi DPMPTSP Kota Medan ini sama sekali tidak
rumit, karena hanya terdiri atas Kepala Dinas, Sekretaris, Bagian Tata
Usaha yang terdiri atas 3 sub bagian (sub bagian umum, keuangan, dan
kepegawaian), kelompok jabatan fungsional, Bagian Pelayanan Perijinan
yang terdiri atas 4 bidang (bidang usaha, perdangan dan industri, bidang
ketenteraman dan ketertiban, bidang tata ruang, perhubungan, dan
lingkungan hidup, bidang konstruksi dan kesehatan), kini setelah peleburan
menjadi 6 bidang, yaitu, bidang pengolahan data, perencanaan dan
pengembangan lalu bidang promosi penanaman modal lalu bidang
pengendalian pelaksanaan penanaman modal, pengaduan, kebijakan dan
pelaporan pelayanan lalu bidang pelayanan perizinan usaha dan tanda
daftar lalu bidang perizinan tata ruang, perhubungan dan lingkungan hidup
lalu yang terakhir bidang perizinan kesehatan, ketenagakerjaan dan
perizinan lainnya, serta Tim Teknis yang anggotanya gabungan dari
pegawai DPMPTSP Kota Medan bersama jajaran satuan kerja perangkat
dilaksanakan oleh bidang masing-masing sesuai dengan Standard
Operating Procedures (SOP) dan tugas pokok dan fungsi bidang
masing-masing.” (Wawancara Febuari 2017)
Dalam proses perumusan strategi maupun pada tahap pelaksanaannya,
biasanya terdapat kendala yang sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Strategi yang telah dirumuskan
sebaiknya sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan agar pada tahap
pelaksanaan, strategi tersebut benar-benar memberikan dampak yang dapat
dilihat pada pencapaian sasaran dan tujuan. Terkait dengan hal tersebut, penulis
menanyakan tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh DPMPTSP Kota Medan
selama proses merumuskan strategi ataupun maupun pada tahap pelaksanaan
program dan beliau mengatakan :
“Kami tidak begitu menemui kendala yang besar saat merumuskan
strategiataupun pada saat melaksanakan program itu. Kendala sudah pasti
ada, namun tidak sampai mengganggu tujuan dan sasaran yang ingin kami
capai. Hanya saja masih ada Kepala Bidang maupun anggotanya yang
belum mampu memberikan sumbangsih ide-ide pemikiran yang terbaik
sebagai solusi atas masalah-masalah yang dihadapi DPMPTSP Kota
Medan ini, masih ada yang hanya bergantung pada pemikiran dan
keputusan dari pimpinan saja. Namun, hal itu hanya terjadi sesekali saja.
Pada tahap pelaksanaan strategi dan pengimplementasian program, semua
pegawai disini mampu untuk melakukannya dengan baik. Walaupun masih
ada beberapa anggota yang belum menunjukkan performa kerja terbaiknya,
Bidangnya masing-masing. Strategi yang kami buat tentunya harus benar-
benar sinkron dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, agar strategi
itu bisa memberikan dampak yang positif untuk kemajuan DPMPTSP Kota
Medan ini.” (Wawancara Febuari 2017)
Pada tahap implementasi, suatu strategi direalisasikan secara operasional
dalam bentuk program dan kegiatan. Berbagai program dan kegiatan yang
dibentuk harus sesuai dan berkaitan erat dengan strategi yang telah dirumuskan
agar strategi tersebut benar-benar dapat dilaksanakan secara efektif. Terkait
dengan pembahasan mengenai program dan kegiatan DPMPTSP Kota Medan,
penulis melakukan wawancara untuk informan utama yang pertama. Penulis
kemudian menanyakan tentang program dan kegiatan apa saja yang sudah
dilaksanakan di DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang telah dibuat
demi meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, beliau mengatakan :
“Banyak program dan kegiatan yang sudah kami laksanakan di
DPMPTSP Kota Medan ini terkait dengan strategi yang kami buat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan perijinan. Hal utama yang telah kami
lakukan yaitu pelaksanaan kebijakan penyederhanaan pelayanan perizinan
di DPMPTSP Kota Medan ini. Selama ini kami sudah berupaya secara
maksimal untuk memberikan pelayanan perizinan yang terbaik yaitu dengan
mempersingkat pengurusan izin yang dilakukan masyarakat baik dari segi
waktu, proses, prosedur yang harus dilengkapi, dan juga meminimalisir
biaya pengurusan perizinan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat program
dan kegiatan yang sudah kami jalankan pada Rencana Strategis DPMPTSP
apa-apa saja program kegiatan yang sudah kami lakukan untuk
meningkatkan pelayanan perizinan”. (Wawancara Febuari 2017)
Sesuai dengan hasil wawancara, adapun program dan kegiatan yang secara
operasional telah dilaksanakan oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan
strategi dalam meningkatkan pelayanan perizinan yang tertuang dalam Rencana
Strategi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Medan Tahun 2011
– 2015 sebagai berikut :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelayanan
administrasi yang ada pada DPMPTSP Pemko Medan dengan
kegiatan-kegiatan berupa : penyediaan jasa tenaga administrasi/teknis
perkantoran, penyediaan jasa komunikasi dan telekomunikasi,
penyediaan jasa administrasi keuangan, penyediaan jasa kebersihan
kantor, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan
penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan
bangunan kantor, penyediaan bahan bacaan dan peraturan
perundang-undangan, penyediaan makanan dan minuman, pelaksanaan rapat-rapat
koordinasi dan konsultasi ke luar daerah.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program ini bertujuan untuk pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor
serta pemeliharaan gedung dan peralatan kantor dalam rangka meningkatkan
kinerja proses pelayanan kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan berupa :
pengadaan perlengkapan gedung kantor, pengadaan peralatan gedung kantor,
secara rutin dan berkala terhadap gedung kantor, kendaraan dinas/operasional,
perlengkapan gedung kantor, dan peralatan gedung kantor.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan semangat dan kinerja pegawai
dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan
berupa : pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya dan pengadaan
pakaian khusus untuk dikenakan pada hari-hari tertentu.
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas
aparatur guna mencapai pelayanan perizinan yang prima, dimana kegiatannya
meliputi : sosialisasi peraturan perundang-undangan yang
dimulai tahun 2012 di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota
Medan.
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Laporan Capaian Kinerja
Keuangan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perencanaan
kerja serta sistem pelaporan kinerja dan keuangan dengan kegiatan-kegiatan
berupa : penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja
SKPD, penyusunan laporan keuangan akhir tahun, penyusunan rencana kerja
dan anggaran SKPD, penyusunan buku produk perizinan di DPMPTSP Pemko
Medan, penyusunan laporan tahunan pelayanan perizinan terpadu pada
DPMPTSP Pemko Medan, dan penyusunan Rencana Strategis.
6. Program Peningkatan Kualitas Manajemen Pelayanan Perijinan Program ini
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perizinan di DPMPTSP Pemko
sistem informasi perizinan, sosialisasi peraturan dan perundangan tentang
perizinan, kegiatan penerbitan resetifikasi tahun ke-3 ISO 9001:2008, service
excellent tahunan guna meningkatkan pelayanan perizinan di DPMPTSP
Pemko Medan, penyusunan SOP sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 35
dan 36 Tahun 2012, sertifikasi ISO 27001:2005 tentang Informasi Security
Management System (SMS), penyusunan media informasi berupa SMS
Gateway untuk mempermudah masyarakat melihat proses perizinan yang
sedang diurus, surveilance audit tahunan dan maintenance ISO 9001:2008 serta
survey indeks kepuasan masyarakat, melakukan kajian analisis tahunan
terhadap kegiatan usaha di Kota Medan, dan pembuatan buku saku prosedur
perizinan yang dimulai pada tahun 2012.
Setiap organisasi memiliki prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai
pedoman sehingga setiap kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar
tanpa adanya hambatan yang cukup berat. Demikian halnya dengan
penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Kota Medan berpedoman
pada prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai acuan sehingga dapat membantu
DPMPTSP Kota Medan dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan
sebagaimana mestinya. Demi mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas,
DPMPTSP Kota Medan memiliki asas yang menjadi landasan utama dalam
penyelenggaraan pelayanan perijinan. Penerapan dari asas-asas ini disesuaikan
dengan substansi dari pelayanan publik itu sendiri sehingga dapat mewujudkan
tata pemerintahan yang baik dan kualitas pelayanan publik yang prima. Adapun
Kota Medan, yaitu :
1. Transparan
2. Akuntabel
3. Partisipatif
4. Kesamaan Hak
5. Efisien
6. Efektif
7. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban
8. Profesional
Untuk mengetahui informasi terkait penerapan asas-asas diatas dalam
penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan, penulis
mencoba melakukan penelusuran yang dituang dalam bentuk rangkaian
pertanyaan melalui wawancara dengan Bapak Yance Safriardhana, A.Md, SP
selaku Kepala Sub Bagian Umum di DPMPTSP Kota Medan. Pada saat proses
wawancara, penulis berupaya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan konteks yang dibahas yaitu mengenai asas yang menjadi landasan bagi
DPMPTSP Kota Medan dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan. Berikut
akan disajikan hasil wawancara penulis terkait penerapan asas-asas
penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan.
1. Transparan
Asas transparansi dalam pelayanan publik berarti pelayanan publik bersifat
terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah untuk dimengerti. Berdasarkan hasil
kepada masyarakat yang melakukan pengurusan ijin, dimana badan ini
memperlihatkan secara jelas SOP (System Operational Procedures) pada bagian
front office kantor dengan tujuan agar para pemohon ijin yang datang kesana
dapat memahami mekanisme dan alur proses pelayanan perijinan di DPMPTSP
Kota Medan. Keterbukaan DPMPTSP Kota Medan dalam melaksanaan pelayanan
perijinan dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Gambar 4.1 Mekanisme dan Alur Proses Pelayanan Perijinan DPMPTSP Kota Medan
Sementara itu, DPMPTSP Kota Medan juga menyediakan
masing-masing bentuk perijinan yang harus dipenuhi oleh pemohon ijin untuk
mengurus ijin yang mereka butuhkan. Selain itu, dalam upaya memberikan
kemudahan akses, masyarakat yang hendak mengurus perijinan pun diberi
kemudahan untuk dapat mengakses informasi mengenai pelayanan perijinan yang
diselenggarakan oleh DPMPTSP Kota Medan melalui website resminya yaitu
pemkomedan.info, dimana berbagai informasi yang cukup
lengkap terkait dengan DPMPTSP Pemko Medan tersaji dalam website tersebut.
Tidak hanya itu, adanya transparansi secara internal juga terlihat dari pernyataan
Bapak Yance Safriardhana, A.Md, SP yaitu :
“Kami selalu transparan dalam memberikan informasi yang
dibutuhkan para pemohon ijin yang datang kesini dan kami bertanggung
jawab penuh atas informasi yang kami berikan, termasuk juga kepada
sesama pegawai disini dimana tidak ada ijin yang sedang dalam proses
maupun yang sudah terbit dirahasiakan, semua pegawai harus tahu.”
(Wawancara Febuari 2017)
2. Akuntabel
Asas akuntabel dalam pelayanan publik berarti pelayanan publik harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Akuntabel juga dapat berarti penyelenggara pelayanan public
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan maksimal melalui koordinasi yang
baik antar penyelenggara pelayanan publik. Kemudian penulis menanyakan
kembali tentang koordinasi yang terjalin antara penyelenggara pelayanan
perijinan di DPMPTSP Kota Medan. Sebagai salah satu penyelenggara, beliau
“Koordinasi yang terjalin antar pegawai disini terjalin dengan
cukup baik dan tidak ada masalah, setiap permohonan yang ditunjukkan
kepada pegawai yang akan memprosesnya. Komunikasi antar pegawai pun
berjalan lancar dan kami tetap solid dalam mengerjakan apapun tugas
yang diberikan kepada kami dan semuanya saling membantu supaya tugas
cepat selesai.” (Wawancara Febuari 2017)
3. Partisipatif
Asas partisipatif dalam penyelenggaraan pelayanan publik berarti
pelayanan publik harus dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperlihatkan aspirasi, kebutuhan,
dan harapan masyarakat. Dalam upaya mendorong keterlibatan masyarakat untuk
mewujudkan kualitas pelayanan publik yang prima, DPMPTSP Kota Medan telah
menyediakan kotak saran yang diletakkan pada bagian front office gedung kantor
DPMPTSP Kota Medan, dimana masyarakat dapat menuliskan berbagai kritik dan
saran mengenai pelayanan perijinan yang diselenggarakan DPMPTSP Kota
Medan dan kemudian memasukkannya kedalam kotak saran tersebut. Selain itu,
DPMPTSP Kota Medan juga melakukan kegiatan sosialisai ke beberapa tempat di
kawasan Kota Medan untuk memberitahukan kepada masyarakat mengenai
masalah dalam pengurusan ijin.
4. Kesamaan Hak
Asas kesamaan hak dalam penyelenggaraan pelayanan publik berarti tidak
diskriminatif, dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
gender. Melalui pernyataaa Bapak Yance Safriardhana, A.Md, SP, setiap