Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
99
REVITALISASI PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NASIONALISME BANGSA
Hassan Suryono
Progam Studi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta E-mail: hassansuryono@yahoo.com
Abstract. Pancasila in people's lives as a view of life. In the life of the nation as the ideology of the State, while in state life as the basis of the State. In social life, nation and state if harmonization can be realized, it will become a major force in order to strengthen the existence of the Unitary State of the Republic of Indonesia. the State of the Republic of Indonesia is an implication of the spirit of nationalism. Pancasila given in Higher Education is intended so that students understand and live the national life with the ideology of Indonesia, namely Pancasila. To realize this, it is necessary to have a strategy to instill basic and instrumental values in the learning process.
Keywords: Pancasila education and nationalism PENDAHULUAN
Nasionalisme adalah kualitas dan integritas kesadaran nasional warga bangsa, atau suatu bangsa. Makna ini disamakan dengan kesadaran nasional. Sekarang ini Indonesia dihayati sebagai wawasan nasional yang berkembang dalam wujud wawasan nusantara. Wawasan nasional (kesadaran nasional) adalah kualitas dan integritas manusia sebagai bangsa, sebagai subyek budaya dan negaranya sekaligus sebagai subyek moral. Kedudukan manusia baik sebagai pribadi, dan lebih-lebih sebagai bangsa secara natural memiliki kesadaran harga diri kesadaran nasional sebagai kesadaran diri kolektif menunjukkan integritas dan kualitas bahkan martabat manusia dan martabat bangsa.
Perkembangan situasi global mempengaruhi perjalanan bangsa Indonesia. Dengan segala kemampuan Indonesia dituntut siap untuk mematangkan ideologi ini sebagai garda depan terhadap perkembangan demokrasi global. Memang tidak dapat
dipungkiri bagaimana dampak positif perkembangan demokrasi global untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Pengaruh negatif dapat terjadi ketika bangsa Indonesia tidak siap menerima secara utuh dan mampu mengkolaborasikan dalam pergulatan kenegaraan. Terjadinya perubahan global dapat dilihat seperti permasalahan pertahanan negara menyangkut perbatasan wilayah dengan negara tetangga, diintegrasi bangsa seperti menurunnya semangat kebhinekaan dan rasa nasionalisme pada saat ini.
TANTANGAN BANGSA
INDONESIA
Bangsa Indonesia pada saat ini masih menghadapi berbagai persoalan kebangsaan yang serius. yaitu ancaman disintegrasi bangsa ,hal ini dapat dilihat meningkatnya semangat primordialisme, perselisihan ideologi dan agama sehingga mengancam kelanggengan persatuan bangsa Indonesia. Semua persoalan ini jika
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
100 dicermati secara mendalam akan bermuara pada dua krisis, yakni jati diri dan ideologi. Jati diri sebuah bangsa adalah nilai-nilai yang akan menjadi orientasi atau arahan bagi seluruh cara pikir dan cara hidup warga negara. Tanpa jati diri yang jelas, maka semua elemen masyarakat akan bergerak sendiri-sendiri mencapai apa yang baik menurut cara mereka..Krisis ideologi dapat teratasi dengan Pancasila yang merupakan pandangan umum (common-sense) dan keyakinan umum yang dapat mempersatukan kehendak atau tujuan bersama seluruh rakyat.
Pancasila di dalamnya mengandung Bhinneka Tunggal Ika atau sama dengan kemajemukan yang tercermin juga pada lambang Negara RI Burung Garuda . Maka sudah sepantasnya bangsa ini menjadi tempat berteduh bagi bertemunya anak bangsa dalam perbedaan, untuk itu maka perlu dibangun konsesus dalam melangkah menuju kehidupan yang harmonis dan penuh toleransi. Bagaimana kita melangkah ke depan ,itulah yang harus kita lakukan.: Pertama, menggunakan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pancasila untuk menata kembali kerangka kehidupan bernegara. Kedua, menentukan sikap,perilaku bagi penyelenggara Negara yang berjiwa kenegaraan, pendek kata penyelenggara Negara harus professional di bidangnya masing masing Ketiga, menegakkan Konstitusi, Undang-Undang dan peraturan lain yang sudah ditetapkan.
. Keadaan bangsa Indonesia sekarang ini seperti kehilangan orientasi dari reformasi yang dilahirkan pada tahun 1998. yang pada dasarnya bertujuan menuju kepada perbaikan kehidupan di segala bidang. Paska masa transisi selama lebih
kurang sepuluh tahun yang dimulai tahun 1998 tersebut merupakan saatnya untuk belajar dari kegagalan dalam penanganan krisis multi demensi .Untuk itu asas kebersamaan dan kekeluargaan harus dikembangkan dalam rangka menata Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
POLITIK HUKUM PANCASILA
DALAM PERUNDANG
UNDANGAN
Pada tanggal 8 Juli tahun 2003 disahkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Pasal 2 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini kontradiktif setelah mengkaji pasal 37 Undang Undang tersebut tidak memuat secara eksplisit mata kuliah Pendidikan Pancasila diberikan di pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi . Untuk Pendidikan Tinggi hanya menekankan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Pendidikan Agama; Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa .
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan realisasi darai pasal 37 ( 3 ) Undang Undang No 20 tahun 2003, dalam PP ini menegaskan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan Umum, Kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan Dasar dan Menengah salah satunya terdiri atas menetapkan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian ( Pasal 6 ayat 1b PP No 19 tahun 2005 ) Meskipun tidak secara eksplisit menyebut pendidikan Pancasila ,tetapi pemakalah berpendapat kepribadian ini dapat dimasukkan pendidikan Pancasila . PP
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
101 ini juga menyatakan Kurikulum tingkat satuan Pendidikan Tinggi Wajib memuat mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan kewarganegaraan., bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan tidak menyebut secara eksplisit pendidikan Pancasila ( pasal 9 ayat 2 ) . Akan tetapi dalam Pasal 9 (3) menyatakan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Tinggi Program Sarjana dan Diploma wajib memuat mata kuliah yang bermuatan Kepribadian, kebudayaan, statistika/ matematika. Kepribadian ini menurut pemakalah dengan penafsiran ekstensif dapat dimasukan Pendidikan Pancasila. Jadi Pendidikan Pancasila menurut pemakalah wajib diberikan di semua jenjang pendidikan Dasar, menengah dan Tinggi. Khusus di Pendidikan Tinggi Mata kuliah Pendidikan Pancasila mempunyai kedudukan yang sama dengan Mata Kuliah Pengembang Kepribadian yang lain seperti Pendidikan Agama, Kewarganegaraan dan Bahasa.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 khususnya mengenai Mata Kuliah Pengembang kepribadian di Perguruan Tinggi pada tanggal 2 Juni 2006 ditetapkanya Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No 43/ Dikti/ Kep /2006 tentang Rambu Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi tidak menyebut secara eksplisit Mata Kuliah Pendidikan Pancasila sebagai kelompok MPK. sebab yang termasuk MPK yaitu Pendidikan Agama, Kewarganegaraan dan bahasa Indonesia. Implikasi dari Keputusan Dirjen Dikti tersebut pada tataran implementatif di Perguruan Tinggi untuk Pendidikan Pancasila ada yang masih memberikan dan ada pula yang meniadakan .Terlepas diberi tidaknya mata Kuliah Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi disini pemakalah berpendapat dilihat dari kebijakan Perundang Undangan / hukum / terdapat ketidak selarasan makna / sinkronisasi / secara horizontal dan vertical. Secara horizontal dapat ditunjukkan antara pasal 2 dan pasal 37 dari Undang Undang No 20 tahun 2003. Dan secara vertical dapat dilihat pada ketentuan pasal 37 UU No 20 tahun 2003 dan pasal 9 ayat 2 PP No 19 tahun 2005 terhadap Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang menetapkan Pancasila sebagai dasar Negara.
UPAYA REVITALISASI
PENDIDIKAN PANCASILA
Berdasarkan Simposium Nasional ke 3 tahun 2006 di Undip semarang., Forum Rektor tentang Penyusunan Konsep Pendidikan Kewarganegaraan , kecintaan pada tanah air dan Kesatuan bangsa pada tanggal 5 – 7 maret 2007 di semarang ,Simposium ke 4 tahun 2009 di UNS ., Konggres Pancasila di UPI Tahun 2009 ., UGM tahun 2009 dan di Udayana Bali Tahun 2010 menghendaki agar adanya revitalisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi dengan menempatkan Pendidikan Pancasila sebagai salah satu mata kuliah umum yang mempunyai bobot 2 Sks sejajar dengan mata kuliah umum yang lain yaitu Pendidikan Agama., Pendidikan Kewargaan Negara dan Bahasa Indonesia.Disamping itu perlunya peninjauan kembali terhadap Pasal 37 ayat 2 UU NO 20 Tahun 2003., Pasal 9 ayat 2 PP NO 19 Tahun 2009 dan Keputusan Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/ 2006., yang pada intinya agar Pendidikan Pancasila dimasukkan dalam berbagai peraturan tersebut ,dengan demikian ada payung
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
102 hukum bagi Perguruan Tinggi untuk memasukkan Pendidikan Pancasila dalam kurikulumnya
Respon terus berlanjut dari istana Wakil Presiden agar Pendidikan Pancasila direvitalisasi di Perguruan Tinggi, untuk itu perlu adanya suatu Tim Pengkaji Penerapan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Perguruan Tinggi untuk melakukan pengkajian secara akademik , Filosofis , Yuridis dan Sosiologis urgensi tidakya Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil kerja Pokja PPMKPPPT dikeluarkan Surat edaran Dirjen Dikti No 06 / D/ T / 2010.Surat edaran ini sudah disampaikan oleh Direktur jendral Pendidikan Tinggi kepada Rektor Universitas/Institut Negeri dan swasta seluruh Indonesia,Ketua Sekolah Tinggi Negeri dan Swasta Seluruh Indonesia.,Direktur
Akademi/Politeknik Negeri dan swasta seluruh Indonesia dan Koordinator Kopertis wilayah 1 s/d XII.Pada intinya untuk menumbuh kembangkan kesadaran terhadap nilai nilai Pancasila kepada mahasiswa perlu Pendidikan Pancasila diselenggarakan di Perguruan Tinggi.Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi baik secara filosofis., Yuridis dan Sosiologis tidak melanggar peraturan Perundang Undangan yang berlaku.Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.Nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 perlu diwujudkan dalam proses belajar dan pembelajaran dan Peraruran Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat satuan Pendidikan Tinggi program Diploma
dan Sarjana wajib memuat Mata Kuliah yang bermuatan kepribadian. KESIMPULAN
Pendidikan Pancasila wajib diberikan kepada mahasiswa sebagai mata kuliah umum,dengan beban 2 Sks sejajar dengan mata kuliah umum yang lain yaitu Pendidikan Agama., PKn dan Bahasa Indonesia. ( Sebagai kompetensi Umum ).Dengan diwajibkanya Pancasila sebagai mata kuliah umum diharapkan ada peningkatan Nasionalisme mahasiswa pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan Suryono, (2009). Urgensi Revitalisasi Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi . Makalah pada rapat konsultasi Tim Pokja Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pada tanggal 6 Februari 2009 di kantor wakil Presiden Republik Indonesia ---,. (2005). Pancasila
Progressif . Surakarta : UPT MKU UNS dan Pustaka cakra Surakarta
Irianto Widisuseno . (2007). Rancangan Materi Rapat Kerja Kelompok Kerja Penyusunan
Konsep Pendidikan
Kewarganegaraan, Kecintaan Pada Tanah Air Dan Kesatuan Bangsa pada tanggal 5 – 7 Maret 2007 di Semarang
Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 38/ Dikti/Kep/2002 tentang Rambu Rambu Pelaksanaan mata Kuliah pengembangan Kepribadian Di Perguruan Tinggi
Jurnal PPKn Vol. 8 No. 2 Juli 2020
103 --- Nomor 43/
Dikti/ Kep/ 2006 Tentang Rambu Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
Lembaga Pengkajian Dan Pengembangan Kehidupan Bernegara ( LPPKB ). (2005). Pedoman Umum Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara. Jakarta : Cipta Prima Budaya
Permendikbud No 3 tahun 2020 tentang Tentang standar nasional Pendidikan Tinggi Sumadi Suryabrata. (1992) .
Pengukuran Dalam Psikologi
Kepribadian . Yogjakarta : CV Rajawali
Sunarjo Wreksosuhardjo . (2003) . Filsafat Pancasila Secara Ilmiah Dan Aplikatif.
Surakarta : Sebelas Maret University
Undang Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidian Nasional
Undang Undang No 12 tahun 2012 Tentang Pendidikan tinggi