• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KUNJUNGAN WISATAWAN OBJEK WISATA NGLIMUT KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KUNJUNGAN WISATAWAN OBJEK WISATA NGLIMUT KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KUNJUNGAN WISATAWAN OBJEK WISATA

NGLIMUT KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN

KENDAL

Dolina Gitapati

Drs. Y. Bagio Mudakir, MSP

ABSTRACT

Wisata Alam Nglimut, one of the natural tourism object in Kendal Regency. It has a potential prospect for tourism industry of Kendal. At this moment, the number of visitors in the object is still lower compared to the other tourism objects in Kendal. This might be due Nglimut is newly promoted and has not well known by people. The objective of this study is to identify the factors affecting the demand to visit in natural tourism object of Nglimut.

Quoted accidental sampling was employed to select 100 respondents. Travel cost method was involved to analyze the collected data. Further, the consumer surplus (CS) is estimated in order to value the appreciation of respondents about the tourism object observed.

The results showed that five out of seven independent variables found significantly influenced to the respondent in determining of the number of visit to Nglimut. These factors are travel cost, leisure time, length time, facilities, and the natural beauty of Nglimut s perceived by repondents. Economic value in this site is Rp 35.453.126.400, the estimated CS is about Rp 760.960 per year per head. Assuming at the end of 2012 there will about 50.000 visitors, therefore the estimated economic value will reach to Rp 38 billions per year.

There will be a very bright prospect for Nglimut as the natural tourism object for Kendal as the periphery of Semarang City with highly density in population.

(2)

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian. Pemerintah sangat berharap bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pengganti pemasok devisa utama setelah peran migas yang mengalami degradasi. Sektor pariwisata akan menjadi aset Negara Indonesia apabila mampu dikelola dengan baik. Keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna, keindahan alam serta bentuknya yang berkepulauan kaya akan adat istiadat, kebudayaan dan bahasa memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara dan menjadi penopang perekonomian negara karena dapat membantu sektor lain seperti sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kerajinan rakyat dan lain sebagainya karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata. Kekayaan sumber daya alam dan budaya tersebut diharapkan mendapat pengemasan yang lebih berkualitas, pendayagunaan secara maksimal, dan dijaga kelestariannya. Sebaiknya pariwisata harus mampu secara optimal memberi nilai tambah ekonomis untuk daerah pemilik potensi wisata.

Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata nasional yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata Indonesia yang memiliki pesonanya tersendiri. Dengan letak yang strategis dan daerah yang masih tergolong alami dan sarat akan kebudayaan, Jawa Tengah menjadi salah satu pusat wisata yang menarik yang menawarkan berbagai macam tujuan wisata seperti pemandangan alam, budaya atau barang-barang kerajinan. Contohnya seperti kawasan Candi Borobudur, Keraton Solo, wisata air Waterblaster, Baturraden, dataran tinggi Dieng, Curug Sewu, Tawangmangu dan objek wisata lainnya.

Pada tabel 1.1, dapat dilihat bahwa sumbangan sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan jumlah pendapatan dari tahun ke tahun walaupun kontribusi untuk PAD sendiri masih terbilang kecil, begitu pula dengan kontribusi pariwisata Kabupaten Kendal terhadap pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Namun ini menjelaskan bahwa sumbangan sektor pariwisata terhadap PAD Jawa Tengah mengalami perkembangan tiap tahunnya.

(3)

Tabel 1.1

Sumbangan Sektor Pariwisata Kabupaten Kendal dan Provinsi Jawa Tengah Terhadap PAD di provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2010

Tahun Kendal Jawa Tengah % PAD %

2007 572.752.500 63.250.298.050 0,91 2.970.030.968,74 2,13 2008 893.714.000 85.521.610.454 1,05 4.057.776.195,98 2,11 2009 796.728.000 112.469.856.990 0,71 3.716.052.663,29 3,03 2010 833.994.000 118.513.629.758 0,70 4.417.869.229,53 2,68 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, 2012

Kabupaten Kendal sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah memiliki sektor pariwisata yang merupakan salah satu sektor yang strategis dan potensial untuk dikembangkan, mengingat potensi obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Kendal sangat beragam meliputi obyek wisata daerah pantai, dataran rendah sampai daerah pegunungan di beberapa Kecamatan. Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No.33 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola wilayahnya, memberi tanggung jawab dan tuntutan yang lebih besar untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki demi pembangunan di daerah. Melalui “Kendal Tuan Rumah Yang Baik Bagi Wisatawan”, Kabupaten Kendal berusaha untuk mewujudkan harapan besar yaitu sebagai daerah tujuan wisata. Beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Kendal yaitu objek wisata alam seperti Air Terjun Curug Sewu, Pantai Sendang Sikucing, Wisata Alam Nglimut, Pantai Jomblom dan Goa Kiskendo. Dari beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Kendal, hanya dua objek wisata yang dikelola oleh Pemerintah yaitu Air Terjun Curug Sewu dan Pantai Sendang Sekucing. Sedangkan objek wisata lainnya dikelola oleh swasta.

Objek Wisata Alam Nglimut merupakan salah satu objek wisata yang menarik dan cukup lengkap dengan fasilitas-fasilitas seperti cafetaria, pemandian air panas, outbond, kolam renang, camping ground, kebun binatang mini, pemancingan, taman bermain anak-anak, gazebo untuk berkumpul, pemandangan alam yang indah sampai villa disediakan disini. Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa objek wisata Nglimut

(4)

termasuk penyumbang pendapatan daerah yang cukup tinggi di Kabupaten Kendal dan sebagai penyumbang pendapatan tertinggi untuk objek wisata yang dikelola swasta. Curug Sewu adalah objek wisata yang paling banyak memberikan kontribusi dalam bentuk retribusi karena objek wisata ini telah menjadi objek wisata unggulan di Kabupaten Kendal dan mendapat subsidi dari pemerintah. Begitu pula dengan Pantai Sendang Sikucing yang termasuk objek wisata unggulan dalam kategori wisata bahari.

Walaupun berbagai macam fasilitas telah disediakan, namun objek Wisata Alam Nglimut belum mampu untuk mengungguli jumlah pendapatan dan jumlah pengunjung objek wisata Curug Sewu dan Sendang Sikucing yang merupakan wisata unggulan sekaligus dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Kendal. Dari sebuah data, ditampilkan jumlah pengunjung objek wisata Curug Sewu, Sendang Sikucing dan Wisata Alam Nglimut memiliki perkembangan jumlah pengunjung yang berbeda-beda. Jumlah pengunjung objek wisata Curug Sewu relatif lebih tinggi daripada Sendang Sikucing dan Wisata Alam Nglimut. Wisata Alam Nglimut mengalami fluktuasi jumlah pengunjung. Pada tahun 2007, jumlah pengunjung mengalami penurunan dari 44.765 orang menjadi 42.312 orang dan pada tahun 2009 dari 44.090 orang menjadi hanya 41.889 orang. Namun di tahun 2010 pengunjungnya mengalami peningkatan melebihi tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 46.590 orang. Tetapi jumlah pengunjung objek wisata alam Nglimut masih di bawah jumlah pengunjung Curug Sewu dan Sendang Sikucing, walaupun kedua objek wisata tersebut cenderung menurun jumlah pengunjungnya di tiga tahun terakhir. Curug Sewu selalu menjadi objek wisata yang tertinggi jumlah pengunjungnya walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan jumlah pengunjung yang sangat drastis tetapi jumlahnya tidak pernah lebih kecil dari jumlah kedua objek wisata yang lain.

Bila ditelusuri dan dikaji dari beberapa faktor seperti faktor transportasi, di kedua objek wisata baik Curug Sewu maupun Pantai Sendang Sikucing tidak banyak alat transportasi umum menuju kesana, semuanya masih tergantung dari adanya kendaraan pribadi. Faktor prasarana seperti kondisi jalan pun hampir sama keadaannya dengan jalan menuju ke Wisata Alam Nglimut. Untuk faktor jarak, Curug Sewu bahkan memiliki jarak yang terjauh, ± 50 km dari Kota Semarang dan ± 40 km dari Kota Kendal. Sedangkan Pantai Sendang Sikucing berjarak ± 35 km dari Kota Kendal menuju ke Weleri. Dalam faktor fasilitas pun, Wisata Alam Nglimut tidak kalah

(5)

lengkap dengan Curug Sewu, hanya saja Curug Sewu menampilkan keindahan alam air terjun dalam atraksinya, dan jika dibandingkan dengan fasilitas Pantai Sendang Sikucing, objek wisata bahari ini memiliki fasilitas yang kalah bersaing dibanding Wisata Alam Nglimut.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan objek wisata alam Nglimut serta mengukur nilai ekonomi objek wisata alam Nglimut dengan menggunakan valuasi ekonomi (total economic value) suatu kawasan wisata alam, sehingga dapat diketahui nilai permintaan yang terkandung dalam objek wisata tersebut. Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu objek wisata namun didukung dengan pelestarian di objek wisata tersebut. Karena dengan rusaknya sumber daya alam pada obyek wisata tertentu akan sangat berpengaruh pada kemauan wisatawan untuk membayar (willingness to pay) pada obyek wisata tersebut. Penilaian individu pada barang dan jasa tidak lain adalah selisih antara keinginan membayar, dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa tersebut (Surplus Konsumen). Maka dari itu perlu diketahui nilai ekonomi yang terkandung pada objek wisata alam Nglimut serta keinginan wisatawan untuk membayar obyek wisata alam Nglimut dan surplus konsumen yang didapat oleh pengunjung, sehingga membantu untuk menentukan pengembangan objek wisata alam Nglimut di Kabupaten Kendal.

Penelitian ini didasarkan oleh beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Djijono (2002) berjudul Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan wisata dengan menggunakan variabel-variabel seperti jumlah kunjungan per 1000 orang, biaya perjalanan, pendapatan atau uang saku, jumlah penduduk kecamatan tempat pengunjung berasal, pendidikan, waktu kerja, waktu luang, dan biaya transportasi. Hasil uji statisitik menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan adalah pendidikan, jumlah penduduk, dan waktu luang. Rata-rata kesediaan untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 25.320,558 per 1000 orang, nilai yang dikorbankan sebesar Rp 6.045,3443 per 1000 orang dan surplus konsumen sebesar Rp 9.275,2137 per 1000 orang.

(6)

Penelitian yang dilakukan oleh Irma Afia Salma dan Indah Susilowati (2004) dengan judul Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan menggunakan Metode Biaya Perjalanan (Individual Travel Cost Method). Dari keenam variabel, hanya dua variabel yang signifikan yaitu biaya perjalanan dan jarak. Variabel biaya perjalanan ke objek wisata lain dalam penelitian ini adalah objek wisata Simpang Lima dan diperoleh nilai koefisiennya negatif yang berarti kedua objek wisata merupakan barang kompelementer. Surplus konsumen sebesar Rp. 224.198,7 per individu per kunjungan menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh konsumen masih jauh diatas biaya perjalanan yaitu sebesar Rp. 87.652 per kunjungan.

Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan, Tri Firandari (2009) variabel seperti adalah jumlah permintaan wisata, biaya perjalanan ke objek wisata, lama mengetahui objek wisata dan jarak dengan menggunakan alat analisis regresi Poisson untuk meneliti tentang permintaan pariwisata. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa biaya perjalanan dan jarak memiliki korelasi negatif terhadap jumlah permintaan wisata, sedangkan variabel lama mengetahui objek wisata berpengaruh secara positif terhadap jumlah permintaan. Surplus konsumen sebesar Rp 28.985,51 per kunjungan. Pulau Situ Gintung-3 yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai manfaat atau ekonomi sebesar Rp 3.373.130.755,00.

TELAAH TEORI

1. Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Menurut Nopirin (2000), teori permintaan menerangkan tentang hubungan antara berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu.

Hukum permintaan merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan

(7)

terhadap barang tersebut (Sadono Sukirno, 2005). Hal tersebut disebabkan karena hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, dengan asumsi hal lain tetap atau ceteris paribus (Samuelson, 1998).

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Sumber : Samuelson dan Nordhaus, 1998

Seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.1 diatas, kurva permintaan (DD) terbentuk dari kombinasi harga (P) dan jumlah barang yang diminta (Q). Ketika harga sebesar P1 dengan jumlah barang sebesar Q1. Kemudian harga berubah/naik menjadi P2

maka Q akan berubah/turun menjadi Q2. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, P

dan Q berhubungan berlawanan. Kurva permintaan DD memiliki slope yang negatif menunjukkan konsumen bersedia untuk membeli lebih banyak pada harga yang relatif lebih murah (Pindyck, 2004).

Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhi (Boediono, 1999).

Fungsi permintaan akan suatu barang dituliskan sebagai berikut:

QD = f ( PQ, Ps.i, Y, S, D )... (2.1)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan selain harga menurut Sadono Soekirno (2005) adalah sebagai berikut:

1) Harga Barang-Barang yang Berkaitan P P2 P1 D Q1 Q 0 Q2

(8)

Barang pengganti (apabila harga barang lebih murah maka jumlah permintaan terhadap barang yang digantikan akan mengalami penurunan), Barang pelengkap (kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap sejalan dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya), dan barang netral (perubahan permintaannya tidak mempengaruhi permintaan barang lain).

2) Pendapatan

Biasanya kenaikan dalam pendapatan akan mengarah pada kenaikan dalam permintaan. Pendapatan konsumen merupakan faktor yang penting dalam menentukan permintaan. Perubahan pendapatan akan menimbulkan permintaan berbagai jenis barang yaitu barang inferior, barang esensial, barang normal dan barang mewah.

3) Selera dan Preferensi

Selera adalah determinan permintaan non harga, karena kesulitan dalam pengukuran dan ketiadaan teori tentang perubahan selera, Selera dapat dilihat dari preferensi seseorang terhadap jenis barang yang diminta atau diinginkan dan selera memiliki pengaruh yang cukup besar kepada masyarakat untuk membeli suatu barang. Selera seseorang dapat dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. 4) Dugaan tentang Harga Relatif di Masa Depan

Dugaan tentang harga-harga relatif di masa depan memainkan peranan yang penting dalam menentukan permintaan. Misalnya, konsumen akan memperhatikan apakah harga tesebut di masa mendatang akan memiliki harga yang tinggi sehingga akan mendorong mereka membeli lebih banyak di masa kini.

5) Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan tetapi diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja.

6) Distribusi Pendapatan

Pendapatan masyarakat yang tertentu akan menimbulkan permintaan yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah distribusinya.

2. Pariwisata

Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk

(9)

mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. James J. Spillane (1987) mengatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan lain-lain.

3. Permintaan Pariwisata

Konsumen mempunyai tingkah laku yang beragam dalam memenuhi kebutuhannya terhadap barang dan jasa (goods and services). Dalam kondisi ekstrim, seseorang dapat mengalokasikan seluruh anggarannya untuk berpariwisata dan pada selain itu juga dapat digunakan seluruhnya untuk mengkonsumsi barang lain. Kombinasi pariwisata dan barang lain yang diputuskan untuk dibeli seseorang tergantung pada preferensi mereka. Kombinasi alternatif antara pariwisata dan barang lain dapat memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen, misalnya, konsumsi yang rendah terhadap pariwisata dan konsumsi yang tinggi terhadap barang lain memberikan kepuasan yang sama seperti konsumsi pariwisata yang tinggi dan konsumsi barang lain yang rendah.

Posisi optimal pada akhirnya tergantung pada anggaran dan preferensi seseorang serta diasumsikan bahwa anggaran dialokasikan antara jenis-jenis pariwisata yang berbeda agar memaksimalkan kepuasan.

Fungsi permintaan pariwisata dapat dituliskan sebagai berikut:

D = f(X1, X2, .... Xn)... (2.2)

Dimana D adalah permintaan pariwisata X1 ... Xn adalah sebagai variabel

independen yang berkedudukan sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan. Untuk mengidentifikasikan maka diperlukan faktor-faktor eksternal dan internal untuk melihat dan menganalisis strategi yang tepat pada pengembangan kawasan obyek wisata dengan tujuan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

4. Valuasi Ekonomi

Valuasi ekonomi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan

(10)

terlepas baik dari nilai pasar (market value) atau non pasar (non market value ). Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan.

Nilai TEV merupakan jumlah dari Nilai Guna (Direct Use Value), yaitu nilai yang diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang berkaitan dengan kegiatan komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain yang bertautan dengan sumberdaya alam yang ditelaah. Sedangkan Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value), berkaitan dengan perlindungan atau dukungan terhadap kegiatan ekonomis dan harta benda yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam dan Nilai Pilihan (Option Use Value) nilai guna dari sumberdaya alam dan lingkungan di masa mendatang. Untuk Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value) yaitu nilai-nilai yang tidak ada kaitan langsung dengan kemungkinan pemakaian sumberdaya alam dan lingkungan itu, biasanya berupa Existence Value dan Bequest Value yang merupakan total dari Nilai Keberadaan (Existence Value) yaitu nilai yang diberikan (secara semata-mata) karena keberadaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan, ditambah Nilai Pewarisan (Bequest Value) yaitu nilai yang diberikan kepada anak cucu agar dapat diwariskan suatu sumberdaya alam dan lingkungan tersebut (Irma Alfia dan Indah Susilowati, 2004).

Gambar 2.3 Konsumsi Pariwisata Sumber: Djijono, 2002 p D Surplus Konsumen R N E Q M O D Keterangan:

OREM= Total Utilitas membayar konsumen ONEM = Biaya barang bagi konsumen NRE = Total Nilai surplus konsumen

(11)

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Pada Gambar 2.3 menunjukan bahwa kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit yang dikonsumsi. Total bidang di bawah kurva permintaan (OREM) menunjukkan total utilitas yang diperoleh konsumen atas konsumsi suatu barang atau merupakan ukuran kemauan membayar total karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marginal Q dari 0 sampai M dengan mengurangkan biaya suatu barang bagi konsumen (ONEM), nilai surplus konsumen ditunjukkan sebagai bidang segitiga NRE dan merupakan ukuran kemauan membayar diatas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al, dalam Djijono, 2002).

5. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Pada mulanya pendekatan biaya perjalanan ini digunakan untuk menilai manfaat yang diterima masyarakat dari penggunaan barang dan jasa lingkungan. Pendekatan ini juga mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan dimana mereka berada pada saat tersebut. Banyak contoh sumber daya lingkungan yang dinilai dengan pendekatan ini berkaitan dengan jasa-jasa lingkungan untuk rekreasi di luar rumah yang seringkali tidak diberikan nilai yang pasti. Untuk tempat wisata, pada umumnya hanya dipungut harga karcis yang tidak cukup untuk mencerminkan nilai jasa lingkungan dan juga tidak mencerminkan kesediaan membayar oleh para wisatawan yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut. Untuk lebih sempurnanya perlu diperhitungkan pula nilai kepuasan yang diperoleh para wisatawan yang bersangkutan (Suparmoko, 2000).

Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut (Suparmoko, 2000).

Pendekatan travel cost banyak digunakan dalam perkiraan nilai suatu tempat wisata dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data

(12)

mengenai jumlah pengunjung, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung tempat wisata untuk mendapatkan data yang diperlukan (Suparmoko, 2000).

Untuk menilai ekonomi dengan pendekatan biaya perjalanan ada dua teknik yang dapat digunakan yaitu pendekatan sederhana melalui zonasi dan pendekatan individual. Metode biaya perjalanan dengan pendekatan individual, metode biaya perjalanan dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui survey.

6. Hipotesis

Berdasarkan uraian dan perumusan masalah di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat positif antara pendapatan atau uang saku rata-rata individu perbulan terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

2. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat negatif antara biaya perjalanan (travel cost) ke objek Wisata Alam Nglimut terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

3. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara biaya perjalanan (Travel Cost) ke objek wisata lain (Umbul Sidomukti) terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek wisata Alam Nglimut.

4. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat positif antara waktu luang terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

5. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat negatif antara lama perjalanan terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

6. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat positif antara fasilitas-fasilitas di objek wisata terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

7. Diduga terdapat pengaruh signifikan dan bersifat positif antara keindahan alam Nglimut terhadap jumlah kunjungan wisata ke objek Wisata Alam Nglimut.

(13)

METODE PENELITIAN Data Penelitian

Jenis data yang digunakan adalah data primer berbentuk kualitatif dan kuantitatif dengan metode quota accidental sampling dan memiliki 100 sampel.

Variabel Penelitian

1. Jumlah kunjungan wisatawan ke objek Wisata Alam Nglimut

Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Nglimut diukur melalui banyaknya kunjungan wisata yang dilakukan oleh individu ke objek wisata Nglimut. Variabel ini diukur secara kontinyu dalam satu kekerapan (kali) per tahun.

2. Pendapatan atau uang saku individu

Pendapatan atau uang saku per bulan oleh pengunjung objek wisata Nglimut. Diukur dengan satuan rupiah (Rp).

3. Biaya Perjalanan ke Objek Wisata Alam Nglimut

Biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan untuk mengunjungi kawasan wisata Nglimut. Biaya perjalanan meliputi biaya transportasi, biaya retribusi masuk, biaya penginapan, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, serta biaya-biaya lain yang relevan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala kontinyu dengan satuan rupiah (Rp / kunjungan).

4. Biaya Perjalanan ke Objek Wisata Lain (Umbul Sidomukti)

Biaya pejalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung menuju objek wisata lain yang dalam hal ini diwakili oleh objek wisata Umbul Sidomukti. Biaya perjalanan menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan pengunjung termasuk biaya transportasi, biaya retribusi masuk, biaya penginapan, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, serta biaya-biaya lain yang relevan. Variabel ini diukur menggunakan skala kontinyu dengan satuan rupiah (Rp/kunjungan).

5. Waktu Luang

Jumlah waktu yang dimiliki oleh pengunjung ketika tidak bekerja dalam satu bulan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala kontinyu dalam satuan hari dalam satuan bulan (hari/bulan).

6. Lama Perjalanan

Lama perjalanan dari rumah pengunjung dengan objek wisata Nglimut. Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan menit.

(14)

7. Fasilitas-Fasilitas

Fasilitas-fasilitas adalah persepsi pengunjung terhadap fasilitas yang ada di objek wisata Nglimut dan diukur dengan satuan skala likert. (1 = tidak lengkap, 2 = kurang lengkap, 3 = cukup lengkap, 4 = lengkap, 5 = sangat lengkap).

8. Keindahan Alam Objek Wisata Nglimut

Variabel ini menunjukkan persepsi atas nilai keindahan alam Nglimut yang mempengaruhi wisatawan untuk datang ke Nglimut. Variabel ini diukur dengan satuan Likert. (1 = sangat jelek, 2 = jelek, 3 = cukup bagus, 4 = bagus, 5 = sangat bagus).

Metode Analisis 1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat unuk mengukur kehandalan kuesioner yang mana dapat dikatakan reliabel jika jawaban atas pernyataan seseorang stabil atau konsisten dari waktu ke waktu. Variabel yang akan diuji menggunakan uji reliabilitas adalah variabel fasilitas dan variabel keindahan alam Nglimut. Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05, suatu variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005).

2. Analisis Regresi

Alat analisis statistik yang dipakai adalah regresi linier berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square) (Gujarati, 2003). Pada penelitian ini untuk menganalisis kunjungan ke objek Wisata Alam Nglimut yang dipengaruhi oleh pendapatan individu (X1), biaya perjalanan ke objek Wisata Nglimut (X2), biaya

perjalanan ke objek wisata lain (Umbul Sidomukti) (X3) waktu luang (X4), lama

perjalanan (X5), fasilitas-fasilitas (X6) dan keindahan alam Nglimut (X7), dapat

diformulasikan sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7,) ... (3.2)

Dari formulasi diatas, model regresi dengan menggunakan pendekatan OLS adalah sebagai berikut:

(15)

Y=β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 +β7X7 + ei ... (3.3)

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik meliputi 3 pengujian yaitu uji heteroskedasitas menggunakan Uji Glejser, uji autokorelasi menggunakan Durbin-Watson dan uji multikolinearitas dengan regresi parsial dan tolerance & VIF.

4. Uji Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik meliputi 3 pengujian yaitu uji koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji F) dan uji signifikansi parameter individual (uji t).

5. Perhitungan Valuasi Ekonomi

Untuk menghitung nilai surplus konsumen, menggunakan formulasi sebagai berikut:

Dx = Qx = a – bP ... (3.4)

Persamaan di atas digunakan untuk menghasilkan surplus konsumen sebagai nilai ekonomi. Untuk menghasilkan surplus konsumen per individu per tahun digunakan pehitungan integral terbatas, dengan batas bawah yaitu harga terendah dan batas teratas yaitu harga tertinggi, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:

SK =    dP... (3.5)

HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Uji Reliabilitas

Hasil Cronbach Alpha untuk X6 adalah 0,943 dan untuk variabel X7 adalah 0,869

dimana dapat disimpulkan kedua variabel tersebut reliabel. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,629a ,396 ,350 2,422 1,865

(16)

Uji Heteroskedasitas dengan Uji Glejser

Model Unstandardized Coef. Std. Coef. t Sig. Keputusan

B Std. Error Beta

C ,149 1,240 ,120 ,904 Bebas multikol

X1 -6,0E-008 ,000 -,076 -,743 ,459 Bebas multikol

X2 -8,9E-007 ,000 -,074 -,610 ,543 Bebas multikol

X3 -1,4E-006 ,000 -,112 -1,105 ,272 Bebas multikol

X4 ,113 ,125 ,096 ,906 ,367 Bebas multikol

X5 -,004 ,003 -,110 -1,111 ,270 Bebas multikol

X6 ,196 ,173 ,117 1,135 ,259 Bebas multikol

X7 ,388 ,249 ,166 1,559 ,122 Bebas multikol

Hasil Uji Multikolinearitas dengan Regresi Parsial dan t & VIF Persa

maan Teri

kat

Bebas R2 t VIF Keputusan

Y X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7 0,396 1 X1 X2,X3,X4,X5,X6,X7 0,110 ,890 1,124 Bebas multikol 2 X2 X1,X3,X4,X5,X6,X7 0,356 ,644 1,552 Bebas multikol 3 X3 X1,X2,X4,X5,X6,X7 0,087 ,913 1,095 Bebas multikol 4 X4 X1,X2,X3,X5,X6,X7 0,163 ,837 1,195 Bebas multikol 5 X5 X1,X2,X3,X4,X6,X7 0,046 ,954 1,048 Bebas multikol 6 X6 X1,X2,X3,X4,X5,X7 0,113 ,887 1,128 Bebas multikol 7 X7 X1,X2,X3,X4,X5,X6 0,170 ,830 1,205 Bebas multikol

Dari hasil uji asumsi klasik diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada penyakit atau gangguan dalam data penelitian ini.

3. Hasil Analisis Regresi

Hasil Regresi dengan metode OLS Variabel Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t hitung Sig. Keputusan Konstanta 3,268 ,604 ,047 X1 1,00 x 10-7 ,063 ,728 ,469 TS X2 -6,16 x 10-5 -,251 -2,488 ,015 S X3 5,15 x 10-7 ,021 ,248 ,805 TS X4 ,457 ,192 2,164 ,033 S X5 -,015 -,216 -2,600 ,011 S X6 ,876 ,258 2,995 ,004 S X7 1,017 ,214 2,412 ,018 S R 0,629

(17)

R2 0,396 Adjusted R2 0,350 F hitung 8,617 Sig. 0,000 DW 1,865 Dependent Variable: Y

Dari hasil uji regresi diatas dapat disimpulkan bahwa R2 sebesar 39,6% yang artinya 39,6 persen jumlah kunjungan wisatawan di objek Wisata Alam Nglimut secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variasi dari ketujuh variabel independen yaitu pendapatan atau uang saku individu, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke Umbul Sidomukti, waktu luang, lama perjalanan, fasilitas-fasilitas dan keindahan alam Nglimut. Sedangkan sisanya 61,4 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak termasuk dalam penelitian.

Dengan tingkat probabilitas 0,05 (5 persen) dan nilai degree of freedom (df) = (n-k-1) = 100-7-1 = 92 maka dapat diketahui nilai F-tabel sebesar 2,11. Berdasarkan tabel 4.8 nilai hitung sebesar 8,617 lebih besar dari nilai tabel 2,11 dan probabilitas F-statistic sebesar 0,000 yang berarti nilai ini lebih kecil dari nilai alpha (α) 5 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel independen merupakan penjelas terhadap variabel dependen.

4. Interpretasi Hasil

Interpretasi hasil dari uji statistik t dan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Variabel pendapatan (X1) memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,469 > dari

0,05. Kemudian t-hitung sebesar 0,728 < dari t-tabel (1,661) H0 diterima dan Ha

ditolak. Dengan demikian pendapatan individu tidak signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

2. Variabel biaya perjalanan (X2) memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,015 <

dari 0,05. Kemudian t-hitung sebesar -2,488 maka nilai mutlak sebesar 2,488. Dengan demikian diperoleh t hitung 2,488 > dari t-tabel (1,661). Dengan demikian biaya perjalanan berpengaruh signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

(18)

3. Variabel Biaya Perjalanan ke Umbul Sidomukti (X3) memiliki probabilitas

signifikansi sebesar 0,805 > dari 0,05. Kemudian hitung sebesar 0,248 < dari t-tabel (1,661). Dengan demikian biaya perjalanan ke Umbul Sidomukti tidak signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

4. Variabel Waktu Luang (X4) memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,033 <

dari 0,05. Kemudian t-hitung sebesar 2,164 > dari t-tabel (1,661). Dengan demikian waktu luang signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah

kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

5. Variabel lama perjalanan (X5) memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,011 <

dari 0,05. Kemudian t hitung -2,6 maka nilai mutlak sebesar 2,6. Jadi t-hitung 2,6 > dari t tabel (1,661). Dengan demikian lama perjalanan signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

6. Variabel fasilitas-fasilitas (X6) memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,004 <

dari 0,05. Kemudian t-hitung sebesar 2,995 > dari t-tabel (1,661). Dengan demikian fasilitas-fasilitas signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

7. Variabel keindahan alam Nglimut (X7) memiliki probabilitas signifikansi sebesar

0,018 < dari 0,05. Kemudian t-hitung sebesar 2,412 > dari t-tabel (1,661). Dengan demikian hipotesis keindahan alam Nglimut signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan objek Wisata Alam Nglimut.

5. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

1) Pengaruh variabel pendapatan atau uang saku individu per bulan (X1)

terhadap jumlah kunjungan wisatawan (Y)

Dari interpretasi diatas, diketahui bahwa nilai koefisien dari variabel pendapatan individu per bulan bertanda positif yaitu 0,0000001 dan signifikansi sebesar 0,469 (lebih besar dari α=5%).

Variabel pendapatan atau uang saku individu per bulan dengan tanda koefisien positif berarti bahwa peningkatan pendapatan akan memberi dampak kenaikan

(19)

jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan dalam keadaan konstan.

Menurut Yoeti (2008) semakin besar pendapatan bebas seseorang maka akan semakin besar kemungkinan orang tersebut melakukan perjalanan wisata yang diinginkan. Kesimpulan ini sesuai pernyataan yang dikemukakan Sadono Sukirno (1994) bahwa perubahan dalam pendapatan akan menimbulkan perubahan permintaan suatu produk. Karena semakin tinggi pendapatan seseorang, akan berbanding lurus dengan jumlah permintaan perjalanan wisata. 2) Pengaruh variabel biaya perjalanan ke objek Wisata Alam Nglimut (X2)

terhadap jumlah kunjungan wisatawan (Y)

Pengaruh variabel biaya perjalanan (X2) terhadap jumlah kunjungan wisatawan

di objek Wisata Alam Nglimut (Y) mempunyai nilai koefisien -0,00000616 dan signifikansi sebesar 0,015 (lebih kecil dari α = 5%), artinya biaya perjalanan signifikan dan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan di obyek Wisata Alam Nglimut.

Variabel biaya perjalanan dengan nilai tanda koefisien negatif mempunyai arti bahwa jika terjadi penurunan biaya perjalanan ke objek wisata Nglimut maka akan memberi dampak kenaikan jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Hukum permintaan dalam teori ekonomi menyatakan bahwa jumlah permintaan suatu barang berbanding terbalik dengan harga barang tersebut. Atas dasar teori tersebut maka seorang wisatawan akan memilih perjalanan wisata dengan biaya perjalanan yang lebih rendah, sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut.

3) Pengaruh variabel biaya perjalanan ke Umbul Sidomukti (X3) terhadap

jumlah kunjungan wisatawan (Y)

Pengaruh variabel biaya perjalanan ke Umbul Sidomukti (X3) terhadap jumlah

kunjungan wisatawan di objek Wisata Alam Nglimut (Y) mempunyai nilai koefisien 0,000000515 dan signifikansi sebesar 0,805 (lebih besar dari α = 5%),

(20)

artinya biaya perjalanan tidak signifikan dan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan di obyek Wisata Alam Nglimut.

Variabel biaya perjalanan ke Umbul Sidomukti memiliki tanda koefisien positif yang mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan biaya perjalanan ke objek wisata Umbul Sidomukti maka akan memberi dampak kenaikan jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Nglimut dengan asumsi variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Di dalam teori permintaan, salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang adalah harga barang lain. Dalam hasil penelitian, biaya perjalanan ke objek wisata lain tidak signifikan dikarenakan ketidakidentikan dan bervariasinya daya tarik kedua objek wisata. Nilai t-hitung positif yang berarti bahwa objek wisata Umbul Sidomukti adalah barang substitusi, sehingga penelitian ini sesuai dengan teori permintaan bahwa harga suatu barang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah harga barang lain (substitusi atau komplementer).

4) Pengaruh variabel waktu luang (X4) terhadap jumlah kunjungan

wisatawan (Y)

Dari persamaan diketahui nilai koefisien dari variabel waktu luang sebesar 0,457 dan signifikansi sebesar 0,033 (lebih kecil dari α = 5 persen) yang berarti variabel waktu luang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan objek Wisata Alam Nglimut.

Variabel waktu luang dengan tanda koefisien positif berarti jika terjadi peningkatan waktu luang maka akan menimbulkan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Dalam Yoeti (2008), salah satu faktor yang mempengaruhi orang-orang dalam melakukan perjalanan wisata adalah adanya waktu luang (leisure time). Semakin panjang waktu senggang yang tersedia dapat memperbanyak jumlah waktu

(21)

berlibur. Pendapatan yang besar tidak akan ada artinya jika tidak terdapat waktu luang untuk melakukan perjalanan wisata.

5) Pengaruh variabel lama perjalanan (X5) terhadap jumlah kunjungan

wisatawan (Y)

Dari persamaan diketahui nilai koefisien dari variabel lama perjalanan sebesar -0,015 dan signifikansi sebesar 0,011 (lebih kecil dari α = 5%) yang berarti sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel lama perjalanan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan objek Wisata Alam Nglimut.

Variabel lama perjalanan dengan tanda koefisien negatif mempunyai arti bahwa peningkatan lama perjalanan akan mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi bahwa variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Salah satu sifat pariwisata adalah bahwa objek wisata tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan sehingga pengunjunglah yang harus datang untuk menikmati wisata tersebut (Spillane, 1987). Maka dari itu, aksesibilitas seperti jarak dari tempat asal wisatawan ke lokasi objek wisata dan transportasi yang memadai juga mempengaruhi permintaan perjalanan wisata. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan memakan waktu perjalanan yang lebih lama, dan para wisatawan diduga lebih memilih lokasi wisata yang lebih dekat untuk dicapai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Tri Firandari (2009) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara jarak tempuh ke objek wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan jumlah permintaan objek wisata tersebut.

6) Pengaruh variabel fasilitas-fasilitas (X6) terhadap jumlah kunjungan

wisatawan (Y)

Dari persamaan diketahui nilai koefisien dari variabel fasilitas-fasilitas sebesar 0,876 dan signifikansi sebesar 0,004 (lebih kecil dari α = 5%) yang berarti sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel fasilitas memiliki pengaruh positif

(22)

dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan objek Wisata Alam Nglimut.

Variabel fasilitas-fasilitas dengan tanda koefisien positif yang berarti peningkatan fasilitas-fasilitas akan mengakibatkan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi bahwa variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Dalam melakukan perjalanan wisata, wisatawan membutuhkan berbagai fasilitas wisata untuk menunjang kegiatan wisata mereka seperti fasilitas ibadah, fasilitas rekreasi, restoran, fasilitas hiburan, fasilitas kamar mandi dan lain-lain (Suwantoro, 1997). Menurut Spillane (1987) fasilitas merupakan unsur industri pariwisata yang sangat penting. Berapa pun besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika fasilitasnya tidak memadai, maka keinginan wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut akan diurungkan. Seluruh fasilitas itu dibangun dengan tujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman kepada wisatawan untuk tinggal lebih lama di objek wisata tersebut dan bersedia untuk kembali lagi kesana dalam lain kesempatan.

7) Pengaruh variabel keindahan alam Nglimut (X7) terhadap jumlah

kunjungan wisatawan (Y)

Dari persamaan diketahui nilai koefisien dari variabel keindahan alam Nglimut sebesar 1,017 dan signifikansi sebesar 0,018 (lebih kecil dari α = 5%) yang berarti sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel keindahan alam Nglimut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan objek Wisata Alam Nglimut.

Variabel keindahan alam Nglimut dengan tanda koefisien positif yang berarti peningkatan persepsi nilai keindahan alam Nglimut akan mengakibatkan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan dengan asumsi bahwa variabel-variabel independen lain dalam keadaan konstan.

Dalam dunia pariwisata, segala sesuatu yang menarik untuk dikunjungi yang hadir secara natural dan berlangsung setiap harinya seperti panorama dan

(23)

pemandangan alam sangat bernilai menarik pengunjung untuk datang. Suatu daerah disamping fasilitasnya akan disebut “daerah tujuan wisata” apabila memiliki atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata (Pendit, 1994). Nglimut menyajikan panorama ke arah utara Pulau Jawa dari lereng gunung Ungaran yang berhawa dingin dan teduh sehingga diharapkan dapat menyegarkan kembali jiwa dan raga wisatawan yang berkunjung kesana. Untuk itu diharapkan kepada seluruh elemen masyarakat dapat ikut membantu melestarikan keindahan alam agar dapat meningkatkan potensi objek Wisata Alam Nglimut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Tri Firandari (2009) yang menyatakan perlunya pengembangan dan pelestarian objek wisata pulau Situ Gintung-3 sebagai daya tarik utama objek wisata.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan

1) ketujuh variabel yang dianalisis terdapat lima variabel yang signifikan yaitu variabel biaya perjalanan ke objek wisata alam Nglimut, variabel waktu luang, variabel lama perjalanan, variabel fasilitas-fasilitas, dan variabel keindahan alam Nglimut. Sedangkan variabel pendapatan individu dan variabel biaya perjalanan ke objek wisata lain (Umbul Sidomukti) dinyatakan tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan objek wisata Alam Nglimut.

2) Surplus konsumen sebesar Rp 760.960 per individu per tahun menunjukkan

bahwa keuntungan yang diperoleh oleh konsumen masih lebih tinggi dari harga rata-rata pengeluaran perjalanan yaitu Rp 143.790 per kunjungan.

3) Nilai ekonomi objek wisata alam Nglimut dengan pendekatan biaya perjalanan individu sebesar Rp 35.453.126.400 per tahun.

Keterbatasan

1) penerapan metode kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini, memungkinkan

terdapatnya beberapa data yang bias karena kemungkinan responden tidak menjawab secara serius atau tidak jujur.

(24)

2) Variabel-variabel yang menggunakan skala Likert tidak dapat diinterpretasikan nilai koefisiennya melainkan hanya tanda koefisiennya saja.

Saran

1) Dengan melihat koefisien pendapatan individu yang bertanda positif dapat

disimpulkan bahwa objek wisata Alam Nglimut merupakan barang normal sehingga semakin tinggi pendapatan wisatawan akan semakin tinggi jumlah kunjungan wisata ke objek wisata Alam Nglimut. Untuk itu, diperlukan pengembangan atraksi wisata seperti memperluas arena outbond dan menambah permainannya, penambahan satwa di kebun binatang mini, penambahan permainan yang belum ada di objek wisata ini agar wisatawan yang telah berkunjung bersedia untuk datang kembali ke objek wisata Alam Nglimut.

2) Dengan melihat koefisien variabel lama perjalanan mempunyai tanda negatif, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu tempuh ke tempat wisata maka semakin rendah jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Alam Nglimut, begitu juga sebaliknya. Maka diperlukan peningkatan kemudahan akses dan kualitas jalan menuju ke objek wisata Alam Nglimut dengan cara memperlebar dan memperbaiki jalan-jalan yang rusak dan menambahkan rute untuk alat transportasi umum yang dapat mencapai objek wisata alam Nglimut.

3) Biaya perjalanan menuju objek wisata alam Nglimut berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisata alam Nglimut yang dapat disimpulkan bahwa semakin kecil biaya perjalanan menuju objek wisata alam Nglimut akan semakin tinggi jumlah kunjungan wisata ke objek wisata alam Nglimut, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, penentuan harga seperti harga tiket dan harga barang yang dijual didalam objek wisata Nglimut sebaiknya diimbangi dengan penganekaragaman produk wisata serta kualitas barang yang disajikan didalam objek wisata alam Nglimut.

4) Harga barang lain (Umbul Sidomukti) lebih tinggi dan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke objek wisata Nglimut, sehingga objek wisata tersebut termasuk barang substitusi. Untuk itu diperlukan penentuan tarif yang bersaing dan penggalian serta pemanfaatan keunikan objek wisata Nglimut sehingga wisatawan akan lebih memilih untuk berkunjung ke objek wisata Nglimut.

5) Dengan nilai ekonomi yang tinggi dan variabel keindahan alam Nglimut yang signifikan dan positif, para wisatawan terbukti sangat menikmati keindahan alam

(25)

di objek Wisata Nglimut, maka diharapkan kepada pihak pengelola untuk menambah gardu pandang agar wisatawan lebih dapat menikmati keindahan alamnya dan kepada pemerintah khususnya pemerintahan Kabupaten Kendal diharapkan untuk lebih bijak dalam mengawasi masalah kelestarian lingkungan dengan cara membatasi penggunaan lahan untuk pemukiman yang dapat mengurangi nilai estetik keindahan alam, sehingga akhirnya dapat menjadi potensi wisata yang lebih menarik dan besar di Kabupaten Kendal.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Fauzi. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. 2004. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik.

.2009. Kendal dalam angka 2009. Badan Pusat Statistik. .2010. Kendal dalam angka 2010. Badan Pusat Statistik.

.2010. Data Jumlah Kunjungan Wisatawan di Beberapa Objek Wisata Kabupaten Kendal 2009 dan 2010. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kendal.

.2010. Data Realisasi Pendapatan Beberapa Objek Wisata Kabupaten Kendal 2006-2010. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kendal. .2011. Buku Paket Wisata Kendal 2011. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kendal.

.2011. Data Devisa Indonesia tahun 2005 sampai 2009. Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia.

.2011. Peta Pariwisata Kabupaten Kendal. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Kendal.

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Boediono. 1996. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE

Cooper, Donald R. and Pamela S. Schlinder. 2011. Business Research Methods. New York : The McGraw-Hill Companies Inc.

Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Gamal Suwantoro. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. United States : The McGraw-Hill

Companies Inc.

Hair, Joseph F., R. Enderson, R. Tatham, W. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

I Gede Wiyasa. 1997. Hotel Ramah Lingkungan Alternatif Hotel Masa Depan. Kelola, No. 16, Tahun VI, BPFE-UGM, Yogyakarta.

(27)

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Irma Alfia Salma dan Indah Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam Curug Sewu, Kabupaten Kendal dengan Pendekatan Travel Cost. Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol 1 No. 2/Des 2004.

Lundberg, Donald.E et al. 1995. Tourism Economic. United States of America : John Wiley & Sons, Inc.

McEachern, William A. 2000. Ekonomi Mikro, Pendekatan Kontemporer. Terjemahan Sigit Triandaru. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

M.J. Prajogo. 1976. Pengantar Pariwisata Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pariwisata.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro. Yogyakarta : BPFE.

Nyoman S Pendit. 1994. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Oka A. Yoeti. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

Pindyck, S. Robert dan Rubinfeld, L. Daniel. 2004. Mikroekonomi. Jakarta : Indeks. Sadono Soekirno. 1994. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Rajawali

Grafindo Persada.

.2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada.

Samuelson, Paul A dan William D.Nordhaus. 1998. Mikro-Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Sinclair, M.Thea dan Stabler, Mike. 1997. Economics of Tourism. London : Rout Ledge. Spillane, James.J. 1987. Pariwisata Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Suparmoko dan Maria R. Suparmoko. 2000. Ekonomika Lingkungan. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.

Supranto, 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar (Cetakan Pertama). Jakarta : Rineka Cipta.

Tri Firandari. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi Program Sarjana Institut

(28)

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Referensi

Dokumen terkait

hukum Islam dan tidak ter c atat menurut U ndang- U ndang Perkawinan, tidak masuk dalam kategori anak z ina atau anak lahir di luar nikah karena z ina, anak tersebut tetap

Dari hasil perhitungan dan simulasi dari perencanaan berdasarkan coverage model propagasi yang sesuai untuk digunakan di Kota Tangerang Selatan adalah model propagasi Lee, nilai

Dari hasil perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial seperti yang terdapat pada Lampiran 9 dapat diketahui bahwa metode pengeringan yang memberikan minyak nilam terbaik

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan Tugas Akhir dan menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas

Penelitian ini membahas tentang kondisi tata kelola teknologi informasi di PT.Prudential Indonesia khususnya pada kantor keagenan Prufutureteam yang memiliki total 21

Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat lokal dapat dilakukan dengan mengekplorasi potensi lingkungan wisata di Kecamatan Ajibata, dimana masyarakat diajak

Ubi jalar klon Lokal yang ditumpangsarikan dengan jagung manis pada jarak tanam 25 cm x 120 cm menghasilkan jumlah umbi terbanyak dan bobot total panen terberat yaitu 3.32 umbi

Analisis QSPM memperingkatkan delapan strategi yang dapat diimplementasikan oleh Fishing Valley dengan prioritas sebagai berikut: (1) meningkatkan kebersihan kolam