• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR AN. Mulyono STKIP PGRI PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR AN. Mulyono STKIP PGRI PONOROGO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEISTIMEWAAN ISTIQAMAH DALAM PERSFEKTIF AL-QUR’AN

Mulyono

Email: Mulyono_abdulkarim@yahoo.com

STKIP PGRI PONOROGO Abstrak

Ibnu Rajab dalam bukunya yang berjudul Jamiul Ulum Wal Hikam mengatakan, bahwa “istiqamah adalah prilaku jalan yang lurus dan agama yang lurus dengan tidak melenceng kekanan atau kekiri, istiqamah mencakup semua perbuatan taat yang dhohir maupun bathin dan istiqamah meninggalkan semua yang dilarang, wasiat ini bersifat menyeluruh untuk semua urusan agama.“ Merujuk dari statement yang telah disampaikan oleh Ibnu Rajab di atas, penyusun bertambah yakin bahwa betapa pentingnya materi istiqamah ini dibahas. Istiqamah merupakan bagian dari ciri pribadi yang mulia, karakter orang-orang sholeh, sikap yang menjiwai orang-orang sukses dunia akherat. Istiqamah juga merupakan bagian dari ciri-ciri ahli surga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang dikemas dalam sebuah tesis yang menggunakan metode penelitian tafsir yang kita kenal dengan metode tafsir maudhu’i. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif-analisis. Dengan pendekatan yang digunakan adalah keimanan spiritual.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pribadi yang istiqamah harus dimiliki oleh setiap muslim, karena istiqamah sangat erat kaitannya dengan kualitas ibadah dan keiamanan seorang mukmin, tanpa istiqamah hidupnya terasa asal-asalan dan hampa tak bermakna.

Kata kunci: keistimewaan, istiqamah, dalam al-Qur’an Abstract

Ibn Rajab in his book entitled Jamiul Ulum Wal Hikam said, that "istiqamah is the behavior of a straight path and a straight religion without deviating to the right or left, istiqamah includes all the obedient acts that dhohir or inner and istiqamah leave all that is forbidden, this will is straight comprehensive for all religious matters. " Referring to the statement conveyed by Ibn Rajab above, the author became convinced that the importance of this material is discussed. Istiqamah is part of a noble personal trait, the character of pious people, an attitude that animates the successful people of the hereafter. Istiqamah is also part of the characteristics of experts in heaven. This type of research is library research which is packaged in a thesis that uses the interpretation research method that we are familiar with maudhu 'interpretation method. Therefore, this research is a qualitative research,

(2)

2

which is descriptive analysis. The approach used is spiritual faith. The results of this study state that a person who istiqamah must be possessed by every Muslim, because istiqamah is very closely related to the quality of worship and the security of a believer, without his life is arbitrary and empty meaningless. Keywords: idiosyncrasy, istiqamah, in the Qur'an

PENDAHULUAN

”Al Istiqaamatu Khairun Min Alfi Karamah” (Istiqamah itu lebih baik dari seribu karamah), penulis menemukan kalimat ini sewaktu masih dipesantren, penulis ingin mencoba membahas dan mendalaminya dengan menuangkanya dalam bentuk karya tulis ilmiah (tesis). Walaupun penulis kurang tahu pasti, apakah ungkapan tersebut hadits atau bukan. Namun bagi penulis yang terpenting adalah makna atau esensi yang terkandung dalam ungkapan tersebut tidak menyimpang dari syari’at dan bisa memberikan energi positif atau semangat baru untuk berbuat untuk menghasilkan yang terbaik.

Sudah menjadi fakta dan data di masyarakat, bahwa banyak yang mempunyai keinginan dan bercita-cita tinggi, namun karena tidak diiringi dengan komitmen yang kuat, amaliah yang kontinyu dan tahan banting dalam menghadapi ujian dan cobaan, akhirnya cita-cita dan keinginannya kandas ditengah jalan. Ada yang ingin sukses di dunia, harta melimpah, rumah mewah dan mendapatkan segala fasilitas serba mudah, namun karena semuanya hanya sebatas angan-angan tidak dibarengi dengan usaha yang gigih dan istiqamah serta bersabar dalam berproses, maka yang didapatkan hanya kekecewaan.

Begitu pula ada yang berharap khusnul khatimah ketika mengahadap Allah swt (meninggal), bahagia dan mendapatkan keberuntungan yang abadi, namun harapanya tersebut tidak diiringi dengan kokohnya iman, senantiasa komitmen dan istiqamah dalam menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta teguh hati dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang menghadang perjalanan, maka yang didapatkan hanya keputus asaan yang menyiksa dan keterpurukan yang mendera.

Seseorang yang tidak visioner dalam kehidupannya, tidak memiliki tujuan dan langkah yang jelas dalam menggapai impiannya, mereka lambat laun akan tergilas seiring dengan terus berputarnya rotasi kehidupan yang tidak mau kompromi ini. Namun bagi para pemegang peranan penting dalam kehidupan dan mempunyai visi-misi hidup yang jelas, maka mereka senantiasa akan komitmen dan konsisten (istiqamah) atas apa yang dilakukannya, memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidupnya, hingga kemenangan dan kesusksesan besar diraihnya dengan gemilang, dimana kesuksesan yang dimaksud adalah kebahagiaan hidup yang abadi didalam Surga Jannatun Na’im.

Kehidupan modern yang serba hedonisme seperti yang kita alami sekarang ini, menuntut adanya ketahanan mental yang kuat, keimanan yang

(3)

3 teguh serta menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh keihlasan dan penuh ketaatan kepada sang pemberi nikmat. Wujud dari ketaatan tersebut merupakan bukti bahwa kita termasuk hamba yang senantiasa “tahu diri” bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang tiada taranya yang telah dikaruniakan kepada kita tanpa perhitungan sedikitpun.

Hidup di zaman yang serba instan ini, memang perlu imunitas iman yang kokoh, menyadari bahwa hingar-bingarnya dunia, kemewahan dan kenikmatan yang menggoda, semuanya belum seberapa dibanding kenikmatan Allah yang telah dijanjikan-Nya berupa kenikmatan yang belum pernah terlintas oleh pandangan mata, terdengar oleh sepasang telinga manusia, apalagi terfikirkan oleh hati manusia, dimana kenikmatan tersebut adalah berupa Surga Jannatun Na’im. Namun, betapa tidak sedikit manusia yang bingung, limbung dan hilang keseimbangan ketika menghadapi kenyataan hidup yang serba hedonisme tersebut. Padahal obatnya sederhana yaitu Istiqamah dalam mengikuti manhaj Allah yang lurus yaitu Shirathal Mustaqim dan tiada bosan membasahi bibir untuk senantiasa bertahmid sebagai tanda syukur atas segala karunia-Nya.

Pembahasan secara makro mengenai istiqamah memang relatif jarang dilakukan oleh kalangan pengukir karya ilmiah, kecuali artikel-artikel dan ceramah-ceramah yang sering ditulis dalam buletin-buletin maupun dalam artikel di internet, padahal sikap istiqamah merupakan sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh kaum muslimin.

Sebuah buku yang cukup bagus ditulis dalam berbahasa Arab berjudul “Istiqamah Fii Mi’ati Hadiitsin Nabawi” yang telah ditulis oleh Dr. Muhammad Zakky Muhammad Khudhari merupakan salah satu karya ilmiah yang membahas tentang Istiqamah secara makro. Namun karya ini ditulis berdasarkan 100 hadits rasul yang terkait dengan sikap istiqamah dan belum sepenuhnya mengambil dalil dari al-Qur’an. Buku ini dibagi menjadi 7 bab besar yang menjelaskan tentang sikap konsisten atau bagaimana seharusnya kaum muslimin bersikap konsisten atau istiqamah dalam kehidupannya.

Selain buku diatas, ada satu buku lagi yang membahas tentang istiqamah. Buku tersebut berjudul ”Quantum Istiqamah” yang ditulis oleh Rusdin S. Rauf. Setelah dikaji dan diteliti oleh penulis, buku tersebut menjelaskan tentang metode mengkolaborasikan kekuatan perasaan, pikiran dan tindakan berdasarkan al-Qur’an, Sunnah Nabi dan psikologi kontemporer, yang kemudian oleh Rusdin s. Rauf disebutnya sebagai Quantum istiqamah.

.

METODE PENELITIAN

Jurnal yang akan segera disusun oleh penulis ini, dalam penulisannya menggunakan metode kajian kepustakaan (library research) yaitu mencari dan mengumpulkan berbagai literatur yang relevan, baik yang merupakan data primer berupa al-Qur’an al-Karim maupun data-data sekunder seperti buku-buku tafsir yang telah dikarang dan ditulis oleh para mufassir lokal maupun mufassir timur tengah dan

(4)

4

buku-buku lain yang terkait dengan judul tesis yang dapat mendukung terselesaikanya penulisan tesis ini dengan baik.

Kemudian dalam pembahasan tesis ini, penulis menggunakan metode pembahasan deskriptis analisis dengan pendekatan sufisme yang mengarah kepada pengokohan akhlaq dan pribadi yang mempesona dengan ditulis berdasarkan penelitian yang bersifat kualitatif.

Sumber utama data penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dijelaskan dengan hadits-hadits Rasulullah dan atsarus shahabah serta pendapat-pendapat para salafus shalih. Oleh karena itu, selain menggunakan pendekatan sufisme yang mengarah kepada pengokohan pribadi yang mempesona, dalam penyusunanya penulis menggunakan pendekatan metode penulisan tafsir Maudhu’i Tahlili.

Metode tafsir maudhu’i juga disebut dengan metode tematik karena pembahasannya berdasarkan tema-tema tertentu yang terdapat dalam al-Qur’an. Ada dua cara dalam tata kerja metode tafsir mawdhu’i: pertama, dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang bebicara tentang satu masalah (maudhu/tema) tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam pelbagai surah al-Qur’an. Kedua, penafsiran yang dilakukan berdasarkan surat al-Qur’an.

Al-Farmawi mengemukakan tujuh langkah yang mesti dilakukan apabila seseorang ingin menggunakan metode maudhu’i. Langkah-langkah dimaksud dapat di sebutkan di sini secara ringkas;

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji secara maudhu’i. b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah

ditetapkan, ayat Makkiyah dan Madaniyah.

c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang turunnya atau sabab al-nuzul. d. Mengetahui hubungan (munasabah) ayat-ayat tersebut dalam masing-masing

surahnya.

e. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang pas, utuh, sempurna dan sistematis. f. Melengkapi uraian dan pembahasan dengan hadis bila dipandang perlu, sehingga

pembahasan semakin sempurna dan jelas.

Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian yang ‘am khash, antara yang muthlaq dan muqayyad, mengsinkronkan ayat-ayat yang lahirnya terkesan kontradiktif , menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada suatu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna yang kurang tepat.

Sebagaimana kita ketahui bahwa tafsir maudhu’i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Qur’an tentang suatu tema tertentu dalam al-Qur’an, atau bisa juga disebut dengan tafsir tematik, dimana pembahasannya hanya tema-tema tertentu saja dan dalam hal ini tema yang dipilih untuk disusun oleh penulis adalah Istiqamah dalam Persfektif al-Qur’an. Sedangkan tafsir tahlili adalah salah satu

(5)

5

metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya.1

Adapun metode penulisan tesis ini mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Sayarif Hidayatullah Jakarta Press Anggota IKAPI cetakan ke-2 Jumadil Ula 1423 H / Agustus 2003.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh dan Buah Istiqamah Dalam Kehidupan Kaum Muslimin Berdasarkan Al-Qur’an

Istiqamah ialah salah satu sifat yang sangat terpuji, ia adalah sifat para Nabi dan Rasul, para wali dan para pejuang Islam yang sukses. Sikap istiqamah (teguh dalam memegang kebenaran) adalah dianjurkan dan sangat ditekankan oleh Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:

Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.” (QS. Hud [11]: 112)

Sabda Rasulullah s.a.w:

ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق

-ملسو هيلع للها ىلص

«:

ُصُْتُ ْنَلَو اوُميِقَتْسا

ََّّ ََ اوُمَلْعاَو او

ٌنِمْؤُم َّلاِإ ِءوُضُوْلا ىَلَع َظِفاَُيُ ْنَلَو َةَلاَّصلا ُمُكِلاَمْعََ َرْ يَخ

».

2

“Berteguh-hatilah kamu (istiqamahlah) kamu meskipun tidak akan mampu melakukan sepenuhnya. Ketahuilah bahwa bagian yang paling baik dari agamamu adalah sholat, dan tiada seorangpun yang memelihara wudhu’, kecuali orang yang beriman.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Hakim dan Al-Baihaqi)

Dari keterangan ayat tersebut di atas bahwa diperintahkan agar kita beristiqamah dengan bahasa yang tegas ini jelas sekali terdapat hikmah yang besar di balik perintah istiqamah.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menjelaskan: “Ada tiga tingkatan dalam istiqamah:

a) Menegakkan sesuatu (taqwin) Berhubungan dengan disiplin jiwa. b) Meluruskan sesuatu (iqamah)

Berhubungan dengan penyempurnaan hati c) Berlaku teguh (istiqamah)

1 Prof. Dr. Abd. Muin Salim, MA., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Penerbit

TERAS, 2005), cet. Ke-1, hal. 42

(6)

6

Berhubungan dengan amalan untuk mendekatkan diri, menggantungkan diri kepada Allah SWT.

Selain tiga hal diatas, berikut ini akan dijelaskan hikmah dibalik anjuran istiqamah yang dijelaskan dalam beberapa ayat al-Quran sebagai berikut:

Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Fushilat [41] : 30)

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13-14)

Dari beberapa ayat ini bisa diambil kesimpulan mengenai hikmah istiqmah, yaitu:

1. Istiqamah merupakan jalan keselamatan.

Ibnu Qoyim Rahimahullaha mengatakan bahwa istiqamah merupakan komitmen untuk meniti jalan yang lurus. Allah SWT mengatakan dalam surat al-Ahqaf ayat 13;

Artinya : ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13)

Juga firman Allah SWT. dalam surat Hud ayat 112:

Artinya: ”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud [11]: 112)

Maka sudah jelaslah bahwa istiqamah bersih dari penyembahan terhadap taghut dan dia adalah mujawazatul hudud. Allah SWT berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (QS. Fushilat [41] : 6)

Yang dimaksud dengan hamba yang istiqamah adalah mereka yang meniti jalan yang lurus. Jika tidak mampu paling tidak mendekati lurus.3 Imam Muslim

meriwayatkan sebuah Hadits dari Abu Hurairah, nabi SAW bersabda: ”

3 Syech Shalih bin Abdullah bin Humaid dan Abdurrahman bin Muhammad bin

(7)

7

ملسو هيلع للها ىلص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرْ يَرُه ِبََِ ْنَع

«

اوُدِّدَسَو اوُبِراَق

ِهِلَمَعِب ْمُكْنِم ٌدَحََ َوُجْنَ ي ْنَل ُهَّنََ اوُمَلْعاَو

اَي اوُلاَق

َتْنََ َلاَو ِهَّللا َلوُسَر

َلاَق

«

ِب ُهَّللا َِنَِدَّمَغَ تَ ي َّْ ََ َّلاِإ اَنََ َلاَو

َفَو ُهْنِم ٍةَْحَْر

ٍلْض

)ملسم هاور(

4

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersengajalah secara sederhana (tidak sangat muluk-muluk ataupun teledor) dan bertindak luruslah (teruslah beramal secara benar), juga ketahuilah bahwasanya tidak seseorangpun yang dapat selamat karena amalnya." Para sahabat bertanya: "Sekalipun engkau sendiri juga tidak (dapat diselamatkan oleh amalnya) ya Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah menutupi diriku (memberikan karunia padaku) dengan kerahmatan dari-Nya serta dengan keutamaan-Nya." (HR. Muslim)

2. Akan Selalu Didampingi oleh Malaikat

Seseorang yang istiqamah (teguh pendirian dan tetap melakukan kebaikan) akan selalu didampingi oleh para malaikat, sebagaimana firman Allah SAW., yang bermaksud:

“…akan turun kepadanya (orang yang istiqamah) para malaikat…” Seseorang yang apabila didatangi malaikat ia berarti mendapatkan satu kemuliaan dan keuntungan yang amat besar, sebaliknya manusia yang didatangi oleh syetan, ia bermakna kehinaan dan bencana yang amat besar. Apabila malaikat datang, maka yang didatangi akan mendapat keuntungan. Ini disebabkan malaikat itu lambang rahmat, sebaliknya syetan itu adalah lambang laknat. Ada beberapa kebaikan yang dibawa oleh malaikat:

1) Mereka merasa senang, gembira dan tidak ada rasa khawatir. 2) Akan merasa selesa.

3) Akan selalu berbuat kebaikan dan tidak mengikut hawa nafsu.

4) Orang yang selalu didatangi malaikat wajahnya akan berseri-seri, dan juga tidak mudah marah dan tersinggung.

5) Orang yang didatangi malaikat akan berlapang dada.

Dalam tafsir Al-Mishbah yang di tulis oleh M. Qurais Shihab, ketika menafsirkan ayat ini beliau mengatakan bahwa mereka yang bersungguh-sungguh beristiqmah meneguhkan pendiriannya dengan melaksanakan tuntunan Allah SWT., maka buat mereka bukan teman-teman buruk yang memperindah keburukan yang menemani mereka sebagaimana halnya para pendurhaka, tetapi akan turun kepada mereka yakni akan dikunjungi dari

(8)

8

saat kesaat serta secara bertahap hingga menjelang ajal mereka oleh malaikat-malaikat untuk meneguhkan hati mereka.5

3. Tidak Ada Rasa Takut

Seseorang yang istiqamah, tidak pernah merasa takut, sebagaimana lanjutan ayat al-Quran di atas:

“…janganlah kamu merasa takut (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu)…” (Fushilat: 30)

Apabila seseorang tidak pernah ada rasa takut, maka ia mempunyai keteguhan hati, kuat keyakinannya, kokoh pendiriannya dan besar harapannya kepada Allah SWT.

Seorang motivator mengatakan: “Akar dari segala bentuk ketakutan adalah ketidak-percayaan. Orang yang merasa asing terhadap hidupnya dan tidak kenal Tuhan serta tidak kenal diri sendiri adalah orang yang ketakutan.”

Untuk menjadi orang yang bebas dari ketakutan, kita harus bergantung kepada Maha Pencipta dan Maha Pemberi segala sesuatu. Kita harus memiliki kepercayaan dan mengenal Dia (Allah). Perasaan terpisah dengan sumber segala sesuatu, seperti anak kecil yang merasa terpisah dengan orang tuanya, akan menimbulkan ketakutan dan kebimbangan.

Dengan demikian jelas mengapa orang yang istiqamah tidak ada perasaan takut. Ini disebabkan apabila telah beristiqamah akan teguh pendiriannya, besar harapannya kepada Allah, kuat keyakinannya.

4. Tidak Ada Rasa Sedih

Orang yang istiqamah tidak mempunyai rasa sedih, sebaliknya mereka senantiasa gembira dan ceria, sebagaimana telah diterangkan pada lanjutan ayat di atas.

“…dan janganlah merasa bersedih hati…” (Fushilat: 30)

Seseorang yang istiqamah, ia tidak ada perasaan sedih. Hal ini orang-orang yang sedih itu merasa kehilangan sesuatu, atau tidak tercapainya sesuatu yang diimpikan (gagal). Sedangkan orang yang istiqamah itu telah tertumpu semua kepada Allah, bergantung kepada-Nya, mulai dengan hartanya, anaknya dan bahkan dirinya telah diserahkan sepenuhnya kepada Allah, sebab orang yang istiqamah itu sadar bahwa semua itu milik Allah dan akan kembali kepada Allah.

Apabila ada orang yang merasa sedih kerana kehilangan sesuatu, maka orang yang istiqamah tidak dapat bersedih, kerana ia merasa semua itu adalah memang milik Allah. Mereka merasa hanya sebagai penjaga

5 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(9)

9 barang titipan, maka apabila orang yang menitipkan itu mengambilnya, maka ia tidak merasa bersedih bahkan merasa tidak ada beban lagi. 6 5. Akan Mendapat Balasan Surga

Mereka yang istiqamah akan mendapat balasan surga, sebagaimana lanjutan firman Allah ta’ala dalam surat Fushilat ayat 30 di atas:

“…dan berikanlah berita gembria bahwa kamu akan mendapatkan surga yang telah dijanjikan kepada kamu.” (Fushilat: 30)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

Artinya: ”Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 14)

Demikianlah, balasan tertinggi bagi orang-orang yang beriman dan istiqamah ia akan mendapat balasan surga. Mereka kekal didalamnya, manikmati kehidupan yang abadi yang diliputi dengan kebahagiaan yang abadi pula.

6. Akan Mendapatkan Rizeki yang Melimpah.

Barangsiapa yang istiqamah dalam kebaikan dan tetap dijalan yang benar, maka mereka akan mendapatkan rezeki yang melimpah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

Artinya: “dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. dan Barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang Amat berat. (QS. Al-Jinn [72]: 16-17)

Imam Al-Qusyairi Al-Naisabury memberi komentar: “Allah SWT tidak berfirman: “Kami akan membiarkan mereka minum”; melainkan “Kami akan memberi mereka minum dengan melimpah ruah.” Memang di dalam ayat tersebut air yang melimpah, tetapi yang dimaksudkan adalah rezeki yang melimpah, sebab air adalah barang yang sangat diperlukan ketika itu. Oleh yang demikian Allah hanya menyebut air, akan tetapi yang dimaksudkan adalah rezeki yang banyak. Sebab air adalah lambang rezeki. 7. Mendapatkan perlindungan malaikat atas perintah Allah.

Dalam surat fushilat ayat 31 yang merupakan lanjutan dari rangkaian ayat yang menjelaskan tentang istiqamah, Allah berfirman:

Artinya: ”Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan

(10)

10

memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushilat [41]: 31)

Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menjelaskan bahwa setelah para malaikat itu menenangkan kaum beriman, mereka melanjutkan guna menunjukan hubungan keakraban mereka. Mereka berkata: ”Kamilah atas perintah dan restu Allah yang menjadi pelindung-pelindung kamu yang sangat dekat kepada kamu dan selalu siap menolong dan membantu kamu dalam kehidupan dunia dan demikian juga di akhirat”.7

8. Mendapatkan Hidangan Surga

Selain mendapatkan keutamaan-keutamaan di atas, mereka yang istiqamah akan mendapatkan hidangan surga sebagai hidangan pendahuluan bagi mereka. Hal ini dijelaskan dalam surat Fushilat ayat 32 yang merupakan lanjutan dari dua ayat sebelumnya. Allah berfirman;

Artinya: “sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushilat [41] : 32)

Dalam ayat ini M. Quraisy Shihab menafsirkan : dan yakinlah bahwa bagi kamu di sana yakni di dalam surga apa yang kamu inginkan dari aneka kenikmatan apapun dan bagi kamu juga di sana apa yang kamu minta. Itu sebagai hidangan pendahuluan bagi kamu. Sebenarnya masih sangat banyak anugerah lainnya. Semua itu adalah anugerah dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.8

9. Doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Kedudukan orang yang istiqamah digambarkan juga oleh dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 89:

Artinya: ”AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui". (QS: Yunus [10]: 89)

Do’a orang-orang yang istiqamah akan dikabulkan Allah SWT. hal ini sejalan sabda Rasuulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari dari Abu Dzar:

ِهَّللا َلوُسَر ََّّ ِإ ٍّرَذ وُبََ َلاَق

-ملسو هيلع للها ىلص

َلاَق

«

َحَلْ فََ ْدَق

َو ًاقِداَص ُهَناَسِلَو ًاميِلَس ُهَبْلَ ق َلَعَجَو َِّ اَيمِلإِل ُهَبْلَ ق َصَلْخََ ْنَم

ُهَسَْْ ن

7 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Lentera Hati: Jakarta, 2002), Volume 12, h.409-410

8 M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(11)

11

َنْ يَعَو ًةَعِمَتْسُم ُهَنُذَُ لَعَجَو ًةَميِقَتْسُم ُهَتَقيِلَخَو ًةَّنِئَمْطُم

ُه

َُّ ُذُأُا اَّمَََف ًةَرِِاَن

َ ق َلَعَج ْنَم َحَلْ فََ ْدَقَو ُبْلَقْلا ىِعوُي اَِبِ ٌةَّرِقُم ُْيَْعْلاَو ٌعَمِقَف

ًايِعاَو ُهَبْل

9

”Sungguh beruntunglah orang yang ikhlas hatinya, menjadikan hatinya selamat, lisannya benar, jiwanya tenang, budi pekertinya teguh, telinganya mau mendengar, matanya mau melihat. Maka telinga cukup teliti (dalam menyaring berita) dan mata mengakui dengan apa yang disadari oleh hatinya dan berbahagialah orang yang menjadikan hatinya sadar.”

10. Mendapatkan pertolongan terbesar atas segala permusuhan.

Ibnu katsir dalam menjelaskan istiqamah menggambarkan bahwa Allah SWT memerintahkan Rasul dan hamba-Nyaagar tetap dan terus menerus istiqamah karena istiqamah merupakan pertolongan yang terbesar atas segala permusuhan dan untuk menentang kejahatan. Maka wajar apabila Allah SWT memberikan gambaran dan juga memerintahkan agar setiap muslim senantiasa beristiqamah dalam iman, islam, dan ihsan.10 Allah SWT berfirman dalam surat

asy-Syuura ayat 15:

Artinya: ”... dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)". (QS. Asy-Syuura [42]: 15)

11. Terhindar dari perbuatan maksiat dan menyekutukan Allah.

Istiqamah juga berfungsi sebagai pencegah setiap pribadi muslim agar tidak tergoda oleh prilaku maksiat dan lebih-lebih ingkar kepada Allah SWT setelah ia beriman.11 Dalam surat Fushilat ayat 6 Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,” (QS. Fushilat [41]: 6)

PENUTUP

Istiqamah merupakah sebuah kata yang cukup singkat, mudah diucapkan dan mudah pula diingat, namun tidak semua orang bisa

9 ةلماشلا ةبتكملا )171 ص / 74 ج( - دمحأ دنسم

10 Muhammad Nashib Ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

(Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir), (Depok : Gema Insani Press ; 2005), Jilid. 4, h. 229

(12)

12

mengimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena memerlukan kesungguhan yang senantiasa diiringi dengan kejernihan hati dan kebeningan jiwa. Sehingga hanya orang-orang yang telah dipilih oleh Allah SWT yang bisa merealisasikan sikap istiqamah dalam kehidupannya. Betapa tidak, balasan baginya pun tidak tanggung-tanggung berupa surga yang sudah disiapkan oleh Allah SWT., kenikmatannya belum pernah kita lihat, kita dengar maupun kita rasakan.

Oleh karena itu untuk mewujudkan istiqamah tetap menjadi bagian dari hidup ini, kita harus:

a) Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan benar. b) Membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya c) Berkumpul dan bergaul bersama orang-orang shaleh.

d) Selalu berdoa kepada Allah SWT

e) Membaca kisah para Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih

Kemudian seiring dengan jiwa dan hati manusia yang labil, yang berpengaruh kepada keimanan dan ketaqwaan yang tidak stabil, terkadang meningkat dan terkadang melemah. Kesucian dan ketakwaan yang ada dalam jiwa harus tetap dijaga dan senantiasa dipertahankan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang membuat seorang muslim bisa mempertahankan nilai keimanan dan ketaqwaan serta mampu meningkatkan kualitasnya, yaitu: 1) Muraqabah

Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan kontrol ilahiah dan kedekatan dirinya kepada Allah SWT.

2) Mu’ahadah

Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seseorang atas nilai-nilai kebenaran Islam.

3) Muhasabah

Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatan, baik sebelum maupun sesudah melakukannya. 4) Mu’aqabah

Mu’aqabah adalah pemberian sanksi oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas keteledoran yang dilakukannya.

5) Mujahadah (Optimalisasi)

Totalitas dalam beramal sangat diperlukan karena hal ini merupakan bagian dari upaya agar amal berkualitas tetap istiqamah. Dalam hal ini yang harus kita lakukan adalah:

a. Mengikhlaskan niat semata-mata hanya mengharap Allah

b. Bertahap dalam beramal. Dalam artian, ketika menjalankan suatu ibadah, hendaknya memulai dari sesuatu yang kecil namun rutin.

c. Diperlukan adanya kesabaran. Karena untuk melakukan suatu amalan yang bersifat kontinyu dan rutin, memang merupakan amalan yang berat, untuk

(13)

13 itu sabar merupakan bagian terpenting yang harus kita lakukan dalam beramal.

d. Istiqamah tidak dapat direalisasikan melainkan dengan berpegang teguh terhadap ajaran Allah SWT karena Istiqamah sangat terkait erat dengan Tauhidullah.

e. Istiqamah juga akan dapat terealisasi, jika memahami hikmah atau hakekat dari ibadah maupun amalan yang kita lakukan.

f. Istiqamah juga akan sangat terbantu dengan adanya amal jama’i.

g. Memperbanyak membaca dan mengupas tentang keistiqamahan para salafus shaleh dalam meniti jalan hidupnya, kendatipun berbagai cobaan dan ujian yang sangat berat menimpa mereka.

h. Memperbanyak berdoa kepada Allah, agar kita dianugerahi istiqamah. Selain beberapa hal diatas, kita juga harus waspada terhadap hal-hal yang membuat impian kita hanya sekedar impian saja. Perkara yang bisa menghambat tegaknya istiqamah dalam jiwa. Perkara yang dimaksud adalah:  Lupa akan pentingnya niat sehingga menghilangkan keikhlasan yang

seharusnya terus tertanam dalam jiwa.

 Selalu terburu nafsu dan tidak bertahap dalam beramal yang akhirnya menghilangkan kesabarannya.

 Melupakan Allah SWT yang mengakibatkan pada menyekutukan-Nya secara tidak sadar.

 Sombong tidak mau berdo’a dan meminta kepada Allah SWT padahal Allah Maha segalanya

 Tidak memahami hikmah dan hakekat dari ibadah yang dilakukan hanya mengedepankan sifat egois, selalu ingin dikerjakan sendiri dan menang sendiri.

 Tidak mau berkaca kepada salafus sholeh yang pantas kita jadikan teladan. Intinya, jika kebahagiaan dan keberuntungan ingin senantiasa menghiasi hidupnya, maka diantara jalan yang harus ditempuh adalah selalu bersikap istiqamah dalam beramal, karena hanya orang-orang terpilih-lah yang mampu mempertahankan istiqamah dalam hidupnya.

DAFTAR RUJUKAN Al-Qur’an Al-Karim

________, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve : Jakarta, 1994, Jilid : 2

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Indonesia Moderen, Pustaka Amani: Jakarta, 1997

Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Mustadrak ‘Ala as-Shahihain Lil Hakim Al-Maktabah asy-Syamilah, al-Qamus al-Muhith

Al-Maktabah asy-Syamilah, at-Ta’arif, Jilid: 1

(14)

14

Al-Maktabah asy-Syamilah, Lisaanul ‘Arab

Al-Maktabah asy-Syamilah, Majallatul Buhutsi al-Islamiyah Al-Maktabah asy-Syamilah, Musnad Abi Ya’la Al-Mûshili Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Ahmad

Al-Maktabah asy-Syamilah, Riyadhus Shalihin Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Bukhari Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim

Al-Maktabah asy-Syamilah, Shahih Muslim Bi Syarhi An-Nawawi Jilid: 1 Al-Maktabah asy-Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir

Al-Qardhawi, Yusuf, Dr., Tawakkal, Jalan Menuju Keberhasilan dan Kebahagiaan Hakiki, Jakarta : PT. Al-Mawardi Prima, 2004, cet. ke-1 Al-Qarni, ‘Aid, Dr., Lâ Tahzan, Jangan Bersedih, Terjemahan, Qisthi Press:

Jakarta Timur, 2005, Cet. Ke-16

Al-Qarni, ‘Aidh Abdullah, Dr., Jangan Takut Hadapi Hidup, Terjemahan, Cakrawala Publising: Jakarta, 2005, Cet. Pertama

Al-Wadi’i, Syaikh, Muqbil bin Hadi, Shohih Asbabun Nuzul. Seleksi Hadits-hadits Shahih Sebab Turunnya Ayat-ayat al-Qur’an, Terjemahan, Pustaka As-Sunnah: Jakarta, 2007, Cet. Pertama

An-Naisaburi, Gharaib Al-Qur’an Wa Raghaib al-Furqan

Ar-Rifa’i, Muhammad Nashib, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema insani press ; 2005, Jilid. 2

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Qobasun Min Nuri Al-Qur’an Al-Adzim, Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Tematik Surat Hud dan al-Isra’, Penerjemah Munirul Abidin Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2001

Dahlan, Zaini, Prof. H., MA., Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Wakaf, tc. 1990, jilid VIII Hefni, Harjani, MA, The 7 Islamic Daily Habith, Hidup Islam dan Modern

Berbasis Al-Fatihah Jakarta: Pustaka Ikadi, 2008

http://nurjeehan.wordpress.com/2007/06/11/keajaiban-bersikap-istiqamah/

http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-dalam-kehidupan/ http://www.dakwatuna.com/2008/istiqamah-di-jalan-dakwah/ Majalah Sabili No.12 TH.XIII 29 Desember 2005/27 Dzulqa'dah 1426

Masykur Nazhif, Muhammad, Living Smart, Membangkitkan Semangat Hidup Anda, Yogyakarta : Pro-You, kelompok Pro-U Media, 2007, cet. ke-1 Muhammad, Hudhari, Zakky Muhammad, Dr., al-Istiqaamah, Fii Mi’ati

Hadiitsi Nabawi, tp : tp, 1999, tc.

Munawir, Ahmad Warshan, Kamus al-Munawir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya: Pustaka Progresif, 1997

Nasuhi, Hamid, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), CeQDA UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta, 2007, Cet. Ke-2 Nawawi, Imam Aziz, Tarjamah Riyadhus Sholihin, Duta Ilmu: Surabaya, 2004

(15)

15 Qutub, Sayid, Tafsir Fî Zhilalil Qur’an, Terjemahan, Robbani Press: Jakarta,

2003, Cet. Ke-2

Salim, Abd. Muin, Prof. Dr., MA., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Penerbit TERAS, 2005, cet. Ke-1

Shihab, M. Qurais, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Lentera Hati: Jakarta, 2002, Vol. 12

Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an, Penerbit Mizan Anggota IKAPI: Bandung, 1996

Yunus, Prof. H. Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Hidhakarya Agung: Jakarta, 19290

Referensi

Dokumen terkait

Penunjang keberhasilan dalam meningkatkan keterampilan menulis dan menyusun kalimat yang peneliti kembangkan untuk anak tunarungu di SDLB Empat Lima Babat Lamongan adalah

Berdasarkan pendapat Umar dan Syambasril (2014:74), bahwa seorang guru harus menguasai komponen- komponen membuka dan menutup pembelajaran dengan baik agar dalam proses pembelajaran

Mulyana dalam (Elah, 2007:46) mengatakan bahwa perkataan puisi berasal dari Yunani yang juga dalam bahasa Latin „poietes‟ (latin „poete‟) yang mula-mula artinya

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hasil dari uji deskriptif pada perusahaan yang mengumumkan dividen selama tahun 2013 sampai dengan 2018 sektor perdagangan, jasa

Sedangkan pada saat perekonomian dianggap terlalu cepat yang ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi dan tingkat inflasi yang juga tinggi, maka kebijakan fiskal dan

Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk

Maksud disusunnya tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan tanah terkontaminasi minyak bumi secara biologis adalah untuk mewujudkan terlaksananya pengelolaan limbah

Karena PBAP ini selalu menghasilkan bilangan yang benar-benar acak, tidak atau sangat susah ditentukan dengan suatu trigger (non-deterministic), serta tidak bersifat periodik