• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat bertujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal.

Menurut Joyce, Well dan Calhoum (2000), model pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu Model Sosial, Model Pengolahan Informasi, Model Personal dan Model Sistem Perilaku. Keempat kelompok besar tersebut dapat dibagi kembali menjadi beberapa model. Di dalam makalah ini akan dibahas beberapa model pembelajaran tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

(2)

2

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Partners in Learning?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Inductive Thinking? 1.2.3 Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Direct Intruction?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam makalah ini yaitu:

1.3.1 Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Partners in Learning. 1.3.2 Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Inductive Thinking. 1.3.3 Untuk mengetahu tentang model pembelajaran Direct Intruction.

(3)

3 BAB II

PEMBAHASAN

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, dan prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:

- Rasional, teoritis, logis, yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

- Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

(4)

4

- Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

- Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

2.1 Model Pembelajaran Partners in Learning 2.1.1 Pengertian

Model Partner dalam belajar (partners in learning/positive interdependence) merupakan suatu sistem mengajar siswa dengan melaksanakan tugas-tugas belajar yang sederhana dengan menggunakan partner. Model ini merupakan model yang komplek untuk mengorganisasi kelas-kelas dan bahkan sekolah di masyarakat yang berusaha untuk mendidik diri mereka sendiri belajar. Sehingga dengan model tersebut dapat mewujudkan pembelajaran kooperatif dan mampu menfasilitasi proses belajar di semua bidang kurikulum dan usia, meningkatkan harga diri, keterampilan sosial dan solidaritas, dan akademis tujuan belajar mulai dari perolehan informasi dan keterampilan melalui mode penyelidikan dari disiplin ilmu akademis.

Partner in learning adalah cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Atau Partner in learning juga bisa disebut suatu proses kerja sama yang dilakukan oleh baik antar individu maupun antar kelompok, yang saling penuh perhatian dan penghargaan sesama anggota untuk mencapai tujuan bersama

(5)

5

Berdasarkan batasan ini, pembelajaran kolaborasi menekankan pentingnya pengembangan belajar secara bermakna dan pemecahan masalah secara intelektual serta pengembangan aspek sosial.

Pembelajaran Parner in learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran Partner in learning dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok kecil. Tetapi belajar Partner in learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).

Partner in learning telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam model Partner in learning terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

(6)

6

Model Partner in learning memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok.

Karakteristik model Partner in learning diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kecil 2-5 orang untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok Partner in learning berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

2.1.2 Tahapan Keterampilan yang Harus Ada dalam Model Partner In Learning

Terdapat empat tahapan keterampilan yang harus ada dalam model Partner in learning yaitu:

- Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

(7)

7

- Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.

- Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan

- Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Partner In Learning

Pembelajaran Partner in learning menekankan adanya prinsip-prinsip kerja. Prinsip-prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam model Partner in learning tersebut adalah sebagai berikut:

- setiap anggota melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan saling ketergantungan;

- individu-individu bertanggung jawab atas dasar belajar dan perilaku masing masing;

- keterampilan kooperatif dibelajarkan, dipraktekkan dan balikan (feedback) diberikan berdasarkan bagaimana sebaiknya latihan keterampilan tersebut diterapkan; dan

(8)

8

- kelas atau kelompok didorong ke arah terjadinya pelaksanaan suatu aktivitas kerja kelompok yang kohesif

2.1.4 Langkah-Langkah Model Partner In Learning 1) Tahap Persiapan

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas. c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar. d) Menyiapkan kerangka yang akan diskusikan

e) Menyiapkan fasilitas, meliputi:  menggandakan bahan diskusi,  menentukan dan mendisain tempat,

 mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan. 2) Tahap pelaksanaan

a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan. c) Menjelaskan prosedur diskusi.

d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi e) Melaksanakan diskusi.

3) Tahap penutup

a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil. b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi. c) Memberikan umpan balik.

(9)

9

2.1.5 Keunggulan dari Model Partner In Learning

Ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran Partner in learning menurut Hill & Hill (1993) berkenaan dengan:

- prestasi belajar lebih tinggi; - pemahaman lebih mendalam; - belajar lebih menyenangkan;

- mengembangkan keterampilan kepemimpinan; - meningkatkan sikap positif;

- meningkatkan harga diri; - belajar secara inklusif; - merasa saling memiliki; dan

- mengembangkan keterampilan masa depan

Kegiatan pembelajaran Partner in learning diarahkan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan (habits) untuk memahami apa yang dipelajari, sikap ingin melakukan sesuatu, dan keterampilan bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pandangan (Covey, dalam.

Medsker & Holdsworth, 2001) yang menyatakan bahwa sikap mencakup tiga hal pokok, yaitu:

- pengetahuan atau knowledge (the what, where, when, dan why), - sikap atau attitudes (the want to), dan

(10)

10

Pembelajaran Partner in learning merupakan suatu prosedur pembelajaran dalam hal ini para pebelajar belajar bersama secara berkelompok dan diarahkan untuk mencapai tujuan secara kolektif (Cruickshank, Jenkins, & Metcalf, 2006).

Model Partner in learning adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha individual.

Model Partner in learning berkembang dari kebiasaan pendidikan yang menekankan pada pemikiran demokratis dan latihan atau praktek, pembelajaran aktif, lingkungan pembelajaran yang kooperatif dan menghormati adanya perbedaan budaya masyarakat yang bermacam-macam. Model Partner in learning bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.

Dasar-dasar teoretis dan empiris mendukung penggunaan model Partner in learning untuk tujuan pendidikan berikut: mendapatkan tingkah laku kooperatif, hasil kerja teoreitis dan memperbaiki hubungan-hubungan yang tidak harmonis. 2.1.6 Penerapan Partner In Learning

Perencanaan tugas berkaitan dengan model Partner in learning, yang menekankan pada pengorganisasian siswa untuk kelompok kerja kecil, dan menggunakan materi pembelajaran yang beragam untuk digunakan selama kelompok-kelompok kerja (kelompok belajar) berlangsung.

(11)

11

Tak peduli pendekatannya, Partner in learning dicirikan dengan kerja siswa dalam kelompok kecil, dan berorientasi pada adanya penghargaan kelompok.

Memimpin Partner in learning mengubah peranan guru dari sebagai pusat pembicara atau pembicara utama menjadi choreographer dalam aktivitas kelompok kecil. Kelompok kerja kecil menimbulkan suatu tantangan pengelolaan bagi guru. Guru harus membantu siswa melakukan transisi di dalam kelompok kecil mereka, mengatur kelompok kerja mereka, dan mengajarkan keterampilan penting, yakni keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.

2.2 Model Pembelajaran Inductive Thinking 2.2.1 Pengertian

Berpikir merupakan bentuk kata yang berasal dari kata dasar pikir yang berarti akal, budi, ingatan, angan-angan; kata dalam hati, pendapat (pertimbangan). Berpikir dapat diartikan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Proses berpikir merupakan suatu proses terjadi dalam otak seseorang yang mana proses tersebut diharapkan menghasilkan sesuatu yang memang belum ada maupun merupakan suatu bentuk inovasi/pembaruan dari hal yang telah ada. Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Model pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis.

(12)

12

Dalam kaitannya pada proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar di Indonesia. Model berpikir induktif cenderung lebih mudah digunakan pada materi pembelajaran yang masih bersifat konseptual. Ha ini dapat dilihat pada pola dan karakteristik pembelajaran yang merupakan kategori berpikir induktif ini. Namun, tidak menutup kemungkinan aktifitas yang dikembangkan dalam proses pembelajaran akan melibatkan unsur psikomotorik dari peserta didik.

2.2.2 Model Pembelajaran Berpikir secara Induktif

Bruce Joyce dan Marsha Weil mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:

- model interaksi sosial; - model pengolahan informasi; - model personal-humanistik; dan - model modifikasi tingkah laku.

Kaitannya di sini model berpikir induktif merupakan bagian dari kelompok model pembelajaran pengolahan informasi (information-processing).

Model berpikir induktif meyakini bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan konseptor ilmiah. Setiap saat seseorang selalu berusaha untuk melakukan suatu konseptualisasi dalam hal apapun, proses berpikir induktif diperlukan Model berpikir induktif mempunyai beberapa karakteristik utama antara lain;

Fokus : Fokus membantu peserta didik untuk berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas membuatnya tidak bisa

(13)

13

menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan yang luar biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu dengan meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang disajikan tersebut.

Dengan fokus terhadap suatu kajian tertentu yang familiar di telinga dan mata peserta didik hal ini diharapkan dapat mendukung dan mencapai proses pembelajaran yang optimal sebagaimana tujuan yang akan dicapai pada standar isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).

Pengawasan/kontrol konseptual, ini membantu siswa mengembangkan kemampuan konseptual terhadap satu ranah/bidang kajian tertentu. Dalam hal ini sebagai contoh yaitu siswa disajikan tentang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi di Indonesia, siswa akan mengklasifikasikan berbagai kegiatan ekonomi tersebut dalam suatu kelompok/jenis seperti kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

Melalui pengetahuan awal peserta didik akan lebih mudah mengembangkan pemahaman dan karakteristik kegiatan ekonomi di Indonesia seperti produsen-produsen yang menghasilkan suatu produk makanan ringan dengan merk tertentu, maupun contoh-contoh praktek penjualan yang bukan hanya barang saja yang dapat didistribusikan sebagai objek jual, namun jasa juga dapat dijual pada proses jual-beli sebagai implementasi pada proses distribusi objek tertentu.

(14)

14

Hal ini akan melatih peserta didik untuk memudahkan proses klasifikasi dan kategorisasi dalam membedakan dan memahami karakter produksi, konsumsi, dan distribusi sekalipun dengan banyaknya objek yang disajikan pada proses pembelajaran ditiap awal pertemuan (apersepsi). Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi ketrampilan. Dalam hal proses membangun pemahaman secara konseptual pada proses klasifikasi secara abstrak, peserta didik tanpa disadari tentunya akan melakukan suatu aktifitas yang melibatkan unsur motorik dan tentunya kognitif mereka.

Melalui proses kategorisasi dan pengelompokan ini, peserta didik akan menggunakan tangannya untuk menulis dan memikirkan jenis pengelompokan yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk kegiatan produksi, kegiatan distribusi, dan mana yang termasuk kegiatan konsumsi.

Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Apabila digunakan secara bertahap, model thinking inductively juga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan meningkatkan jangkaian perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi tertentu.

2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Inductive Thinking

Ada kelebihan pasti ada kekurangan. Beberapa hal yang kontras namun perlu diketahui adalah apapun jenis metode yang digunakan pastinya akan ada

(15)

15

kelebihan dan kekurangan ketika diimplementasikan pada proses pembelajaran yang berlangsung, menurut Restiana rendi dalam sebuah catatan di blognya dipaparkan mengenai kelebihan dan kekurangan dari model berpikir induktif ini, antara lain :

Kelebihan Model Pembelajaran Induktif

- Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

- Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.

- Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.

Kelemahan Model Pembelajaran Induktif

- Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi. - Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat

(16)

16

pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.

- Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.

- Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus menyiapkan perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.

- Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam proses belajar siswa.

- Kesuksesan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.

- Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif. 2.2.4 Struktur Pembelajaran Inductive Thinking

(17)

17

- Mengidentifikasi dan penghitungan data yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari

- Mengelompokkan objek-objek data menjadi kategori yang anggotanya bersifat umum

- Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori sebelumnya (point 2) sehingga data dapat dimanipulasi secara simbolis

- Mengubah kategori-kategori menjadi ketrampilan/hipotes 2.3 Model Pembelajaran Direct Intruction

2.3.1 Pengertian

Salah satu jenis model sistem perilaku yaitu Model Direct Instruction atau Model Pengajaran Langsung. Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001):”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah

(18)

18

pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.

Arends (1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion”. Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented”. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas.

Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan

(19)

19

pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur.

Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.

2.3.2 Ciri Model Pembelajaran Direct Intruction Ciri-ciri pengajaran langsung adalah:

- Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar. - Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

- Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung belangsung dan berhasilnya pengajaran

2.3.3 Karakteristik Model Pembelajaran Direct Intruction

Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.

Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.

(20)

20

Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.

Sintaks model pengajaran langsung memiliki 5 tahapan, sebagai berikut: Fase 1 : Fase Orientasi

Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi pelajaran yang meliputi:

 Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

 Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran

 Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

 Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran

 Menginformasikan kerangka pelajaran

 Memotivasi siswa

Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi

Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep atau keterampilan yang meliputi:

 Penyajian materi

 Pemberian contoh konsep

(21)

21

 Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa

Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur

Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi yang salah.

Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing

Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata. Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan memberikan bimbingan jika perlu.

Fase 5 : Fase Latihan Mandiri

Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, dan guru memberikan umpan balik bagi keberhasilan siswa.

Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.

 Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

(22)

22

 Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.

 Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.

 Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.

 Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

 Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.

Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:

(23)

23

 Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.

 Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.

 Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).

 Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)

 Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.

 Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.

 Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.

 Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.

 Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.

(24)

24

 Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Direct Intruction Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-kelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-keterbatasan yang merupakan kelemahannya.

Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

- Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. - Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun.

- Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.

- Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.

(25)

25

- Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.

- Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.

- Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. - Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan

ketat.

- Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik. - Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.

- Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.

- Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butir-butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa. - Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk

mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur. Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

- Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.

- Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula.

(26)

26

- Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.

- Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.

- Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.

(27)

27 BAB III

SIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

3.1 Model pembelajaran Partners in Learning merupakan suatu sistem mengajar siswa dengan melaksanakan tugas-tugas belajar yang sederhana dengan menggunakan partner.

3.2 Model pembelajaran Inductive Thinking adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis.

3.3 Model pembelajaran Direct Intruction atau model pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah.

(28)

28

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, DKK. (2009). Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Mustakim, Zaenal. (2009). Strategi Dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Press.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Production and characterization of cellulase by Bacillus pumilus EB3.. International Journal of Engineering

Data Mooring Selat Lifamatola tahun 2004-2006 (Dinas Kelautan Perikanan)..

We suggest that the inter-membrane compartment composed of the plasma membrane and the endoplasmic reticulum, and isolated as a stabile plasma membrane associated membranes

Berdasarkan tabel diatas bisa ditentukan faktor kebutuhan lahan parkir di PT.Pupuk Sriwijaya Palembang adalah Berdasarkan akumulasi parkir terbesar yang terjadi

menggunakan Model pembelajaran Cooperative learning dalam praktek pembelajaran Cooperati ve learning dalam praktek pembelaja ran antar mhs dengan mhs, dan mhs

Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga makhluk sosial. Ketika menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan

[r]