• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 8, Nomor 1, Juni 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 8, Nomor 1, Juni 2016"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 8, Nomor 1, Juni 2016

VOL.8 NO.1

ISSN 2088-2653

POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG

JURNAL ILMIAH Hal. 1-65 JUNI 2016

Komunikasi Antarpribadi People With Systemic Lupus

Erythematosus (Sle)/ Odapus Dengan Pendampingnya

Agustin Rozalena

Analisis Prosedur Pendaftaran Pasien Adiksi Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan Poli Adiksi Di Klinik Utama Medika Antapani Bandung Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini

Tinjauan Sistem Pelayanan Administrasi Pasien Asuransi Bpjs Rawat Jalan Guna Menunjang Kualitas Pelayanandi Klinik Medika Antapani Bandung Ceria Febiana

Aktivitas Komunikasi Humas Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung Mira Veranita

Analisa Kimia Mutu Semen Portland Putih Sri Martini, Teni Rodiani, Deris Aditya

Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Terhadap Kerugian Pasien Vaksin Palsu Wahyudi

(2)

JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN

POLITEKNIK PIKSI GANESHA

PENGANTAR

JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN Politeknik Piksi Ganesha ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan ilmiah dalam bentuk hasil penelitian, kajian analisis, aplikasi teori dan pembahasan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan Informasi Medis, Kesehatan dan masalah Kesehatan Populer.

Penerbitan jurnal ilmiah ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan penyebarluasan kajian sekaligus sebagai wahana komunikasi ilmiah diantara cendekiawan, dosen, mahasiswa dan pemerhati kajian tersebut di atas.

Penasehat

DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., S.Kom., MM Pimpinan Redaksi

Wahyudi, SH., MH. Kes

Reviewer dr. Evi Novitasari

Emylia Fiskasari, S.Si., MM., APT Santy Christinawati, SS., M.Hum (Bahasa)

Mitra Bestari Akasah, S.Sos., MM Aris Susanto, S.ST., MM

Administrasi Naskah Ria Khoirunnisa, S.Si., M.Si

Tedy Hidayat, S.ST., MM

Alamat Redaksi/Penerbit POLITEKNIK PIKSI GANESHA JalanJend. GatotSubroto no.301 Bandung 40274

Telp.022 87340030 Fax. 022 87340086 Email :[email protected]

(3)

JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MEDIS DAN KESEHATAN

POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG

VOL. 8 NO. 1 DESEMBER 2015 ISSN . 2088-2653

PENGANTAR REDAKSI

Para pembaca yang terhormat,

Puja dan puji syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Politeknik Piksi Ganesha Bandung telah menerbitkan Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Ilmu Medis dan Kesehatan Volume 8 Nomor 1 ke hadapan para pembaca. Jurnal Ilmiah ini memuat hasil tulisan karya ilmiah dosen-dosen konsentrasi Ilmu Medis dan Kesehatan dan juga dari institusi lainnya.

Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Komunikasi Antarpribadi People With Systemic Lupus Erythematosus (Sle)/ Odapus Dengan Pendampingnya Oleh Agustin Rozalena, Analisis Prosedur Pendaftaran Pasien Adiksi Guna Menunjang Efektivitas Pelayanan Poli Adiksi Di Klinik Utama Medika Antapani Bandung Oleh Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini, Tinjauan Sistem Pelayanan Administrasi Pasien Asuransi BPJS Rawat Jalan Guna Menunjang Kualitas Pelayanandi Klinik Medika Antapani Bandung Oleh Ceria Febiana, Aktivitas Komunikasi Humas Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung Oleh Mira Veranita, Analisa Kimia Mutu Semen Portland Putih Oleh Sri Martini, Teni Rodiani , Deris Aditya, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Terhadap Kerugian Pasien Vaksin Palsu Oleh Wahyudi.

Semoga dengan terbitnya Jurnal Ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran serta perkembangan keilmuan, terutama di bidang biomedis dan kesehatan.

(4)

DAFTAR ISI

JURNAL ILMIAH ILMU MEDIS DAN KESEHATAN

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PEOPLE WITH SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS (SLE)/ ODAPUS DENGAN PENDAMPINGNYA Agustin Rozalena

1

ANALISIS PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN ADIKSI GUNA MENUNJANG EFEKTIVITAS PELAYANAN POLI ADIKSI DI KLINIK UTAMA MEDIKA ANTAPANI BANDUNG

Anita Putri Wijayanti, Rini Nur Arini

13

TINJAUAN SISTEM PELAYANAN ADMINISTRASI PASIEN ASURANSI BPJS RAWAT JALAN GUNA MENUNJANG KUALITAS PELAYANANDI KLINIK MEDIKA ANTAPANI BANDUNG

Ceria Febiana

22

AKTIVITAS KOMUNIKASI HUMAS TERHADAP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM PINDAD BANDUNG

Mira Veranita

35

ANALISA KIMIA MUTU SEMEN PORTLAND PUTIH Sri Martini, Teni Rodiani, Deris Aditya

44

TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT TERHADAP KERUGIAN PASIEN VAKSIN PALSU

Wahyudi

(5)

Selingkung Jurnal Merdis dan Kesehatan POLITEKNIK PIKSI GANESHA

Berdasarkan rapat pengelola Jurnal POLITEKNIK PIKSI GANESHA pada tanggal 4 November 2016 menyepakati gaya selingkung Jurnal Medis dan Kesehatan dengan ketentuan sbb :

Judul. Judul naskah hendaknya dibuat seringkas mungkin, dan mencerminkan isi naskah secara keseluruhan.

Data Penulis Tuliskan nama para penulis (nama lengkap tanpa gelar atau jabatan lainnya), Fakultas/Departemen,dan Universitas/Institusinya.

Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris apabila tulisan dalam Bahasa Indonesia sedangkan apabila tulisan menggunakan bahasa Inggris abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak berisikan rumus atau referensi. Abstrak harus meringkas permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, hasil utama, dan kesimpulan. Panjang abstrak maksimum 200 kata.

Kata kunci: terdiri dari maksimal 5 kata, tiap kata dipisahkan dengan titik koma (;).

Naskah. Naskah ditulis dengan sistematika yang terstruktur, konsisten, dan lugas. Naskah ditulis dengan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa Inggris dengan tata bahasa (grammar) yang benar. Adapun format penulisan sebagai berikut;

1. Naskah ditulis pada kertas ukuran A4 (210x297mm), dengan marjin kiri 3, kanan 3, atas 3, dan bawah 2 cm.

2. Naskah di tulis dalam format satu kolom untuk isi, sedangkan judul dan abstrak dalam satu halaman.

3. Halaman naskah terdiri dari 10-13 halaman.

4. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12 petunjuk judul, dan 10pt untuk abstrak dan isi naskah, naskah ditulis dalam spasi satu.

5. Naskah minimal berisi bagian sebagai berikut: A. Pendahuluan B. Kajian Pustaka C. Metode Penelitian D. Pembahasan E. Kesimpulan F. Daftar Pustaka

Rumus. Setiap rumus diletakkan di tengah halaman dan diberi nomor pemunculan di sisi kanan dengan menggunakan angka arab di dalam kurung.

(𝑥𝑥 + 𝑎𝑎)𝑛𝑛 = � 𝑛𝑛

𝑘𝑘�𝑥𝑥𝑘𝑘𝑎𝑎𝑛𝑛−𝑘𝑘 𝑛𝑛

𝑘𝑘=0 ……….(1)

Tabel. Huruf yang digunakan Times New Roman 10pt untuk isi tabel, judul tabel, dan sumber. Tabel diberi nomor menggunakan angka arab, dengan menggunakan garis horisontal tanpa garis vertikal untuk memisahkan kolom. Nomor dan judultabel diletakkan diatas, sumber diletakan di bawah sejajar dengan garis tabel paling kiri. Judul tabel di Bold.

(6)

Tahun Jumlah Pencapaian

2008 540.000 90%

2009 340.000 75%

2010 330.000 73%

2011 320.000 70%

Sumber: Bagian Penjualan, 2013

Gambar. Gambar meliputi grafik, diagram, dan bentuk gambar lainnya. Gambar diberi nomor dengan menggunakan angka arab disertai judul gambar dengan ukuran huruf 10pt Times New Roman.Nomor dan judul gambar di Bold dan diletakkan di bawah gambar dengan posisi di tengah (center). Sumber diletakkan di bagian bawah judul gambar.

Gambar 1. Jumlah Produk Per Kota Periode 2010-2012

Sumber: BagianPenjualan, 2013 Daftar Pustaka.

Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang mulai dari penulis pertama. Unsur-unsur daftar pustaka meliputi: nama pengarang, tahun terbit publikasi, judul publikasi, tempat terbit, dan penerbit. Judul buku atau jurnal ditulis miring (italic) sementara judul artikel pada jurnal ditulis dengan huruf tegak. Apabila terdapat lebih dari satu artikel rujukan yang ditulis oleh penulis yang sama, maka diurutkan berdasarkan tahun penerbitan terbaru. Seluruh pustaka yang tercantum dalam daftar pustaka harus dirujuk atausesuaidalam isi naskah, demikian pula sebaliknya.

Jurnal

Alfanura, F., Arai. T., danPutro. U.S. (2010). System Dynamics Modelling for E-Government Implementation: a Case Study in Bandung City, Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol9 No 2, hal: 121-145.

Buku

Husnan S, 2000, Dasar-dasar Manajemen Kauangan, Edisi keempat, Yogyakarta, UPP AMP YKPN.

---.2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi keempat. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.

Internet

Howard, N. (1995). Confrontation Analysis: How to Win Operations Other than War. CCRP Publication. Washington DC: Departement of Defence. Available at www.dodccrp.org. [diunduhpadatanggal 20 Oktober 2011] 0 2000 4000 6000 20 10 20 11 20 12

(7)

56

TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT TERHADAP KERUGIAN PASIEN VAKSIN PALSU

Wahyudi

Manajemen Pelayanan Rumah Sakit Politeknik Piksi Ganesha

[email protected]

ABSTRACT

Hospital as a health orginazer care include promotive, preventive, curative and rehabilitative services including providing pharmacy services while patient has the right to receive excellent health services and obtain the original drug, while the hospital is obliged to ensure the authenticity of drugs or the pharmacy. The hospital's medical staff is the executor of medical services in the hospital should be in accordance with the bylaws of hospital so that medical staff services performed are the responsibility of the hospital. The research method used in this research is normative Juridical approach is a study conducted by way of literature.

Fake vaccine performed by medical staff at the hospital to the patient is an unlawful act that can be held accountable in criminal, civil and administrative. criminal sanctions were imposed in the form of imprisonment or fines, civil penalties in the form of compensation and administrative sanctions such as the freezing of hospital operating licenses in certain units

A. PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia selain kebutuhan pokok lainnya yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berdasarkan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, pada Pasal 34 ayat (3) disebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pemerintah sebagai pelaksana amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berkewajiban mendirikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat tanpa membedakan dari tingkat kemampuan ekonomi dan pendidikan. Peran Pemerintah dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Jaminan kesehatan bagi masyarakat bukan hanya tanggungjawab pemerintah akan tetapi peran serta masyarakat sangat diperlukan guna tercapainya tingkat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pemerintah selaku penyelenggara negara menyediakan tenaga kesehatan yang professional, ketersediaan farmasi dan fasilitas pelayanan kesehatan. Ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat, pemerataan ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat serta ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat

(8)

57

dalam segala bentuk upaya kesehatan dan menjamin ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya harus dijamin oleh pemerintah.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dengan tujuan memberikan landasan hukum bagi masyarakat dan rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan yang bertujuan sebagai fasilitas kesehatan dalam hal pelayanan pengobatan, perawatan, konsultasi medis dan pendidikan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan dirumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit. Rumah sakit melakukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit dalam melakukan pelayanan preventif dengan memberikan pemberian vaksin terhadap anak-anak untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit tertentu.

Pemberian vaksin tersebut dapat berupa beberapa jenis vaksin, diantaranya yaitu Vaksin Hepatitis A yang berguna untuk melindungi dari penyakit hepatitis A, Vaksin Hepatitis B yang berguna untuk mrncegah penyakit Hepatitis B, Vaksin Polio yang berguna untuk melindungi dari penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan, Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit campak, Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) yang berguna untuk melindungi dari penyakit

Invasive Pneumococcal Disease (IPD), Vaksin Hibvaksin yang berguna untuk

melindungi dari serangan meningitis, pneumonia, dan epiglotitis, Vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) yang berguna untuk melindungi dari campak, gondongan, dan rubella (campak Jerman), Vaksin Influenza yang berguna untuk melindungi dari kemungkinan flu berat (Virus Influenza), Vaksin Varicella yang berguna untuk melindungi dari penyakit cacar air, Vaksin HPV (Human Papilloma Virus) yang berguna untuk melindungi dari virus Human Papilloma (penyebab kanker serviks), Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) yang berguna untuk mencegah penyakit TBC, Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) yang berguna untuk melindungi dari Difteri (infeksi tenggorokan dan saluran pernafasan yang fatal), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus, Vaksin Tifoid yang berguna untuk melindungi dari penyakit tifus.

Upaya preventif rumah sakit dalam mencegah terserangnya anak-anak terhadap penyakit tertentu dengan memberikan vaksin tersebut merupakan amanat dari Undantg-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Akan tetapi upaya preventif tersebut tergoda oleh fungsi ekonomi rumah sakit untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dari kegiatan pelayanan kesehatan tersebut dengan memberikan vaksin palsu kepada pasien. Pasien sebagai pengguna layanan kesehatan merupakan pihak yang lemah dibandingkan dengan rumah sakit, hal tersebut dapat terjadi karena pasien pada dasarnya datang ke rumah sakit dengan tujuan mencegah terserang penyakit-penyakit tertentu bahkan ada pula dalam keadaan tidak berdaya atau sakit sehingga pasien menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada dokter sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam kondisi demikian kedudukan pasien lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit, oleh karenanya dapat timbul kesewenang-wenangan

(9)

58

oleh rumah sakit apabila pasien dirugikan atas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit sehingga timbul permasalahan atau konflik.

Adanya konflik antara pasien dan rumah sakit berkaitan dengan pelayanan medis yang dilakukan oleh dokter yang berpraktik di rumah sakit, dokter sebagai sumber daya rumah sakit dalam pelayanan medis tidak tertutup kemungkinan melakukan pelanggaran. Dilihat dari sudut pelanggarannya, maka dapat diadakan pemilahan antara pelanggaran bidang hukum dan pelanggaran dibidang etik atau disiplin. Pelanggaran bidang hukum yaitu malpraktik (medical malpractice) atau juga disebut kelalaian medik (medical neglience), sedangkan pelanggaran dibidang etik atau disiplin merupakan pelanggaran terhadap kode etik kedokteran (serious professional misconduct).1

Tenaga kesehatan sebagai pelaksana pemberian vaksin terhadap pasien yaitu dokter, perawat, bidan merupakan staf medis rumah sakit tersebut sehingga pemberian vaksin palsu tersebut merupakan tanggung jawab rumah sakit.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum seseorang untuk menuntut orang lain sekaligus serupa hak yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya. Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dibedakan sebagai berikut:2 1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault)

2) Prinsip praduga untuk bertanggung jawab (presumption of liability)

3) Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of non liability)

4) Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)

5) Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability)

Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakan deliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab. Subyek responsibility dan subyek kewajiban hukum adalah sama. Dalam teori tradisional, ada dua jenis tanggung jawab: pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (based on fault) dan pertanggungjawab mutlak (absolut responsibility).3

Dalam konsep pertanggungjawaban pidana (criminal liability), terkandung ajaran kesalahan (schuld, mens rea). Pondasi dari semua pertanggungjawaban hukum (liability) berdasar prinsip-prinsip pertanggungjawaban (principles of moral

responsibility) adalah suatu konsepsi hukum (legal conception) yang dilaksanakan

berkesianmbungan. Pertanggungjawaban hukum adalah hukuman, sedangkan kualitas moral menyangkut inti tentang aspek hukum perilaku yang tidak seimbang, dimana ketidakseimbangan tersebut disederhanakan dalam suatu pertanyaan tentang

1 J. Guwandi, Konsili Medik & “Serious Professional Misconduct”, Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004, hlm. 1.

2 Celina Tri Siswi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Ed.1, Cet. 2, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 92.

3 Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta : Konstitusi Press, 2006. hlm 61.

(10)

59

penyelesaian kepentingan-kepentingan agar sesuai dengan cita-cita keadilan (justice) dan persamaan (equity).4

Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.5

Dalam hukum perdata dasar pertanggungjawaban itu ada dua macam yaitu kesalahan dan resiko. Dengan demikian dikenal pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (liability without based on fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan (liability without fault) yang dikenal dengan tanggungjawab resiko (risk liability) atau tanggung jawab mutlak (strict liability). Prinsip dasar pertanggungjawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung jawab karena seseorang tersebut telah bersalah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab resiko merupakan dasar pertanggungjawaban, maka konsumen (pasien) sebagai penggugat tidak diwajibkan lagi membuktikan kesalahan produsen (dokter) sebagai tergugat sebab menurut prinsip ini dasar pertanggungjawaban bukan lagi kesalahan melainkan produsen (dokter) langsung bertanggung jawab sebagai resiko usahanya.6

Berbagai pengertian rumah sakit salah satunya yang dikemukakan oleh J. Guwandi yang merumuskan definisi dari World Health Organitation (WHO) yang mengatakan bahwa :7

A hospital is a residential establishment which provides short term and long medical care, consisting of observational, diagnostic, therapeutic and rehabilitative services for persons suffering from a disease of injury and parturiants. It may or may not also provide services for ambulatory patients on an out-patient basis.

Rumah Sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan. Bias juga disamping itu menyediakan atau tidak menyediakan pelayanan atas dasar berobat jalan kepada pasien yang bisa pulang.”

Muninjaya mengatakan bahwa, rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan publik kesehatan yang harus memenuhi kriteria availability, appropriateness,

4 Yusuf Shofie, Tanggungjawab Pidan Korporasi Dalam Hukum Perlindungan Konsumen Di

Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2011, hlm 56.

5 Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2001, hlm 12.

6 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Pertanggung-jawaban

Menurut Hukum Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Perada, 2006, hlm. 125.

7 J. Guwandi, Dokter dan Rumah Sakit, Jakarta : Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991, hlm. 31.

(11)

60

continuity sustainability, acceptability, affordable, dan quality.8 Ketersediaan,

kesesuaian, keberlanjutan, akseptabilitas, terjangkau dan kualitas yang terjamin harus terpenuhi oleh rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan medis.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menjelaskan definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan. Pasien sebagai pengguna layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit merupakan subjek penting dalam upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan selain itu juga staf medis merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas keselamatan pasien. Rumah sakit juga harus bertanggungjawab atas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter yang berpraktik pada rumah sakit yang bersangkutan.

Mengenai tanggung jawab Rumah Sakit terhadap pasien dikenal teori-teori antara lain sebagai berikut :9

1. Doktrin Corporate Liability, menurut doktrin ini, terhadap pasien yang dirawat secara resmi oleh Rumah Sakit, Rumah Sakit bertanggung jawab atas pengendalian mutu secara keseluruhan dari pelayanan yang diberikan. Jadi yang pertama bertanggung jawab adalah Rumah Sakit, bila ada kesalahan yang dilakukan dokter Rumah Sakit, maka Rumah Sakit dapat menggunakan hak regresnya untuk minta kembali kerugian yang telah dibayar kepada pasien.

2. Doktrin Vicarious Liability, Let The Master Answer (Doktrin Majikan - Karyawan), doktrin ini berlaku jika seorang majikan meminjamkan bawahannya (karyawannya) kepada orang lain untuk suatu tugas khusus. Walaupun tenaga yang dipinjamkan itu adalah tetap karyawan sang majikan, namun selama dipinjamkan sang majikan tidak bertanggung jawab untuk kerugian atau cedera yang disebabkan oleh karyawannya dalam melakukan tugas untuk orang lain tersebut.

3. Ostensible Agency, menurut doktrin ini, tidak diperlukan adanya suatu pernyataan hubungan kerja antara rumah sakit dan dokter. Doktrin ini tidak dapat dipergunakan apabila pasien atau wakilnya mengetahui atau secara wajar mengetahui bahwa dokter yang mengobati tersebut bukan karyawan rumah sakit tersebut.

4. Res Ipsa Loquitur, doktrin ini disebut juga sebagai doktrin "the king speaks

for it self" atau 'doktrin of common knowledge". Doktrin ini berkaitan dengan

8 A.A Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, 2004, hlm. 14.

9 J. Guwandi, Tindakan Medik dan Tanggungjawab Produk Medik, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993, hal. 13 - 25.

(12)

61

masalah beban pembuktian dimana : siapa yang yang menuntut, haruslah membuktikan. Namun apabila kesalahan atau kelalaian yang dilakukan dokter sudah sedemikian jelasnya, maka tidak diperlukan kesaksian ahli lagi. 5. Contributory Negligence, doktrin ini diterjemahkan sebagai "Pasien turut

bersalah". Apabila kelalaian ada pada pihak dokter saja, maka sang dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan. Namun apabila pihak pasien juga turut mempunyai andil dalam kesalahan sehingga memperburuk keadaannya, maka ganti kerugian dibagi secara proporsionil antara dokter dan pasien.

Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.10

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini masuk dalam peneltian hukum yang normatif, untuk itu penelitian ini mempergunakan metode penelitian normatif. Namun demikian tetap akan menggunakan data penelitian empiris sebagai pendukung. Dengan demikian pokok permasalahan diteliti secara yuridis normatif.11

Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Pemikiran normatif didasarkan pada penelitian yang mencakup (1) asas-asas hukum, (2) sistematik hukum, (3) taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal, (4) perbandingan hukum, (5) sejarah hukum.

Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data-data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis.12 Bahan pustaka dengan menggunakan data hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, mulai dari Undang-undang Dasar dan peraturan terkait lainnya. Data hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Data hukum tersier yaitu yang memberikan petunjuk bahan hukum primer dan sekunder, yaitu kamus, buku saku, agenda resmi, dan sebagainya.

D. PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks, dilihat dari jenis pelayanannya dikategorikan rumah sakit umum dan rumah sakit khusus sedangkan dari jenis pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba, yang mempunyai fungsi sosio ekonomi. Rumah sakit publik tidak mengejar keuntungan akan tetapi mengutamakan pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dapat berupa perkumpulan, yayasan atau perseroan terbatas.

10 Hidayat, A.Aziz Alimul, Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba Medika, 2008.

11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15.

(13)

62

Tenaga kesehatan yang berpraktik pada rumah sakit terikat dengan perjanjian kerja. Hubungan hukum antara tenaga kesehatan dengan rumah sakit berdasarkan perjanjian kerja tersebut terikat pula dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagaimana Pasal 1320, selain itu juga dokter, bidan, perawat telah memenuhi syarat untuk berpraktik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sedangkan rumah sakit yang beroperasi tersebut harus mengikuti ketentuan dari undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan perumahsakitan. Segala tindakan medis yang dilakukan oleh staf medis dalam rumah sakit tersebut dilakukan secara professional yang sesuai dengan peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) dan peraturan staf medis rumah sakit (medical

staff bylaws). Rumah sakit pada pelayanan pemberian vaksinasi dilakukan oleh dokter,

bidan, perawat yang telah memiliki hubungan kerja dengan rumah sakit, pemberian vaksin tersebut.

Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit mempunyai hak dan kewajiban, pasien berhak mendapatkan pelayanan yang prima dan mendapatkan obat-obatan yang berkualitas dan dijamin keasliannya oleh rumah sakit. Selain hak tersebut pasien mempunyai kewajiban untuk mematuhi ketentuan rumah sakit dan membayar jasa pelayanan kesehatan kepada rumah sakit. Upaya pelayanan kesehatan rumah sakit harus berkualitas dan kefarmasiannya harus dijamin keasliannya termasuk vaksin yang diberikan oleh tenaga kesehatan rumah sakit.

Perbuatan tenaga kesehatan dengan memberikan vaksin palsu terhadap pasien merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Ketentuan perundang-undangan yang dilanggar oleh tenaga medis yang bekerja dirumah sakit tersebut yaitu Pasal 7 huruf b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, menjelaskan tentang kewajiban pelaku usaha dalam hal ini rumah sakit yaitu memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Selain itu dijelaskan pada huruf d bahwa pelaku usaha wajib menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Selanjutnya pada Pasal 8 ayat 3 menjelaskan pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

Sanksi pidana yang dapat diterapkan pada rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan pasal 62 ayat (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

Berdasarkan pasal 63 Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:

a. perampasan barang tertentu; b. pengumuman keputusan hakim; c. pembayaran ganti rugi;

d. perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian e. konsumen;

f. kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau g. pencabutan izin usaha.

(14)

63

Pasal 196 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Kemudian pada pasal 197 menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah)

Rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 201 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang melanggar Pasal 196, Pasal 197 selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 196 , Pasal 197. Sanksi tambahan juga dapat dikenakan sebagaimana ayat (2) berupa pencabutan izin usaha dan/atau pencabutan status badan hukum.

Rumah sakit bertanggungjawab atas segala yang terjadi dilingkungan rumah sakit dalam rangka pelayanan medis kepada pasien, termasuk pemberian vaksin palsu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan, perawat atau tenaga medis lainnya, hal tersebut berdasarkan pasal Pasal 46 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yaitu :

Rumah Sakit bertanggungjawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.

Rumah sakit sebagai badan hukum harus bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Corporate liability atau

Enterprise liability) yang diwakili oleh kepala atau direktur rumah sakit tersebut.

Perbuatan tenaga kesehatan yang memberikan vaksin palsu kepada pasien walaupun rumah sakit tidak mengetahui maupun tidak menyediakan vaksin palsu tersebut, rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tetap harus bertanggungjawab atas perbuatan tenaga kesehatan tersebut karena masih dalam lingkungan pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut. Segala kerugian yang diderita oleh pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit melalui tenaga kesehatan tersebut bertanggungjawab secara hukum baik dalam pertanggungjawaban pidana, perdata, maupun administrasi.

Tanggung jawab rumah sakit secara pidana sebagaimana ketentuan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 20099 Tentang Rumah Sakit, bahwa pengurus rumah sakit dan rumah sakit sebagai badan hukum dapat dikenakan sanksi berupa pidana penjara, denda dan pidana tambahan.

(15)

64

Tanggung jawab rumah sakit secara perdata berupa pergantian biaya materil maupun immaterial kerugian yang diderita oleh pasien akibat perbuatan tenaga kesehatan rumah sakit tersebut yang memberikan vaksin palsu. Sedangkan tanggung jawab rumah sakit secara administrasi berupa pembenahan internal rumah sakit, memfungsikan secara maksimal Komite Medik Rumah Sakit, dan kefarmasian rumah sakit.

E. KESIMPULAN

Hubungan hukum antara rumah sakit dengan tenaga medis merupakan hubungan professional yang terikat oleh perjanjian kerja, tenaga kesehatan merupakan pelaksana penyelanggara pelayanan kesehatan rumah sakit meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit mempunyai hubungan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban, pasien mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima dan memperoleh obat yang asli sedangkan rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan yang prima dengan tidak membedakan status dari pasien dan menjamin keaslian obat atau kefarmasiannya. Pemberian vaksin palsu oleh tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit dapat menimbulkan kerugian yang diderita oleh pasien. Perbuatan tenaga kesehatan yang memberikan vaksin palsu bertentangan dengan Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Tanggung jawab hukum rumah sakit atas perbuatan tenaga kesehatan dalam memberikan vaksin palsu terhadap pasien meliputi tanggung jawab pidana, perdata dan administrasi.

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN-PERATURAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen BUKU-BUKU

A.A Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, 2004. Hidayat, A.Aziz Alimul, Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.

Jakarta : Salemba Medika, 2008.

J. Guwandi, Konsili Medik & “Serious Professional Misconduct”, Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004.

---, Tindakan Medik dan Tanggungjawab Produk Medik, Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993. ---, Dokter dan Rumah Sakit, Jakarta : Penerbit fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 1991.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Pertanggung-jawaban

Menurut Hukum Perdata, Jakarta: Raja Grafindo Perada, 2006.

Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta : Konstitusi Press, 2006.

Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2001

(16)

65

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990.

Yusuf Shofie, Tanggungjawab Pidan Korporasi Dalam Hukum Perlindungan

(17)

FORMULIR BERLANGGANAN

1. Nama

: ...

2. Alamat

:

...

3. Telepon/HP

:

...

4. e-mail

:

...

Menyatakan bersedia untuk berlangganan Jurnal Ilmiah Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Medis dan Kesehatan Politeknik Piksi Ganesha Bandung

mulai edisi ... dan bersedia membayar biaya cetak and

ongkos kirim sebesar ... per eksemplar.

Pemohon,

(...)

Formulir berlangganan dapat dikirim lewat pos/fax/email ke:

● Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Ilmu Linguistik dan

Pengajaran Bahasa Politeknik Piksi Ganesha Bandung

Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274

Telepon :

Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86

e-mail

:

Email:

[email protected]

(18)

Gambar

Gambar 1. Jumlah Produk Per Kota Periode 2010-2012  Sumber: BagianPenjualan, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Masalah pencatatan kepemilikan modal pada BUMD, maka konsep yang dapat diyakini untuk dipercayai adalah, Penyertaan Modal Pemerintah yang menghasilkan kepemilikan

Keratosis dapat terbentuk baik pada bagian dorsal sendi, diantara jari, pada ujung distal jari, atau pada sebelah lateral dari jari kelingking dan/atau kuku jari kaki (klavus kuku

Pada Gambar 2 mem-perlihatkan pada jam pengamatan siang hari membetuk kelompok yang terpisah dengan kelompok jam aktivitas lainnya, pada jam tersebut memperlihat-kan bahwa

Karena media sosial yang digunakan untuk promosi online tidak hanya instagram.. tetapi masih banyak yang lain seperti facebook, twitter, dan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Fluktuasi Kurs Rupiah, dan

Dalam Proyek Tugas Akhir kali ini Saya memiliki gagasan untuk membuat suatu sistem pengaman rumah berupa tombol emergency yang dikontrol oleh sebuah mikrokontroller

Tujuan dari penelitian adalah (1) untuk mengetahui fluktuasi perubahan bobot serasah lantai hutan selama proses dekomposisi dan kecepatan dekomposisi serasah lantai

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien hanya mengalami sakit seperti pegal pegal, flu, dan sedikit pusing, tapi klien bisa sembuh sendiri dengan obat-obat