• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini akan dilakukan pembahasan mengenai deskripsi tempat penelitian yaitu di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor di Kupang, Nusa Tenggara Timur, deskripsi responden penelitian yaitu Pendeta Wanita yang menjadi sampel dalam penelitian ini, hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan, hasil pengukuran variabel, dan uji statistik melalui teknik analisis regresi berganda serta diskusi hasil penelitian.

4.1. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gereja Masehi Injili di Timor, terkhusus gereja-gereja yang berada di daerah Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah. Wilayah pelayanan Klasis Kota Kupang dan Kupang Tengah meliputi daerah Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan wilayah penelitian pada klasis kota kupang dan klasis kupang tengah didasarkan pada keberadaan pendeta wanita tersebar di dua klasis ini. Klasis Kota Kupang terdiri dari 43 jemaat Gereja Masehi Injili di Timor. Di hampir setiap jemaat terdapat satu sampai tiga pendeta wanita. Sedangkan klasis Kupang Tengah terdapat 65 jemaat GMIT yang terdiri dari gereja induk maupun pos pelayanan atau mata jemaat yang didalamnya terdapat pendeta wanita

(2)

yang melayani sebagai ketua majelis jemaat atau pendeta kedua dan ketiga.

Di tiap Klasis terdapat 78 pendeta baik pada klasis Kota Kupang maupun klasis Kupang Tengah sehingga jumlah seluruh pendeta yang melayani sebanyak 156 yang terdiri dari 17 pendeta pria dan 61 pendeta wanitapada klasis Kota Kupang dan 29 pendeta pria dan 49 pendeta wanita pada klasis kupang tengah. Pemilihan sampel sebanyak 100 orang pendeta wanita disebabkan oleh adanya pendeta wanita yang telah ditarik dari jemaat dan ditempatkan di Kantor Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) sebagai pegawai.

Sebelum skala disebar untuk pengumpulan data telah diadakan uji coba instrumen di Klasis Kupang Barat yang terdiri dari 45 jemaat dengan pendeta wanita yang melayani sebanyak 60 orang dan pendeta pria sebanyak 20 orang.

4.2. Deskripsi Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah pendeta wanita atau pendeta perempuan yang melayani di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor. Terdapat beberapa karakteristik dari responden, yang digambarkan sebagai berikut: Pendeta yang menjadi responden penelitian berjumlah 100 orang yang seluruhnya adalah perempuan dan melayani jemaat secara penuh waktu. Seluruh pendeta wanita di dua klasis berjumlah 110 orang namun 10 orang menjadi pegawai di kantor sinode GMIT.

(3)

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.1

Persentase Responden Berdasarkan Usia NO Usia Responden (Tahun) Jumlah Presentase % 1 25 ≤ x ≤ 30 5 5% 2 31 ≤ x ≤ 35 12 12% 3 36 ≤ x ≤ 40 17 17% 4 41 ≤ x ≤ 45 16 16% 5 46 ≤ x ≤ 50 30 30% 6 51 ≤ x ≤ 55 18 18% 7 56 ≤ x ≤ 60 3 3% Total 100 100%

Tabel 4.2 menunjukkan gambaran responden berdasarkan usia, yang diklasifikasikan dalam 8 kelompok usia. Responden penelitian didominasi oleh pendeta wanita dengan rentang usia 46 ≤ x ≤ 50tahun (30%). Kemudian diikuti oleh pendeta wanita dengan rentang usia 51 ≤ x ≤ 55 tahun sebanyak 18%, dan yang paling sedikit adalah guru dengan rentang usia 56 ≤ x ≤ 60 tahun sebanyak 3

(4)

4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2

Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2 menggambarkan bahwa responden penelitian yang paling banyak adalah guru dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 93%, dan sisanya dengan tingkat pendidikan Sarjana muda dan S2 masing-masing sebanyak 3% dan 4% 4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.3

Persentase Responden Berdasarkan Masa Kerja NO Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

1 SmTH 3 3% 2 S1 93 93% 3 S2 4 4% Total 100 100% NO Masa Kerja (Tahun) Jumlah Frekuensi 1 ≤ 6 3 3% 2 6 ≤ x ≤10 14 14% 3 11 ≤ x ≤ 14 15 15% 4 15 ≤ x 20 19 19% 5 21 ≤ x ≤ 25 23 23% 6 26 ≤ x ≤ 30 14 14 % 7 31 ≤ x≤ 35 11 11 % TOTAL 100 100 %

(5)

Tabel 4.3 menunjukkan gambaran responden berdasarkan masa kerja, yang diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Responden dengan rentang masa kerja 21 ≤ x ≤ 25 tahun yang menempati jumlah terbesar yaitu 23%, diikuti responden dengan rentang masa kerja 15 ≤ x ≤ 20 tahun sebanyak 19%, responden dengan rentang masa kerja 10 ≤ x ≤ 14 tahun sebanyak 15%.

4.3. Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang variabel Work-Family Conflict, Work-Family Conflict Self-Efficacy, dan kinerja pendeta wanita. Agar mudah dipahami, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk tabulasi yaitu penyajian data yang sudah diklasifikasikan atau dikategorikan ke dalam bentuk tabel atau diagram, sehingga dapat memberikan gambaran deskriptif tentang I, dan kinerja pendeta wanita. 4.3.1. Variabel Work-Family Conflict

Skala Work-Family Conflict digunakan untuk mengukur Work-Family Conflict yang menggambarkan seberapa besar Work-Family Conflict yang dialami oleh pendeta wanita GMIT. Dalam hal ini responden diminta untuk memberikan penilaian atau memberikan tanggapan sejauh mana Work-Family Conflict yang dialami oleh responden. Skala Work-Family Conflict terdiri dari 21 item pernyataan yang valid dengan menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu skor 5 untuk sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk ragu-ragu, dan skor 2 untuk

(6)

tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. 5 pilihan jawaban ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Skor total teoritik data Work-Family Conflict menyebar dari skor terendah 21 sampai skor tertinggi 105. Semakin tinggi skor total menunjukkan Work-Family Conflict yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukkan Work-Family Conflict yang semakin rendah. Skor total data Work-Family Conflict yang diperoleh masing-masing responden, diklasifikasikan dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah

Cara membuat kategori:

 Jumlah item yang digunakan untuk mengukur Work-Family Conflict adalah 21 item valid, maka secara teoritik skor minimum yang diperoleh adalah 21 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 105.  Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara:

i = skor tertinggi – skor terendah Jumlah kategori Sehingga kategorinya adalah: i = 105 – 21 = 16,8

5

Dengan demikian, gambaran tinggi atau rendahnya Work-Family Conflict dikategorikan pada tabel 4.4. dibawah ini.

(7)

Tabel 4.4

Deskripsi Pengukuran Variabel Work-Family Conflict

Mean = 51,02 StDev = 12,07

Tabel di atas menunjukkan hasil pengisian skala Work-Family Conflict yang dinilai berdasarkan keterlibatan responden dalam bekerja, di mana diperoleh skor rata-rata untuk Work-Family Conflict adalah 51,02 dan standar deviasi 12,07. Responden menyatakan Work-Family Conflict dengan rentang kategori sangat tinggi sebesar 0%, Work-Family Conflict berada pada kategori tinggi sebesar 8%, Work-Family Conflictberada pada kategori sedang sebesar 27 %, Work-Family Conflict berada pada kategori rendah sebesar 59%, Work-Family Conflict pada kategori sangat rendah sebesar 6%. Berdasarkan pilihan jawaban responden tersebut

Skor Kategori N % 88,2 ≤ X < 105 Sangat tinggi 0 0% 71,4 ≤ X < 88,2 Tinggi 8 8% 54,6 ≤ X < 71,4 Sedang 27 27% 37,8 ≤ X < 54,6 Rendah 59 59% 21 ≤ X < 37,8 Sangat Rendah 6 6%

(8)

menunjukkan bahwa Work-Family Conflict sudah sepenuhnya berada pada tingkat yang diharapkan, karena pada dasarnya, para pendeta wanita memiliki Work-Family Conflict yang sudah tergolong dalam kategori rendah dan sangat rendah sehingga para pendeta harus mempertahankan Work-Family

Conflictnya dalam melaksanakan kinerja

pelayanannya sebagai pendeta di GMIT wilayah Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur.

4.3.2. Variabel Work-Family Conflict Self-Efficacy

Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy yang digunakan dalam penelitian menggambarkan Work-Family Conflict Self-Efficacy pendeta wanita dalam bekerja di GMIT wilayah Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah. Dalam hal ini responden diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan sejauh mana tingkat Work-Family Conflict Self-Efficacy. Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy terdiri dari 17 item pernyataan dengan 5 pilihan jawaban yaitu skor 5 untuk sangat sangat setuju, 4 untuk setuju, 3 untuk ragu-ragu, 2 untuk tidak setuju dan 1 untuk sangat tidak setuju. 5 pilihan jawaban ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya untuk pernyataan bersifat negatif. Skor total empiris yang diperoleh dalam penelitian ini menyebar dari skor terendah 17 sampai skor tertinggi 85. Semakin tinggi skor total menunjukkan Work-Family Conflict Self-Efficacy yang semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total

(9)

menunjukkan Work-Family Conflict Self-Efficacy yang semakin rendah. Skor total data Work-Family Conflict

Self-Efficacy yang diperoleh masing-masing

responden, diklasifikasikan dalam 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Cara membuat kategori :

 Jumlah item yang digunakan untuk mengukur Work-Family Conflict Self-Efficacy adalah 17 item , maka secara teoritik skor minimum yang diperoleh

adalah 17 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 85.

 Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara :

i = skor tertinggi – skor terendah Jumlah kategori

Sehingga kategorinya adalah: i = 85 – 17

5 = 13,6

Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya Work-Family Conflict Self-Efficacy dikategorikan pada Tabel 4.5.

(10)

Tabel 4.5

Deskripsi Pengukuran Variabel Work-Family Conflict Self-Efficacy

Tabel di 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor Work-Family Conflict Self-Efficacy pendeta di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah adalah sebesar dengan standar deviasi. Adapun gambaran sebaran Work-Family Conflict Self-Efficacy adalah sebesar 33% pendeta wanita berada pada kategori Work-Family Conflict Self-Efficacy yang sangat tinggi dan pada kategori tinggi, 57%, pada kategori sedang sebesar 10% . Berdasarkan pilihan jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa Work-Family Conflict Self-Efficacy sudah berada pada kategori yang tinggi, sehingga para pendeta yang melayani di jemaat pada Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah perlu mempertahankan

work-Skor Kategori N % 71,4 ≤ X < 85 Sangat tinggi 33 33% 57,8 ≤ X < 71,4 Tinggi 57 57% 44,2 ≤ X < 57,8 Sedang 10 10% 30,6 ≤ X < 44,2 Rendah 0 0% 17 ≤ X < 30,6 Sangat Rendah 0 0% Mean= 66,76 StDev= 7,90

(11)

family conflict self-efficacy yang sudah dimiliki agar tidak terjadi penurunan

4.3.3 Variabel Kinerja pendeta wanita

Skala kinerja pendeta wanita yang digunakan dalam penelitian menggambarkan kinerja pendeta wanita yang bekerja di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah. Dalam hal ini responden diminta untuk memberikan penilaian atau tanggapan sejauh mana tingkat kinerja pendeta wanita. Skala kinerja pendeta wanita terdiri dari 37 item dengan menggunakan lima pilihan jawaban yaitu skor lima untuk sangat setuju, empat untuk setuju, tiga untuk ragu-ragu, dua untuk tidak setuju dan satu untuk sangat tidak setuju. Lima pilihan jawaban ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Skor total empiris yang diperoleh dalam penelitian ini menyebar dari skor 37 sampai skor yang tertinggi 185. Semakin tinggi skor total menunjukkan kinerja pendeta wanita yang semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukkan kinerja pendeta wanita yang semakin rendah.

Cara membuat kategori:

 Jumlah item yang digunakan untuk mengukur kinerja pendeta wanita adalah 37 item valid, maka secara teoritik skor minimum yang diperoleh adalah 37 dan skor maksimum yang diperoleh adalah 185.  Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara:

i = skor tertinggi – skor terendah Jumlah kategori

(12)

Sehingga kategorinya adalah: i = 185– 37

5 = 29,8

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya kinerja pendeta wanita dikategorikan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6

Deskripsi Pengukuran Variabel Kinerja pendeta wanita

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor kinerja pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah adalah 152,77 dan standar deviasi 15,13. Adapun gambaran sebaran kinerja pendeta wanita yang berada kategori sangat tinggi adalah sebesar 54%, kategori tinggi sebesar 42%, kategori sedang 4%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kinerja pendeta wanita di Klasis

Skor Kategori N % 155,4 ≤ X < 185 Sangat tinggi 54 54% 125,8 ≤ X < 115,4 Tinggi 42 42% 96,2 ≤ X < 125,8 Sedang 4 4% 66,6 ≤ X < 96,2 Rendah 0 0% 37 ≤ X < 66,6 Sangat Rendah 0 0% Mean= 152,77 StDev= 15,13

(13)

Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, berada pada kategori yang dapat diharapkan yaitu sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan usaha untuk mempertahankan kinerja pendeta wanita di kedua Klasis tersebut.

4.4. Hasil Uji Persyaratan Analisis (Uji Asumsi)

Supramono & Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih. Uji tersebut meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji linearitas

4.4.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan analisa grafik histogram, grafik normal p-p plot of regression standardized residual, dan uji one somple Kolmogorov Smirnov. Pada analisa grafik, normalitas dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

(14)

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2009).

Gambar 4.1 Histogram

Tampilan histogram pada Gambar 4.1 di atas menunjukkan pola distribusi normal. Sebab memperlihatkan grafik mengikuti sebaran kurva normal, di mana kurva berbentuk lonceng/bell shapped curve yang tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.

(15)

Gambar 4.2 Grafik P-Plot Test

Berdasarkan grafik normal p-p plot of regression

standardized residual pada Gambar 4.2.

menunjukkan bahwa sebaran data (berupa titik-titik) berada di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal tersebut,dari angka terendah sampai angka tertinggi secara signifikan sehingga asumsi normalitas dapat dipenuhi.

Uji normalitas data dapat pula dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi secara normal, bila nilai signifikansi pada output kolmogorov-smirnov di atas nilai alpha (p>0,05). Adapun hasil uji normalitas data dengan menggunakan kolmogorov-smirnov ditunjukkan pada tabel 4.8.

(16)

Tabel 4.7

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Residual

Dari tabel di 4.8 dapat diketahui bahwa berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikasi (Asymp. Sig 2-tailed) 0,754. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,754>0,05), maka ketiga variabel ini berdistribusi normal.

Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik histogram, grafik normal p-p plot of regression standardized residual, dan one sample kolmogorov-smirnov dapat dinyatakan bahwa data penelitian ini memenuhi asumsi normalitas dan model regresi ini layak untuk digunakan.

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi variabel sama untuk semua pengamatan atau

(17)

disebut homokedastisitas (Gujarati, 1995). Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Pengujian asumsi ini dilakukan dengan analisis grafik scatterplot dengan komitmen organisasi sebagai variabel dependennya. Dasar pengambilan keputusan adalah jika titik-titik pada output tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heterokedastisitas. Bentuk grafik scatterplot yang dihasilkan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.3 Scatterplot

Gambar 4.3. Scatterplot di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola-pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel kinerja pendeta wanita berdasarkan Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy.

(18)

4.4.3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel bebas (independen) dalam model regresi. Asumsi klasik yang digunakan pada model regresi berganda adalah bahwa tidak adanya masalah multikolinearitas dalam hal ini tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pedoman yang digunakan dalam pengujian ini adalah nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥10 (Ghozali, 2009).

Tabel 4.8

Hasil Uji Multikolinearitas

Tabel 4.9. menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance sebesar 0.807 lebih besar dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Factor sebesar 1.239 lebih kecil dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada variabel yang digunakan.

Selain melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), matriks korelasi antar variabel

(19)

independen (zero order correlation matrix) juga dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi, jika antar variabel bebas (independen) ada korelasi yang tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2009). Hasil uji zero order correlation matrix dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.9

Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix Correlations Work-Family Conflict Work-Family Conflict Self-Efficacy Kinerja Pendeta Wanita Work-Family Conflict Pearson Correlation 1 -.439** -.325** Sig. (2-tailed) .000 .001 N 100 100 100 Work-Family Conflict Self-Efficacy Pearson Correlation -.439** 1 .648** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 100 100 100 Kinerja Pendeta Wanita Pearson Correlation -.325** .648** 1 Sig. (2- .001 .000

(20)

tailed)

N 100 100 100

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa besaran koefisien korelasi antar variabel Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy berada di bawah 0,90 yaitu, -0,439. Berpijak dari kedua model uji multikolinearitas di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas.

4.4.4. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Suatu data dikatakan adanya hubungan linear apabila nilai ρ pada linearity > 0.05. Hasil uji linearitas terhadap variabel Work-Family Conflict transformasional, Work-Family Conflict Self-Efficacy, dan kinerja pendeta wanita dinyatakan pada Tabel 4.11.

(21)

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas

Work-Family Conflict dengan Kinerja Pendeta Wanita

Hasil uji linearitas variabel Work-Family Conflict dengan Kinerja Pendeta Wanita dapat diketahui pada Tabel 4.10, yaitu nilai ρ sebesar 0,000 (ρ < 0,05) dengan nilai F sebesar 14.411 sehingga dapat disimpulkan terdapat linearitas antara Work-Family Conflict dengan kinerja pendeta wanita.

(22)

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas

Work-Family Conflict Self-Efficacy dengan Kinerja Pendeta Wanita

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji linearitas terhadap variabel gaya Work-Family Conflict Self-Efficacy dengan kinerja pendeta wanita di mana hasil uji linearitas dengan nilai ρ sebesar 0,00 (ρ<0,05) dengan nilai F sebesar 25.990 yang berarti Work-Family Conflict Self-Efficacy dengan kinerja pendeta wanita terdapat hubungan yang linear.

Secara keseluruhan hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menguji hipotesis penelitian karena memenuhi beberapa persyaratan analisis yaitu data terdistribusi secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, seluruh variabel independen tidak terdapat problem multikolinearitas, dan adanya hubungan linear antara variabel independen terhadap variabel dependen.

(23)

4.5. Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda baik secara simultan maupun parsial yang melibatkan 2 variabel independen yaitu Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy serta 1 variabel dependen yaitu kinerja.

Hipotesis: Pengaruh yang signifikan Work-Family Conflict dan Work-Family Self-Efficacy secara bersamaan terhadap kinerja Pendeta Wanita di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

Hasil Uji Anova

WFC (X1) dan WFCSE (X2) terhadap Kinerja Pendeta(Y) Tabel.4.12

Untuk membuktikan hipotesis digunakan uji signifikansi simultan (uji F) dengan tujuan untuk mengetahui keberartian koefisien regresi secara bersama-sama dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) untuk mengetahui keberartian koefisien secara parsial serta analisis regresi linear berganda.

(24)

Melalui tabel di atas, diketahui nilai Fhitung

sebesar 35,468 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (nilai p < 0.05), maka dapat dikatakan bahwa secara simultan Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja Pendeta Wanita. Dari hasil ini maka hipotesis dalam penelitian diterima.

4.5.1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap kinerja pendeta wanita. Hasil uji statistik secara parsial untuk variabel Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap variabel kinerja pendeta wanita diperoleh hasil pada Tabel 4.13.

Hasil uji t X1 dan X2 terhadap Y WFC dan WFCSE terhdap Kinerja Pendeta

(25)

Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut:

Y = + 1 + 2

Y = 75.774 + -0.062X1 + 1.201 X2 Keterangan:

1. Koefisien regresi Work-Family Conflict Self-Efficacy bernilai positif yaitu 1,201 yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif Work-Family Conflict self-efficacy terhadap kinerja Pendeta wanita. Dalam hal ini setiap penambahan satu satuan atau tingkat Work-Family Conflict self-efficacy akan berdampak pada meningkatnya kinerja pendeta wanita sebesar 1,201, dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dari model regresi adalah tetap.

2. Koefisien regresi work-family conflict bernilai negatif yaitu -0,62 yang berarti terdapat pengaruh negatif terhadap kinerja pendeta wanita. Dalam hal ini setiap peningkatan satu satuan atau tingkat pada

work-family conflict akan berdampak pada

menurunnya kinerja pendeta wanita sebesar -062 dengan asumsi bahwa variabel independen lainnya adalah tetap.

3. Melalui analisa uji t (Tabel 4.14) dapat diketahui bahwa variabel Work-Family Conflict mempunyai nilai thitung sebesar -0,576 dengan signifikansi 0,566

(p>0,05), yang berarti Work-Family Conflict tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Pendeta wanita. Variabel Work-Family Conflict self-efficacy mempunyai nilai thitung sebesar 7,297 dengan

(26)

signifikansi 0,000 (p<0,05), yang berarti Work-Family Conflict self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja pendeta wanita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara parsial hanya Work-Family Conflict self efficacy yang memengaruhi kinerja pendeta wanita.

Tabel 4.14

Hasil Uji Regresi X1 dan X2 terhadap Y

Dari tabel 4.14 diketahui nilai r (koefisien korelasi) sebesar 0,650 menggambarkan bahwa terdapat korelasi secara simultan antara Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict self-efficacy terhadap kinerja Pendeta wanita. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,422, menggambarkan

bahwa sumbangan pengaruh Work-Family Conflict dan work –family conflict self-efficacy terhadap kinerja pendeta wanita sebesar 42,2% sedangkan sisanya 57,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari hasil analisis data diketahui bahwa hanya terdapat pengaruh yang signifikan Work-Family Conflict self-efficacy terhadap kinerja Pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan

(27)

Klasis Kupang Tengah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).

4.5.2. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif masing-masing variabel bebas. Sumbangan efektif semua variabel bebas sama dengan koefisen determinasi (Budiono, 2004).Untuk mengetahui sumbangan efektif dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen dapat digunakan rumus sebagai berikut:

SE X1 = Nilai β x koefisien Korelasi X1Y x 100%

SE X2 = Nilai β x koefisien korelasi X2Y x 100%

Nilai β yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai yang sudah distandarisasi, untuk dapat membandingkan besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen.

Tabel 4.15

Sumbangan Efektif Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Variabel Sumbangan

Efektif X1(Work-Family Conflict) 2,2% X2 (Work-Family Conflict

self-efficacy)

40%

Total

(28)

Tabel 4.15 memaparkan besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dimana Work-Family Conflict tidak memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 2,2% (β= -0.62 dan koefisien korelasi 0,325) dan Work-Family Conflict self efficacy memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 40% (β=0,627 dan koefisien korelasi 0,648). Dari hasil ini juga menunjukkan bahwa work –family conflict self-efficacy berpengaruh lebih besar terhadap Kinerja pendeta wanita dan ada sedikit pengaruh yang signifikan dari Work-Family Conflict terhadap kinerja pendeta wanita.

Diskusi

Secara umum hasil pengukuran di atas membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Family Conflict dan Work-Family Conflict self-efficacy secara bersamaan dapat dijadikan sebagai prediktor terhadap kinerja pendeta wanita. variabel Work-Family Conflict self-efficacy secara parsial menjadi prediktor positif signifikan. Secara simultan pengaruh Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict Self-Efficacy terhadap Kinerja Pendeta Wanita tercermin dalam hasil penelitian dengan uji F (uji signifikansi simultan) dengan nilai F sebesar 35,468 pada taraf signifikansi 0,000 (ρ<0,05) yang artinya kedua variabel secara simultan mempengaruhi kinerja pendeta wanita karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini terjawab, dan variabel

(29)

work-family conflict tetap harus diperhitungkan. Temuan ini juga didukung dengan pembuktian nilai R square (R2) sebesar 0,422 yang menjelaskan bahwa

42,2% dari total varians Kinerja pendeta wanita dapat dijelaskan secara simultan oleh Work-Family Conflict dan Work-Family Conflict self-efficacy, sisanya sebesar 57,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian kinerja pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah, hanya dipengaruhi oleh Work-Family Conflict self-efficacy. Dengan kata lain, makin tinggi Work-Family Conflict self-efficacy maka makin tinggi pula kinerja kerja pendeta wanita yang dihasilkan. Sebaliknya, makin rendah Work-Family Conflict self- efficacy maka makin rendah pula kinerja pendeta wanita. Hal ini mungkin terjadi karena para pendeta wanita menyadari bahwa dalam melakukan peran sebagai pelayan dalam gereja dan peran sebagai ibu rumah tangga konfliknya rendah sehingga dibutuhkan keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam menghadapi konflik tersebut yang disebut dengan Family Conflict self-efficacy. Pengaruh Work-Family Conflict self-efficacy yang kuat pengaruhnya terhadap kinerja pendeta wanita yang nampak pada penelitian ini juga mendukung pernyataan bahwa self efficacy adalah karakteristik internal yang mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam cara yang relatif konstan dan terprediksi, ditentukan oleh situasi dan merupakan suatu konstrak dalam domain motivasi yang sangat relevan dengan kinerja

(30)

(Bandura, 1997; Stajkovic & Luthans, 1998 dalam Sonnentag & Frese, 2001).

Dalam hasil penelitian ini juga diperoleh sumbangan efektif dari Work-Family Conflict sebesar 2,2% (β= -0,062 dan koefisien korelasi 0,325) ini menjelaskan 2,2% dari varians kinerja pendeta wanita dapat dijelaskan oleh dan sisanya 97,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian tidak ada pengaruh Work-family conflict terhadap kinerja Pendeta Wanita di Klasis Kota Kupang dan Klasis Kupang Tengah GMIT. Hal ini dapat disebabkan oleh lama masa kerja seorang pendeta wanita di GMIT dan juga tingkat pendidikan yang dimiliki dan atau seperti yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu tingginya keyakinan diris akan kemampuan dalam menghadapi work-family conflict yang ada pada diri pendeta wanita yang berakar pada iman seorang pendeta wanita kepada Tuhan dimana mereka yakin bahwa Tuhan akan memampukan mereka dalam menghadapi segala sesuatu. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian oleh Netemeyer, et al., (1996) yang menyatakan work-family conflict sangat jarang berkorelasi dengan variabel-variabel yang biasa dipakai untuk mengukur kinerja.

Hasil uji t dalam penelitian ini menyatakan bahwa variabel Work-Family Conflict mempunyai nilai thitung sebesar -0,576 dengan signifikansi 0,566

(p>0,05), yang berarti Work-Family Conflict tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

(31)

Pendeta wanita. Variabel Work-Family Conflict self-efficacy mempunyai nilai thitung sebesar 7,297 dengan

signifikansi 0,000 (p<0,05), yang berarti Work-Family Conflict self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja pendeta wanita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara parsial hanya Work-Family Conflict self efficacy yang memengaruhi kinerja pendeta wanita.

Dalam penelitian ini semua data berdistribusi normal. Data penelitian juga bersifat linear namun untuk data work-family conflict bersifat linear negatif yaitu ketika work-family conflict meningkat maka akan terjadi penurunan pada tingkat kinerja seorang pendeta wanita dan sebaliknya. Sedangkan pada hubungan linearitas antara work-family conflict self-efficacy dan kinerja pendeta wanita bersifat positif yaitu ketika work-family conflict self-efficacy meningkat maka kinerja pendeta wanita juga ikut meningkat.

Hal ini terlihat pada persentase pada variabel work-family conflict pada kategori rendah sebesar 59% sedangkan work-family conflict self-efficacy sebesar 57% pada kategori tinggi dan kinerja pendeta wanita sebesar 54% pada kategori sangat tinggi. Hasil persentase ini menunjukkan hubungan linearitas seperti yang tersebut di atas. Dengan tingkat persentase di atas, maka para pendeta wanita perlu berusaha mempertahankan Work-family conflict self-efficacy dan kinerjanya pada tingkat tinggi dan

(32)

sangat tinggi agar work-family conflict tetap berada pada tingkat rendah.

Gambar

Tabel  4.2  menunjukkan  gambaran  responden  berdasarkan  usia,  yang  diklasifikasikan  dalam  8  kelompok usia
Tabel di 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata skor  Work-Family  Conflict  Self-Efficacy  pendeta  di  Klasis  Kota  Kupang  dan  Klasis  Kupang  Tengah    adalah  sebesar    dengan  standar  deviasi
Gambar 4.1 Histogram
Gambar 4.2 Grafik P-Plot Test
+5

Referensi

Dokumen terkait

penelitian menunjukkan bata ringan mengalami peningkatan kuat tekan hingga 3,11 MPa, namun pengaruh silika terhadap daya serap air tidak menunjukkan ada pengaruh

- Untuk subjek 1berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa subjek 1 memiliki tindakan yang cukup baik mengenai PHBS, ini dibuktikan dengan subjek 1 dalam kegiatannya

ZEBUA Alias AMA DESI, YARMAN ZEBUA Alias YAMAN, SUKA BUDI LAIA Alias AMA FERSI dan YATIMANI ZEBUA Alias INA FERSI (disidangkan terpisah), pada hari Minggu

Lehenengo eta behin, hizkuntzaren ikasgaiak izan behar dituen baldintzak kontuan izango ditugu, eta ondoren, arloetan egin behar den

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada perbedaan hasil belajar geografi siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe portofolio dan

Terdapat pengaruh Latihan Sirkuit yang diberikan selama satu bulan atau dua belas kali latihan terhadap VO₂ Max pada Komunitas Berlari Runjani Kota Mataram..

Berdasarkan gambar 4.13 , dapat dilihat pula bahwa grafik antara hasil simulasi dengan hasil dilapangan terdapat selisih nilai effisiensi pada masing-masing kecepatan

Grater (1976) diacu dalam Muntasib (2003) menyatakan bahwa sebelum menyusun perencanaan program interpretasi disusun dulu suatu prokpektus yang.. merupakan suatu