• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: dewatering, drain hole, akuifer terkekang, drawdown

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: dewatering, drain hole, akuifer terkekang, drawdown"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PRELIMINARY STUDY PROPERTI AKUIFER TERHADAP PEMODELAN DAMPAK PEMASANGAN INCLINED DRAIN HOLE PADA WALL PIT PT. XXX

TERHADAP PENURUNAN MUKA AIRTANAH Pascalia Vinca Alvando1*

Achmad Darul2

Dasapta Erwin Irawan3

1Mahasiswi Sarjana Institut Teknologi dan Sains Bandung 2 Staf Pengajar Institut Teknologi dan Sains Bandung

3 Staf Pengajar Institut Teknologi Bandung

*corresponding author:

ABSTRAK

Airtanah merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan lereng, air akan mengisi pori tanah sehingga tekanan air pori meningkat. Pada tahun 2009 di Pit PT. XXX khususnya low wall pernah terjadi longsor, tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar penurunan muka airtanah (drawdown) serta melakukan simulasi dalam waktu 8 tahun kedepan setelah upaya penirisan tambang (dewatering) pada tahun 2016 dengan menggunakan sistem drain hole yang dipasang secara inclined (IDH). Model konseptual daerah penelitian dibangun dengan data pengamatan muka airtanah mula-mula, curah hujan, topografi dan properti hidrogeologi yang ditentukan berdasarkan asumsi teoriritis. Simulasi numerik menggunakan metode beda hingga dilakukan dalam dua skenario yaitu pada tiga IDH aktif dan penambahan tiga IDH di luar model pada akuifer terkekang dengan variasi kedalaman 50 m dan 80 m. Penurunan muka airtanah hasil simulasi kemudian dikalibrasi dengan perhitungan metode Theis. Hasil studi menunjukkan nilai penurunan muka

airtanah dari perhitungan Theis lebih kecil dari hasil simulasi numerik. Outflow pada

pemodelan juga menghasilkan nilai yang lebih besar dari pengamatan di lapangan. Parameter

adjustment berupa nilai konduktivitas hidraulik kemudian dilakukan untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap besar penurunan muka airtanah. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai konduktivitas hidraulik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan besar penurunan muka airtanah.

(2)

1. Pendahuluan

Pada tahun 2009 di salah satu pit pertambangan milik PT.XXX khususnya pada low wall, longsor pernah terjadi. Longsor yang terjadi harus cepat ditanggulangi, sehingga kegiatan operasional tambang dapat kembali berjalan normal. Cara penanggulangan yang tepat salah satunya adalah dengan memperhatikan mekanisme terjadinya longsor. Longsor yang terjadi pada tahun 2009 tersebut diakibatkan gaya pendorong yang lebih besar dibandingkan gaya penahan. Gaya pendorong pada kasus ini adalah tekanan air tanah yang disebabkan oleh adanya sistem akuifer terkekang. Sehingga penanggulangan yang tepat yaitu dengan memperbesar gaya penahannya. Gaya penahan diperbesar salah satunya dengan mengendalikan air rembesan untuk meningkatkan kekuatan geser material penyusun lereng (Irwandy, 2016). Pengendalian air rembesan yang dimaksud adalah dengan upaya menurunkan muka airtanah. PT.XXX menggunakan upaya tersebut dengan menggunakan sistem drain hole yang dipasang secara inclined pada kuarter ke-empat di tahun 2016. Drain

hole merupakan salah satu upaya dalam menurunkan muka airtanah dengan memanfaatkan

gaya gravitasi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan besar penurunan muka airtanah terhadap sumur pantau dari simulasi yang telah dilakukan dengan dua skenario dalam waktu 8 tahun kedepan.

2. Metode Penelitian

Dalam melakukan simulasi penurunan muka airtanah, data yang dibutuhkan berupa model konseptual yang menggambarkan sistem akuifer pada daerah penelitian. Untuk membangun sistem akuifer, data yang diperlukan berupa hidrostratigrafi dan ketebalannya. Hidrostratigrafi daerah penelitian mengacu pada penampang geologi perusahaan yang merupakan hasil interpolasi polynomial berbasis kriging pada perangkat lunak Minescape. Parameter hidrogeologi seperti nilai konduktivitas dan storage ditentukan berdasarkan pendekatan teoritis menurut Domenico and Schwartz (1990), Morris and Johnson (1967) dan Heath (1983). Kemudian, pengumpulan data curah hujan dan evapotranspirasi diperlukan sebagai sumber recharge pada model. Data curah hujan rata-rata periode tahun 2005 - 2016 dari stasiun Kalimarau dan data rata-rata evapotransipirasi PT. XXX dari tahun 1997 - 2009. Distribusi muka airtanah mula-mula diperlukan sebagai pre-stress head. Setelah stress diberikan pada model melalui discharge (pada model ini debit yang keluar akibat dewatering berperan sebagai discharge), maka perubahan pada head akan terjadi. Perubahan head inilah yang disebut sebagai penurunan muka airtanah (Reilly, 1984). Pada penelitian ini tinggi muka airtanah diperoleh dari pengukuran insitu pada Vertical Drain Hole (VDH) dan sumur pantau. 2.1 Penyelesaian Numerik Finite Difference Method

Persamaan aliran airtanah diselesaikan menggunakan metode finite difference yaitu dengan mengetahui nilai property (transmissivity dan storage) dari sebuah akuifer yang direpresentasikan dalam point pada suatu boundary (Anderson, 1992). Penyelesaian ini kemudian divisualisasikan dalam perangkat lunak Visual MODFLOW 2011.1 (Trial Version). Persamaan diferensial parsial pada confined aquifer yang digunakan dalam MODFLOW adalah:

dengan Kxx, Kyy Kzz yaitu nilai hydraulic conductivity pada sumbu koordinat x, y, dan z. Sedangkan h adalah nilai potensiometrik head, W merupakan volumetric flux per satuan

(3)

volume yang mewakili sumber ketika nilai negatifnya adalah discharge dan nilai positif adalah recharge. SS merupakan specific storage dari material berpori, dan t adalah waktu.

2.2 Perhitungan drawdown menurut Theis (1935)

Perhitungan penurunan muka airtanah menurut metode Theis (1935) memiliki beberapa batasan antara lain sistem akuifer merupakan sistem akuifer terkekang, tidak ada recharge pada akuifer, akuifer bersifat compressible, sumur memiliki diameter yang sangat kecil dan sumur menembus akuifer secara keseluruhan. Sumur memiliki discharge dengan constant

rate.

2.3 Kalibrasi terhadap hasil dari Metode Penelitian

Untuk memvalidasi penurunan muka airtanah hasil simulasi numerik terhadap penurunan muka airtanah berdasarkan metode perhitungan menurut Theis (1935), kalibrasi dilakukan dengan penyesuaian parameter (parameter adjustment) pada variabel inputan yaitu konduktivitas hidraulik.

3. Data

3.1 Model konseptual

Daerah penelitian memiliki sistem akuifer terkekang dengan litologi berupa mudstone dan sandstone. Sandstone sebagai lapisan akuifer berada diantara mudstone yang yang hadir sebagai lapisan akuitar. Parameter hidrogeologi berupa hydraulic conductivity dan storage pada masing-masing layer ditentukan berdasarkan pendekatan teoritis dari Morris and Johnson (1967), Domenico and Schwartz 1990 dan Heath 1983. Pada Tabel 1 dipaparkan nilai hydraulic conductivity dan storage pada masing-masing layer.

Tabel 1 Nilai hydraulic conductivity dan storage pada masing-masing litologi daerah penelitian

Litologi K (m/hari) Ss Sy Eff.Por Tot.Por

Mudstone 2,592 x 10-5 0,0009 0,02 0,06 0,42

Sandstone 7 x 10-3 0,0001 0,21 0,27 0,37

Mudstone 2,592 x 10-5 0,0009 0,02 0,06 0,42

Dalam pembuatan model konseptual ini, dilakukan beberapa batasan dan asumsi, yaitu: 1. Model diasumsikan homogen dan isotropi.

2. Boundary dinyatakan sebagai inactive cells (no-flow boundary) pada bagian barat dan timur model. (Gambar 1)

3. Discharge dinyatakan konstan selama simulasi berlangsung.

4. Dimensi grid pada perangkat lunak Visual Modflow 2011.1 (Trial Version) berukuran 10 m x 10 m, yang menggambarkan luas daerah penelitian pada setiap grid.

5. Nilai konduktivitas hidraulik dan storage diasumsikan mengikuti Morris and Johnson (1967), Domenico and Schwartz 1990 dan Heath 1983.

6. Recharge diambil 15% dari curah hujan dan evapotranspirasi diambil 5% dari curah hujan (Cahyadi et al., 2016).

(4)

Tabel 2 Nilai conductance pada drain hole No. ID drain hole Nilai konduktivitas (m2/ hari) IDH 3 2 IDH 4 1 IDH 6 1

Gambar 1 Planar View Daerah Penelitian pada Model 3.2 Drain Hole

Pada daerah penelitian, terdapat tiga drain hole yang menjadi objek pengamatan, yaitu IDH 3, IDH 4 dan IDH 6. Drain hole dipasang sampai kedalaman akuifer dengan masing-masing kedalaman 80 m, 50 m dan 50 m, spasi 100 m yang memiliki variasi panjang 80 m dan 50 m. Diameter drain hole 0,05 m. Sedangkan untuk nilai conductance dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2 Letak IDH dan Sumur Pantau (OBS)

No-foow boundary

(5)

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil perhitungan penurunan muka airtanah menurut metode Theis (1935) dengan hasil simulasi menggunakan Visual MODFLOW 2011, nilai penurunan muka airtanah jauh lebih kecil ketika dihitung menggunakan rumus Theis (1935). Pada (Gambar 4.1) menunjukkan perbedaan besar penurunan muka airtanah terhadap perhitungan Theis (1935) dengan hasil simulasi. Perhitungan Theis (1935) menunjukkan penurunan muka airtanah rata-rata sebesar  8 m, sedangkan dari hasil simulasi penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar  15 m. Rata-rata perbedaan penurunan muka airtanah diantara kedua hasil perhitungan adalah 7 m. 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0

penurunan muka airtanah hasil simulasi dan metode perhitungan theis (1935)

simulasi Waktu (Hari) Pe n u ru n a n M u k a A ir ta n a h ( M e te r)

Gambar 4.1 Grafik Penurunan MAT Skenario 1 dari Perhitungan dan Simulasi

Sedangkan berdasarkan hasil simulasi menggunakan Visual MODFLOW 2011, besar outflow rata-rata dari setiap drain hole adalah 14 m3/hari. Nilai ini menunjukkan perbedaan yang

cukup besar terhadap outflow pada pengamatan di lapangan yaitu 8 m3/hari. (Gambar 4.2)

menunjukkan outflow pada IDH aktif.

(6)

4.1 Parameter Adjustment

Pada persamaan Theis (1935) mengenai penurunan muka airtanah, parameter penting yang berpengaruh terhadap hasil perhitungan adalah transmisivitas, storage, jarak well terhadap sumur pantau dan discharge. Pada (Gambar 4.3) menunjukkan tiga kurva hasil perhitungan penurunan muka airtanah, dengan nilai transmisivitas 0,73 m/hari, storage 0,00005 dan jarak dari drain hole ke OBS 1 1000 m. Kurva pertama memiliki besar discharge 8,5 m3/hari, kurva kedua 6 m3/hari dan kurva ketiga 4 m3/hari.

0 5 0 0 1 0 0 0 1 5 0 0 2 0 0 0 2 5 0 0 3 0 0 0 3 5 0 0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 Di s c h a rg e t e rh a d a p p e n u ru n a n mu k a a i rt a n a h

8.5 m3/hari 6 m3/hari 4 m3/hari

waktu (hari) p en u ru n an m u ka a ir ta n a h ( m )

Gambar 4.3 Grafik Penurunan muka airtanah Skenario 1 dari Hasil Perhitungan.

(Gambar 4.3) menunjukkan bahwa besar discharge memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan muka airtanah. Pada kurva pertama, penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 3 m dengan besar discharge 8,5 m3/hari. Sedangkan pada kurva kedua,

penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 2 m dengan besar discharge 6 m3/hari.

Kurva ketiga menunjukkan penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 1 m dengan besar discharge 3 m3/hari.

Kunkel, 1960 melakukan perhitungan penurunan muka airtanah terhadap tiga

pumping well dengan rate yang berbeda yaitu 1000 gpm, 2000 gpm dan 4000 gpm yang

diamati dari sumur pantau yang jaraknya 1000 feet dari pumping well. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk menurunkan muka airtanah sebesar 10 feet pada sumur pantau, membutuhkan waktu selama 22,000 hari dengan pumping rate sebesar 1000 gpm. Sedangkan dengan

pumping rate sebesar 2000 gpm, penurunan muka airtanah terjadi selama 270 hari. Dan

dengan pumping rate sebesar 4000 gpm, penurunan muka airtanah terjadi selama 28 hari. Pada (Gambar 4.4) menjelaskan 3 kurva dengan nilai storage 0,00005 memiliki jarak dari drain hole ke OBS 1 1000 m dengan besar rata-rata discharge 6,1 m3/hari. Kurva pertama

memiliki nilai konduktivitas hidraulik 0,005 m/hari, kurva kedua memiliki nilai konduktivitas hidraulik 0,01 m/hari, dan kurva ketiga memiliki nilai konduktivitas hidraulik 0,015 m/hari.

(7)

0 5 0 0 1 0 0 0 1 5 0 0 2 0 0 0 2 5 0 0 3 0 0 0 3 5 0 0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0

Grafi k Kondukti vi tas Hi draul i k terhadap penurunan m uka ai rtanah

K 0.005 m/hari K 0.01 m/hari K 0.015 m/hari

waktu (hari) p en ur u na n m u ka a irt a na h (m )

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Nilai Konduktivitas Hidraulik terhadap Penurunan Muka Airtanah pada Skenario 1.

Pada kurva pertama, penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 6 meter terhadap sumur pantau dengan nilai konduktivitas hidraulik 0,005 m/hari. Sedangkan pada kurva kedua dengan nilai konduktivitas hidraulik sebesar 0,01 m/hari, penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 4 meter terhadap sumur pantau. Kurva ketiga menunjukkan penurunan muka airtanah rata-rata terjadi sebesar 3 meter terhadap sumur pantau dengan nilai konduktivitas hidraulik 0,015 m/hari.

Pada perhitungan penurunan muka airtanah menurut metode Theis (1935), salah satu parameter yang memengaruhi besar penurunan muka airtanah adalah nilai konduktivitas hidraulik. Parameter yang memengaruhi drain conductance, salah satunya adalah nilai konduktivitas hidraulik. Pada (Gambar 4.5) menunjukkan konduktivitas hidraulik memengaruhi outflow pada setiap drain hole.

I D H 3 I D H 4 I D H 6 3 4 2 7 32 5 2 3 7 4 5 7 1 4 6 5 3

P engar uh K on duktivitas H idr aulik t er had ap O utf lo w

0.005 m/hari 0.01 m/hari 0.015 m/hari

Konduktivitas Hidraulik (m/hari)

O u tf lo w ( m 3 /h a ri )

(8)

Pada IDH 3, outflow sebesar 34 m3/hari terjadi pada nilai konduktivitas hidraulik (K)

0,005 m/hari. Sedangkan pada nilai K 0,01 m/hari, outflow pada IDH 3 meningkat menjadi 52 m3/hari. Dan outflow sebesar 71 m3/hari terjadi saat nilai K 0,015 m3/hari. Pada IDH 4, outflow sebesar 27 m3/hari terjadi pada nilai konduktivitas hidraulik (K) 0,005 m/hari.

Sedangkan pada nilai K 0,01 m/hari, outflow pada IDH 4 meningkat menjadi 37 m3/hari.

Pada outflow sebesar 46 m3/hari terjadi saat nilai K 0,015 m3/hari. Pada IDH 6, outflow sebesar 32 m3/hari terjadi pada nilai konduktivitas hidraulik (K) 0,005 m/hari.

Sedangkan pada nilai K 0,01 m/hari, outflow pada IDH 6 meningkat menjadi 45 m3/hari. Dan outflow sebesar 53 m3/hari terjadi saat nilai K 0,015 m3/hari.

0 .0 5 0 0 .0 1 0 0 0 .0 1 5 0 0 . 0 2 0 0 0 .0 2 5 0 0 . 0 3 0 0 0 . 0 3 5 0 0 .0 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0

P en g aruh o utflow terh ad ap p en uru n an mu ka airtan ah

Outflow 31 m3/hari Outflow 44 m3/hari Outflow 56 m3/hari

Waktu (hari) P e n u ru n a n M u ka A ir ta n a h ( m )

Gambar 4.6 Pengaruh Outflow terhadap Penurunan muka airtanah.

Pada (Gambar 4.6) menjelaskan pengaruh outflow terhadap penurunan muka airtanah. Penurunan muka airtanah sebesar 10 meter terjadi pada tahun terakhir simulasi yaitu pada tahun kedelapan dengan outflow 31 m3/hari. Sedangkan, pada outflow sebesar 44 m3/hari,

penurunan muka airtanah terjadi sebesar 19 meter. Pada outflow sebesar 56 m3/hari,

penurunan muka airtanah terjadi sebesar 23 meter.

Parameter adjustment merupakan salah satu cara untuk melihat pengaruh dari nilai

konduktivitas hidraulik terhadap besar penurunan muka airtanah. Pada perhitungan Theis, nilai konduktivitas hidraulik memengaruhi nilai transmisivitas, ketika semakin besar nilai konduktivitas hidraulik maka transmisivitas juga semakin besar. Namun, nilai transmisivitas berbanding terbalik dengan besar penurunan muka airtanah. Hal ini patut diperhatikan ketika pada simulasi numerik, semakin besar nilai konduktivitas hidraulik maka penurunan muka airtanah juga semakin besar.

Analisis dalam teori perhitungan penurunan muka airtanah menurut Theis (1935) tidak mengasumsikan adanya recharge yang semestinya terjadi pada kondisi aktual di alam. Sedangkan pada simulasi numerik, nilai recharge dimasukan sebagai parameter dalam komputasi. Pada akuifer terkekang, air yang keluar dari storage relatif lebih kecil

(9)

dibandingkan pada akuifer tidak terkekang, sehingga pada perhitungan menurut Theis (1935) diameter diasumsikan memiliki nilai yang sangat kecil dan storage dapat diabaikan.

Kunkel (1960) menunjukkan pada percobaannya, bahwa nilai storage berbanding terbalik dengan besar penurunan muka airtanah. Pada akuifer terkekang, cone of depression yang terbentuk pengaruhnya lebih besar pada akuifer dan besarnya recharge memengaruhi jumlah air pada sistem akuifer ini.

5. Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini memiliki kesimpulan yaitu:

1. Perhitungan berdasarkan metode Theis (1935) menunjukkan penurunan muka airtanah terhadap sumur pantau pada skenario 1 terjadi sebesar 8 meter. Sedangkan pada skenario 2, penurunan terjadi sebesar 9 m.

2. Menurut hasil simulasi, penurunan muka airtanah pada skenario 1 terjadi sebesar 11 m, sedangkan pada pada skenario 2 sebesar 10 m.

3. Perbedaan hasil penurunan muka airtanah antara metode perhitungan dengan hasil simulasi disebabkan oleh nilai properti akuifer yaitu konduktivitas hidraulik ditentukan berdasarkan pendekatan teoritis.

4. Selain terjadi perbedaan penurunan MAT, perbedaan outflow pada pengamatan dan pada hasil simulasi diasumsikan terjadi karena perbedaan variabel yang harus diinput dari kedua metode, seperti recharge, discharge, diameter pipa, dan panjang pipa.

5. Konduktivitas hidraulik memiliki pengaruh yang besar terhadap penurunan muka airtanah, sehingga sangat penting untuk mengetahui nilai konduktivitas hidraulik pada daerah yang akan dilakukan dewatering demi hasil simulasi yang lebih akurat.

Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah pengujian terhadap properti akuifer sebaiknya dilakukan sebagai tahap awal sebelum dewatering dilakukan, melihat betapa pentingnya pengaruh nilai properti akuifer terhadap penurunan muka airtanah dilihat dari parameter adjustment yang dilakukan pada nilai konduktivitas hidraulik.

Acknowledgements

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT.XXX yang telah mendukung terselesaikannya penelitian ini. Juga kepada Bapak Dasapta Erwin dan Bapak Achmad Darul selaku pembimbing yang telah memberikan beberap masukan serta arahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Daftar Pustaka

Anderson, M. P. and Woessner, W. W., 1992. Applied Ground Water Modeling Simulation of Flow and Advective Transport. Academic Press. INC.

Arif, Irwandy., 2016. Geoteknik Tambang: Mewujudkan Produksi Tambang yang Berkelanjutan dengan Menjaga Kestabilan Lereng, Gramedia Pustaka Utama.

Bear, J. (1979) Hydraulics of groundwater, McGraw-Hill series in water resources and environmental engineering. McGraw-Hill, New York. https://books.google.co.id/books?

hl=id&lr=&id=yQogKirZW-MC&oi=fnd&pg=PP1&dq=bear+1979+hydraulics+of+groundwater&ots=ihdceV_mq3 &sig=wVZirmQ888UPXCY4roHkrdA19yU&redir_esc=y#v=onepage&q=bear

%201979%20hydraulics%20of%20groundwater&f=false. 8 Februari 2017.

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). 1997-2009. Data Evapotranspirasi Kalimarau. Kalimantan Timur: BMKG Kalimarau.

(10)

Cahyadi, T. A., Widodo, L. E., Syihab, Z., & Notosiswoyo, S. (2017). Pengaruh Instalasi Drain Hole Terhadap Penurunan Muka Airtanah Pada Media Permeabilitas Yang Berbeda (studi Kasus Model Konseptual).

Cleary B., Guiguer N., Franz T., 2010. Visual Modflow Premium 2010.1, Schlumberger Water Services, Waterloo Hydrogeologic Inc. https://www.scribd.com/doc/64925951/Physical-and-Chemical-Hydro-Geology. 7 Oktober 2016.

Domenico, P.A. and F.W. Schwartz, 1990. Physical and Chemical Hydrogeology, John Wiley & Sons, New York, 824 p. https://www.scribd.com/doc/64925951/Physical-and-Chemical-Hydro-Geology. 13 Oktober 2016.

Fetter, C.W., 2001. Applied Hydrogeology 4th edition, Upper Saddle River, N.J.,

Prentice-Hall.

Hadlock, C. H., 1998. Mathematical modeling in the environment. USA: The Mathematical Association of America. https://books.google.co.id/books? hl=id&lr=&id=SpI8nqVRye8C&oi=fnd&pg=PR5&dq=mathematical+modeling+in+the +environment+hadlock+pdf&ots=CzZbkgw2yq&sig=QC5CB4CZ7WJjZq9WhZigAB2 PLiU&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false. 6 April 2017.

Heath, R.C., 1983, Basic ground-water hydrology: U.S. Geological Survey WaterSupply Paper 2220, 84 p. https://pubs.er.usgs.gov/djvu/WSP/wsp_2220.pdf. 13 Maret 2017 Kartika, Alfeus Yunivan., 2009. Rekonstruksi Struktur Geologi di Binungan Blok 1-2 dan

Parapatan, Kecamatan Tanjungredeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. http://eprints.undip.ac.id/43209/1/naskah_publikasi.pdf. 5 Februari 2017.

Kunkel, Fred., 1960. Time, Distance and Drawdown Relationship in a Pumped Ground-Water Basin. Geological Survey 433, Washington. https://pubs.usgs.gov/circ/1960/0433/report.pdf. 1 Agustus 2017.

Kruseman, G.P. and N.A. de Ridder, 1994. Analysis and Evaluation of Pumping Test Data (2nd ed.), Publication 47, Intern. Inst. for Land Reclamation and Improvement, Wageningen, The Netherlands, 370p. https://pubs.er.usgs.gov/publication/wsp1839D. 13 Maret 2017

Leech S., McGann, 2007. Open pit slope depressurization using horizontal drains – a Case Study Newmont, https://www.imwa.info/docs/imwa_2008/ IMW A2008_035_Leech.pdf. 19 Maret 2017.

Morris, D.A. and Johnson, A.I. 1967. Summary of Hydrologic and Physical Properties of Rock and Soil Materials, as Analyzed by the Hydrologic Laboratory of the U.S. Geological Survey, 1948-1960. USGS Water Supply Paper: 1839-D. https://pubs.er.usgs.gov/publication/wsp1839D. 15 Maret 2017.

Powers, J.Patrick, (ed). 2007. Construction Dewatering and Groundwater Control New Methods and Applications Third Edition. John Wiley & Sons, Inc. USA.

PT.BC., 2005-2016. Data Curah Hujan BMO 2.

Reilly, T.E., 1984. The Principle of Superposition and Its Application in Ground-Water Hydraulics. U.S Geological Survey. https://pubs.er.usgs.gov/publication/ofr84459. 27 Juli 2017.

Seegmiller, Ben L., Horizontal Drains–Their Use in Open Pit Mine Dewatering, https://www.imwa.info/docs/imds_1979/IMDS1979_Seegmiller_258.pdf. 3 Oktober 2016.

Situmorang, R.L. dan Burhan, G., 1995. Peta Geologi Lembar Tanjungredeb, Kalimantan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Theis, C.V., 1935. The relation between the lowering of the piezometric surface and the rate and duration of discharge of a well using groundwater storage, Am. Geophys. Union

(11)

Trans., vol. 16, pp. 519-524. https://water.usgs.gov/ogw/pubs/Theis-1935.pdf. 15 Maret 2017.

Thomas, Larry., 1992. Handbook of Practical Coal Geology, John Wiley and Sons, New York. USA

Todd, D.K., Mays, Larry W., 2008. Groundwater Hydrology 3rd Edition, John Wiley & Sons,

Inc. USA.

USGS., 2017. New to MODFLOW. https://water.usgs.gov/ogw/modflow/new-start-here.html. 25 Agustus 2017.

Welch, Alan H., 2006. Ground-Water Flow Modeling by the U.S. Geological Survey in Nevada: Uses and Approaches.

Gambar

Tabel 1 Nilai hydraulic conductivity dan storage pada masing-masing litologi daerah penelitian Litologi K (m/hari) Ss Sy Eff.Por Tot.Por
Tabel 2 Nilai conductance pada drain hole No. ID drain hole Nilai konduktivitas (m 2 /hari) IDH 3 2 IDH 4 1 IDH 6 1
Gambar 4.2 Outflow pada Drain hole dari Hasil Simulasi Numerik
Gambar 4.3 Grafik Penurunan muka airtanah Skenario 1 dari Hasil Perhitungan.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Melalui program ini telah berhasil disusun perbaikan kebijakan uji profisiensi (KAN P-06). d) Pemeliharaan Mutual Recognition Arrangement (MRA)dengan organisasi Asia Pacific

Desain dalam penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan rancangan korelasional, dalam hal ini adalah hubungan antara persepsi anak terhadap keharmonisan orang tua

Definisikan prosedur-prosedur ( = SOP) yang berlaku dalam pusat data: prosedur keamanan (fisk/lojik), prosedur instalasi dan konfigurasi, prosedur pengoperasian, prosedur kontrol

Kegiatan inti, (1) siswa dibagikan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari seorang ketua, (2) guru menjelaskan pokok bahasan yang akan dipelajari; (3) guru

Dari masing-masing layanan mempunyai tugas yang berbeda-beda, namun dalam menangani korban kasus kekerasan tetap saling bekerjasama, (3) Peranan FPK2PA di

BILA MENCERMATI TUGAS DAN FUNGSI KESEJARAHAN TNI ANGKATAN UDARA SAAT INI DAN DIPERHADAPKAN DENGAN TUNTUTAN PERAN INSAN SEJARAH TNI ANGKATAN UDARA SEBAGAIMANA YANG TELAH DITEKANKAN

Sehingga penelitian yang berjudul Komparasi Pemahaman Konsep dan Generalisasi Matematika antara Student Research dan Direct Instruction Berbantuan Geometers’

3) untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang berdasarkan