• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di. dengan pusat perkantoran dan perumahan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di. dengan pusat perkantoran dan perumahan."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

47

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Tapak

Pemilihan tapak proyek berdasarkan lokasi yang sesuai dengan

peruntukan bangunan mixed-use kantor dan apartemen karena berada di

daerah yang mengalami kemacetan pada saat jam kerja. Tapak berada dekat

dengan pusat perkantoran dan perumahan.

4.1.1 Data Non-Fisik

Gambar 4.1 Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat (LRK) Sumber : www.tatakota-jakartaku.net

Data-data fisik lingkungan tapak yang terletak di Jalan Lingkar Luar

Barat, Puri Kembangan, Jakarta Barat adalah :

1. Suhu : 26-33º C

2. Kelembaban : 84 %

3. Orientasi Bangunan terhadap matahari : Barat daya

4. Arah Angin Sehari-hari : Tenggara dan Selatan

(2)

4.1.2 Data Fisik

Gambar 4.2 Lokasi Tapak di jalan Lingkar Luar Barat Sumber : Google Maps

Lokasi Tapak Jalan Lingkar Luar Barat, Puri Kembangan.

Peruntukan lahan : Kkt/Kpd

: (Karya Kantor/Jasa atau

Kantor Perdagangan).

Tipe masa Banggunan : Tunggal

Luas Tanah : 7490 m²

GSB : Barat → 15 m

Timur → 7 m

KDB : 55%

Luas Lantai yang boleh dibangun : 55% x 7490 m²

: 4119,50 m²

KLB : 3

Luas total bangunan yang boleh dibangun : 3 x 7490 m²

: 22.470 m²

(3)

Batas Area Lahan :

- Utara : Showroom Honda

- Timur : Tanah Kosong

- Barat : Jalan Raya

- Selatan : Showroom dan workshop Auto2000

Foto keadaan tapak

Gambar 4.3 Keadaan Tapak dan Sekitarnya 180º Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.1.3 Akses Kendaraan Umum Pencapaian Site

Lokasi tapak dilewati oleh beberapa angkutan umum B14 yang akan

melewati Daan Mogot, Kalideres, Puri Indah, Jln. Arjuna, Kedoya, Tanjung

Duren dan S.Parman; angkutan umum B04 yang akan melewati Kalideres,

Bojong, Meruya dan Kebun Jeruk; metromini 85 yang tujuannya berasal dari

terminal Kalideres sampai Lebak Bulus dan Kopaja P16 yang akan melewati

Tangerang, Ciledug, Puri Kembangan, dll.

Lokasi tapak juga berada dekat dengan area feeder busway yang terletak

pada Puri Kembangan dan terhubung dengan halte busway di Jalan Panjang.

Halte yang dilalui oleh feeder busway 1 adalah Taman Kota (koridor 3) –

(4)

4.1.4 Fasilitas Pada Sekitar Tapak

Gambar 4.4 Peta Radius Fasilitas sekitar Lokasi Tapak Sumber : Google Maps

Fasilitas-fasilitas sarana prasarana dan fasilitas penghubung yang ada

disekitar tapak dengan radius berdasarkan warna :

1. Hijau, Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat

2. Kuning dengan radius 0,5 KM

- Pompa Bensin Pertamina, Pintu Tol menuju Cengkareng, feeder

busway Puri Kembangan, Masjid 3. Oranye dengan radius 1 KM

- Area rekreasi Mall Puri Indah, rumah sakit Puri Indah Group, kantor

walikota, feeder busway Puri Indah, pompa bensin Shell, Gereja, pusat

pemadam kebakaran

4. Merah dengan radius 2 KM

- Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi

St.Moritz, berbagai sekolah nasional dan internasional, Jalur Busway

Koridor, Pintu Tol menuju Tangerang-Merak

5. Ungu dengan radius 3 KM

- Pusat perbelanjaan Hypermart, Restoran, Cafe, Tempat rekreasi,

(5)

4.2 Analisa Kebutuhan Ruang

Analisis aspek manusia bertujuan untuk mengetahui luasan dari tiap

kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh para pelaku kegiatan dalam bangunan

mixed-use kantor dan apartemen dan hubungan antar ruang yang dibutuhkan. 4.2.1 Analisis Luasan Ruang Apartemen

Analisis Perbandingan besaran Kamar Apartemen

Besarnya unit-unit yang ada didalam apartemen didapat melalui

perbandingan melalui tipe-tipe unit apartemen serupa yang sesuai dengan

kebutuhan penghuni apartemen saat ini. Jenis apartemen yang dibandingkan

merupakan apartemen menengah ke atas yang seluruhnya memiliki kesamaan

seperti perancangan apartemen pada penelitian ini, yaitu setiap kamar

memiliki taman pribadi.

Berikut adalah tabel luasan dan fasilitas yang tersedia pada kamar

apartemen St Moritz dan The Windsor:

Tabel 4.1 Perbandingan Luasan Apartemen

Pemilik Tipe Ruang Besaran

Ruang

St. Moritz (New Royal Suite

Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon 96 m²

(6)

St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) 2 Bed Room 2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon & Gudang

139 m²

Pemilik Tipe Ruang Besaran

Ruang

The Windsor 2 Bed Room

2 Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 111 m² St. Moritz (New Ambassador Suite Tower) 3 Bed Room 3 Kamar tidur 3 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balko Gudang 167 m² St. Moritz (Presidential Suite Tower) 3 Bed Room 3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 158 m²

The Windsor 3 Bed Room

3 Kamar tidur 2 Kamar Mandi 1 KT Pembantu Ruang Tamu Dapur R Makan Balkon Gudang 145 m²

(7)

Tabel 4.1 menunjukkan luasan dan ruang yang ada pada unit apartemen

saat ini. Semakin besar luas ruangan setiap unit apartemen, semakin luas

ukuran ruang yang ada didalamnya atau semakin bertambah kebutuhan ruang

yang dapat dipenuhi.

Analisis Perbandingan Luasan kamar apartemen dan taman

Dalam menentukan luasan taman yang ada pada hunian di dalam

apartemen, dilakukan studi banding terhadap besaran hunian dan taman

apartemen yang sudah ada sehingga dapat mengetahui perbandingan

luasannya. Berikut adalah perbandingan luasan hunian dengan taman pada

beberapa tipe apartemen :

Tabel 4.2 Perbandingan Luasan Hunian dan Taman

Apartemen Luas Total Luas Hunian & Taman Perbandi-ngan St.Moritz 509 m² 395 m² & 114 m² 1 : 3,5 The Windsor 295 m² 235 m² & 57 m² 1 : 4

(8)

357 m² 285 m²

& 72 m² 1 : 4

282 m² 256 m²

& 26 m² 1 : 9

Sumber : Hasil Olahan Pribadi 4.2.2 Program Ruang

Pembagian program ruang dalam bangunan mixed-use antara kantor

dan hunian apartemen didasari oleh luas total bangunan yang boleh dibangun

sesuai dengan ketentuana tapak ini yaitu sebesar ± 22.470 m². Berikut adalah

diagram pembagian program ruang dalam bangunan :

Tabel 4.3 Program Ruang

No. Ruangan Standar Ruang (m2/org) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) A Apartemen Hunian 70% 5.275 Tipe A 30 3-5 90-150 24 3600 Taman Tipe A 5 3-5 15-25 24 600 Tipe B 35 5-7 105-180 5 900 Taman Tipe B 5 5-7 25-35 5 175 Fasilitas 20% 2.348

(9)

Restoran 2 50-80 150-240 3 720 Dapur 2 15-25 30-50 3 150 Child Care 4 35 140 1 140 Lobby 2 400 800 1 800 Fitness 3 66 198 1 198 Spa 3 33 99 1 99 Toko 5 15 75 2 150 No. Ruangan Standar Ruang (m2/org) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) Kantor Apartemen 5 30 150 1 150 Marketing Office 8 15 120 1 120 Servis 10% 446.5 House 1.75 16 28 8 224 Laundry 6.25 10 62.5 1 62.5 Gudang 40 2 80 Ruang Karyawan 4 20 80 1 80

(10)

No. Ruangan Standar Ruang (m2) Kapasitas Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Luas Total (m2) B Kantor Kantor 70 % 3.600 Kantor 10 15-30 300 12 3.600 Fasilitas 25% 1.670 Lobby 2 350 700 1 700 Lounge 5 80 400 1 400 Kantin Karyawan 2 60 120 1 120 Ruang Meeting 4 6-15 24-60 9 450 Servis 5% 150 Pantry 4 5 20 1 20 Ruang OB 4 5 20 1 20

(11)

Janitor 2.5 2 5 2 10

Gudang 50 50 2 100

TOTAL LUASAN KANTOR 5.420

No. Ruangan Standar Ruang Kapasitas Luasan Ruang Jumlah Ruang Luas Total

C Fasilitas & Service Bangunan

Fasilitas 3.136 R. Serbaguna 2 100 200 1 200 Mini Market 4 20 80 1 80 Banking & ATM 3 40 120 1 120 Medical Emergency 3.5 10 35 1 35 Parkir Mobil 12.5 200 2500 2 2.500 Pakir Motor 2.5 50 125 1 125 Parkir Bus 28 2 56 1 56 Service 140 Ruang Mesin 80 80 1 80 Ruang M&E 40 40 1 40

(12)

Ruang

Sekuriti 20 20 1 20

TOTAL LUASAN FASILITAS 3.276

TOTAL LUAS BANGUNAN L. APARTEMEN + KANTOR + FASILITAS 9.088,5+ 5.420 + 3.276 = 17.784,5 +20 % SIRKULASI 21.341,5

(13)

4.2.3 Hubungan Antar Ruang

Gambar 4.5 Hubungan Antar Ruang Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Berikut adalah hubungan antar ruang yang tercipta. Fungsi dalam

bangunan berupa kantor dan apartemen akan dirancang terpisah sehingga

aktivitas kedua kantor ini tidak akan berpengaruh satu sama lain.

Masing-masing kantor dan apartemen akan memiliki lobby tersendiri untuk menerima

tamu ataupun penghuni apartemen sehingga tercipta privasi bagi

masing-masing akticitas. Sedangkan beberapa fasilitas dan area servis untuk kantor

dan apartemen dibuat menyatu sehingga dapat melayani kedua fungsi

(14)
(15)

4.3 Analisa Tapak

(16)
(17)
(18)

4.4 Analisa Zoning Zoning Horizontal

Pembagian zoning horizontal didasari oleh hubungan antar ruang,

bubble diagram, dan analisa lingkungan tapak yaitu matahari, kebisingan, sirkulasi, dan keramaian.

Gambar 4.6 Zoning Horizontal Sumber : Hasil Olahan Pribadi Keterangan :

Hunian Servis

Kantor Fasilitas Bangunan

Bangunan Sekitar

Dua jenis fungsi bangunan dalam tapak yaitu hunian dan kantor,

sehingga fungsi bangunan terpisah menjadi dua sisi yang berbeda dan tidak

akan saling terganggu dengan adanya aktivitas masing-masing pelaku

kegiatan. Fasilitas bangunan dan servis bangunan berada di antara hunian

dan kantor sehingga fasilitas dan servis dapat melayani kedua kegiatan yang

terjadi di dalam tapak. Fasilitas bangunan menjadi salah satu akses

penghubung antara kantor dan apartemen, sedangkan servis bangunan

diletakkan pada bagian belakang bangunan sehingga dekat dengan side

entrance. Side entrance disediakan khusus untuk kegiatan loading pada

(19)

Zoning Vertikal

Pembagian zoning area secara vertikal diperlukan sehingga hubungan

antar ruang berlangsung secara jelas dan terlihat bukan hanya secara

horizontal. Pembagian zoning secara vertikal dapat menjelaskan pembagian

ruangan yang tidak dapat dijelaskan oleh pembagian zoning horizontal.

Gambar 4.7 Zoning Vertikal 1 Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Pada Zoning vertikal terlihat bahwa fungsi parkir dan servis bangunan

diletakkan pada bagian paling dasar bangunan. Servis yang berada pada

bagian dasar bangunan (basement) digunakan untuk meletakkan mesin

generator, STP, ruang pompa dan ruangan lainnya. Sedangkan parkir

diletakkan pada dasar bangunan sehingga pengerasan tanah yang terjadi

pada lantai dasar karena adanya lahan untuk parkir dapat diminimalisir, hal

ini membuat area hijau dapat menjadi lebih luas.

Lobby berada di lantai dasar bangunan yang paling dekat dengan jalan

raya, sehingga seluruh pelaku kegiatan akan terlebih dahulu memasuki

lobby, kemudian berpencar ke letak kegiatan mereka masing-masing. Lobby

dibagi menjadi 2 yaitu lobby apartemen dan lobby untuk kantor. Terdapat

area penghubung pada bagian tengah bangunan yang akan berfungsi untuk

(20)

4.5 Analisa Jenis Tanaman

Berikut adalah kebutuhan panjang penyinaran cahaya matahari dan

pengelompokkan jenis tanaman kedalam 3 jenis yaitu Full Sun, Part Shade

dan Full Shade :

Tabel 4.5

Jenis Tanaman dan kebutuhannya terhadap penyinaran matahari

Nama Tanaman

Lama Penyinaran secara langsung

Jenis Tanaman

1. Cabai ± 6 jam Full Sun

2. tomat ± 7 jam Full Sun

3. Jeruk nipis ± 6 jam Full Sun

4.

Tomat Cherry

± 6 jam Full Sun

5.

Bawang merah

± 7 jam Full Sun

6. terong ± 8 jam Full Sun

7. seledri ± 6 jam Full Sun

8. sawi ± 6 jam Full Sun

9. anggur ± 6 jam Full Sun

10. jahe ± 5 jam Part Shade

(21)

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Pemilihan jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman dapur

hidup yang dapat digunakan untuk hunian apartemen. Tanaman yang

digunakan berjumlah 11 jenis tanaman dan dapat dilihat pada tabel 4.5 bahwa

setiap jenis tanaman memerlukan penyinaran cahaya matahari yang berbeda

dan setiap jenis tanaman dikelompokkan berdasarkan banyak atau sedikitnya

matahari yang dibutuhkan.

Dari 11 jenis tanaman yang digunakan pada apartemen, hanya terbagi

menjadi 2 kelompok jenis tanaman yaitu Jenis tanaman Full Sun dan Part

Shade dan tidak ada jenis tanaman dari golongan Full Shade, didapatkan bahwa:

1. Jenis tanaman Full Sun = 9 jenis tanaman

- Tanaman cabai, tomat, jeruk nipis, tomat cherry, bawang merah,

terong, seledri, sawi, dan anggur.

2. 2 jenis tanaman Part Shade = 2 jenis tanaman

- Tanaman jahe dan selada.

Sehingga jumlah kebutuhan luas lahan tanam yang dibutuhkan pada

hunian apartemen untuk menanam tanaman Full Sun dan Part Shade

memiliki perbandingan sebesar 9:2. Perbandingan ini akan menjadi acuan

pada perancangan bangunan supaya kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan

setiap tanaman mendapatkan pencahayaan yang dibutuhkan supaya dapat

(22)

4.6 Analisa Pembentukan Gubahan Massa

Pembentukan bangunan didasari oleh beberapa aspek yang

dipengaruhi oleh hasil dari analisa tapak yang telah dilakukan dan melalui

zoning perancangan. Kemudian setelah bentuk dasar gubahan massa

bangunan didapatkan, maka dilakukan analisa cahaya matahari terhadap

bangunan untuk menentukkan letak tanaman pada apartemen.

Analisa cahaya matahari pada bangunan dilakukan pada tanggal 21

maret dan 23 September dimana matahari berada di lintang 0º. Bentuk

gubahan massa akan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan cahaya

matahari dimana jenis tanaman yang digunakan diantaranya 9 tanaman full

sun (membutuhkan cahaya matahari minimal 6 jam) dan 2 tanaman part shade (membutuhkan cahaya matahari minimal 4 jam). Sehingga perbandingan kebutuhan area tanam bangunan yang disinari oleh matahari

adalah 9:2. Seluruh tahapan analisa matahari pada bangunan dengan

menggunakan software Ecotect terdapat pada lampiran 1.

(23)

Gambar 4.8 Tahap 1 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Bentuk massa awal yang akan digunakan adalah bentuk massa yang

mengikuti bentuk tapak nya sendiri yang telah disesuaikan dengan peraturan

GSB dan KDB yang ada. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan responsi

bangunan terhadap bentuk tapak dan pemanfaatan lahan yang menjadi lebih

maksimal dengan bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak.

Pembentukan Massa Tahap 2

Gambar 4.9 Tahap 2 Gubahan Massa

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Setelah mendapat bentuk massa awal, pada bagian dasar massa yang

telah didapatkan dibuat lebih ke dalam, hal ini sesuai dengan beberapa aspek

yang terdapat pada analisa tapak agar tapak dapat menerima

kendaraan-kendaraan yang datang dari luar ke dalam tapak menjadi lebih leluasa, tidak

menciptakan kemacetan pada dalam maupun luar tapak, juga terhindar dari

(24)

Pembentukan Massa Tahap 3

Gambar 4.10 Tahap 3 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Pada tahap ketiga ini, bagian atas dari massa bangunan diciptakan hal

yang serupa dengan massa bangunan pada bagian bawah yang terjadi pada

tahap 2. Dengan adanya kesamaan antara kedua sehingga tercipta

keseimbangan antara bagian atas dan bawah bangunan. Bagian dasar dan

atas bangunan dipisahkan oleh sebuah lantai yang lebih lebar dibandingkan

dengan lantai lainnya sebagai penanda dan juga pemisah fungsi antara

bagian bawah yang bersifat publik dan bagian atas yang bersifat private

seperti yang ada pada zoning. Selain itu bagian bangunan yang lebih lebar

terdapat pada lantai 2, sehingga memiliki fungsi lainnya yaitu dapat

menaungi bangunan pada lantai dasar, dapat menaungi aktivitas-aktivitas

yang terjadi pada lantai dasar dan menaungi kendaraan yang berada di

(25)

Pembentukan Massa Tahap 4

Gambar 4.11 Tahap 4 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Kemudian pada tahap empat, bangunan bagian atas dibagi menjadi

dua massa yang terpisah sesuai dengan zoning perancangan horizontal yang

ada untuk memisahkan fungsi antara kantor dan apartemen. Bukan hanya

massa pada bagian atas saja yang dipisah, melainkan massa bangunan pada

bagian bawah juga dibuat terpisah. Pembagian bangunan menjadi dua massa

terpisah ini membuat aktivitas yang terjadi pada kedua fungsi yang terdapat

pada bangunan mixed-use menjadi terpisah dan tidak mengganggu satu

sama lainnya.

Massa bangunan yang terpisah membuat entrance dan drop off pada

bangunan menjadi terpisah pula sesuai dengan tujuan pengguna bangunan

terhadap bangunan mixed-use yang dituju. Bangunan yang berada pada

bagian sebelah kiri (menurut gambar ini) akan berfungsi sebagai kantor,

sedangkan bagian sebelah kanan berfungsi sebagai apartemen sesuai dengan

(26)

Pembentukan Massa Tahap 5

Gambar 4.12 Tahap 5 Gubahan Massa

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Langkah selanjutnya yang diambil pada tahap lima ini adalah

menyesuaikan kemiringan muka bangunan terhadap arah pencahayaan

matahari, sehingga seluruh muka bangunan mendapatkan pencahayaan

matahari secara langsung selama beberapa saat. Panjang atau lamanya

penyinaran cahaya matahari secara langsung pada bangunan akan dianalisa

pada tahap berikutnya dengan menggunakan software Ecotect. Hasil analisa

lamanya penyinaran cahaya matahari terhadap bangunan akan

mempengaruhi keputusan dan pertimbangan letak tanaman dan jenis

tanaman yang dapat ditanam pada setiap sisi nya.

Setiap muka bangunan dibuat miring dengan bentuk yang semakin

keatas semakin mengecil, sehingga dapat menangkap cahaya matahari

dengan waktu yang lebih panjang. Pembentukan muka bangunan tidak

hanya dilakukan pada bagian apartemen saja, tetapi juga dilakukan pada

(27)

Pembentukan Massa Tahap 6

Gambar 4.13 Tahap 6 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Massa bangunan yang telah terbentuk pada tahap 5 dibagi menjadi 8

lapis sesuai dengan ketentuan dan peraturan bangunan yang berlaku. 8 lapis

tersebut terdiri dari 1 lapis lantai dasar bangunan yang digunakan sebagai

area penerima, kemudian lapis ke 2 merupakan massa yang lebih lebar dan

menjadi pemisah antara bagian dasar dan tower bangunan. Kemudian kedua

tower bangunan dibagi menjadi masing-masing 6 lapis.

Pembentukan Massa Tahap 7

Gambar 4.14 Tahap 7 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

(28)

Muka bangunan yang memiliki kemiringan pada tahap 6 dijadikan

bertangga seperti terasering dengan menyesuaikan kemiringan yang ada

sehingga setiap sisi bangunan tetap mendapatkan pencahayaan matahari

secara langsung pada bangunan. Bentuk terasering pada bangunan

menciptakan balkon-balkon yang akan menjadi area tanam penghuni

apartemen pada setiap balkon lantai unit apartemen. Bentuk bangunan ini

akan menjadi bentuk dasar penelitian panjang penyinaran cahaya matahari

secara langsung pada bangunan.

Pembentukan Massa Tahap 8

Gambar 4.15 Tahap 8 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Pada tahap 8 Massa bangunan kantor diperkecil sedangkan massa

bangunan hunian diperbesar. Hal ini bertujuan untuk menciptakan

persentase luasan ruang sesuai dengan yang dibutuhkan pada program ruang

dimana apartemen memiliki kebutuhan luasan ruang yang lebih banyak.

Secara tidak langsung, hal ini berpengaruh terhadap luasan bidang

penanaman pada bangunan apartemen. B

S T U

(29)

Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada

tahap 8 melalui adalah :

Tabel 4.6

Perbandingan Massa Tahap 8

Jam Penyinaran

Lama Penyinaran

Luas Area (m²)

Full Sun Part Shade

B 06.15-12.45 6 jam 30 menit 160 -

S 06.15-12.30 6 jam 15 menit 115 -

T 11.30-17.45 6 jam 15 menit 159 -

U 08.00 -17.45 9 jam 45 menit 139 -

Total Luas Area untuk

setiap jenis tanaman 570 -

Perbandingan Jenis Tanaman 11 0

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Setelah analisa dilakukan terhadap bangunan yang ada pada tahap 8,

didapatkan bahwa keseluruhan bangunan ini mendapatkan pencahayaan

matahari lebih dari 6 jam. Dimana panjang pencahayaan selama 6 jam dan

lebih dari 6 jam merupakan pencahayaan yang dibutuhkan untuk jenis

tanaman Full Sun, sehingga 2 jenis tanaman Part Shade yang ada tidak

dapat tumbuh dengan baik karena mendapatkan cahaya matahari yang

terlalu berlebih. Supaya tercipta area yang dapat ditumbuhi jenis tanaman

Part Shade maka harus ada bagian bangunan yang dirubah sehingga panjang pencahayaan matahari langsung pada bangunan dapat berkurang diantara

3-6 jam sesuai dengan kebutuhan panjang pencahayaan yang dibutuhkan jenis

(30)

Pembentukan Massa Tahap 9

Gambar 4.16 Tahap 9 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Dengan adanya perubahan yang dibutuhkan berdasarkan tahap 8,

maka pada tahap 9 ini terdapat satu sisi bangunan apartemen yang dirubah.

Sisi yang dirubah merupakan sisi selatan karena memiliki lama penyinaran

yang paling mendekati berdasarkan kebutuhan jenis tanaman Part Shade,

yaitu antara 3-6 jam dan merupakan sisi yang lebih kecil dibandingkan sisi

lainnya sehingga sesuai dengan perbandingan jenis tanaman part shade

yang lebih sedikit dibandingkan jenis tanaman full sun.

Responsi bangunan terhadap pencahayaan matahari langsung pada sisi

bangunan bagian selatan adalah dengan menambah massa bangunan pada

bagian ujung dan semakin keatas semakin bertambah. Dengan adanya hal

ini, bangunan bagian atas dapat menciptakan pembayangan pada bangunan

dibawahnya, sehingga lama pencahayaan matahari langsung pada bangunan

dapat diminimalisir dan menjadi lebih sesuai untuk penananaman jenis

tanaman Part Shade.

B

S T

(31)

Hasil penelitian perbandingan luas area balkon yang tercipta pada

tahap 9 melalui adalah :

Tabel 4.7

Perbandingan Massa Tahap 9

Jam Penyinaran

Lama Penyinaran

Luas Area (m²)

Full Sun Part Shade

T 06.15-12.45 6 jam 30 menit 154 -

S 06.15-10.00 3 jam 45 menit - 125

B 11.30-17.45 6 jam 15 menit 146 -

U 08.00 -17.45 9 jam 45 menit 135 -

Total Luas Area untuk

setiap jenis tanaman 435 125

Perbandingan Jenis Tanaman 8 3

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Dengan bentuk gubahan massa tahap 9, terjadi perbedaan

perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade yang

pada tahap sebelumnya 11:0 menjadi 8:3 seperti yang terlihat pada tabel 4.7.

Jumlah ini membuat luasan lahan untuk jenis tanaman Part Shade menjadi

bertambah pada sisi selatan dan membuat luasan lahan untuk jenis tanaman

Full Sun berkurang.

Tetapi perbandingan antara luas lahan untuk jenis tanaman Full Sun

dan Part Shade sebesar 8 : 3 masih belum sesuai dengan perbandingan

kebutuhan 9 : 2 yang diperlukan, sehingga perlu dilakukan

(32)

Pembentukan Massa Tahap 10

Gambar 4.17 Tahap 10 Gubahan Massa Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Supaya membuat luasan untuk tanaman Part Shade menjadi

berkurang dan sesuai dengan perbandingan kebutuhan 9:2, maka bidang

yang merupakan bidang untuk penanaman tanaman Part Shade, dibuat

mengecil. Secara tidak langsung, dengan berkurangnya bidang penanaman

tanaman Part Shade membuat bidang penanaman Full Sun menjadi

bertambah.

Dengan bentuk gubahan massa seperti pada gambar 4.17 dengan

perbandingan luasan bidang untuk tanaman Full Sun dan Part Shade

menjadi 9:2 (terdapat pada tabel 4.9). Jumlah ini sesuai dengan kebutuhan

dari penggunaan jenis tanaman pada hunian apartemen, sehingga gubahan

massa tahap 10 menjadi acuan pada skematik perancangan. B

S T

(33)

Berikut ini adalah gambar area bangunan apartemen yang terkena

sinar matahari yang didapatkan dengan menggunakan software Ecotect :

Tabel 4.8

Pencahayaan Matahari pada Bangunan

Jam Sisi Selatan-Timur Sisi Barat-Utara

06.15

09.00

12.00

15.00

(34)

Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Hasil penelitian panjang penyinaran matahari langsung pada setiap

sisi bangunan yang didapatkan melalui software Ecotect adalah sebagai

berikut :

Gambar 4.18 Bangunan dan area penyinaran 1 Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Gambar 4.19 Bangunan dan area penyinaran 2 Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Gambar 4.18 menunjukkan sisi barat yang diwarnai dengan warna

kuning dan sisi selatan bangunan dengan warna merah. Sedangkan gambar

4.19 menunjukkan sisi utara bangunan yang diwarnai dengan warna hijau

dan sisi timur bangunan yang berwarna biru. Gambar 4.20 menunjukkan ke

4 sisi melalui bagian atas sehingga menunjukkan letak masing-masing

(35)

Gambar 4.20 Bangunan dan area penyinaran tampak atas Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Setiap sisi mendapatkan panjang penyinaran matahari langsung secara

berbeda sesuai dengan arah orientasi sisi bangunan terhadap sudut arah

cahaya matahari. Data panjang penyinaran dan perbandingan 9:2 yang

didapatkan dijelaskan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Perbandingan Massa Tahap 10

Jam Penyinaran

Lama Penyinaran

Luas Area (m²)

Full Sun Part Shade

B 11.30-17.45 6 jam 15 menit 285 -

S 06.15-09.45 3 jam 30 menit - 176

T 06.15-12.15 6 jam 0 menit 279 -

U 08.00-17.45 9 jam 45 menit 184 -

Total Luas Area untuk

setiap jenis tanaman 748 186

Perbandingan Jenis Tanaman 9 2

(36)

4.7 Analisis Sistem Struktur

Gambar 4.21 Ilustrasi Balok Transfer Sumber : Ilustrasi Pribadi

Penggunaan struktur pada perancangan bangunan ini merupakan

sistem struktur portal yang biasa digunakan pada bangunan lainnya. Tetapi

terdapat beberapa bagian dari bangunan ini yang menggunakan sistem balok

transfer. Penggunaan balok transfer digunakan supaya dapat menyesuaikan

dengan perancangan bangunan yang bentuknya merupai terasering, sehingga

pada bagian bangunan yang bentuknya menyerupai terasering digunakan

balok transfer yang sumbu nya berubah semakin mendekati inti struktur atau

core yang berada di tengah bangunan. Jarak pergeseran kolom tidak memiliki jarak yang sama, namun setiap pergeseran disesuaikan jaraknya dengan

bentuk bangunan dan memperhatikan efisiensi penggunaan ruang dan

(37)

4.8 Analisis Sistem Utilitas Bangunan

4.8.1 Pengolahan dan penyaluran air serta pembuangan limbah

Gambar 4.22 Sistem Utilitas Air Bersih Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Jalur Distribusi air bersih menggunakan dua jenis reservoir, reservoir atas

yang mendistribusikan air untuk lantai 1-8 sedangkan rservoir bawah yang

mendistribusikan air untuk lantai basement. Air untuk penyiraman tanaman

didapatkan melalui reservoir atas dengan distribusi air pada setiap lantai. Air

untuk penyiraman tanaman didapatkan melalui air hujan dan blackwater yang

(38)

Gambar 4.23 Sistem Utilitas Pembuangan Sumber : Hasil Olahan Pribadi

(39)

4.8.2 Sistem PenyiramanTanaman

Terdapat beberapa lapisan pada setiap balkon yang digunakan sehingga

tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sistem penyiraman otomatis juga

merupakan salah satu hal yang diperhatikan sehingga penghuni tidak perlu

menyiram tanaman mereka setiap hari kecuali tanaman yang membutuhkan

perlakuan khusus.

Gambar 4.24 Sistem Penyiraman Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Pada bagian bawah balkon terdapat jalur utilitas untuk penyiraman

tanaman secara otomatis. Terdapat sprinkler yang ditanam diantara bangunan

yang terhubung dengan saluran drainase. Pada ujung balkon didekat railing

terdapat saluran drainase yang dapat menampung air sehingga air yang tidak

sepenuhnya diserap oleh tanaman tidak meluap melainkan masuk ke saluran

(40)

4.8.3 Proteksi Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran berfungsi tempat perlindungan yang digunakan

oleh pengguna bangunan apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat. Proteksi

kebakaran ini berupa proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler. Sprinkler

disediakan setiap lantai dan adanya tangga darurat diharapkan mampu

menanggulangi kejadian. Jarak radius maksimal untuk mencapai tangga darurat

adalah 30 meter. Berikut adalah gambar letak tangga darurat pada bangunan

beserta jarak dari bagian dari bangunan menuju tangga darurat :

Gambar 4.25 Letak Tangga Darurat Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Tangga Darurat dibagi menjadi dua sisi terletak pada masing-masing tower

bangunan. Tangga darurat yang berada di setiap massa bangunan letaknya ± 28 m ± 27 m ± 20 m ± 25 m ± 30 m ± 23 m ± 28 m ± 21 m ± 27 m

(41)

berada di tengah-tengah tower. Dengan letak sisi bangunan terhadap pintu

masuk tangga darurat sejauh 30 m.

4.8.4 Penangkal Petir

Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini

mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang

terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut

perlindungannya dalam radius 125 m.

Gambar 4.26 Letak Penangkal Petir Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Perancangan ini memiliki 2 tower yang terpisah pada bagian kiri dan

kanan, sehingga pada masing-masing tower diletakkan penangkal petir.

Penangkal petir tersebut diletakkan pada bagian tengah dari masing-masing

tower di lantai paling atas (atap). Jarak terjauh radius bangunan terjauh terhadap

penangkal petir yang berada pada bagian tengah tower pada perancangan ini

adalah sekitar 30 m. Yang masih berada dalam lingkup perlindungan penangkal

(42)

4.8.5 Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan sampah pada perancangan ini menggunakan sistem

shaft yang menyediakan sebuah ruangan shaft dari lantai paling atas sampai

dengan lantai dasar. Di setiap lantai apartemen terdapat shaft tersendiri untuk

membuang sampah setiap penghuni apartemen.

Gambar 4.27 Diagram Distribusi Pembuangan Sampah Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Gambar 4.28 Shaft Pembuangan Sampah Sumber : Hasil Olahan Pribadi

Shaft pembuangan sampah pada bangunan ini terletak didalam core, dekat

(43)

yang dapat digunakan untuk membuang sampah ke tempat penampungan

Gambar

Gambar 4.1  Lokasi Tapak di Jalan Lingkar Luar Barat (LRK)  Sumber : www.tatakota-jakartaku.net
Gambar 4.2  Lokasi Tapak di jalan Lingkar Luar Barat   Sumber : Google Maps
Foto keadaan tapak
Gambar 4.4  Peta Radius Fasilitas sekitar Lokasi Tapak   Sumber : Google Maps
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR TABEL... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Hipotesis Penelitian ... Defenisi Operasional Variabel ... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... Kajian Pustaka

Model Implementasi kebijakan pengembangan ilmu berparadigma Islami sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan tujuan konversi IAIN Susqa Pekanbaru ke UIN Suska

Sedangkan koordinasi dengan dinas instansi terkait dalam pelaksanaan program kegiatan perlu juga kiranya susunan rencana kerja secara berkala antar pejabat dinas

Tanggapan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin terhadap tayangan Ini Talkshow menyatakan sesuai, baik secara keseluruhan maupun kategorisasi

Selanjutnya Model Ekspektasi Adaptif menggunakan variabel lag dan memberikan peran yang penting pada periode sekarang untuk dihasilkan pada periode yang akan datang,

Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan denganmelakukan pengkajian,

Panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, dan dalam dada, merupakan ukuran tubuh yang memiliki korelasi tertinggi dengan bobot badan pada domba Garut tangkas,

Latihan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan kelenturan merupakan suatu komponen latihan fisik yang tidak dapat dipisahkan di dalam futsal, untuk mendapatkan