• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP) DALAM MENGATASI GAGAL PANEN DI KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ASURANSI USAHA TANI PADI (AUTP) DALAM MENGATASI GAGAL PANEN DI KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

Oleh:

SUPRIANDI

Nomor Induk Mahasiswa : 105611126516

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ASURANSI USAHA TANI

PADI (AUTP) DALAM MENGATASI GAGAL PANEN DI

KECAMATAN LIBURENG KABUPATEN BONE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun dan diajukan oleh:

SUPRIANDI

Nomor induk mahasiswa : 105611126516

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iii Nama Mahasiswa : Supriandi Nomor Induk Mahasiswa : 105611126516

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar proposal penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 21 Januari 2020

Yang Menyatakan,

(6)

iv

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsiyang berjudul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”.

Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan dari penyusunan skripsi ini berkat bimbingan, bantuan, dan saran-saran dari beberapa pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimah kasih kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa mendo’akan, mendukung, dan memberikan motivasi yang tiada henti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Jaelan Usman, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Riskasari, S. Sos.,M.APselaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas MuhammadiyahMakassar

(7)

v Makassar

Seluruh pemerintah Kabupaten Bone khusunya para aparatur Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng, yang telah banyak membantu kemudahan serta kelancaran dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini.

6. Teman- teman kelas seperjuangan Ilmu Administrasi Negara terimakasih untuk segala cerita, kenangan dan kebersamaannya selama ini.

7. Seluruh mahasiswa fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 04 November 2020

(8)

vi

Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

Penelitian ini memiliki tujuan mendeskripsikan serta menjelaskanImplementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara untuk mendeskripsikan serta menjelaskan Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.Informan dari penelitian ini meliputi Kepala PPK, PPL, Kelompok tani dan petani.Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikaji dengan menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone: Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek (1) komunikasi yakni bentuk sosialisasi sudah terlaksana dengan baik di 20 Desa yang ada di kecamatan Libureng, (2) sumber daya, sumber daya telah memadai dari segi sumber daya pelaksana, namun masih terbatas dari sumber daya dari segi peserta AUTP, (3) disposisi para implementor sudah bekerja dengan baik berdasarkan standar yang ada dalam pedoman AUTP , dan (4) struktur birokrasi dalam segi struktur birokrasi tidak ada jabatan yang kosong dan telah terisi sepenuhnya

(9)

vii

HALAMAN PERNYATAAN ... .iii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... .vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... .ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Pengertian Implementasi Kebijakan ... 13

C. Pengertian Asuransi ... 18

D. Konsep Asuransi Usaha Tani Padi ... 20

E. Kerangka Pikir ... 24

F. Fokus Penelitian ... 26

G. Deskripsi Fokus ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 29

(10)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

B. Pembahasan Dan Hasil Penelitian ... 40

BAB VPENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran... 75

(11)

viii

Tabel 1.2 Daftar Petani Yang Pernah Menerima Bantuan AUTP………4

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 30

Tabbel 4.1 Jumlah Desa ... 36

Tabel 4.2 Daftar Desa Yang Telah Masuk Pada Tahap survei Program

AUTP……… 54

(12)

ix

Gambar 4.1 Sketsa Peta Kecamatan Libureng ... 35

Gambar 4.2 Struktur Organisasi ... 39

Gambar4.3 mekanisme pelaksanaan AUTP ... 46

Gambar 4.4 Sosialisasi Program AUTP ... 56

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Asuransi Usaha Tani Padi dibentuk oleh Kementrian Pertanian atas dasar Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Dalam regulasi tersebut Pasal 39 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa sesuai dengan kewenanganya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah memfasilitasi setiap petani menjadi peserta Asuransi. Salah satu bentuk fasilitas tersebut adalah bantuan pembayaran premi, bantuan tersebut berasal dari APBN dan APBD yang telah ditindak lanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Pertanian nomor 40 Tahun 2015 tentang Fasilitas Asuransi Pertanian.

Asuransi Usaha Tani sangatlah penting bagi para petani karena AUTP bertujuan untuk melindungi para petani dari berbagai resiko dari usaha taninya.Asuransi pertanian merupakan pengalihan resiko yang dapat memberikan jaminan ganti rugi akibat kerugian usaha tani sehingga keberlangsungan usaha tani dapat terjamin. Melalui asuransi usaha tani petani akan mendapatkan jaminan terhadap kerusakan tanaman akibat kekeringan, banjir, serta serangan hama dan penyakit tumbuhan,sehingga petani akan mendapatkan ganti rugi sebagai modal kerja untuk keberlangsungan usaha lainnya, (www.pertanian.go.id).

Pelaksanaan Asuransi pertanian melibatkan berbagai pihak, adapun mekanisme pelaksanaan AUTP (pedoman bantuan premi, 2019) yaitu Dinas Pertanian di Provinsi akan mencatat calon petani maupun calon lokasi, selanjutnya Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, yang kemudian UPTD Kecamatan dengan PPL

(14)

dari pihak UPTD Kecamatan akan memberikan data untuk calon peserta yang akan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan pihak pelaksana perusahaan asuransi yaitu PT jasindo, selanjutnya petani akan mendapatkan sertifikat polis, kemudian pihak asuransi akan melaporkan kuitansi kepada dinas pertanian Kabupaten/kota, selanjutnya pihak Asuransi akan menagih bantuan premi kepada Kementan Ditjen PSP, dan Asuransi pelaksana akan mendapatkan pembayaran bantuan premi asuransi dari Kementan Ditjen PSP.

Pendaftaran AUTP dilaksanakan satu bulan sebelum musim tanam akan dimulai, kelompok tani akan didampingi oleh PPL dan UPTD Kecamatan mengisi formulir sesuai dengan formulir yang telah disediakan. Premi AUTP untuk saat ini 3%, berdasarkan besar biaya input AUTP sebesar enam juta rupiah per hektar per musim tanam. Bantuan pemerintah sebesar 80% sekitar 144 ribu rupiah per hektar per musim tanam, dan petani membayar premi swadaya sebesar 20% atau sebesar 36 ribu rupiah per hektar per musim tanam, (www.pertanian.go.id).

Asuransi Usaha Tani Padi di Kecamatan Libureng dimulai pada Tahun 2018, untuk musim tanam Oktober 2018- Maret 2019.Program AUTP sudah 2 tahun dilaksanakan di kecamatan libureng, tentu program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat di Kecamatan Libureng karena memiliki lahan sawah terluas di Kabupaten Bone dengan luas 10.016 ha.(Data yang diambil saat observasi awal).

Adanya program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kecamatan Libureng diharapkan mampu membantu petani dengan menjadikan petani jadi mandiri yang tidak hanya bergantung program-program yang bersifat bantuan sehingga program

(15)

Sehingga petani bisa melihat kesempatan peluang untuk membantu modal kerja pada musim pertanaman berikutnya apabila terjadi resiko gagal panen atau resiko lainya.

Tabel 1.1

Daftar kelompok Tani Yang Terdaftar AUTP Untuk Musim Tanam

Oktober 2018-Maret 2019

N0 Desa Nama Kelompok Tani Nama Ketua kelompok Tani Luas Lahan (ha) Jumlah premi (RP) 1 Bune Patironge Amiruddin 25 900.000 Caloppeng Darwis 25 900.000 Sipatuo 2 H. Udding 25 900.000 Sipatuo 4 Halimun 25 900.000 Tawarae Tasbih 25 900.000 Sejahtera Hasbi 25 900.000 2 Poleonro

Sipamase mase Abd. Jafar 12 432.000

Siamasei Sapuddin 10 360.000

Lembah Harapan Arape 15 540.000

Uru Jumana 10 360.000

Mamminasae 1 Halim 13 468.000

Mamminasae 2 H.A. Rasultan 10 360.000

Kaluppang H. Baharuddin 10 360.000

Sipatokkong Mursalam 10 360.000

Mekar Basri 12 432.000

3 Mario

Batu Tokkong Harianto 17 612.000

Pada Elo A. Sulaeman 19 684.000

Mali Siparappe Suardi M 23 828.000

Ammateng Otae Abd. Hadi 21 756.000

Maroangin A. Ardi 22 792.000

(16)

Allangirenge Suheli 25 900.000

Pammase Syarif H 17 612.000

Sipakaenre Nurdin 21 756.000

Jumlah 454 16.344000

Kelompok Tani yang terdaftar Asuransi Usaha Tani Padi untuk musim tanam Oktober 2018- Maret 2019 yang terdiri dari 3 Desa dengan jumlah petani sebanyak 316 petani yaitu, 1. Desa Bune dengan jumlah 6 kelompok, luas lahan 150 ha dan jumlah premi Rp. 5.400.000.2. Desa Poleonro dengan jumlah 9 kelompok tani, luas lahan 102 ha dan jumlah premi Rp. 3.512.000. 3. Desa Mario dengan jumlah 10 kelompok tani, luas lahan 202 ha dan jumlah premi Rp. 6.436.000. Adapun jumlah keseluruhan lahan kelompok tani yang terdaftar di AUTP dari 3 Desa dengan lahan 454 ha dengan jumlah premi Rp. 16.344.000.(Data yang diambil saat observasi awal).

Berikut data petani yang pernah mengalami gagal panen dan menerima bantuan program AUTP:

Tabel 1.2

Daftar Petani Yang pernah Mengalami Gagal Panen dan menerima

bantuan AUTP di Kecamatan Libureng

No Nama Petani Desa Luas Lahan/ha Kelompok Tani

1 A. Nawir Bune 1.5 Sipatuo 2

2 H. A. Mappalewa Poleonro 1 Siamasei

(17)

5 Abd. Kadir Mario 1 Sipakaenre

6 Iskandaria Mario 1.5 Pammase

7 Sofyan Mario 1 Pammase

8 Abdul Jabbar Mario 1 Allangirengge

9 Amiruddin Mario 1.25 Sipakatau

10 A. Syamsuddin Mario 1 Maroanging

Permasalahan yang terjadi pada Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone adalah Kurangya sosialisasi dari pihak Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Libureng sehingga banyak kelompok tani tidak mengetahui mekanisme pelaksanaan AUTP, banyaknya lahan kelompok tani yang tidak di klaim oleh pihak BPP yang disebabkan lahan tersebut jauh dari area perairan. (Data yang diambil saat observasi awal)

Dapat dilihat bahwa dari 20 desa yang terdapat di Kecamatan Libureng baru 3 desa yang tersentuh AUTP. Dengan adanya program Asuransi Usaha Tani Padi yang sudah berjalan selama 2 tahun terakhir, dan tingkat kegagalan panen di Kecamatan Libureng tinggi saat musim kemarau. Dari masalah tersebut layak dikaji menggunakan teori Edward III.

Menurut Edward III terdapat empat variabel yang saling berkaitan dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Adapun model Edward

(18)

4.Struktur birokrasi. (Agustino, 2012: 150).

Sesuai dengan permasalahan kurangnya sosialisasi BPP mengenai Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “ Implemetasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi ( AUTP)

Dalam Mengatasi Gagal Panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka peneliti mengambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone?.

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian yang telah diungkapkan , maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk menghasilkan gambaran implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan kajian dan mengevaluasi Implementasi kebijakan AsuransiUsaha Tani Padi dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Memberikan masukan dan kontribusi pemikiran mengenai metode dalam pelaksanaan kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi.

(19)

implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen.

4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Asuransi Usaha Tani Padi.

(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penulisan penelitian ini mengambil tiga rujukan penelitian sebelumnya sebagai pedoman bagi peneliti yang sangat berguna dan memiliki manfaat yang begitu besar, adapun penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Nurisha Iqlyma (2019)

Nurisha Iqlyma adalah Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengambil jurusan Ilmu Administrasi Negara.Penelitian yang dilakukan mengambil judul Implementasi Asuransi Usaha Tani Padi Di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang Pada Tahun 2019. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah PT Jasindo tidak evektif dalam melakukan pengecekan pada lahan yang mengalami kerusakan, dan sosialisasi mengenai program asuransi usaha tani belum optimal.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jalanya program Asuransi Usaha Tani di Kecamatan Ciruas Kabupaten serang.

Penelitian ini berguna memperbanyak ataupun memperluas khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, serta diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan Ilmu administrasi Publik terutama pada bidang pendidikan. Kesimpulan penelitian Nurisha Iqlyma yaitu:

a. Kepentingan bagi program asuransi usaha tani yaitu dalam bidang pertanian sebagian besar usaha tani merupakan usaha pertanian berskala

(21)

kecil, yang kurang mampu memberikan perlindungan bagi usahanya dengan mandiri. Serta dalam perkembangan dibidang usaha pertanian dihadapkan resiko yang disebabkan oleh serangan organisme penggangu tumbuhan dan bencana alam.

b. Program Asuransi Usaha Tani Padi ingin mencapai perubahan pemikiran petani, yaitu petani yang semula jika mengalami gagal panen atau mengalami kerusakan mereka meminjam ke rentenir.

c. Memberikan masukan kepada petani agar kedepanya petani dapat mengikuti program asuransi usaha tani padi dengan kesadaran sendiri, dalam memeberikan masukan tersebut pemerintah memberikan 50 hektar lahan sawah secara gratis bagi kecamatan ciruas yang dibiayai oleh APBD setelah disubsidi 80% oleh APBN.

d. Yang membuat Program Asuransi Usaha Tani terhambat di Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang yaitu: 1) Bentuk pemikiran petani yang sulit untuk diubah ketikan lahan pertanian mereka mengalami kerusakan, petani masih meminjam modal untuk penanaman berikutnya. 2) Petani masih melihat pengalaman sebelumnya yang telah terjadi, ketika PT jasindo tidak ada kejelasan untuk melakukan pengecekana kelapangan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Nurisha Iqlyma dengan peneliti terdapat pada rumusan masalah, dan teori yang di gunakan Nurisha Iqlyma menggunakan teori Merilee S. Grindlee sedangkan peneliti mnggunakan teori Edward III.

(22)

2. Penelitian oleh M. Bagus Prayuda (2017).

Penelitian yang dilakukan oleh M. Bagus Prayuda salah satu Mahasiswa Universitas Lampung Prodi Ilmu Administrasi Negara dengan mengambil judul, Implementasi Program Asuransi Usaha Tani Padi Provinsi lampung, pada tahun 2017. Penelitian ini mengangkat permasalahan P3H pusat dibubarkan sehingga mengakibatkan dana kegiatan dipangkas dan sangat mempengaruhi program AUTP sehingga program ini tidak mencapai target. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan gambaran implementasi kebijakan asuransi usaha tani padi di provinsi lampung, penelitian ini menggunakan teori dari Edward III dan metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Manfaat penelitian M. Bagus Prayuda yaitu: a. Manfaat teoritis, adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memberikan kajian tentang kinerja implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani pada Provinsi Lampung.b. Manfaat Praktis, manfaat Praktis dari penelitian ini yaitu untuk menyalurkan konstribusi pemikiran metode dalam melaksanakan kebijakan asuransi usaha tani. Adapun kesimpulan penelitian M. Bagus Prayuda yaitu:

a. Faktor Komunikasi, adanya ketua kelompok tani yang belum mendapatkan sosialisasi, sehingga prosedur premi asuransi usaha tani yang di berikan oleh pemerintah tidak di ketahui oleh kelompok tani tersebut. Sehingga implementasi Asuransi Usaha Tani Padi Di Provinsi Lampung belum tersalurkan dengan baik.

(23)

b. Faktor Sumber daya, Kuantitas agen marketing PT Jasindo kurang memadai sehingga sumber daya belum memenuhi kapasitas untuk menunjang berjalanya program asuransi usaha tani.

c. Faktor Disposisi Pelaksana, ditemukanya agen pelaksana yang pasif dan secara umum tidak mendapatkan insentif sehingga dapat disimpulkan pada aspek disposisi sikap agen belum terpenuhi hal tersebut berpengaruh pada kemampuan para agen pelaksananya dalam menyikapi maupun melaksanakan kebijakan asuransi usaha tani.

d. Faktor Struktur Birokrasi, Aspek struktur Birokrasi dapat disimpulkan bahwa aspek birokrasi ini belum terpenuhidisebabkan agen pelaksana ada yang tidak mendapatkan SOPs dan adapun yang mendapatkan namun sukar untuk merealisasikan. Sehingga kinerja struktur birokrasi belum bisa maksimal sesuai yang digariskan sebelumnya.

Perbedaan penelitian oleh M, Bagus Prayuda dan Peneliti adalah terdapat pada fenomena masalahnya dimana pada penelitian Bagus Prayuda fenomena masalahnya yaitu dibubarkannya P3H pusat sehingga menimbulkan masalah permodalan untuk pelaksanaan kebijakan terhenti dan target yang sudah ditentukan tidak tercapai, sedangkan peneliti fenomena masalahnya yaitu kurangnya sosialisasi AUTP di Kecamatan Libureng.

(24)

3. Penelitian oleh Osi Deka Saputri (2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Osi Deka Saputri, Mahasiswa Insitut Agama Islam Negeri Tulungagung pada tahun 2019 Jurusan Ekonomi Syariah mengambil Judul penelitian Penerapan Asuransi Usaha Tani Padi Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Petani Di Kabupateng Tulungagung. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dengan Tujuan penelitan Osi Deka Saputri yaitu, untuk menjelaskan dan mengetahui program AUTP dalam upaya meningkatkan kualitas petani di kanupaten tulungagung, untuk mengetahui faktor yang menunjang dan faktor apa saja yang menghambat AUTP dalam meningkatkan kesejahteraan petani Tulungagung. Jenis penelitian ini yaitu menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode atau dengan pendekatan studi kasus.

Manfaat penelitian yang dilakukan oleh Osi Deka Saputri Yaitu: a. Manfaat teoritis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pada dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk petani, agar dapat memberikan masukan mengenai pelaksanaan AUTP serta hambatan yang dapat terjadi dalam penerapan kebijakan tersebut.

2) Untuk Dinas pertaian Tulungagung, peneliti mengharapkan agara memberi masukan kepada dinas pertanian dalam upaya

(25)

meningkatkan kesejahteraan petani. Khususnya penerapan program Asuransi Usaha Tani Padi.

3) Untuk akademis, Peneliti mengharapkan dengan penelitian ini bisa menambah pembendaharaan di perpustakan IAIN Tulungagung. 4) Bagi Peneliti Selanjutnya, peneliti mengharapkan penelitian ini

mampu memberikan informasi dan menambah penegetahuan untuk melakukan penelitian yang sama.

Perbedaan Penelitian Osi deka Saputri dengan penelitan yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendekatan yang di lakukan pada jenis penelitian, penelitian Osi Deka Saputri menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode pendekatan studi kasus sedangan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi.

B. Pengertian Implementasi Kebijakan

1. Definisi Implementasi Kebijakan

Impelementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia mengartikan implementasi merupakan pelaksanaan atau penerapan, sedangkan pengertian implementasi dalam artian umum merupakan suatu tindakan dalam melaksanakan suatu program yang sudah di rencanakan dengan matang yang disusun secara teliti, (https://alihamdan.id/implementasi/). Implementasi berasal dari bahasa Inggris (to Implement) yang artinya mengimplementasikan. Implementasi merupakan kegiatan yang telah di rencanakan dan sudah dilakanakan dengan mengacu pada peraturan tertentu guna mencapai tujuan yang sudah di rencanakan, (https://alihamdan.id/implementasi/)

(26)

Grindle (Mulyadi, 2015: 47) mendefinisikan implementasi sebagai proses umum tindakan administratif yang mampu diteliti pada tingkat program tertentu. Sedangkan menurut Ekawati (Taufik dan Israil, 2013: 136) implementasi yaitu mencakup tindakan seseorang atau kelompok privat ataupun publik yang langsung pada pencapaian tujuan dalam keputusan kebijakan yang telah ditetapkan.

Implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (Taufik dan Israil, 2013: 136) mendefinisikan implementasi sebagai tindakan yang dilakukan dalam keputusan sebelumnya, tindakan ini mencakup usaha-usaha dalam mengubah suatu keputusan menjadi sebuah tindakan-tindakan pada janga waktu tertentu, serta dalam rangka melanjutkan aktivitas dalam mencapai perubahan besar maupun kecil yang sudah ditetapkan oleh keputusan kebijakan yang dilakukan oleh suatu organisasi publik yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Gordon (Mulyadi, 2015: 24) mendefinisikan implementasi merupakan kegiatan yang diarahkan untuk realisasi program.

Dari penjelasan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan tidak akan bisa dimulai sebelum semua tujuan dan sasaran kebijakan yang sudah diidentifikasi ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok organisasi untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan telah ditetapkan.

(27)

2. Teori-Teori Implementasi Kebijakan

Adapun teori implementasi kebijakan dari beberapa ahli yaitu:

Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier, menurut Mazmanian dan Sabatier (Subarsono, 2011: 94) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi suksesnya implementasi, yaitu: bentuk kebijakan atau undang-undang, karakteristik dari sebuah masalah, dan faktor lingkungan.Model Implementasi menurut Mazmanian dan paul Sabatier disebut dengan model kerangka analisis implementasi. Dalam model tersebut mereka mengklasifikasikan proses imlementasi kedalam tiga faktor yaitu: Pertama, Faktor Independen, yakni mudah atau sulitnya masalah diatasi yang berkenaan dengan masalah teknis pelaksanaan, teori, keragaman obyek, serta bentuk perubahan yang diinginkan. Kedua, Faktor Intervening, merupakan kemampuan dalam menstrukturkan proses implementasi dengan jelas dan konsisten, kesamaan hierarki diantara lembaga pelaksana, serta kebijakan oleh lembaga pelaksana. Ketiga, Faktor diluar kebijakan, yaitu faktor yang mempengaruhi proses implementasi berkenaan dengan kondisi ekonomi dan teknologi, dukungan publik, sikap dari konsituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, sikap konsisten dari pejabat pelaksana dan kuliatas kepemimpinan.

Teori George C. Edward III berpendapat bahwa keberhasilan Implementasi kebijakan di pengaruhi oleh empat faktor (Subarsono, 2011: 90-92). Yaitu:

a. Komunikasi, Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dipengaruhi oleh seorang implementor, seorang implementor diwajibkan mengetahui target fokus dan sasaran kebijakan yang harus disampaikan

(28)

kepada kelompok sasaran, mengetahui apa yang harus dikerjakan, sehingga mampu mengurangi bentuk penyimpangan dalam implementasi kebijakan.

b. Sumber daya, jika implementor mengalami kekurangan sumber daya walaupun isi semua kebijakan sudah disampaikan dengan jelas dan konsisten oleh implementor, maka implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya tersebut biasanya berwujud kompetensi implementor dan sumber daya finansial.

c. Disposisi, disposisi merupakan karakter yang dimiliki seorang implementor seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki sifat yang baik maka keberhasilan implementasi kebijakan pun tinggi, dan implementor mampu mengerjakan kebijakan dengan efektif seperti yang diharapkan pembuat kebiajakan. Namun sebaliknya jika implementor memiliki sikap yang bersebrangan dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan tidak bisa berjalan sesuai yang diinginkan pembuat kebijakan.

d. Struktur Birokrasi, apabila struktur organisasi terlalu penjang maka birokrasi akan mengalami prosedur yang rumit dan kompleks, oleh karena itu struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure dan Fragmentasi.

Teori Merilee S. Grindlee, Kesuksesan Implementasi kebijakan oleh Grindlee disebabkan oleh dua faktor (Subarsono, 2011: 93), yaitu:

(29)

a. Isi kebijakan (Content of Policy)

b. Lingkungan Implementasi (Context of Implementation)

Faktor tersebut melingkupi manfaat yang diperoleh target group, sejauh mana kepentingan organisasi sasaran tercantum dalam isi sebuah kebijakan, sejauh mana perubahan yang diinginkan isi kebijakan, apakah isis kebijakan menyatakan implementornya dengan cermat dan apakah program yang dilaksanakan didukung sumberdaya yang memadai.

Teori Jan Merse, Jans Merse (Yulianto, 2015: 70) mendefinisikan teori implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Informasi b. Isi kebijakan

c. Dukungan masyarakat d. Pembagian potensi

Jan Merse menegaskan bahwa partisipasi masyarakat (Dukungan masyarakat) merupakan stake holder bagi pelaksanaan program.

Teori Marmic, Marmic (Yulianto, 2015: 70-71) mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:

a. Kemampuan Organisasi, Faktor ini menjelaskan implementasi merupakan kemampuan melaksanakan tugas yang diberikan atau dibebankan. Kemampuan organisasi terdiri dari tiga unsur yaitu, 1) Kemampuan teknis, 2) Kemampuan menjalin hubungan dengan organisasi lain, 3) meningkatkan SOP dalam memberikan pelayanan.

(30)

b. Informasi, kurangnya informasi yang diberikan oleh organisasi pelaksana dengan objek kebijakan akan berdampak pada proses implementasi.

c. Dukungan, suksesnya implementasi kebijakan, di pengaruhi oleh objek kebijakan yang selalu patuh kepada pelaksana walaupun isi kebijakan bertentangan dengan pendapat mereka.

d. Pembagian potensi, pembagian tanggung jawab yang kurang disesuaikan dengan pembagian tugas seperti pembatasan yang tidak jelas dan desentralisasi pelaksanaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari Edward III, menurut Edward yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan di pengaruhi empat faktor yaitu, Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur Organisasi.Alasan peneliti menggunakan teori Edward III karena teori ini cocok untuk menyelesaikan rumusan masalah penelitian ini.

C. Pengertian Asuransi

1. Definisi Asuransi

Pengertian asuransi pada UU No. 40 Tahun 2014 tentang perasuransian, asuransi adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis. Selain pengertian menurut undang-undang, ada beberapa pengertian yang di kemukakan oleh beberapa ahli yaitu:

Menurut Mark R. Greene (https://www.asuransiku.id) asuransi merupakan organisasi ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengurangi berbagai resiko dengan cara menggabungkan diri pada satumanejemen dan kelompok objek di

(31)

dalam lingkup yang lebih rinci. Sedangkan menurut William dan Haeins (Danarti, 2011: 7) mendefinisikan asuransi berdasarka dua sudut pandang yaitu: a. Asuransi merupakan pengaman apabila terjadi kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung, b. Asuransi merupakan persetujuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menanggulangi kerugian finansial

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian yang mencakup semua sudut pandang diatas, yaitu: Asuransi merupakan perjanjian yang dilakukan oleh pihak tertanggung dan penanggung yang bertujuan untuk melindungi tertanggung dari berbagai resiko yang belum pasti.

2. Manfaat Asuransi

Adapun manfaat secara umum yang akan didapatkan dalam mengikuti asuransi (Deny, 2016: 30-32), yaitu: a. Memberikan ketenangan, dengan mengikuti asuransi resiko kerugian yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak terduga bisa diminimalisir dengan mudah sehingga memberikan ketenangan bagi yang mengikuti asuransi, b. Sebagai investasi dan tabungan, dengan mengikuti asuransi anda akan mendapatkan jaminan untuk pengembalian investasi pada akhir kontrak, c. Membantu meminimalkan kerugian, dengan mengikuti asuransi maka pihak penanggung akan membantu pihak tertanggung untuk mengurangi kerugian akibat kejadian tertentu, d. Membantu mengatur keuangan, adanya asuransi akan membantu mengurangi pengeluaran yang tidak terduga karena penyedia layanan jasa asuransi akan menyediakan ganti rugi.

(32)

Sedangkan manfaat asuransi menurut UU No. 40 Tahun 2014 yaitu: a. Memberikan penggantian kepada tertanggung karena adanya kerugian, biaya yang timbul, kerusakan, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum karena terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti, b. Memberikan pembayaran yang didasarkan meninggalnya pihak yang tertanggung atau pembayaran yang didasarkan hidupnya tertanggung dengan ketetapan pada hasil pengelolaan dana.

D. Konsep Asuransi Usaha Tani Padi

1. Pengertian Asuransi Usaha Tani Padi

Asuransi Usaha Tani Padi merupakan bentuk perjanjian antara pihak petani (Pihak tertanggung) dengan pihak perusahaan asuransi (Penanggung) untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan resiko dalam mengatasi kerugian yang akan dialami.

Pemerintah telah mengupayakan perlindungan usaha tani dalam mengatasi kerugian yang suatu saat akan dialami oleh petani. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013, yang membahas mengenai perlindungan dan pemberdayaan petani yang telah disahkan oleh pemerintah dengan menerbitkan peraturan kementan No. 40 Tahun 2015 tentang fasilitas asuransi pertanian.

Adapun mekanisme pelaksanaan AUTP (pedoman bantuan premi, 2019) yaitu Dinas Pertanian di Provinsi akan mencatat calon petani maupun calon lokasi, selanjutnya Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, yang kemudian UPTD Kecamatan dengan PPL akan melaksanakan sosialisasi serta pendaftaran dan pembayaran premi swadaya, dari pihak UPTD Kecamatan akan memberikan

(33)

data untuk calon peserta yang akan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan pihak pelaksana perusahaan asuransi yaitu PT jasindo, selanjutnya petani akan mendapatkan sertifikat polis, kemudian pihak asuransi akan melaporkan kuitansi kepada dinas pertanian Kabupaten/kota, selanjutnya pihak Asuransi akan menagih bantuan premi kepada Kementan Ditjen PSP, dan Asuransi pelaksana akan mendapatkan pembayaran bantuan premi asuransi dari Kementan Ditjen PSP. Mekanisme pelaksanaan AUTP dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Mekanisme Pelaksanaan AUTP

(Sumber Pedoman Bantuan Premi 2019) DINAS PERTANIAN PROVINSI KEMENTAN DITJEN PSP DINAS PERTANIAN KABUPATEN KOTA UPTD KECAMATAN DAN PPL PT ASURANSI JASA INDONESIA (penanggung) PETANI/KELOMPOK TANI (tertanggung) 1).Sosialisasi dan Koordinasi

2)Sosalisasi dan Pendampingan 3) Sosialisasi dan Pendampingan 14) Pembayaran Bantuan Premi 11) Penetapan Daftar PesertaDefinitif (Form 3) 13)Penagihan Bantuan Premi

4)Sosialisasi& Pendaftaran (Form 1) 7) Premi Swadaya 12)Rekap Daftar Peserta Definitif (From 4) 9) Daftar Pserta (Form 2) 8) Polis Asuransi 10) Penyampaian Polis Asuransi

6) Verifikasi Kelayakan Data Peserta 5) Penyampaian Data Peserta

(34)

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran AUTP

Maksud diselenggarakanya program asuransi usaha tani padi (AUTP) adalah untuk melindungi dan mengganti kerugian ekonomi akibat gagal panen.

a. Tujuan AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi)

1) Membentengi petani apabila terjadi gagal panen akibat resiko kekeringan,serangan OPT, dan banjir.

2) Mengalihkan kerugian akibat resiko kekeringan, banjir, dan serangan OPT/hama melalui pertanggungan asuranji.

b. Manfaat yang akan Diperoleh Petani melalui AUTP

1) Petani akan memperoleh ganti rugi akibat resiko yang terjadi yang dimaksudkan agar petani memiliki modal untuk penanaman selanjutnya.

2) Meningkatkan aksebilitas petani akan sumber-sumber pembiayaan. 3) Petani akan didorong menggunakan input produksi sesuai dengan

anjuran usaha tani yang baik. c. Sasaran penyelenggaraan AUTP

1) Petani akan terlindungi dari kerugian karena mendapatkan ganti rugi apabila terjadi gagal panen akibat resiko kekeringan, banjir,dan serangan OPT.

2) Kerugian petani akan teralihkan akibat resiko gagal panen melalui bentuk pertanggungan asuransi.

(35)

3. Kriteria Peserta AUTP

a. Petani yang mempunyai lahan sawah dengan luas dua hektar, dan melakukan usaha tanaman padi.

b. Petani yang menggarap lahan pertanian, namun tidak memiliki lahan sendiri. Maksimal luas lahan yang digarap dua hektar.

c. Petani harus memiliki NIK. 4. Resiko Yang Di Jamin AUTP

AUTP membentengi para petani apabila kerusakan pada tanaman yang diasuransikan disebabkan oleh kekeringan, banjir, dan serangan dari OPT.

a. Kekeringan, yaitu tanaman padi mengalami pertumbuhan yang tidak optimal yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air selama priode pertumbuhan.

b. Banjir, yaitu rusaknya tanaman padi akibat tergenang selama priode pertumbuhan sehingga berdampak buruk pada tingkat produktifitas tanaman.

c. OPT atau hama penggangu, yaitu diserangnya tanaman padi oleh hama selama pertumbuhan sehingga tanaman menjadi rusak atau mati.

5. Harga Pertanggungan

Harga pertanggungan yaitu dasar yang menjadi perhitungan premi dan batan maksimum ganti rugi, harga pertanggngan AUTP adalah sebesar RP. 6.000.000/hektar.

(36)

6. Premi AUTP

Premi Asuransi merupakan nilai uang yang harus dibayar oleh tertanggung untung mendapatkan perlindungan dan jaminan, Total premi AUTP yaitu sebesar RP.180.000/hektar permusim tanam.

Dan besaran bantuan premi dari pemerintah yaitu sebesar RP.144.00 0/hektar permusim tanam dan sisanya merupakan swadaya dari petani sebesar RP.36.000/hektar permusim tanam.

7. Ganti Rugi

Petani akan mendapatkan ganti rugi apabila terjadi resiko kekeringan, banjir dan serangan OPT. Sehingga tanaman padi yang dipertanggungkan mengalami kerusakan, dengan kondisi persyaratan yaitu:

a. Umur padi telah melewati 10 hari atau seminggu lebih setelah ditanam b. Umur padi telah melewati 30 hari atau sebulan setelah tebar

c. Besar kerusakan dan luas kerusakan pada setiap petak alami kurang lebih 75%.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan alur pemikiran yang diambil dari suatu teori yang relavan dengan fokus atau judul penelitian dalam upaya menjawab masalah-masalah dalam rumusan masalah-masalah penelitian tersebut.

Asuransi usaha tani padi dibentuk oleh pemerintah agar petani mendapatkan perlindungan dan untuk mengatasi kerugian akibat resiko ketidakpastian yang disebabkan oleh perubahan iklim, maksud dan tujuan AUTP adalah untuk melindungi petani.

(37)

Namun sejak AUTP dilaksanakan di Kecamatan Libureng tahun 2018, masyarakat mengaku kurangnya sosialisasi AUTP sehingga pelaksanaan AUTP belum bisa dikatakan berhasil. Pada tahun 2019 banyak lahan pertanian di Kabupaten Bone mengalami gagal panen akibat kekeringan dan hama tanaman terkhususnya di Kecamatan Libureng, dan itulah menjadi penyebab peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone”

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti menggunakan teori Edward III untuk mengkaji lebih dalam untuk mencari jawaban ataupun menyelesaikan masalah dalam penelitian ini.Dalam teori Edward III terdapat empat (4) faktor yang mempengaruhi suksesnya imlementasi kebijakan. Yaitu Komunikasi, Sumber daya, Disposisi, Struktur Birokrasi

`

Gambar 2.2Kerangka Pikir

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Komunikasi Sumber

daya

Disposisi Struktur Birokrasi

Keberhasilan Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone

(38)

F. Fokus Penelitian

Penetapan fokus penelitian merupakan hal terpenting dalam penelitian kualitatif karena untuk memberikan batasan studi dan mengarahkan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada Implementasi AUTP dengan faktor yang terdapat dalam teori Edward III, yaitu:

1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

G. Deskripsi Fokus

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini perlu diperjelas dengan dikemukakannya deskripsi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Komunikasi dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana cara Dinas Pertanian mengimplementasikan kebijakan serta melakukan sosialisasi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) kepada masyarakat khususnya para petani untuk mencegah gagal panen.

2. Sumber daya, dalam hal ini jika Dinas Pertanian mengalami kekurangan sumber daya alam maupun sumber daya manusia lainya walaupun isi semua kebijakan sudah disampaikan dengan jelas kepada masyarakat, maka Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) tidak akan berjalan dengan efektif. 3. Disposisi, disposisi merupakan karakter yang dimiliki oleh Dinas Pertanian

seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila Dinas Pertanian memiliki sifat yang baik maka keberhasilan implementasi Asuransi Usaha

(39)

Tani Padi (AUTP) akan terlaksana dengan baik, serta Dinas Pertanian mampu melaksanakan kebijakan AUTP dengan efektif seperti yang diharapkan. Namun sebaliknya jika Dinas Pertanian memiliki sikap yang sebaliknya, maka proses implementasi AUTP tidak dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

4. Struktur Birokrasi, apabila struktur organisasi dari Dinas Pertanian terlalu penjang maka akan mengalami prosedur yang rumit dan kompleks yang dapat mempersulit masyarakat khususnya para petani, oleh karena itu struktur organisasi Dinas Pertanian sangat berpengaruh terhadap implementasi kebijakan AUTP.

(40)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Berdasarkan Judul Penelitian “ Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha

Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone” Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 September

2020-07 November 2020 di Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Libureng, BPP (Balai Penyuluh Pertanian).

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berkaitan dengan judul penelitian maka untuk menghasilkan gambaran Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan realita secara empirik dibalik suatu gejala secara mendalam, rinci dan tandas dengan penjelasan detail objek dan masalah penelitian ini berdasarkan fakta. Metode ini juga disebut metode artistik, disebabkan karena dengan menggunakan metode kualitatif teknik penelitian lebih bersifat seni dan disebut sebagai metode interpretive, (Sugiyono,2014: 9).

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan fenomenologi sebagaimana peneliti berusaha mengungkap suatu fakta dan realita yang

(41)

berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada lokus maupun fokus penelitian yang tentunya berada di wilayah penelitian yaitu Kecamatan Libureng.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Asuransi Usaha

Tani Padi (AUTP) Dalam Mengatasi Gagal Panen Di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone” menggunakan sumber data yang terdiri dari dua sumber yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data dari informan, informan akan diwawancarai untuk mendapatkan data primer. Dimana data primer ini didapatkan dari peneliti selama proses pengumpulan data dengan teknik wawancara secara mendalam dan observasi terhadap Implementasi Asuransi Usaha Tani Padi Dinas Pertanian Kecamatan Libureng Dalam Mengatasi Gagal Panen.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupaka data tertulis yang dapat digunakan sebagai informasi pendukung dalam menganalisis data primer. Data ini berupa dokumen-dokumen yang tertulis terkait dengan dibentuknya program AUTP.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling menentukan informan penelitian yang dilakukan. Alasan peneliti memakai teknik purposive sampling dalam penelitian ini agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih reperesentatif, karena penentuan informan berdasarkan tujuan dan

(42)

pertimbangan tertentu yang berhubungan dengan permasalahan peneliti, (Sugiyono, 2014: 122)

Adapun informan yang direncanakan peneliti yaitu: Kepala BPP, PPL, Ketua Kelompok Tani dan Masyarakat Libureng.

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Nama Informan Inisial Jumlah

1 Kepala PPK Harding HD 1 2 PPL M. Rusdi Haslinda Suriani MI HA SR 8 Sutriani. SP SI Sukmawati. SP SW Andi Rustan AR Cuddin Abbas CA Andi syamsir AS 3 Ketua Kelompok Tani Amiruddin Abdul Jafar Harianto AN AJ HO 8 Usman UN Andi patta AP Udding UG Andi Nurdin R AR Abbas AS

(43)

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penyusunan proposal yaitu dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati gejala-gejala yang diselidiki di lokasi penelitian Balai penyuluh Pertanian (BPP). Hasil observasi ini sangat membantu dalam proses penelitian ini karena penulis dapat mengetahui mengenai implementasi kebijakan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dalam mengatasi gagal panen di Kecamatan Libureng Kabupaten Bone.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan proses tanya jawab dengan informan agar mendapat informasi lebih mendalam. Maksud dari mengadakan wawancara antara lain: Mengkonstrukskan orang, kejadian, kegiatan, lembaga suatu organisasi, motivasi, tuntutan dan lain- lain.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dari informan terkait dengan fokus penelitian, sehingga sasaran yang akan di wawancarai adalah pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang dijadikan sumberdata. Proses wawancara dilakukan secara terstruktur, yaitu peneliti memberikan batasan pertanyaan terhadap informan dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis, sehingga proses wawancara tidak menyimpang dari fokus penelitian.

(44)

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dimana data diperoleh dari barang-barang tertulis, buku, yang berkaitan dengan penelitian, agar peneliti mendapat data yang jelas, sehingga dapat diuji dan digunakan dalam proses penelitian berlangsung. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber data tertulis sebagai penguat suatu datayang didapatkan yang sumbernya dari informan.Cara ini adalah teknik mengumpulkan data dengan media dokumentasi, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen, gambar, sebagai pelengkap data tertulis yang diperoleh melalui wawancara.

F. Teknik Analisis data

Teknik analisis data merupakan langkah terpenting dalam memperoleh temuan-temuan hasil dari penelitian.Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil penelitian menjadi data, dimana data didapatkan, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk memberi kesimpulan masalah atau persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.Model analisis data yang di gunakan yaitu, model analisis interaktif.Model ini memiliki 3 komponen utama. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246-252) ketiga komponen tersebut yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah komponen pertama dalam menganalisis data yang memperpendek, mempertegas, membuang hal yang tidak penting, membuat fokus dan mengatur data menjadi lebih baik sehingga simpulan peneliti mampu dilakukan. Peneliti memfokuskan pada hal yang dianggap penting oleh peneliti, tujuanya agar mudah memahami suatu data yang peneliti kumpulkan

(45)

sebelumnya, dari data yang ditemukan di tempat penelitian/lapangan yang kemudian disatukan dan dipilah berdasarkan pengelompokan yang sinkron dari aspek suatu masalah yang diamati dalam penelitian

2. Sajian Data

Sajian data merupakan kesimpulan informasi yang sistematis dan logis dan mudah untuk dipahami.Hasil dari reduksi data disusun dan disajikan dalam bentuk teks narasi deskriptif.Peneliti melakukan pengumpulan data yang telah melalui reduksi untuk menggambarkan kejadian yang terjadi di lokasi penelitian.Catatan-catatan penting di lapangan kemudian disajikan dalam bentuk teks deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis. 3. Penarikan kesimpulan

Dalam awal penelitian, peneliti harus mulai mengerti apa maksud dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat berbagai proporsi dan peratutan-peraturan sehingga dalam penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam menganalisis data. Peneliti menguji keabsahanya melalui validitas internalyaitu aspek kebenaran.Penarikan kesimpulan merupakan tahap mencari arti, makna dan menjelaskan kemudian disatukan agar mudah dipahami sesuai tujuan penelitian.

G. Pengabsahan Data

Pengabsahan data merupakan batasan yang berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Dalam Penelitian Kualitatif, agar data dapat dipertanggung jawabkan sebagai bentuk penelitian ilmiah maka perlu dilakukan pengujian keabsahan data. Salah

(46)

satu caranya adalah Teknik Triangulasi. Adapun bentuk triangulasi (Sugiyono, 2014: 273-274) yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber untuk menguji kredibilitas data

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik yaitu cara mengecek keabsahan data dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan cara yang berbeda.

3. Triangulasi waktu

Waktu sering mempengaruhi kredibilitas suatu data, misalnya ketika kita mewancarai informan yang masih segar dipagi hari dengan kondisi masih segar akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Maka untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi untuk melakukan pengecekan kredibilitas data dengan teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda.

(47)

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 4.1

Sketsa Peta Kecamatan Libureng ( BPS Kecamatan Libureng)

Kecamatan Libureng adalah salah satu kecamatan yang terletak pada bagianselatan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang memiliki jarak sekitar 110 km dari ibukota kabupaten. Kecamatan Libureng memiliki luas daerah dengan besar 344,25 ha, yang juga merpakan daerah kedua kecamatan yang terbesar yang ada dikabupaten Bone setelah kecamatan Bontocani. Letak astronomis terletak pada posisi 4º36- 5º06’ Lintang Selatan dan 119º42’-120º40’ Bujur Timur dan batas wilayah berikut ini:

(48)

Sebelah Utara : berbatasan langsung dengan Kecamatan Ponre. Sebelah Timur: berbatasan langsungdengan Kecamatan Patimpeng. Sebelah Selatan : berbatasan langsung dengan Kecamatan Kahu.

Berdasarkan cacatan badan klimatologi, rata-rata suhu Kecamatan Libureng umumnya sekitar 28,5ºC serta suhu minimum 25,6ºC dan dengan suhu maksimum 28ºC. Kecamatan Libureng memilki iklim tropis serta mempunyai 2 musim yakni musim kemarau serta musim hujan,Kecamatan Libureng memiliki 20 desa sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Desa

(Sumber BPS Kabupaten Bone)

No. Desa Luas

1. Desa Labuseng 10,25 2. Desa Polewali 19,68 3. Desa Wanuawaru 19,00 4. Desa Mario 14,55 5. Desa Swadaya 7,00 6. Desa Bune 24,00

7. Desa Mat. Bulu 15,23

8. Desa Mat. Deceng 11,45

9. Desa Mat. Walie 16,23

(49)

11. Desa Mallinrung 38,35

12. Desa Tana Batue 21,00

13. Desa Ponre-Ponre 11,50 14. Desa Pitumpidange 20,29 15. Desa Binuang 16,56 16. Desa Poleonro 16,85 17. Desa Baringeng 22,10 18. Desa Ceppaga 25,00 19. Desa Tappale 4,96 20. Desa Suwa 10,25 a. Demografi

Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik bahwa jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Libureng sebanyak 30.200 jiwa, dengan pola penyebaran penduduk yang ada diKecamatan Libureng cukup tersebar merata di masing- masingdesa, ini disebabkan oleh letak geografis, di Kecamatan Libureng merupakan wilayah bagian selatan yang ada di kabupaten Bone atau sebutan lain Bone selatan. Masyarakat dari Kecamatan Libureng berpemukiman sepanjang kota kecamatan, yang berada didaratan rendah, daratan tinggi serta dipegunungan

(50)

Sumber utama atau mata pencarian penduduk ialah pertanian, peternakan serta pedagang hal ini dilatarbelakangi dari sumber daya alam yang tersediaserta letak geografis yang rata-rata merupakan wilayah pertanian serta pelosok.

b.Visi dan Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan Kecamatan Libureng/BPP.

1) Visi

Mewujudkan penyuluhan pertanian yang tangguh, kreatif serta dinamis dalam memberdayakan dan mendirikan petani dalam meningkatkan pendapatan serta keserjahteraan.

2) Misi

i. Mengembangkan sumberdaya manusia serta lembaga penyuluhan yang berkualitas.

ii. Menambah kualitas proses penyelenggaraan penyuluhan.

iii. Menambah fungsi kontrol dalam proses pelaksanaan penyuluhan.

iv. Menekankan partisipasi yang aktif para pelaku utama, usaha serta pemerintah khususnya daerah dalam proses pelaksanaan penyuluhan.

v. Menambah kerjasama secara teknis dan melakukan mitra kerjasama dalam proses pelaksanaan penyuluhan.

vi. Melakukan penerapan teknologi dalam upaya pelaksanaan penyuluhan.

(51)

vii. Memberdayakan masyarkat untuk melestarikan fungsi serta manfaat sumberdaya alam dalam meningkatkan kesejahteraan.

c. Struktur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan Kecamatan Libureng/ BPP.

Berikut ini merupakan struktur organiasi yang ada di Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan/ BPP Kecamatan Libureng:

Gambar 4.2 Struktur Organisasi BPP Kecamatan Libureng Kepala PPK Harding, SP Ketatausahaan M. Yunus Petugas Cyber Rahmaningsi Urusan Program Cuddin Abbas Urusan SDM Hj. Haerawati Urusan Supervisi A.M. Yunus. ST Wilayah Binaan PPL

(52)

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Program Asuransi Usaha Tani (AUTP) bertujuan agar dapat menekan atau mengurangi resiko dari kegagalan usaha tani terutama padi. Objek dari adanya program ini diharapakan agar dapat memberikan pelindungan usaha tani akibat kerugian karena banjir, akibat kekeringan, dan juga serangan dari hama penyakit tumbuhan. Akibat dari resiko yang begitu tinggi yang tidak pasti dalam hal berusaha tani yang mengakibatkan kerugian dengan jumlah yang sangat besar membuat produksi padi menurun.

Program ini merupakan pogaram yang berorientasi pada pertanian mempunyai suatu makna penting dalam usaha mensejahterakan petani melalui cara mengurangi sedikit beban petani karena gagal panen yang dialami dan juga menekankan para petani agar memanfaatkan pemasukan produksi yang telah disarankan. Strategi ini merupakan suatu strategi komunikasi yang dilakukan agar dapat mendukung penerapa program selama di lapangan dalam pelaksanan Program Asuans Usaha Tani berlandaskan pada Peratura Menteri Pertanian No. 40 tahun 2015 mengenai Fasilitas Asuransi Pertanian serta penerapan Asuransi Usaha Tani Padi bisa terlaksana sesuai dengan yang direncanakan dan berjalan dengan baik, dengan adanya penetapan program Asuransi Usaha Tani Padi,diharapkan dapat disosialisasikan dengan masyarakat khususnya petani sehingga para petani paham dan mengetahui maksud dan tujuan di terapkannya program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

“Dilakukan pertemuan untuk di adakan penyuluhan sekabupaten Bone untuk memberikan sosialisasi mengenai pemberitahuan seluruh jadwal

(53)

penyuluhan yang ada di kecamatan – kecamatan termasuk kecamatan Libureng”. (wawancara kepala PPK, 24 September 2020).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui adanya pola penyebaran sosialisasi atau informasi tentang program Asuransi Usaha Tani Padi yang dilakukan para penyuluh yang sebelumnya terlebih dahulu mengadakan sosialisasi dengan para kelompok tani, yang sebelumnya para penyuluh telah memperoleh informasi tentang program AUTP yang kemudengan para dian di perluas lagi melalui pertemuan atau perkumpulan rutin dengan para ketua kelompok tani yang ada di Kecamatan Libureng serta pihak – pihak lain yang paham akan program AUTP ini.

Berikut ini wawancara yang dilakukan bersama ketua kelompok tani AN wilayah binaan Ceppage yang mengatakan bahwa:

“Dari begitu banyak kelompok tani yang ada di Kecamatan Libureng, kelompok tani di wilayah binaan Ceppage ikut serta dalam pelaksanaan sosialisasi yang kemudian apa yang diperoleh pada saat sosialisasi akan disampaikan kepada para anggota kelompok”.(Wawancara 24 September 2020)

Berdasarkan pernyataan tersebut, dengan ini dapat memudahkan proses penyebarluasan informasi tentang program AUTP sebagai ketua kelompok tani sangat berperan penting mengenai semua bentuk informasi dari pemerintah yang nantinya akan disampaikan kembali kepada anggota kelompok masing – masing.

Munculnya program Asuransi Usaha Tani Padi diharapkan dapat membantu para petani dalam memberikan modal utama tanam untuk musim berikutnya serta mendorong pemerintah dalam meningkatkan swasembada pangan. Peningkatan banjir serta kekeringan dan hama penyakit tanaman yang muncul karena

(54)

ketidakpastian iklim yang selalu berubah – ubah mengakibatkan penurunan produksi tani padi, karenanya perlu menjadi suatu pertimbangan pemerintah untuk mengambil suatu keputusan agar bisa melindungi para petani. Terjadinya penurunan produksi tani padi bukan hanya disebabkan perubahan iklim yang tidak menentu akan tetapi juga disebabkan oleh hama penyakit tanaman yang bukan saja dapat merugikan secara ekonomi melainkan juga berdampak buruk bagi lingkungan.

Berikut ini merupakan kategori yang dikatakan gagal panen yang juga dijamin oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian (2016):

a. Banjir, termasuk tergenangnya semua lahan pertanian dalam masa pertumbuhan yang dialami tanaman dalam kurun waktu tertentu, yang dapat menurunkan produktivitas tanaman.

b. Kekeringan, yang di maksud ialah tidak tersedianya air yang memadai untuk tanaman dalam masa pertumbuhan yang dialami tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman tidak bertumbuh secara optimal, dan dapat menurunkan produksi tanaman.

c. Organisme Pengganggu Tanaman, merupakan suatu organisme yang bisa merusak tanaman bahkan mengakibatkan kematian, yang didalamnya termasuk:

1) Hama Tanaman, yaitu: Walang sangit, Keong mas, Ulat, tikus,serta Wereng batang coklat dan juga Penggerek batang.

(55)

2) Penyakit Tanaman, yaitu: Busuk batang, Kerdil rumput, Kresek, Tungro, Bercak coklat, Kerdil hampa, dan Blast.

Program Asuransi Usaha Tani Padi memberikan begitu banyak manfaat kepada para petani diantaranya:

a. Melindungi para petani secara fiansial akibat kerugian dari gagal panen,

b. Meningkatkan kurva petani dari sisi lembaga pembiayaan agar memperoleh kredit petani,

c. Mengendalikan penghasilan petani dikarenakan tersedianya tanggungan kerugian yang dilakukan perusahaan asuransi apabila terjadi kerugian karena gagal panen,

d. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan melakukan metode cocok tanam dengan benar yang merupakan salah satu syarat dalam mengikuti asuransi tani.

Selanjutnya manfaat yang dirasakan pemerintah karena adanya program Asuransi Usaha Tani Padi ialah:

a. Mengamankan APBN akibat kerugian bencana alam yang ada di pertanian karena telah ditanggung oleh perusahaan asuransi.

b. Menurunkan dana alokasi karena bencana alam.

c. Terjadinya kepastian dana yang terdapat dalam APBN, yaitu setara dengan bantuan dari perusahaan asuransi.

(56)

d. Mengurangi kemiskinan pada bidang pertanian dalam kurun waktu yang panjang.

e. Meningkatkan produktivitas pertanian skala nasional dalam kurun waktu panjang yang dapat mengurangi impor.

Kriteria pelaksanaan program Asuransi Usaha Tani Padi yaitu petani yang mempunyai lahan pertanian atau persawahan serta memiliki usaha tanam padi dengan luas lahan 2 hektar per pendaftaran, untuk lokasi yang mendapatkan AUTP yatu persawahan yan memilik irigasi baik irigasi sederhana, lahan rawa. Sedangka ganti rugi yang dijamikan ialah jika terjadi banjir atau kekeringan atau serangan hama penyakit tanaman sehingga menimbulkan kerusakan tanaman denga melihat persyaratan yang belaku yaitu: padi telah bermur 10 hari sesudah melakukan tanam, padi telah melewati umur30 hari sesudah melakukan sistem tebar, dan juga kerusakan yang dialami mencapai target ≥75%.

Adapun proses pembayaran klaim AUTP ialah sebagai berikut:

a. Pembayaran atas klaim yang diajukan akibat gagal panen diukur sesua dengan tingkat kerusakan yang terjadi.

b. Pembayaran klaim dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat persetujuan pembayaran klaim.

c. Pembayaran klaim dilaksanakan melalui pemindah bukuan ke rekening aktif kelompok Tani Tertanggung.

(57)

Selanjutnya Ketentuan klaim, jika terjadi risiko terhadap tanaman yang diasuransikan, kerusakan tanaman atau gagal panen dapat diklaim. Klaim AUTP akan diproses jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Tertanggung menyampaikan pemberitahuan kejadian kerusakan kepada petugas (PPL/POPT) tentang indikasi terjadinya kerusakan (banjir, kekeringan, dan OPT).

b. Petugas (PPL/POPT) bersama-sama dengan tertanggung mengisi form 6 selambat lambatnya enam hari kerja melalui aplikasi SIAP.

c. Tertanggung tidak diperkenangkan menghilangkan bukti kerusakan tanaman sebelum petugas asuransi dan penilai kerugian melakukan pemeriksaan. Tertanggung dapat melakukan penanaman kembali disertai bukti foto open camerakerusakan dengan menyertakan titik kordinat yang disebabkan eradikasi (Pemusnahan).

d. Saran pengendalian diberikan oleh PPL/POPT dan asuransi pelaksana dalam upaya menghindari kerusakan yang lebih luas.

e. Tertanggung mengambil langkah-langkah pengendalian yang dianggap perlu bersama-sama dengan petugas dinas pertanian setempat untuk menghindari kerusakan tanaman yang lebih luas.

f. Jika kerusakan tanaman tidak dapat dikendalikan lagi, PPL/POPT bersama petugas penilai kerugian yang ditunjuk oleh perusahaan asuransi pelaksana, melakukan pemeriksaan dan perhitungan kerusakan.

g. Berita acara hasil pemeriksaan kerusakan diisi oleh tertanggung dengan melampirkan bukti kerusakan ditandatangani oleh tertanggung, POPT,

(58)

dan petugas dari asuransi pelaksana, serta diketahui oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Harga pertanggungjawaban atau asuransi ganti rugi kerusakan yang dialami petani adalah Rp. 6.00.000, per hektar atau per musim tanam. Sedangkan untuk premi asuransi usaha tani yaitu besaran jumlah uang yang yang dibayarkan sebagai bentuk biaya dalam memperoleh perlindungan asuransi. Jadi jumlah premi asuransi yaitu Rp. 180.00 per hektar atau per musim tanam. Apabila luas lahan pertanian yang memiliki asuransi lebih atau bahkan kurang dari 1 hektar maka besarnya ganti rugi dengan pehitungan yang proposional. Asuransi diberlakukan selama satu musim tanam dan dalam kurun waktu tanggungan mulai dari tanggal tanam smpai berakhir tanggal panen.

Berikut ini alur pelaksanaan AUTP yang melibatkan banyak instansi:

Gambar 4.3 Mekanisme Pelaksanaan AUTP Dinas Pertanian Provinsi KEMENTAN Ditjen PSP PT. Asuransi Jasa Indonesia Dinas Pertanian Kabupaten/kota UPTD Kecamatan dan PPL Petani/Kelompok tani

(59)

Tahap Pelaksanaan Program AUTP dilakukan dengan beberapa tahapan secara urut sebagai berikut:

a. Tahap Pendafaran AUTP

Menurut pedoman umum pelaksanaan program AUTP yang dterbitkan oleh Kementrian Pertanian, lahan sawah yang dapat didaftarkan ialah sawah yang umur tanaman padi berusia kurang lebih 10 hari. Proses pendaftaran oleh setiap kelompok tani yaitu ketua kelompok tani mendatangi petani secara personal dan menanyakan kesediaan petani untuk ikut serta dalam pendaftaran program AUTP dan meminta iuran dana sesuai lahan yang terdampak bencana. Setelah mengumpulkan data anggota kelompok tani, ketua kelompok tani melakukan pendaftaran kepada tim teknis program AUTP tingkat kecamatan dan memberikan rekapitulasi data anggota kepada BPP kecamatan.

b. Tahap Survei Lokasi

Pada tahap survei lokasi ini dilakukan oleh tim teknis AUTP Kecamatan dan petugas penyuluh pertanian. Kawasan yang dilakukan survei adalah lahan sawah irigasi teknis dan semi teknis yang diairi tanggul besar. Setelah dilakukan survei lokasi yang didaftarkan AUTP, petugas asuransi bersama penyuluh pertanian dan tim teknis AUTP melakukan penilaian terhadap kelayakan lokasi yang didaftarkan.

c. Tahap Pembayaran Premi Asuransi

Tahap pembayaran yang dilakukan oleh setiap kelompok tani yang menjadi objek penelitian cenderung memiliki tahapan yang sama yaitu

(60)

membayar dengan cara tunai kepada Kepala Dinas Pertanian Kecamatan kemudian Dinas Pertanian Kecamatan akan membayarkan premi kelompok tani kepada PT. Jasindo dan akan mendapatkan bukti pembayaran.

d. Penerbitan Polis Asuransi

Penerbitan polis asuransi dilakukan setelah kelompok tani membayar premi sesuai dengan lahan yang diasuransikan kepada pihak pelaksana asuransi. Kelompok tani akan mendapatkan polis asuransi sesuai dengan kesepakatan yang tertulis dan adanya keterikatan antara pihak tertanggung dan penanggung. Polis asuransi akan dikeluarkan dan diserahkan langsung kepada kelompok tani yang memenuhi persyaratan sehingga anggota kelompok tidak mengetahui terkait polis asuransi. e. Pembayaran Klaim

Pembayaran klaim AUTP pada kelompok tani yang mengalami gagal panen akibat salah satu faktor yang sudah ditetapkan dibayar saat semua kelompok tani sudah mengisi berkas hasil berita acara dari tim pemeriksa kerusakan. Pada seluruh kelompok tani proses pembayaran klaim dilakukan antara 7-13 hari kerja sejak berita acara hasil pemeriksaan kerusakan dilaporkan. Nominal klaim AUTP yang dibayarkan pada kelompok tani sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam pedoman umum AUTP yaitu dengan tingkat kerusakan yang terjadi kurang lebih 75% pada setiap luas petak dalam satu hamparan

Gambar

Gambar 2.1 Mekanisme Pelaksanaan AUTP  (Sumber Pedoman Bantuan Premi 2019)
Gambar 2.2Kerangka Pikir
Tabel 4.1 Jumlah Desa  (Sumber BPS Kabupaten Bone)
Gambar 4.2 Struktur Organisasi BPP Kecamatan Libureng Kepala PPK Harding, SP Ketatausahaan M
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) berdasarkan deskriptif presentase rata-rata skor variabel tenaga kerja pada usaha tani padi sawah di Kecamatan Rowosari pada tahun 2009

Inti dari permasalahan dalam penelitian ini adalah ola tanam yang dilakukan petani Sidoharjo, penyebab gagal panen padi dan usaha-usaha yang dilakukan petani

Dalam mengatasi hal tersebut diatas Kelompok Tani Sipatuo di Desa Tarobok, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) faktor yang mempengaruhi terhadap usaha tani padi pupuk dan benih di setiap strata, sehingga penggunaan faktor input lebih

Dalam hal perkembangan hasil panen yang datanya di dapat dari kelompok tani Tunas Muda adanya peningkatan pada setiap tahunnya.Kepedulian dan bantuan obat-

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) faktor yang mempengaruhi terhadap usaha tani padi pupuk dan benih di setiap strata, sehingga penggunaan faktor input lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan jajar legowo di pada usaha tani padi sawah di Kecamatan VII Koto Ilir Kabupaten Tebo selalu mengalami peningkatan

Dengan telah diberlakukannya aturan HET beras tersebut, maka perlu dilakukan kajian terhadap implikasi kebijakan HET beras terhadap profitabilitas usaha tani padi,