• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI DESA DANUREJO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI DESA DANUREJO KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN

PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS

DI DESA DANUREJO KECAMATAN KEDU

KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh :

AUZI WIDYA PRASTUTI NIM 040112a007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES NGUDI WALUYO

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Artikel Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung” disusun oleh:

Nama : Auzi Widya Prastuti

NIM : 040112a007

Program Studi : DIII Kebidanan

Telah disetujui oleh pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo, pada :

Ungaran, Agustus 2015

(3)

HUBUNGAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU LECET PADA IBU NIFAS DI DESA DANUREJO KECAMATAN KEDU

KABUPATEN TEMANGGUNG Auzi Widya Prastuti*)

Luvi Dian Afriani, S.SiT, M.Kes**) Yulia Nur Khayati, S.SiT**) *) Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo

**) Dosen Prodi DIII Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo

ABSTRACT

Chafed nipples is a condition that occurs in lactating mothers, breastfeeding techniques that errors due to release the nipple from the baby's mouth after completion of breastfeeding so that the nipple experiencing blisters, cracks or formed celahTujuan this study was to determine the relationship of feeding techniques with incidence of blisters on the nipple puerperal women in Danurejo District of Kedu village Waterford District. This study design using correlational descriptive method with cross sectional approach. This study population postpartum mothers who breastfeed in the Village District of Kedu Danurejo Waterford District, as many as 54 people with the sampling technique using total sampling and analysis of data using frequency distribution and chi square test.

The results showed the technique of breastfeeding on postpartum mothers most of the correct category (93,8%). Puerperal women mostly do not experience nipple abrasions (93,8%). There is a relationship with the incidence of breast-feeding techniques nipple abrasions on postpartum mothers in the village Danurejo Kedu District of Waterford District with p value of 0,008 ( = 0,05).

We recommend that the public, especially nursing mothers to increase knowledge about the importance of breastfeeding technique with active digging through books or follow counseling related to breastfeeding technique is correct.

Keywords : feeding techniques, the incidence of sore nipples, puerperal women Bibliography: 30 (2005-2014)

PENDAHULUAN

Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya (Khasanah, 2011). Air Susu Ibu (ASI) memiliki semua nutrisi yang dibutuhkan bayi. ASI juga memberikan keuntungan dalam melindungi bayi terhadap penyakit seperti diare, pneumonia, diabetes dan kanker. Bayi menjadi lebih dekat dengan ibu, membantunya merasa aman dan dilindungi dengan menghisap ASI (Thompson, 2008).

Menyusui sangat penting bagi bayi karena sebagai nutrisi yang baik pada masa bayi, memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya (Bobak et.,al, 2004). Pemberian ASI saja pada usia 0-6 bulan pertama sangat dianjurkan, karena bayi dapat terhindar dari infeksi pada pencernaan. Menyusui secara eksklusif adalah memberikan ASI kepada bayi

(4)

selama 6 bulan penuh dan bayi tidak mendapat makanan lain selain ASI (Depkes RI, 2004).

Riset World Health Organization/WHO (2008) menyebutkan

bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20%), selebihnya 88% terkait dengan malnutrisi yang sering kali terkait dengan asupan ASI. Negara-negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat Air Susu Ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Ibu-ibu berpendapat bahwa bayi usia 2-3 bulan harus sudah dilatih memakan makanan yang lunak (Siswono, 2006).

Seorang ibu mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan sebagainya (Soetjiningsih, 2007). Masalah yang sering terjadi pada ibu nifas adalah puting susu lecet sehingga bayi tidak menyusu sampai ke areola (Kristiyansari, 2009).

Bayi yang menyusu hanya pada puting, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu (Bahiyatun, 2009). Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan tali lidah pendek

(frenulum lingue) sehingga sulit menghisap

sampai areola dan hanya sampai puting dan cara menghentikan menyusu kurang hati-hati (Mansjoer, 2007). Kebanyakan puting susu nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui (Bahiyatun, 2009).

Ibu perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar untuk mendukung keberhasilan menyusui. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memposisikan dan meletakkan bayi saat menyusui. Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011).

Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus laktiferus) yang terletak di puncak areola di belakang puting susu. Sebagian besar areola dalam menyusui usahakan dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola (Kristiyansari, 2009). Agar laktasi berjalan baik diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi, meliputi perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Mansjoer, 2007).

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga

(5)

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga atau kerabat terdekat dan perlu dibina kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat yang dapat menjadi sarana pendukung ibu agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan di bantu oleh tenaga kesehatan, serta diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik yang benar (Mansjoer, 2007).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014 di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung diperoleh data jumlah ibu yang memiliki balita umur 0-24 sebanyak 62 orang dan ibu yang menyusui sebanyak 54 orang dan diperoleh data pula bayi dengan berat badan dibawah normal sebanyak 16 anak. Hasil observasi terhadap 10 orang ibu nifas bayi usia 0-40 hari post partum diperoleh 6 ibu mengalami puting susu lecet di mana 4 orang telah melakukan teknik menyusui yang benar, sedangkan 2 orang tidak melakukan teknik menyusui yang benar. Empat ibu nifas bayi usia 0-40 hari post partum yang tidak mengalami puting susu lecet setelah dilakukan observasi dimana 2 ibu melakukan teknik menyusui dengan benar dan 2 ibu melakukan teknik menyusui dengan salah. Ibu nifas telah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui yang benar melalui penyuluhan di posyandu balita atau ketika kunjungan ke bidan desa.

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan mengambil judul, “Hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasional mengunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu nifas yang menyusui di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, dengan sampel sebanyak 54 orang. Teknik sampling dalam penelitian ini total sampling Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi

square

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Teknik Menyusui pada Ibu Nifas

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Teknik Menyusui pada Ibu Nifas Teknik Menyusui (f) (%) Kurang 3 6,3 Benar 45 93,8 Jumlah 48 100,0 Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung sebagian besar kategori benar yaitu sebanyak 45 orang (93,8%). B. Gambaran Kejadian Puting Susu

Lecet pada Ibu Nifas

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas Kejadian Puting Susu Lecet (f) (%) Lecet 3 6,3 Tidak lecet 45 93,8 Jumlah 48 100,0

(6)

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa puting susu pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung sebagian besar tidak lecet yaitu sebanyak 45 orang (93,8%). C. Hubungan Teknik Menyusui dengan

Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu

Nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung.

Tabel 3 Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Susu Lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Teknik menyusui

Kejadian putting susu lecet

X2 (95%CI) p-value OR CI Lecet Tidak Total

f % f % f %

Kurang 2 76,8 1 33,3 3 100,0 10,453 88,000 0,008 3,913-1979,038 Baik 1 2,2 44 97,8 45 100,0

Jumlah 3 6,2 45 93,8 48 100,0 Berdasarkan hasil analisis

hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, responden yang mempunyai teknik menyusui kurang baik lebih banyak mengalami kejadian puting susu lecet yaitu sebanyak 2 orang (66,7%) dibandingkan dengan yang mempunyai teknik menyusui yang baik yaitu sebanyak 1 orang (2,2%). Responden yang mempunyai teknik menyusui baik lebih banyak tidak mengalami kejadian puting susu lecet yaitu sebanyak 44 orang (97,8%) dibandingkan dengan yang mempunyai teknik menyusui yang kurang baik yaitu sebanyak 1 orang (3,3%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher exact test diperoleh didapatkan nilai 2 hitung (10,453) > 2 tabel (3,84) dan p value 0,008 ( = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 88,000 artinya responden yang mempunyai teknik menyusui yang baik cenderung 88,00 kali tidak mengalami puting susu lecet dibandingkan responden yang tidak mempunyai teknik menyusui yang benar.

PEMBAHASAN

A. Gambaran Teknik Menyusui pada Ibu Nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung kategori benar yaitu sebanyak 45 orang (93,8%). Responden dapat melakukan menyusui dengan benar dimana mereka melakukannya dengan posisi duduk bersandar, kaki menyentuh lantai tidak menggantung, bayi diletakkan pada lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku, sebagian besar aerola masuk ke dalam mulut bayi. Responden

(7)

melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.

Menurut DepKes RI (2005), cara menyusui yang benar, diantaranya posisi badan ibu dan badan bayi dimana ibu duduk atau berbaring dengan santai, pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala, merapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara dan menempelkan dagu bayi pada payudara ibu dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi. Teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung kategori benar didukung oleh faktor pendidikan ibu.

Ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang menyusui dengan kategori benar sebanyak 45 orang dimana sebagian besar berpendidikan SMA yaitu 43 orang (95,6%), lebih banyak dari pada yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 2 orang (4,4%). Responden yang mempunyai pendidikan yang baik cenderung aktif menggali informasi yang berkaitan dengan cara menyusui, baik melalui buku-buku yang berkaitan dengan cara menyusui ataupun langsung kepada tenaga kesehatan yang berkompeten seperti bidan. Pengetahuan mereka yang baik tersebut mendorong sikap mereka dalam menyusui sehingga perilaku mereka dalam menyusui juga baik.

Tingkatan pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon. Semakin ibu yang

berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang ada, sebaliknya ibu yang berpendidikan rendah maka akan memberikan respon masa bodoh terhadap informasi. Pendidikan yang rendah baik secara formal maupun informal meyebabkan ibu kurang memahami tentang teknik menyusui yang benar. Pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar sangat penting sebab dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langsung diterima dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung kategori kurang yaitu sebanyak 3 orang (6,3%). Responden melakukan menyusui kurang benar dimana mereka melakukannya dengan posisi ibu tidak duduk bersandar, kaki ibu tidak menyentuh lantai akan tetapi menggantung, bayi tidak diletakkan pada lengan ibu. Beberapa ibu melepas isapan bayi tanpa cara jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah. Ada pula ibu setelah bayi selesai menyusui ibu tidak mengeluarkan ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.

Menurut DepKes RI (2005), cara menyusui yang benar, yaitu ibu duduk atau berbaring dengan santai. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung dan mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada

(8)

puting susu dan aerola sekitarnya. Teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung kategori kurang disebabkan oleh faktor pekerjaan ibu.

Ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang menyusui dengan kategori kurang benar sebanyak 3 orang dimana mereka semua sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga umumnya mengalami kekurangan interaksi dengan orang lain sehingga mereka informasi yang diterima juga terbatas, sehingga pengetahuan mereka juga terbatas. Keterbatasan pengetahuan tentang teknik menyusui menyebabkan mereka melakukan menyusui sekedar mengandalkan naluriah saja tanpa mengindahkan teknik yang benar.

Pekerjaan ibu akan berpengaruh terhadap cara menyusui yang benar dikarenakan ibu yang bekerja akan mempunyai waktu yang sempit untuk menyusui anaknya sehingga ibu tidak terlalu memperhatikan perawatan terhadap bayinya dan kurangnya kesabaran dalam menyusui bayinya maka kegagalan dalam proses menyusui sering terjadi. Namun demikian ibu yang berada di rumah atau ibu rumah tangga juga dimungkinkan mengalami keterbatasan informasi sehingga tidak dapat mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menggali informasi sehingga teknik menyusui mereka juga menjadi salah (Roesli, 2005).

B. Gambaran Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung yang tidak mengalami puting susu lecet sebanyak 45 orang (93,8%). Hal yang paling penting selain bentuk payudara yang indah dan sehat adalah kondisi puting susu yang sesuai yang akan menyalurkan air susu kepada buah hati. Seperti halnya bentuk payudara, bentuk puting payudara wanita pun cenderung tidak sama atau tidak simetris. Antara puting payudara yang kiri dan kanan jarang ada yang ukuran dan bentuknya sama. Hal seperti ini terkadang juga menimbulkan rasa cemas pada pemiliknya karena kekhawatiran tidak bisa menyusui sang buah hati. Ciri-ciri puting payudara yang normal adalah terletak pada beberapa milimeter dari areola yaitu daerah yang melingkari puting. Biasanya areola berwarna coklat. Puting ini akan mengeras dan menegang bila di stimulasi oleh ransangan. Putting susu yang tidak mengalami lecet didukung oleh faktor informasi yang baik.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

(9)

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut sehingga perilaku mereka menjasi baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang mengalami puting susu lecet sebanyak 3 orang (6,3%). Putting susu lecet ditandai dengan putting susu yang mengalami lecet, retak atau terbentuk celah serta timbul lecet-lecet pada puting susu.

Puting susu lecet merupakan keadaan yang terjadi pada ibu menyusui, dikarenakan kesalahan teknik menyusui yaitu melepaskan puting dari mulut bayi setelah selesai menyusui sehingga puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Perawatan payudara yang tidak benar juga mengakibatkan puting lecet karena membiarkan puting dalam keadaan basah dan akan menumbuhkan kuman dan menimbulkan infeksi serta lecet (Rosita, 2008).

Penyebab utama puting lecet pada ibu menyusui adalah posisi pelekatan yang kurang tepat. Pada prinsipnya, proses menyusui itu antara ibu dan bayi harus sama-sama nyaman. Payudara ibu dan dagu bayi harus menempel. Kemudian buat mulut bayi terbuka lebar, bibir bayi dalam keadaan terbalik (monyong), kemudian masukkan areola atau daerah gelap disekitar puting payudara sebanyak-banyaknya ke mulut bayi. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah, puting susu lecet dapat disebabkan oleh

thrust (candidiasis) atau dermatitis

(Rahmawati dan Proverawati, 2010). Teknik menyusui yang salah, yaitu apabila bayi menghisap pada puting saja, karena bayi hanya dapat

menghisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susu (Kristiyanasari, 2009). Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum

lingue) sehingga sulit menghisap sampai

areola dan hanya sampai puting, dan cara menghentikan menyusu kurang hati-hati (Mansjoer, 2009).

C. Hubungan Teknik Menyusui dengan Kejadian Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung

Berdasarkan hasil analisis hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, responden yang mempunyai teknik menyusui kurang baik sebanyak 3 orang dimana sebagian besar mengalami kejadian puting susu lecet yaitu sebanyak 2 orang (66,7%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami puting susu lecet yaitu sebanyak 1 orang (33,3%).

Pelaksanaan teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan terjadinya lecet puting susu atau masalah lain dalam menyusui, tetapi lecet puting susu dapat juga disebabkan oleh perawatan payudara yang salah misalnya membasuh payudara terutama putting susu dengan menggunakan sabun, thrush (candidates), dan dermatitis. Sebagian besar areola mamme harus sedapat mungkin masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. Apabila bayi hanya

(10)

menghisap pada puting saja, maka akan mengakibatkan lecet puting susu (Kristiyansari, 2009).

Responden yang mempunyai teknik menyusui baik sebanyak 45 orang dimana sebagian besar tidak mengalami kejadian puting susu lecet yaitu sebanyak 44 orang (97,8%) lebih banyak dari pada yang mengalami puting susu lecet yaitu sebanyak 1 orang (2,2%). Responden yang sudah melaksanakan teknik menyusui yang benar, maka sebagian tidak mengalami lecet puting susu, mungkin karena sebelumnya responden sudah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui yang benar dan masalah-masalah dalam menyusui, sehingga responden tidak mengalami masalah putting susu lecet.

Responden yang tidak mengalami lecet puting susu, hal ini juga dimungkinkan disebabkan karena responden pernah melihat pengalaman dari teman atau saudaranya atau bahkan petugas kesehatan yang memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan teknik menyusui yang baik adalah dengan pemberian pendidikan/ penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti dan petugas kesehatan terutama tentang teknik menyusui yang benar dan masalah yang terjadi jika teknik menyusui ibu nifas kurang. Agar ibu nifas juga lebih memperhatikan masalah dalam menyusui, dan dimana mereka akhirnya akan berupaya untuk dapat melaksanakan teknik menyusui yang baik.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher exact test diperoleh didapatkan nilai 2 hitung (10,453) > 2 tabel (3,84) dan p value 0,008 ( = 0,05), maka dapat

disimpulkan ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. Kemudian dari hasil analisis menggunakan uji chi square diperoleh OR sebesar 88,000 artinya responden yang mempunyai teknik menyusui yang baik cenderung 88,00 kali tidak mengalami puting susu lecet dibandingkan responden yang tidak mempunyai teknik menyusui yang benar.

Pelaksanaan teknik menyusui yang salah dapat mengakibatkan terjadinya lecet puting susu atau masalah lain dalam menyusui, tetapi lecet puting susu dapat juga disebabkan oleh perawatan payudara yang salah misalnya membasuh payudara terutama puting susu dengan menggunakan sabun, thrush (candidates) dan dermatitis. Sebagian besar areola mamme harus sedapat mungkin masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. Apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, maka akan mengakibatkan lecet puting susu (Kristiyansari, 2009).

Banyak ibu yang belum melaksanakan teknik menyusui yang benar, maka sebagian besar masih mengalami lecet puting susu, mungkin karena sebelumnya responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui yang benar dan masalah-masalah dalam menyusui, sehingga responden mengalami masalah tersebut. Responden yang tidak mengalami lecet puting susu, hal ini mungkin disebabkan karena responden pernah melihat pengalaman dari teman atau saudaranya atau bahkan petugas

(11)

kesehatan yang memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan (Rahmawati dan Proverawati, 2010).

Proses menyusui yang kurang benar menyebabka putting susu lecet dimana sebagian besar areola payudara tidak sepenuhnya masuk ke mulut bayi, sehingga putting susu tidak berada sepenuhnya di bawah langit-langit sehingga lidah tidak dapat sempurna ketika menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola payudara. Posisi yang salah menyebabkan bayi hanya menghisap pada putting susu saja akan mengakibatkan masukan yang tidak adekuat dan putting susu menjadi lecet (Bahiyatun, 2009).

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan teknik menyusui yang baik adalah dengan pemberian pendidikan/penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti dan petugas kesehatan terutama tentang teknik menyusui yang benar dan masalah yang terjadi jika teknik menyusui ibu nifas kurang. Agar ibu nifas juga lebih memperhatikan masalah dalam menyusui, dan dimana mereka akhirnya akan berupaya untuk dapat melaksanakan teknik menyusui yang baik (Rahmawati dan Proverawati, 2010).

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Teknik menyusui pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung sebagian besar kategori benar yaitu sebanyak 45 orang (93,8%).

2. Ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung sebagian besar tidak mengalami puting susu lecet yaitu sebanyak 45 orang (93,8%).

3. Ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian puting susu lecet pada ibu nifas di Desa Danurejo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung dengan p value 0,008 ( = 0,05).

D. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti dapat berikan antara lain :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebaiknya tenaga kesehatan meningkatkan pelayanan bagi masyarakt khususnya ibu yang menyusui dengan memberikan penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar baik melalui penyuluhan aau seminar-seminar secara continue

2. Bagi Masyarakat

Sebaiknya masyarakat khususnya ibu yang menyusui untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya teknik menyusui dengan aktif menggali informasi melalui buku-buku atau mengikuti penyuluhan yang berkaitan dengan teknik menyusui yang benar.

3. Bagi Peneliti Seanjutnya

Sebaiknya peneliti selanjutnya meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi penelitian ini misalnya pengetahuan ibu sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih lengkap

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Kebidanan

Asuhan Nifas Normal. Jakarta:

EGC.

Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004.

Keperawatan Maternitas. Jakarta :

EGC.

Dahlan, 2010. Statistik

Kedokteran dan Kesehatan,

Jakarta : Salemba. Medika. DepKes RI 2005. Rencana Strategis

Departemen Kesehatan tahun 2005-2009. Jakarta

Depkes RI 2009. Sistem Kesehatan

Nasional. Jakarta.

Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan

Nasional 2004, Jakarta

Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS 19 (edisi kelima.)

Semarang: Universitas Diponegoro Hidayat, 2007. Metode Penelitian

Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Surabaya: Salemba

Khasanah, 2011. ASI atau Susu Formula ya ?. Jogjakarta : FlashBook

Kristiyanasari, 2009. ASI, Menyusui &

SADARI, Yogyakarta: Nuha

Medika.

Kristiyansari, 2009. ASI:Menyusui dan

Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius. Mansjoer, 2009. Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta : Media Aesculapius.

Notoatmodjo 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT.

Rineka Cipta.

Nursalam 2008. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta : Salemba

Medika

Perinasia, 2004. Manajemen Laktasi.

Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir.

Sehat, 2nd ed. Jakarta : Salemba

Medika

Purwanti 2004. Konsep Penerapan ASI

Eksklusif. Bandung : Cendekia.

Rahmawati dan Proverawati 2010. Kapita

Selekta ASI & Menyusui.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Rosita, 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana.

Saryono, 2011. Metodologi Penelitian

Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika.

Siswono, 2006. Stimulasi dan Nutrisi

Penting untuk bayi. Jakarta :

Sagung Seto.

Soetjiningsih, 2007. Buku Ajar Tumbuh

Kembang Remaja dan

Permasalahannya. Jakarta :

Sagung Seto.

Subakti dan Anggraini 2008. Keajaiban

Pijat Bayi dan. Balita. Jakarta:

Wahyu Media

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.

Bandung :

Alfabeta.

Suradi dan Hesti, 2004. Manajemen

Laktasi. Jakarta: Program

Manajemen. Laktasi Perkumpulan

Perimatologi Indonesia.

http://www.suarapembaruan.com/ News/2004/10/14/index.html. 28 Desember 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan paling dominan dengan status gizi balita (BB/U) adalah penyakit diare setelah dikontrol oleh sumber

Bila membuat benda kerja dari kayu Anda harus menggunakan peralatan yang khusus dibuat untuk pekerjaan kayu.. Peralatan untuk pekerjaan kayu dapat dikelompokkan dalam beberapa

Warna dalam karya seni grafis yang akan dibuat penulis memiliki peran yang penting karena warna-warna yang digunakan dapat menimbulkan suasana dramatis yang

Meskipun cinta merupakan sebuah perasaan, namun cinta belum dapat dirasakan jika semua elemen akal, sikap, dan perbuatan belum menyatu sehingga tidak mampu membuktikan rasa cinta

Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi

Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh frekuensi pencucian ulang kelambu berinsektisida terhadap efikasi kelambu berinsektisida, dengan nilai r pada kelambu

Industri bisnis kreatif yang bertujuan untuk mendukung gerakan bisnis hijau atau green business serta mampu menghasilkan produk atau benda tak berwujud yang dapat

Spesies yang mempunyai frekuensi jenis tertinggi pada tingkat pohon adalah Lumnitzera racemosa, diikuti oleh Ceriops tagal, sementara yang terendah adalah