• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia yang harus diwujudkan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu kesehatan harus diperhatikan karena berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian cita-cita suatu bangsa. Kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan yang ada di dalam masyarakat.

Kesehatan individu dan masyarakat sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan perilaku hidup di tempat masyarakat tersebut tinggal. Jika lingkungannya sehat maka masyarakat juga akan sehat sedangkan sebaliknya jika lingkungan dalam masyarakat tidak sehat maka masyarakat di daerah tersebut juga tidak sehat. Begitu juga dengan perilaku masyarakat jika masyarakat sadar berperilaku hidup sehat maka kesehatan di daerah tersebut akan baik. Sehingga untuk menjadikan kesehatan masyarakat yang optimal dibutuhkan lingkungan dan perilaku hidup sehat yang optimal.

(2)

Salah satu perilaku hidup yang menimbulkan munculnya lingkungan tidak sehat dan berdampak pada kesehatan adalah perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) atau Open defecation. BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak–semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air. Penggunaan jamban tidak sehat seperti membuat jamban di atas kolam ikan juga termasuk dalam perilaku BABS ini.

Dalam web resmi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (www.stbm-indonesia.org) dijelaskan yang dimaksud dengan jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa jamban tidak sehat merupakan jamban yang tidak dapat secara efektif memutus mata rantai penularan penyakit. Perlu diketahui juga bahwa 1 gram tinja mengandung 10 juta virus (health.detik.com). Sehingga dapat dipastikan bahwa akses jamban tidak sehat oleh masyarakat atau BABS akan memicu timbulnya berbagai penyakit dalam masyarakat.

PBB menyatakan bahwa BAB sembarangan adalah salah satu penyebab utama diare, yang menyebabkan kematian lebih dari 750.000 anak di bawah usia lima tahun setiap tahun (health.detik.com, 2013). Jadi dari beberapa fakta di atas diketahui bahwa, jika masyarakat banyak yang menggunakan jamban tidak sehat, lingkungan akan tercemar dengan berbagai

(3)

virus yang nantinya akan membawa dampak buruk bagi kesehatan dalam masyarakat.

Menurut Yosa Yuliarsa, Spesialis Komunikasi Kawasan Asia Timur, Water and Sanitation Program (WSP) World Bank, Indonesia kehilangan Rp 56 triliun (US$ 6,3 miliar) per tahun akibat buruknya sanitasi dan kebersihan. (health.detik.com, 2013)

“Setiap tahun tercatat sekitar 121.100 kasus diare yang memakan korban lebih dari 50.000 jiwa akibat sanitasi yang buruk. Tak heran bila biaya kesehatan per tahun akibat sanitasi buruk mencapai Rp 139.000 per orang atau Rp 31 triliun secara nasional.” (health.detik.com, 2013)

Berbagai dampak dapat timbul dari penggunaan jamban tidak sehat. Dampak tersebut antara lain penularan berbagai penyakit, dari penyakit ringan hingga penyakit berat yang dapat mengakibatkan kematian, serta dampak yang mengakibatkan kerugian bagi negara hingga triliunan rupiah, seperti yang sudah dijelaskan dari berbagai data di atas. Dengan adanya dampak yang timbul akibat akses jamban tidak sehat, maka akses jamban tidak sehat ini harus ditangani agar masyarakat dapat terhindar dari berbagai dampak tersebut.

Berdasarkan data dari stbm-indonesia.org, wesite resmi yang mengakses data tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, akses jamban sehat di Pulau Jawa pada tahun 2014 mencapai 71,38%, dengan jumlah Kepala Keluarga di Pulau Jawa yang masih menerapkan perilaku BABS yaitu sebanyak 10.918.921 Kepala Keluarga. Hal tersebut menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum mengakses

(4)

jamban sehat. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah data akses jamban sehat di Pulau Jawa terbaru:

Tabel 1.1

Laporan Kemajuan Akses Jamban di Pulau Jawa Tahun 2014

Berdasarkan Jumlah KK

No Nama Provinsi

Kemajuan

JSP JSSP Sharing BABS % Akses

Jamban 1 DI Yogyakarta 843685 135936 48940 46102 95,79 2 Jawa Timur 5961770 1848461 819797 2338048 78,78 3 Jawa Tengah 5253125 1527146 900194 2188322 76,74 4 Jawa Barat 6182013 1497742 807405 5717669 66,03 5 Banten 774664 224188 160403 588975 41,42 6 DKI Jakarta 1731909 83736 61446 39805 73,69 20747166 5317209 2798185 10918921 71,38 Keterangan :

JSP = Akses Jamban Sehat Permanen Sharing = Masih Numpang ke Jamban Sehat

JSSP = Akses Jamban Sehat Semi Permanen BABS = Masih Buang Air Besar Sembarangan Sumber : stbm-indonesia.org

Data akses jamban yang telah dijabarkan di atas menunjukkan bahwa provinsi Jawa Tengah memiliki akses jamban sehat sebesar 76,74% dan berada diposisi ketiga setelah Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Jumlah KK di Provinsi Jawa Tengah yang masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yaitu sebanyak 2.188.322 KK dan merupakan jumlah terbanyak ketiga setelah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur dengan penduduk yang masih BABS. Berikut adalah data akses jamban setiap Kabupaten di Jawa Tengah :

(5)

Tabel 1.2

Laporan Kemajuan Akses Jamban di Jawa Tengah Tahun 2014

Berdasarkan Jumlah KK

No Nama Kabupaten

Kemajuan

JSP JSSP Sharing BABS % Akses Jamban 1 Grobogan 208532 164295 65111 0 100,00 2 Kota Semarang 326973 50254 30419 5869 97,92 3 Wonogiri 204317 85585 48654 10287 96,84 4 Kota Magelang 26746 5156 4794 1195 96,79 5 Kota Salatiga 40188 6001 9895 1865 96,60 6 Sukoharjo 188969 23285 23295 16885 92,46 7 Karanganyar 195872 22558 13799 24722 90,80 8 Kudus 150533 39041 9187 20090 90,11 9 Kota Pekalongan 66594 0 5134 8304 89,72 10 Boyolali 164202 47751 39337 31365 88,45 11 Pati 202038 101745 35817 48171 87,59 12 Sragen 131042 60358 45920 35145 86,82 13 Kebumen 209463 53105 31146 47234 85,85 14 Blora 104145 91141 32058 43154 84,91 15 Jepara 138665 103789 24990 46850 84,29 16 Semarang 173399 33652 35830 45434 83,64 17 Klaten 233469 21467 54613 59467 83,39 18 Kota Surakarta 99424 138 23268 29150 83,01 19 Demak 173067 74408 36944 57378 81,07 20 Cilacap 226873 107152 53350 96219 78,26 21 Magelang 199481 26917 30011 62940 77,66 22 Rembang 109790 13486 16210 45413 76,89 23 Tegal 46911 30 30 14736 76,18 24 Purworejo 115013 38355 8609 55008 75,56 25 Temanggung 115494 30999 19928 54119 75,14 26 Purbalingga 135248 37195 29050 66803 74,34 27 Batang 105439 23172 20643 61478 71,26 28 Kendal 137677 31063 17803 86940 67,29 29 Tegal 212827 38718 11421 154108 60,79 30 Brebes 222165 42733 48064 212585 60,46 31 Pekalongan 89459 24606 27302 95699 60,12 32 Pemalang 160369 32075 13486 150525 58,15 33 Banyumas 217725 9302 19352 219446 54,30 34 Wonosobo 40722 58543 6079 127704 46,50 35 Banjarnegara 80294 29071 8645 152034 43,67 5253125 1527146 900194 2188322 76,74 Keterangan :

JSP = Akses Jamban Sehat Permanen Sharing = Masih Numpang ke Jamban Sehat

JSSP = Akses Jamban Sehat Semi Permanen BABS = Masih Buang Air Besar

Sembarangan

(6)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah sudah banyak yang mencapai target Mellennium

Development Goals (MDGs), di mana target dari MDGs adalah menurunkan

hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015, atau jika dipersentasikan sebesar 65,5%.

Namun dari 35 Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah masih ada 7 Kabupaten dan Kota yang belum mencapai target akses sanitasi sebesar 65,5%. Salah satu kabupaten yang belum mencapai target tersebut adalah Kabupaten Banjarnegara. Bahkan Kabupaten Banjarnegara merupakan kabupaten dengan akses jamban terendah dari 35 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah, dengan persentase sebesar 43,67%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa akses jamban sehat untuk masyarakat di Kabupaten Banjarnegara masih sangat rendah, yaitu lebih dari setengah penduduk tidak memiliki akses terhadap jamban sehat. Menurut berita yang diambil dari www.suaramerdeka.com, masyarakat yang tidak memiliki jamban harus ke sungai untuk memenuhi hajatnya atau ke kolam ikan dan ikut ke rumah tetangga yang sudah memiliki jamban.

Berdasarkan Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 44 Tahun 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kabupaten Banjarnegara, penanggung jawab indikator persentase penduduk yang menggunakan jamban dan indikator persentase penduduk tidak BABS dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara di mana sesuai dengan Perda Kabupaten

(7)

Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjernegara Pasal 4 Ayat 3 Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan daerah. Kedua peraturan tersebut menunjukkan bahwa untuk masalah akses jamban sehat di Kabupaten Banjarnegara ditangani oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara.

Akses jamban sehat merupakan bentuk pencapaian dari salah satu pilar program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan STBM adalah program pemerintah yang berupa pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Program STBM ini telah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, dan dilanjutkan dengan program Deklarasi Stop BAB Sembarangan yang merupakan wujud penghargaan dari pemerintah terhadap masyarakat desa yang mampu merubah perilakunya menjadi lebih sehat (www.banjarnegarakab.go.id). Program Deklarasi Stop BAB Sembarangan ini didasari dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tahun 2014 pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan masyarakat yang telah berhasil mencapai kondisi sanitasi total atau salah satu pilar dalam penyelenggaraan STBM berdasarkan penilaian Tim Verifikasi, dapat melakukan deklarasi keberhasilan pelaksanaan STBM.

(8)

Bentuk nyata pemerintah Kabupaten Banjarnegara sebagai respon terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat antara lain dengan mengadakan kampanye jamban sehat melalui kegiatan jalan sehat yang diikuti oleh SKPD, kecamatan dan desa, penyebarluasan melalui siaran radio, serta melalui lomba pidato bagi kader kesehatan, SD/MI tingkat kecamatan dan kabupaten (www.jatengprov.go.id). Pemerintah Kabupaten Banjarnegara juga melakukan Sosialisasi STBM yang memiliki tujuan umum agar program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tersosialisasi hingga level paling bawah dan secara khusus bertujuan agar tercipta kondisi yang mendukung tercapainya sanitasi total melalui dukungan kelembagaan, regulasi dan kemitraan dari pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan dan swasta (www.banjarnegarakab.go.id). Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM Pasal 12 poin e bahwa untuk mendukung penyelenggaraan STBM Pemerintah Kabupaten berperan menyediakan materi media komunikasi, informasi dan edukasi.

Terkait dengan Program Deklarasi Stop BAB Sembarangan, pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah memberikan Piagam Deklarasi kepada 7 desa dari 5 Kecamatan yang mendeklarasikan diri stop buang air besar (BAB) sembarangan. Ke tujuh desa tersebut adalah desa Pegundungan Kecamatan Pejawaran, desa Pangentan dan Aribaya dari Kecamatan Pagentan, Desa

(9)

Sawal dari Kecamatan Sigaluh, desa Bondolharjo Kecamatan Punggelan, serta desa Masaran dan Bandingan dari Kecamatan Bawang (www.banjarnegarakab.go.id). Sebelum melakukan Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan, pada desa-desa tersebut telah dilakukan program STBM, yaitu program pemicuan kepada masyarakat agar masyarakat sadar dengan sendirinya untuk tidak BAB sembarangan. Setelah tahap pemicuan berhasil dilaksanakan, sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM, dilakukan verifikasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) sebagai pelaku pemantauan program STBM dan dinyatakan masyarakat dari ketujuh desa tersebut telah berhenti buang air besar sembarangan (www.banjarnegarakab.go.id).

Kegiatan-kegiatan terkait dengan akses jamban sehat yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara seperti yang telah dijabarkan di atas, telah menunjukkan hasil. Hasil tersebut berupa berkurangnya jumlah masyarakat yang melakukan Buang Air Besar (BAB) sembarangan dan meningkatnya akses masyarakat tehadap jamban sehat di Kabupaten Banjarnegarara. Penurunan jumlah masyarakat yang melakuakan BAB sembarangan dan peningkatan akses jamban sehat oleh masyarakat, dapat dilihat dari data akses jamban Kabupaten Banjarnegara dalam tabel sebagai berikut :

(10)

Tabel 1.3

Data Akses Jamban di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012-2014

Berdasarkan Jumlah KK

Tahun JSP JSSP Sharing BABS % Akses

Jamban % Target MDGs 2012 58728 24785 8337 166915 34,01 65,5 2013 67132 29395 7940 165577 38,23 2014 80294 29071 8645 152034 43,67 Keterangan :

JSP = Akses Jamban Sehat Permanen

Sharing = Masih Numpang ke Jamban Sehat

JSSP = Akses Jamban Sehat Semi Permanen

BABS = Masih Buang Air Besar Sembarangan

Sumber : stbm-indonesia.org

Dari data di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2 tahun, program yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara mampu meningkatkan akses jamban sehat sebesar 9,66%. Dari kenaikan prosentase tersebut diketahui ada dampak positif program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah, meskipun jumlah akses jamban sehat oleh masyarakat sampai tahun 2014 masih jauh dari target MDGs sebesar 65,5% yaitu baru sebesar 43,67%. Program yang telah dijalankan oleh pemerintah Kabupaten Banjarnegara, merupakan program melalui pemberdayaan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang perlu dilaksanakan.

Rendahnya akses jamban sehat dan masih rendahnya pencapaian program terkait dengan akses jamban sehat di Kabupaten Banjarnegara disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor ekonomi, kesadaran masyarakat

(11)

untuk berbudaya hidup bersih dan sehat masih sangat kurang, keterlibatan lintas sektor masih sangat minim dalam mengkampanyekan program jamban sehat serta keterbatasan anggaran (www.suaramerdeka.com,2014).

Fokus dalam penelitian ini adalah pada Desa Masaran dan Desa Bandingan Kecamatan Bawang. Kedua desa ini penulis pilih sebagai fokus penelitian karena kedua lokasi tersebut sudah mendapatkan Piagam Deklarasi Stop BABS. Selain itu, Desa Masaran dan Desa Bandingan ini lokasinya dekat dengan domisili penulis sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

Dengan adanya penyebab seperti yang telah dijabarkan di atas maka Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam hal ini melalui Dinas Kesehatan perlu melakukan pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi rendahnya akses jamban sehat guna mewujudkan target MDGs tujuan 7c yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015. Dalam pemberdayaan masyarakat tidak hanya pemerintah yang dibebankan dalam penyelesaian suatu masalah yang muncul dalam masyarakat tetapi masyarakat juga dilibatkan didalamnya sehingga tujuan yang diharapkan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah berikut :

(12)

Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa Masaran dan Desa Bandingan Kecamatan Bawang oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permusan masalah di atas, tujuan penelitian disini adalah untuk mengetahui proses pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara khususnya di Desa Masaran dan Desa Bandingan Kecamatan Bawang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan terkait pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pemangku kepentingan (Dinas Kesehatan) dalam akses jamban sehat di masyarakat, untuk mewujudkan target MDGs tujuan 7c yakni menurunkan separuh proporsi penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait yang menangani masalah jamban sehat melalui kajian tentang pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat.

b. Manfaat bagi pembaca, memperluas pengetahuan pembaca mengenai pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat yang dilakukan

(13)

oleh Dinas Kesehatan, dan dapat memberi masukkan untuk penelitian selanjutnya terkait persoalan yang dikaji.

c. Manfaat bagi penulis, penelitian ini mampu meningkatkan kompetensi dan menumbuhkan kepekaan penulis sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi Negara akan masalah sosial/masalah publik dalam hal ini memperkaya pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat dalam akses jamban sehat di Desa Masaran dan Desa Bandingan oleh Dinas Kesehatan Kabupeten Banjarnegara.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan

Sedangkan untuk yang lainnya, termasuk RJP pada bayi, anak, ataupun orang dewasa biasanya adalah masalah Circulation kecuali bila kita menyaksikan sendiri korban

6 Pada hasil ini dapat diketahui bahwa pada Kilometer 1 adalah 0.20116km terdapat Loss atau rugi rugi total pada pengiriman sebesar 5.518dB. Hal ini dapat dikarenakan

[r]

Tekan tombol [ ] (1 detik) untuk maju ke folder selanjutnya. Tekan dan tahan tombol [ AMS/INT] untuk mengaktifkan pencarian trek langsung. Putar kenop untuk memilih salah

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan petani di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes diketahui bahwa penggunaan pestisida oleh petani di dalam budidaya

berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada saat diangkat sebagai wakil rektor, ketua dan sekretaris jurusan, kepala laboratorium/bengkel/studio/kebun

Data yang digunakan untuk studi kasus dalam penelitian ini terbagi menjadi data kota dan jarak laut antar-kota; due date, waktu sandar, dan 10 set data permintaan pada